Anda di halaman 1dari 31

JARINGAN IRIGASI

MK. PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL III


( HSKB 733 )
DOSEN :

M. Azhari Noor, M.Eng.

OLEH :

KELOMPOK
SULISTYAWATI
AKHMAD KHOLID
MUHAMMAD ERFANIE
HARI SANDI
HANDOYO YUSRI ALI
EKO SEPTIANTO
RAKHMAN AL KAHFI
DAMAN GURITNO

H1A112209
H1A112055
H1A112066
H1A112088
H1A112218
H1A112219
H1A112222
H1A114609

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2015

JARINGAN IRIGASI
Bangunan Utama
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan
irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan,
serta mengukur banyaknya air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari:
- Bangunan bendung
a. Bendung, Bendung Gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan
muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Bendung gerak adalah bangunan
yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada
waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil.
b. Bendung karet
Bendung

karet

berfungsi

meninggikan

muka

air

dengan

cara

mengembangkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara


mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan
udara atau air.
c. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air
di sungai.
d. Pengambilan dari Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu
terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan
air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.

e. Stasiun pompa
lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi teryata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
- Tipe, bentuk dan morfologi sungai
- Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi
- Topografi pada lokasi yang direncanakan,
- Kondisi geologi teknik pada lokasi,
- Metode pelaksanaan
- Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
Rekomendasi syarat pemilihan lokasi bendung sebagai berikut:
1. Topografi: dipilih lembah sempit dan tidak terlalu dalam dengan
mempetimbangkan topografi di daerah tangkapan air maupun daerah layanan
irigasi
2. Geoteknik: dipilih dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat,
stratigrafi lapisan batuan miring ke arah hulu, tidak ada sesar aktif, tidak ada
erosi buluh, dan dasar sungai hilir bendung tahan terhadap gerusan air.
Disamping itu diusahakan keadaan batuan tebing kanan dan kiri bendung
cukup kuat dan stabil serta relatif tidak terdapat bocoran samping.
3. Hidraulik: dipilih bagian sungai yang lurus. Jika bagian sungai lurus tidak
didapatkan, lokasi bendung ditolerir pada belokan sungai; dengan syarat
posisi bangunan intake harus terletak pada tikungan luar dan terdapat bagian
sungai yang lurus di hulu bendung. Kalau yang terakhir inipun tidak
terpenuhi perlu dipertimbangkan pembuatan bendung di kopur atau dilakukan
rekayasa perbaikan sungai (river training).
4. Regime sungai: Hindari lokasi bendung pada bagian sungai dimana terjadi
perubahan kemiringan sungai secara mendadak, dan hindari bagian sungai
dengan belokan tajam. Pilih bagian sungai yang lurus mempunyai kemiringan
relatif tetap sepanjang penggal tertentu.

5. Saluran induk: Pilih lokasi bendung sedemikian sehingga pembangunan


saluran induk dekat bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal.
Hindari trace saluran menyusuri tebing terjal apalagi berbatu. Usahakan
ketinggian galian tebing pada saluran induk kurang dari 8 m dan ketinggian
timbunan kurang dari 6 m.
6. Ruang untuk bangunan pelengkap: Lokasi bendung harus dapat menyediakan
ruangan untuk bangunan pelengkap bendung, utamanya untuk kolam
pengendap dan saluran penguras dengan panjang dan lebar masing-masing
kurang lebih 300 500 m dan 40 60 m.
7. Luas layanan irigasi: Lokasi bendung harus sedemikian sehingga dapat
memberikan luas layanan yang memadai terkait dengan kelayakan sistem
irigasi. Elaborasi tinggi bendung (yang dibatasi sampai dengan 6 7 m),
menggeser lokasi bendung ke hulu atau ke hilir, serta luas layanan irigasi
harus dilakukan untuk menemukan kombinasi yang paling optimal.
8. Luas daerah tangkapan air: Lokasi bendung harus dipilih dengan
mempertimbangkan luas daerah tangkapan, terkait dengan debit andalan yang
didapat dan debit banjir yang mungkin terjadi menghantam bendung. Hal ini
harus dikaitkan dengan luas layanan yang didapat dan ketinggian lantai
layanan dan pembangunan bangunan melintang anak sungai (kalau ada).
9. Pencapaian mudah: Lokasi bendung harus refatip mudah dicapai untuk
keperluan mobilisasi alat dan bahan saat pembangunan fisik maupun operasi
dan pemeliharaan. Kemudahan melakukan inspeksi oleh aparat pemerintah
juga harus dipertimbangkan masak-masak.
10. Biaya pembangunan yang efisien: dari berbagai alternatif lokasi bendung
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dominan, akhirnya dipilih
lokasi bendung yang beaya konstruksinya minimal tetapi memberikan ouput
yang optimal.
11. Kesepakatan stakeholder: apapun keputusannya, yang penting adalah
kesepakatan antar pemangku kepentingan lewat konsultasi publik. Untuk itu
direkomendasikan melakukan sosialisasi pemilihan lokasi bendung.

