Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Laporan Kasus
27 februari2014
PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH LEPASAN AKRILIK PADA PASIEN
EDENTULUS TOTALIS RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH :
SEBUAH LAPORAN PERKEMBANGAN KASUS

Nama

Oleh:
: Dewi Sartika

Stambuk

: J 111 09 111

Penguji Baca

: 1.drg.Eri H Jubhari,M.kes,Sp.pros
2.Prof. DR. drg. Edy Machmud, Sp.Pros (K)

Residen Pembimbing : drg. Evan


Dosen Pembimbing
Tempat

: Prof. drg. Moh. Dharma Utama,Ph.D,Sp.Pros(K)

: RSGMP FKG Unhas

Hari/Tanggal Baca

: Kamis / 27 Februari 2014

DIBACAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

PEMBUATAN GIGITIRUAN PENUH LEPASAN AKRILIK PADA PASIEN


EDENTULUS TOTALIS RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH :
SEBUAH LAPORAN PERKEMBANGAN KASUS
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi pada seseorang dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula
menyebabkan trauma psikologis. Penyebab kehilangan gigi bisa bermacammacam, namun yang paling umum diakibatkan oleh penyakit karies dan penyakit
periodontal. Kehilangan gigi yang terjadi dapat ditanggulangi dengan pembuatan
restorasi berupa gigitiruan lepasan maupun gigitiruan cekat. Gigitiruan lepasan
bisa berupa gigitiruan sebagian lepasan untuk menanggulangi kehilangan sebagian
gigi dan gigitiruan lepasan penuh untuk menanggulangi kehilangan seluruh gigi.
Sebagian besar pasien yang mengalami kehilangan gigi adalah kaum usia
lanjut, sehingga pemeriksaan harus dilakukan tidak hanya memperhatikan kondisi
rongga mulut, tetapi juga dengan memperhatikan kondisi kesehatan umum
pasien.1
Perawatan untuk pasien usia lanjut yang tidak bergigi
merupakan

suatu

tantangan

bagi

dokter

gigi.

Pembuatan

gigitiruan lengkap untuk pasien usia lanjut umumnya sulit dan


membutuhkan banyak waktu, selain itu kesuksesannya tidak
selalu dapat dijamin.2 Oleh karena itu, dalam pembuatan
gigitiruan penuh dibutuhkan kerjasama yang baik antara dokter
gigi, teknisi dan pasien. Dokter gigi

menentukan diagnosis,

melakukan pekerjaan klinis, dan mengawasi hasilnya. Teknisi


harus dapat menginterpretasikan apa yang diingninkan dari
seorang dokter gigi. Serta keberhasilan perawatan pasien dalam
beradaptasi dengan protesa berhubungan dengan kemampuan

pasien dalam belajar, keterampilan otot, dan motivasi dari pasien


itu sendiri. 2

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk membahas perawatan


pada pasien lansia dengan kasus kehilangan seluruh gigi.
KASUS
Seorang wanita berusia 40 tahun dengan pekerjaan ibu rumah tangga
datang ke Bagian Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Hasanuddin dengan keluhan utama yakni sulit mengunyah dan merasa kurang
percaya diri karena telah kehilangan seluruh giginya.

Gambar 1 Profil muka pasien

Gambar 2. Keadaan intraoral pasien

Anamnesis
Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi bahwa pasien ingin dibuatkan
gigi palsu karena susah mengunyah makanan akibat kehilangan seluruh giginya.
Pasien juga mengeluhkan tidak percaya diri karena giginya sudah tidak ada.
Kesehatan umum baik dan pasien tidak memiliki gangguan sistemik. Gigi depan
bawah kiri merupakan gigi pasien yang paling terakhir dicabut yaitu pada bulan
Desember 2012. Pasien belum pernah menggunakan gigitiruan .
Pemeriksaan Klinis

a) Pemeriksaan Ekstra Oral


Dari hasil pemeriksaan ekstraoral, diperoleh:

Profil muka pasien


: Lurus
Bentuk wajah
: Oval
Mata
: Simetris
Hidung
: Simetris
Telinga
: Simetris
Bibir
: Simetris
Kelenjar limfe
o Kiri
: Lunak, tidak sakit
o Kanan
: Lunak, tidak sakit
Sendi temporomandibula : Tidak ada kelainan
Kebiasaan buruk
:-

b) Pemeriksaan Intra Oral


Dari hasil pemeriksaan Intraoral, diperoleh:

Kebersihan mulut
:Frekuensi karies
:Perawatan sebelumnya
: ekstraksi 31
Edentulus rahang atas dan rahang bawah.
Kedalaman vestibulum pada rahang atas dan rahang bawah
sedang kecuali daerah posterior kanan dan kiri rahang bawah

rendah
Frenulum pada rahang atas sedang dan rahang bawah rendah.
Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan

mandibula.
Pasien memiliki lidah yang tebal dan runcing
Konsistensi saliva pasien kental
c) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.
d) Status Gigi Geligi

Gambar 1 Status gigi geligi

e) Diagnosis
Edentulous totalis rahang atas dan bawah.
f) Rencana Perawatan
Pembuatan gigi tiruan penuh lepasan akrilik.
g) Perawatan alternatife
Pembuatan gigi tiruan penuh kerangka logam

h) Desain Gigitiruan

Gambar 2 Desain gigi tiruan lengkap

PENATALAKSANAAN
1. Kunjungan I
a) Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
b)
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan
objektif, diagnosis, rencana perawatan, dan alternatif rencana perawatan. Pasien
diinformasikan tentang diagnosis, yakni edentulus rahang atas dan rahang bawah
serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
6

diberitahu tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan dan biaya perawatan.
Setelah informasi ini diberikan dan pasien setuju, pasien diminta menandatangani
informed consent.
c)
d) Membuat Cetakan Pendahuluan
e)
Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, tahap
selanjutnya adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous
perforated stock tray. Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih
dahulu dan dipilih yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien
menggunakan sendok cetak sediaan nomor 2 dengan bahan cetak

yang di

gunakan irreversible hydrocolloid (alginate).


f)
g)

h)

Gambar 3 Sendok cetak edentulus sediaan nomor dua

i)
j)

Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan

gips stone (Blue Dental Plaster, Korea) sehingga diperoleh model studi dan model
kerja. Model studi disimpan untuk dipelajari sedangkan model kerja untuk
membuat sendok cetak individual.
k)

l)

m) Gambar 4 Hasil cetakan pendahuluan

n)
o) Sendok Cetak Individual
p)
q)
Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan bergerak
dengan tidak bergerak lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan 2 mm
lebih pendek dari batas jaringan bergerak-tidak bergerak agar tersedia ruang yang
cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi. Sendok cetak individual ini
dibuat dari shellac baseplate (Hiflex shellac base plate, Prevest Denpro Limited,
India) yang dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas lampu spritus, lalu
ditekan-tekan di atas model kerja hingga bentuknya sesuai dengan desain
gigitiruan penuh yang telah dibuat sebelumnya. Kelebihan shellac dipotong
dengan menggunakan gunting dan pisau malam saat masih dalam keadaan lunak
sesuai dengan batas yang telah digambar. Selanjutnya dibuat pegangan dan
lubang-lubang pada sendok cetak individual. Lubang-lubang ini untuk
mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga mengurangi tekanan sewaktu
mencetak.
r)

Gambar 5. Model studi dari hasil pencetakan pendahuluan

s)

t)

Gambar 6. Sendok cetak individual dari bahan shellac


u)
v)
w)
x)
y)
z)
aa)

2. Kunjungan II
a) Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien
ab)

Sendok cetak individual mencakup semua semua daerah

kecuali frenulum, baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada
undercut yang dapat menghalangi pada saat nanti dilakukan pencetakan
fisiologis.
b) Border Moulding
ac)

Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa

ada retensi saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding impression
material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah greenstick
dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam di dalam air selama beberapa detik agar

pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah dilunakkan dan agar
greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi
luar sendok cetak individual.
ad)

Ketika sendok cetak individual yang sudah dilelehkan

greenstick compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk


melakukan gerakan fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan
menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri serta ke depan untuk
membentuk hamular notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk daerah
frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke
depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke depan dan
ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum
labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang
merupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien
diinstruksikan untuk mengucapkan ah.
ae) Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan
daerah buccal shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan sendok cetak
telah dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk
membuka mulut kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot
masseter. Kemudian,

untuk

membentuk

daerah

distolingual

dan

postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke


kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum durum. Frenulum lingual
dibentuk dengan menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung
lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah
sayap labial dibentuk dengan memberikan instruksi yang sama dengan
instruksi border moulding rahang atas.
af)
ag)
ah)
ai)
aj)
ak)