Data Untuk Perencanaan Bangunan Utama.


Data-data yang dibutuhkan untuk sutau perencanaan bangunan utama adalah
sebagai berikut :
1) Data Topografi, yaitu data-data yang berupa peta yang didalamnya terdapat
elevasi atau ketinggian dan situasi dari daerah calon pembangunan bangunan
utama meliputi :
Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Skala 1 : 50.000
Peta situasi sungai Skala 1 : 2.000 dengan jarak 1 Km dari calon
bangunan utama baik hulu maupun hilir, data melebar sungai 250 m dari

as sungai ke sisi samping kiri dan kanan sungai.


Gambar-gambar potongan memanjang sungai dan melintang sungai yang
lengkap dengan dimensi di sebelah hulu maupun hilir dari calon bangunan

utama.
2) Data Hidrologi, yaitu data-data yang menyangkut kondisi hidrologi dan
klimatologi dari daerah aliran sungai calon pembangunan bangunan utama
dan dari daerah lain yang berdekatan dan mempunyai pengaruh terhadap
daerah aliran tersebut. Data-data tesebut antara lain data-data untuk
menghitung berbagai harga debit banjir rencana dengan periode ulang 1
tahun, 2 tahun, 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, 100 tahun dan 1000 tahunan.
Data untuk perencanaan bangunan pengelak (bendung) periode ulang

rencana 1000 tahunan.


Data untuk perencanaan tanggul hilir periode ulang rencana 5 25

tahunan.
Data Debit Andalan, yaitu data-data yang diperlukan untuk mengetahui
besarnya debit pada sumber air dengan kemungkinan terpenuhi 80 % atau
tertentu misal 1 kali dalam 5 tahun terpenuhi hal ini dibutuhkan untuk
mengetahui besarnya luas daerah potensial yang dapat diairi. Debit
andalan ditentukan dengan pertimbangan :
Debit andalan ditentukan untuk periode tengah bulanan.
Besarnya periode ulang 5 tahunan.
Kemungkinan terpenuhi 80 % dan debit sungai lebih rendah dari debit

andalan adalah 20 %.
Data untuk perhitungan kesimbangan air (water balance) antara air yang
dapat ditampung dan dialirkan oleh bangunan utama (inflow) dengan
besarnya pemakaian air untuk irigasi dan kehilangan aliran total (outflow).

3) Data Morfologi, yaitu data-data yang meliputi :


Kandungan sedimen dasar (bed load).
Kandungan sedimen laying (suspend load).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai baik secara horizontal
maupun vertikal.
4) Data Geologi, yaitu data-data yang meliputi :
Kondisi umum permukaan tanah.
Keadaaan geologi lapangan.
Kedalaman setiap jenis lapisan tanah.
5) Data Mekanika Tanah, yaitu data-data yang berkaitan dengan perhitungan
stabilitas bangunan utama seperti permeabilitas, berat jenis, sudut geser tanah
dan lain-lain.

Contoh Perencanaan Hidrolis Bendung Pelimpah


a). Lebar Bendung
Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal- pangkalnya (abutment) sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum bendung
sebaiknya tidak lebih dari 1.2 kali lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.
Lebar efektif mercu (Be) adalah lebar manfaat dari mercu yang mengalirkan debit,
lebar ini merupakan lebar mercu total dikurangi dengan lebar dari setiap pilar
dengan persamaan matematik sebagai berikut :
Be = B - 2 (n Kp + Ka) . H1
B

= 1.2 x Bn

Keterangan :
Be = Lebar efektif mercu (m)
B

= 1,2 x Lebar rata rata sungai pada bagian ruas sungai yang stabil (m)

= Jumlah pilar (buah)

Kp = Koefisien kontraksi pilar (tabel 1.1)


Ka = Koefsien pangkal bendung (tabel 1.1)
H1 = Tinggi energi (m)
Bn = Lebar rata-rata sungai

Hal hal yang perlu diperhatikan dalama penentuan lebar bendung adalah sebagai
berikut :

Agar tidak mengganggu aliran sungai setelah ada bendung, lebar bendung

adalah sama dengan lebar normal sungai.


Apabila B = Bn akan mengakibatkan tingginya air diatas mercu tinggi sekali

ambil B = 6/5 x Bn
Jika B terlalu kecil, tinggi air diatas mercu (H1) akan membesar maka luas

genangan dihulu bendung bertambah.


Jika B terlalu besar pasangan pada tubuh bendung menjadi besar karena
adanya pelebaran sungai dari profil normalnya maka akan terjadi
pengendapan didepan bendung, dan berakibat terjadinya aliran melintang
yang tidak dikehendaki.
Tabel 1.1 Harga-harga koefisien kontraksi

Bentuk Pilar
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan
pada jari-jari yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar
Untuk pilar berujung bulat
Untuk pilar berujung runcing
Bentuk Pangkal Tembok
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 90 0ke

Kp
0,02
0,01
0,00
Ka
0,20

arah aliran
Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 0 ke arah
aliran dengan 0,5 H1 > r > 0.15 H1

0,10

Untuk pangkal tembok bulat di mana r > 0.5 H1 dan tembok hulu
tidak lebih dari 450 ke arah aliran

0,00

Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya


(dengan bagian depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk
mengkompensasi perbedaan koefisiensi debit dibandingkan dengan mercu
bendung itu sendiri.

Gambar 1.1 Lebar rata-rata sungai


Penentuan Suatu Lebar Bendung dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Pengukuran topografi pada lokasi bendung
2. Plot potongan melintang sungai (100 m)
3. Tentukan kemiringan rata-rata sungai I = (H1 H2)/(L1 L2)
4. Tentukan debit banjir (Q1tahun)
5. Tentukan elevasi air disetiap potongan melintang (pakai rumus strickler K = 35)
6. Tentukan lebar permukaan air untuk b0 di setiap potongan.
7. Ambil lebar rata-rata sungai sama dengan lebar bendung.
P1 = 81.00m, P2 = 81.50m, P3 = 66.00m, P4 = 69.00m, P5 = 62.00m, P6 =
69.00m dan B = Bn = Brerata = 71.42m
Catatan : Untuk alur sungai yang lebih rendah, ambil lebar rata-rataselama debit
setinggi tanggul.
b). Pemilihan Tipe Bendung
Lebar bendung antara tumpu-tumpunya harus sama dengan lebar rata-rata
sungai selama debit setinggi tinggi tanggul atau selama Q1. Lebar bendung
ditentukan 71.40 m. Kemingan sungai adalah sedemikian rupa sehingga selama
banjir, sungai tersebut mengangkut bahan-bahan kasar dan berangkal.
Tipe bendung harus berupa tipe pelimpah dari pasangan batu kokoh dengan
bak tenggelam karena selama banjir sungai mengangkut batu-batu bongkah. Agar
batu-batu bongkah ini dapat terangkut lewat di atas bendung maka dipakai muka

hulu yang miring. Untuk mencegah kerusakan pada pintu bangunan pembilas,
diperlukan bangunan pembilas dengan bagian depan tertutup.
c). Tinggi Bendung
Yang dimaksud tinggi bendung disini adalah jarak antara lantai muka
bendung sampai puncak bendung (p). Ketentuan tinggi bendung secara tegas
belum ada, tetapi berdasarkan segi stabilitas bendung p < 4.0 m dengan nilai
minimum p = 0.50 H1
Contoh :
Elevasi peil mercu = 16.70 m
Elevasi dasar sungai hilir = 12.60 m
Direncanakan elevasi dasar hulu bendung = 15.20 m
Misalkan kedalaman air di atas mercu H1 = 3.40 m
Elevasi muka air banjir = 16.70 m + 3.40 m = 20.10 m
Maka tinggi bendung = Elevasi peil mercu Elevasi dasar lantai hulu bendung
= 16.70 m 15.20 m = 1.50 mm
Kontrol 0.5 x 0.30 p 4.00 (OKE).
d). Perencanaan Lebar Pembilas Dan Lebar Efektif Pada Bendung
Ketentuan-ketentuan yang ada pada penentuan lebar bendung :

Agar tidak mengganggu aliran sungai setelah ada bendung, lebar bendung

adalah sama dengan lebar normal sungai. (B = Bn).


Apabila dengan B = Bn akan mengakibatkan tingginya air diatas mercu tinggi

sekali ambil B = 6/5 . Bn.


Jika B, Terlalu kecil, tinggi air diatas mercu (H1) akan membesar maka luas

genangan dihulu bendung bertambah.


Jika B terlalu besar pasangan untuk tubuh bendung menjadi besar karena
adanya pelebaran sungai dari profil normalnya, maka akan terjadi
pengendapan di depan bendung dan berakibat terjadinya aliran melintang
yang tidak dikehendaki

e). Lebar Pintu Pembilas

Lebar pintu pembilas atau penguras disungai berfungsi untuk membilas atau
menguras material atau bahan-bahan endapan sungai mak pintunya harus mudah
diangkat dan ditutup.

Waktu pembilasan dilakukan pada saat banjir atau debit sungai besar hal ini
diperkirakan terjadi pada saat muka air sungai (H1) berkisar antara 1.50 m

3.50 m diatas mercu bendung.


Lebar bangunan pembilas dan pintu pembilas yang meliputi lebar pintu dan
tebal pilar pembaginya ditetapkan harganya terletak antara 1/10 L 1/6L
(Lebar bendung) atau lebar pembilas = 0.60 x lebar total pengambilan.

Contoh :
Lebar Bendung total = 71.40 m
1/10 Lebar bendung = 7.140 m
1/6 lebar bendung = 11.90 m
Direncanakan :
Bangunan pembilas
Lebar bersih pintu pembilas (Bp) = 1.70 m
Tebal pilar (t) = 1.00 m
Jumlah buah pintu terpakai = 3 Buah
Tebal pilar bendung = 1.50 m
Bp = (3 x 1.70 m) + (2 x 1.70) + 1.50 m
= 8.60 m

.7.14 m Bp 11.90 m
.7.14 m 8.60 m 11.90 m (OKE).

Atau
Bp = 0.60 x Lebar total pengambilan
Misal lebar total pengambilan = 7.50 m, dengan :
Lebar bersih = 1.50 m (5 Buah Pintu)
Tebal pilar = 1.00 m (4 Buah Pilar)
Bp = 0.60 x (( 5 x 1.50 m) + (4 x 1.00m)

= 6.90 m
Diambil Bp = 7.10 m
f). Lebar Efektif Bendung.
Tidak seluruh lebar bendung akan bermanfaat untuk melewatkan debit, oleh
karena kemungkinan adanya pilar dan pintu-pintu penguras. Lebar efektif
bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit untuk
menentukan lebar hirdrolis bendung adalah sebagai berikut :
Be = B n.(Kp+Ka) . H1
B

= Lebar total bendung

Kp = Koefisien kontraksi pilar (tabel Kp dan Ka)


H1 = Tinggi Energi (m).
n

= Jumlah pilar

Contoh :
B

= 71.40 m

Kp = 0.01 (Tabel 1.3)


Ka = 0.10 (tabel 1.3)
H1 = 3.40 m
Be = 71.40 2 . (2 x 0.01 + 0.10) . H1
= 71.40 m 0.24. H1
g). Perencanaan Mercu
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung
pelimpah : tipe Ogee dan tipe bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai
baik untuk konstruksi beton maupun pasangan batu atau bentuk kombinasi dari
keduanya.
Kemiringan maksimum muka bendung bagian hilir yang dibicarakan di sini
berkemiringan 1 banding 1 batas bendung dengan muka hilir vertikal mungkin
menguntungkan jika bahan pondasinya dibuat dari batu keras dan tidak diperlukan
kolam olak.

Gambar 1.2 Bentuk-bentuk mercu


h). Penentuan Elevasi Peil Mercu
Cara 1 :
Elevasi peil mercu bendung ditentukan oleh beberapa factor antara lain
elevasi sawah tertinggi yang akan diairi, tingginya air di sawah kehilangan
tekanan pada pemasukan saluran-saluran, pada bangunan-bangunan lain yang
terdapat dalam saluran.
Contoh :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Elevasi sawah tertinggi


Tingginya air di sawah
Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah
Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder
Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran
Kehilangan tekanan di alat ukur
Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer
Persediaan tekanan karena eksploitasi
Persediaan untuk lain-lain bangunan

=Xm
= 0.10 m
= 0.10 m
= 0.10 m
= 0.15 m
= 0.40 m
= 0.20 m
= 0.10 m
= 0.25 m

Elevasi peil mercu

= X + 1.50 m

Cara 2 :
Elevasi peil mercu bendung ditentukan dengan muka air rencana pada
bangunan sadap BG1 (Letak Saluran Primer).
Kehilangan Tinggi Energi
Alat ukur.
Pengambilan Saluran Primer Pada Kantong Lumpur.
Pengambilan.
Keamananan Sebesar 0.05 0.10
Kemiringan saluran antara Bbi dan pengambilan saluran primer
Contoh :

a)
b)
c)
d)

Muka air rencana BG1 (hasil perhitungan)


Kehilangan energi pada alat ukur
Kehilangan energi pada pengambilan saluran primer
Kehilangan tinggi energi pada pengambilan
(V = 1.5 m/dtk)
e) Kemiringan
f) Kehilangan tekanan di alat ukur
g) Kemiringan saluran primer ke pengambilan L x I
Elevasi Peil Mercu Bendung

= 15.87 m
= 0.40 m
= 0.10 m
= 0.18 m
= 0.15 m
= 0.40 m
= 0.20 m
= 16.70 m

i). Pelimpah gigi gergaji


Pada beberapa lokasi rencana pembuatan bendung, didapatkan sungai yang
mempunyai karakteristik lebar sungai kecil, debit cukup besar dengan fluktuasi
antara debit rendah dan debit tinggi yang tidak terlalu jauh, dan tidak membawa
material bawaan yang besar (besarnya sungai di daerah hilir). Untuk karakteristik
sungai yang demikian jika dibangun bendung dengan pelimpah alinyemen lurus
akan memerlukan panjang pelimpah yang besar, sehingga perlu area yang besar
dan biaya yang mahal.
Dari hasil beberapa penelitian untuk sungai dengan karakteristik di atas
lebih sesuai digunakan pelimpah dengan alinyemen berbentuk gigi gergaji, karena
dengan bentuk seperti itu pada bentang sungai yang sama mempunyai panjang
pelimpah yang lebih besar.
Parameter yang harus diperhatikan sebelum merencanakan type ini adalah :
a) Lokasi, tinggi mercu, debit banjir rencana dan stabilitas perlu didesain dengan
mengacu pada acuan yang ada pada pelimpah ambang tetap biasa.
b) Bendung tipe gigi gergaji kurang sesuai untuk dibangun pada sungai dengan
angkutan material dasar sungai batu gelinding, sungai yang membawa
hanyutan batang-batang pohon dalam jumlah yang besar sehingga akan
menimbulkan benturan yang dapat merusak tubuh bendung atau tumpukan
sampah yang dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pelimpahan bendung.
c) Radius atau jari-jari mercu perlu diambil lebih besar atau sama dengan 0,10
m.

j). Tata letak dan bentuk gigi gergaji


a) Pelimpah dengan bentuk dasar segitiga menghasilkan kapasitas pelimpahan
terbesar, tetapi jarak antara dinding-dinding pelimpah bagian ujung udik dan
hilir pada bentuk segitiga sangat dekat. Keadaan ini mengakibatkan pelimpah
bentuk segitiga sangat peka terhadap akibat perubahan muka air hilir dan
mudah terjadi kehilangan aerasi akibat tumbukan aliran air menyilang yang
jatuh dari dinding-dinding pelimpah.
b) Pada

pelimpah

dengan

bentuk

dasar

persegi

panjang

terjadi

pengkonsentrasian aliran menuju pelimpah. Keadaan ini menimbulkan


penurunan muka air diatas pelimpah dan mengakibatkan penurunan kapasitas
pelimpah.
c) Bentuk dasar trapezium memberikan efektifitas pelimpahan yang terbaik.
d) Bentuk mercu pelimpah sangat berpengaruh terhadap kapasitas pelimpahan,
bentuk mercu setengah lingkaran mempunyai koefisien pelimpahan (c), yang
lebih besar daripada koefisien pelimpahan mercu dengan bentuk tajam (ct).
Jika kapasitas pelimpahan bendung tipe gergaji dengan besar pelipatan
panjang mercu blg dan nilai koefisien pelimpahan ct adalah sebesar Qt, kapasitas
pelimpahan bendung gergaji dengan blg yang sama tetapi dengan koefisien
pelimpahan c adalah Qg = ci / c x Qt.
k). Perencanaan Pangkal Bendung
Pangkal-pangkal bendung (abutment) menghubungkan bendung dengan
tanggul-tanggul sungai dan tanggul-tanggul banjir. Pangkal bendung harus
mengarahkan aliran air dengan tenang di sepanjang permukaannya dan tidak
menimbulkan turbulensi memberikan dimensi-dimensi yang dianjurkan untuk
pangkal bendung dan peralihan (transisi).

Gambar 1.3 Pangkal bendung


Elevasi pangkal bendung di sisi hulu bendung sebaiknya lebih tinggi
daipada elevasi air yang terbendung selama terjadi debit rencana (Q100TH).
Tinggi jagaan yang harus diberikan adalah 0.75m sampai 1.50 m tergantung pada
kurva debit datar 0.75 m akan cukup sedang untuk kurva debit yang curam akan
diperlukan 1.50 m untuk memberikan tingkat keamanan yang sama.
l). Perencanaan Peredam Energi.
Aliran air di atas bendung disungai dapat menunjukan berbagai perilaku di
sebelah hulu bendung akibat kedalaman air yang ada H2 menyajikan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari pola aliran di atas bendung.
m). Debit Rencana
Untuk menemukan debit yang akan memberikan keadaan terbaik untuk
peredam energi, semua debit harus dicek dengan muka air hilirnya. Jika degradasi
mungkin terjadi, maka harus dibuat perhitungan dengan muka air hilir terendah
yang mungkin terjadi untuk mencek apakah degradasi mungkin terjadi, degradasi
harus dicek jika :
a) Bendung dibangun pada sudetan (Kopur).
b) Sungai itu sungai alluvial dan bahan tanah yang dilalui rawan terhadap erosi.
c) Terdapat waduk dihulu bangunan utama.
Bila degradasi sangat mungkin terjadi, tetapi tidak ada data pasti tersedia,
maka sembarang degradasi 2 m harus digunakan untuk perencanaan kolam olak.
Dalam hal ini kita harus berhati-hati untuk memberikan kemungkinan pelaksanaan

guna memperbaiki degradasi di masa mendatang yang ternyata melebihi perkiraan


semula.
n). Kolam Loncat Air
Dari q versus H1 dan tinggi jatuh, Kecepatan (V1) awal loncatan dapat
ditrentukan dari :
V1 = (2.g (0.5.H1 + Z))
Dimana :
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/Dtk)
g

= Percepatan gravitasi (m/dtk2)

H1 = Tinggi energi diatas ambang


Z

= Tinggi jatuh (m)

Dengan q = V1 x Y1 dan rumus untuk kedalaman konjugasi loncat air


adalah:
Y2/Yu = 0.50 ((1 + 8.Fr2 1))
Dimana :
Fr = V1 / (g.Yu)
Y2 = Kedalaman air diatas ambang ujung (m)
Yu = Kedalaman air diawal loncatan air (m).
Fr = Bilangan Froude
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/Dtk).
g

= Percepatan Gravitasi

Kedalaman konjugasi untuk setiap q dapat ditemukan dan diplot. Untuk


menjaga agar loncatan tetap dekat dengan muka miring bendung dan di lantai,
maka lantai harus diturunkan hingga kedalaman air hilir sekurang-kurangnya
sama dengan kedalaman konjugasi.
Untuk aliran tenggelam; yakni jika muka air hilir (H2) lebih besar dari 2/3.
H1 di atas mercu maka tidak diperlukan kolam olak.
Y2 2/3. H1 Tidak perlu kolam olak.

o). Panjang Kolam (Lj)


Panjang kolam loncat air dibelakang Hu biasanya kurang dari panjang bebas
loncatan tersebut karena adanya ambang ujung (end sill). Ambang yang berfungsi
untuk memantapkan ali4ran ini umumnya ditempatkan pada jarak
Lj = 5 (n + Y2)
Dimana :
Lj = Panjang kolam (m).
n

= Tinggi ambang ujung (m)

Y2 = Kedalaman air diatas ambang


p). Bentuk-Bentuk Peredam Energi.
Sebelum aliran air yang melintas di atas mercu bendung masuk ke sungai
lagi, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi super kritis harus
diperlambat dan dirubah menjadi kondisi sub kritis. Dengan demikian kandungan
energi dengan daya penggerus yang sangat kuat yang timbul dalam aliran tersebut
harus diredam hingga mencapai tingkat yang normal kembali, aliran tersebut tidak
membahayakan kestabilan alur sungai yang berada di bagian hilir bendung. Guna
meredam energi yang terdapat didalam aliran tersebut, maka diujung hilir
peluncur harus dibuatkan suatu bangunan yatldisebut dengan peredam energi
(Stiling Basin).
Ditinjau dari bentuk dan konstruksinya, bangunan peredam energi
dibedakan menjadi beberapa macam antara lain :
1. Peredam energi type loncatan
Peredam energi type ini biasanya digunakan pada sungai-sungai yang
dangkal dengan kedalaman yang relatif kecil dibandingkan dengan kedalaman
loncatan hidrolis aliran yang ada diujung hulu bangunan peredam energi. Pada
dasarnya peredam energi type ini hanya cocok untuk sungai-sungai yang
mempunyai dasar sangat kokoh.

2. Peredam energi type kolam olakan

Pada prinsipnya peredam energi type olakan ini sebagian besar terjadi akibat
proses gesekan diantara molekul-molekul air, sehingga menimbulkan olakanolakan di dalam kolam.
Berdasarkan bilangan Froude, peredam energi type kolam olak ini
dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
a. Kolam Olak Type Vlugter
Kolam olak type ini dikembangkan hanya untuk bangunan-bangunan
yang mempunyai beda tinggi energi tidak terlalu besar. Biasanya diterapkan
pada bangunan-bangunan kecil pada saluran irigasi.
b. Kolam Olak Datar Type I
Kolam olak type ini digunakan hanya untuk mengalirkan debit sungai
yang relatif kecil dengan kapasitas peredam energi juga kecil dan biasanya
dibangun pada sungai yang kondisinya tidak memungkinkan untuk dibuat
perlengkapan-perlengkapan kolam olak.
c. Kolam Olak Datar Type II
Kolam olak type ini merupakan kolam olak datar yang pada bagian
dasar hulu kolam olak diberi gigi-gigi pemancar dari blok baton yang
berfungsi untuk meningkatkan efektifitas peredaman energi, sedangkan
bagian hilirnya diberi ambang bergerigi yang berfungsi untuk menstabilkan
loncatan hidrolis yang terjadi dibagian hilir kolam olak. Di dalam
penggunaannya kolam olak type ini cocok untuk aliran yang mempunyai
tekanan hidrostatis tinggi dengan debit persatuan lebar (q) > 45 m3 serta
mempunyai bilangan froud > 4,50.
d. Kolam Olak Datar Type III
Pada hakekatnya prinsip kerja kolam olak datar type III ini sama
dengan kolam olak datar type II. perbedaanya untuk kolam olak type ini di
tengah-tengah pada dasar kolam dilengkapi dengan blok halang dari baton
yang berfungsi untuk menghadang aliran. Kolam olak type ini relatif Iebih
pendek dibanding dengan kolam olak datar type II, hal ini dikarenakan
penggunaanya hanya untuk bendung-bendung rendah yang mengalirkan air

dengan tekanan hidrostatis rendah serta memiliki debit persatuan lebar (q) <
18,50 m3.
e. Kolam Olak Datar Type IV
Pada hakekatnya prinsip kerja kolam olak datar type IV ini sama
dengan

kolam olak datar type III. perbedaanya hanya terletak pada

penggunaanya, dimana untuk kolam olak type ini penggunaanya hanya


untuk bendung-bendung yang sangat rendah, yang mengalirkan air dengan
tekanan hidrostatis rendah serta memiliki bilangan Froude antara 2,5 sampai
dengan 4,5.
q) Pemilihan Kolam Olak
Terlepas dari kodisi hidrolis, yang dapat dijelaskan dengan bilangan Froude
dan kedalaman muka air hilir, kondisi dasar sungai dan tipe sedimen yang
diangkut memainkan peranan penting dalam pemilahan tipe kolam olak :
a). Bendung di sungai mengangkut bongkah-bongkah atau batu-batu besar
dengan dasar relatif tahan gerusan, biasanya cocok dengan kolam olak tipe bak
tenggelam.
b). Bendung di sungai yang mengangkut batu-batu besar, tctapi sungai itu
mengandung bahan aluvial, dengan dasar tahan gerusan, akan mcnggunakan
kolam loncat air tanpa blok-blok halang atau tipe bak tenggelam peredam energi
c). Bendung sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus
dapat direncanakan dengan kolam loncat air yang diperpendek dengan
menggunakan blok-blok haling.
Untuk tipe kolam olak yang terakhir, daya gerus sedimen yang terangkut
harus dipertimbangkan dengan mengingat bahan yang harus dipakai untuk
membuat blok
- Bangunan pengambilan
Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam

merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan


sedimen.
- Bangunan pembilas (penguras)
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas
guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi.
Pembilas dapat direncanakan sebagai:
(1) pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
(2) pembilas bawah (undersluice)
(3) shunt undersluice
(4) pembilas bawah tipe boks.
- Kantong lumpur
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir
berukuran 0,088 mm dan biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir
pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong
lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan saluran ke sawah-sawah. Bahan
yang telah mengendap di dalam kantong kemudian dibersihkan secara berkala.
Pembersihan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan aliran air yang deras
untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal
tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan jalan
mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.
- Perkuatan sungai
Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama
untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
1) Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap
kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini
umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau
dinding pengarah.

2) Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap


genangan akibat banjir.
3) Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkah tidak menyumbah bangunan selama terjadi banjir.
4) Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan
bendung dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan
tersebut.
- Bangunan-bangunan pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke
bangunan utama diperlukan keperluan :
1) Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran;
2) Rumah untuk opreasi pintu;
3) Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan;
4) jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di
jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
5) instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam
bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
6) bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang
senyatanya

perlu

dijaga

keseimbangan

lingkungannya

sehingga

kehidupan biota tidak terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan


tersebut tidak diperlukan tangga ikan.

Gambar Bangunan Utama

Jaringan Irigasi
a. Saluran irigasi
a1. Jaringan irigasi utama

Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke


petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.

Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier


yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah
pada bangunan sadap terakhir.

Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber
yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.

Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak
tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.
a2. Jaringan saluran irigasi tersier

Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama
ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah
boks bagi kuarter yang terakhir.

Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.

Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter.


b. Saluran Pembuang
b1. Jaringan saluran pembuang tersier

Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier, menampung


air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran
pembuang tersier.

Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier yang


termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik
dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke
dalam jaringan pembuang sekunder.
b2. Jaringan saluran pembuang utama

Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier


dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan
pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi.

Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang


sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran

pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak


sungai atau ke laut.

Bangunan Bagi dan Sadap


Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan
alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada
waktu tertentu.
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam
operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proporsional. Yaitu
bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama
2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
saluran tersier penerima. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi
satu rangkaian bangunan. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk
dua saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter).

Bangunanbangunan Pengukur dan Pengatur


Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat
dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan
ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga
dipakai untuk mengatur aliran air.

Tipe

Mengukur dengan

Mengatur

Bangunan ukur Ambang lebar

Aliran Atas

Tidak

Bangunan ukur Parshall

Aliran Atas

Tidak

Bangunan ukur Cipoletti

Aliran Atas

Tidak

Bangunan ukur Romijn

Aliran Atas

Ya

Bangunan ukur Crump-de Gruyter

Aliran Bawah

Ya

Bangunan sadap Pipa sederhana

Aliran Bawah

Ya

Constant-Head Orifice (CHO)

Aliran Bawah

Ya

Aliran Atas

Tidak

Cut Throat Flume

Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :

di hulu saluran primer


Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran dan

pintu sorong atau radial untuk pengatur.

di bangunan bagi bangunan sadap sekunder


Pintu Romijn dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan

mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan
pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer.

bangunan sadap tersier


Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau jika

fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di petakpetak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka air yang
bervariasi dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana,
di lokasi yang petani tidak bisa menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat
ukur parshall atau cut throat flume. Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang
panjang, presisi yang tinggi dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume
lebih pendek dan mudah pembacaannya.

Bangunan Pengatur Muka Air


Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di
jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat
memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat
distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel
dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya.
Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi
muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute).
Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu
tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal notch).

Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
a. bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran tempat di mana lereng medannya
maksimum saluran. Superkritis diperlukan di tempat lebih curam daripada
kemiringan maksimal saluran. (Jika di tempat dimana kemiringan medannya lebih
curam daripada kemiringan dasar saluran, maka bisa terjadi aliran superkritis yang
akan dapat merusak saluran. Untuk itu diperlukan bangunan peredam).
a. 1. Bangunan terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi)
dipusatkan di satu tempat Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun
miring. Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi
got miring perlu dipertimbangkan.

a. 2. Got miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran rnelewati ruas medan dengan
kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar. Got
miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran
superkritis, dan umurnnya mengikuti kemiringan medan alamiah.
b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis (bangunan silang)
b. 1. Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di mana saluran lewat di bawah
bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di bawah saluran.
Aliran di dalam gorong-gorong umumnya aliran bebas.
b. 2. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya,
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran di dalam
talang adalah aliran bebas.
b. 3. Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi
di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga
dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunanbangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk
mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.
b. 4. Jembatan sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi tekan
dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di atas lembah
yang dalam.
b. 5. Flum (Flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui
situasi-situasi medan tertentu, misalnya:

flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air di sepanjang lereng bukit
yang curam

flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air irigasi lewat di


atas saluran pembuang atau jalan air lainnya

flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way) terbatas atau
jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat potongan melintang saluran
trapesium biasa.
Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah

bulat. Aliran dalam flum adalah aliran bebas.


b. 6. Saluran tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu daerah
di mana potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam dengan lerengIereng tinggi yang tidak stabil. Saluran tertutup juga dibangun di daerah-daerah
permukiman dan di daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir.
Bentuk potongan melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun adalah
segi empat atau bulat. Biasanya aliran di dalam saluran tertutup adalah aliran
bebas.
b. 7. Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran memungkinkan
untuk saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan medan yang
tinggi. Biasanya aliran di dalam terowongan adalah aliran bebas.

Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.
Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan
yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat
kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar saluran.
a. Bangunan Pembuang Silang

Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum


digunakan sebagai lindungan-luar; lihat juga pasal mengenai bangunan pembawa.
Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang yang
besar. Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa air
irigasi dengan sipon lewat di bawah saluran pembuang tersebut.
Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang di sebelah
hulu saluran irigasi lebih besar daripada permukaan air normal di saluran.
b. Pelimpah (Spillway)
Ada tiga tipe lindungan-dalam yang umum dipakai, yaitu saluran pelimpah,
sipon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur pelimpah diperlukan tepat
di hulu bangunan bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di tempattempat lain yang dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah
bekerja otomatis dengan naiknya muka air.
c. Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder)
Bangunan ini dimaksudkan untuk mengeluarkan endapan sedimen
sepanjang saluran primer dan sekunder pada lokasi persilangan dengan sungai.
Pada ruas saluran ini sedimen diijinkan mengendap dan dikuras melewati pintu
secara periodik.
d. Bangunan Penguras (Wasteway)
Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan
tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk
mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan bangunan
pelimpah.
e. Saluran Pembuang Samping
Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka yang
mengalir pararel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini membawa air

ke bangunan pembuang silang atau, jika debit relatif kecil dibanding aliran air
irigasi, ke dalam saluran irigasi itu melalui lubang pembuang.
f. Saluran Gendong
Saluran gendong adalah saluran drainase yang sejajar dengan saluran irigasi,
berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) dari luar areal irigasi yang masuk
ke dalam saluran irigasi. Air yang masuk saluran gendong dialirkan keluar ke
saluran alam atau drainase yang terdekat.

Jalan dan Jembatan


Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan. Masyarakat boleh
menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluan-keperluan tertentu saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka
tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan
inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan dibangun untuk saling
menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau
untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang
itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani
setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak atau
tidak ada sama sekali sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat,
terutama untuk petak sawah yang paling ujung.

Bangunan Pelengkap
Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir
yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya

tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di sepanjang


saluran primer.
Fasilitas-fasilitas operasional diperlukan untuk operasi jaringan irigasi
secara efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi antara lain:
kantor-kantor di lapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan
komunikasi, patok hektometer, papan eksploitasi, papan duga, dan sebagainya.
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran
meliputi:

Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman sewaktu


terjadi keadaan-keadaan gawat;

Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk


memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng;

Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan


gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;

Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.

Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani
dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaianpermasalahan
yang terjadi di lapangan. Pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap bangunan sadap/offtake.

Anda mungkin juga menyukai