Gambar 7 Hasil border moulding pada sendok cetak individual

10

al)
am)
c) Membuat Cetakan Fisiologis
an)

Tahap berikutnya yakni membuat cetakan dengan menggunakan

bahan elastomer (polyvinylsiloxane). Bahan elastomer (Exaflex Hydrophilic Vinyl


Polysiloxane Impression Material Regular Type, GC America Inc., Jepang) ini
bersifat hidrofobik sehingga daerah yang akan dicetak harus dalam lingkungan
yang kering agar bisa tercetak dengan baik. Oleh karenanya sebelum pencetakan
mukosa yang akan dicetak dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan
tampon. Pasien diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke
belakang. Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan
pada bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior.
Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di mulut
pasien.

ao)
ap) Gambar 8. Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane
(exaflex)

aq)

Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan

menggunakan gips stone sehingga diperoleh model positif cetakan


fisiologis Selanjutnya model positif tersebut diserahkan ke tekniker untuk
pembuatan basis dan galengan gigit.
ar)
as)
at)
au)
av)
aw)

G
ambar 9 Model kerja dari hasil pencetakan fisiologis
11

3. Kunjungan III
ax)

Pada kunjungan ini, pasien dicobakan basis gigitiruan dan

galengan gigit atau bite rim rahang atas dan rahang bawah. Basis dan bite
rim terbuat dari baseplate wax. Periksa kestabilan basis dengan melihat
ketebalan, ketinggian basis, labial fullnes

basis rahang atas dan bawah.

Bite rim harus dibuat sesuai dengan lengkung rahang.


ay)
az)
ba)
bb)
bc)
bd)
be)
bf)
bg)
bh)

Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran dan

sebelum dilakukan kesejajaran harus diperhatikan tinggi bite rim, garis


nasoauricular atau Gambar
garis camper
cara menarik benang mulai dari
10 Basisdengan
dan bite rim
bawah hidung pasien ke bagian alatragus telinga pasien untuk membantu
menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas ke dalam mulut
dan sejajarkan bite rim rahang atas dengan garis camper dengan bantuan
fox plane guide, beberapa hal yang harus diperhatikan seperti penentuan
tinggi bite rim rahang atas dan kelihatan 2 mm dari low lip line bibir dan
penyesuaian labial fullness, penentuan kesejajaran galengan gigit rahang
atas anterior dan posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan
sehingga bite rim bawah berimpit rapat dengan bite rim atas pada saat
beroklusi. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan penentuan dimensi
vertikal.
bi)

12
Gambar 11 Kesejajaran galengan gigit yang terlihat dari fox plane terhadap garis camper

bj)

bk)
bl)
bm)

Penentuan dimensi vertikalpada kasus dengan pasien

edentulus, dimulai dengan menentukan dimensi vertikal istirahat tanpa


menggunakan bite rim atas dan bawah. Pasien diminta untuk
mengucapkan huruf M, dan dalam posisi istirahat dimensi vertikal
diukur dan didapatkan hasilnya yaitu 63 mm. Dimensi vertikal oklusi
diperoleh dari dimensi vertikal saat istirahat dikurangi dengan free way
space sebesar 3 mm sehingga diperoleh dimensi vertikal oklusi sebesar 60
mm. Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan kembali ke dalam
mulut, lalu pasien diminta menelan dan mengigit dalam oklusi, kemudian
dilakukan pengukuran dimensi vertikal oklusi kembali. Bite rim bawah
dikurangi hingga diperoleh dimensi vertikal oklusi yang telah ditetapkan.
Selama proses pengurangan bite rim bawah ini, bite rim atas dikeluarkan
dari mulut agar basis yang terbuat dari malam tidak berubah bentuk.
bn)

Tahap selanjutnya yakni melakukan penentuan posisi distal,

yakni sandarkan dental unit diatur agar pasien berada pada posisi supinasi.
Dari sini mandibula berada pada posisi yang paling distal. Kemudian
tentukan garis median dan garis kaninus. Fiksasi bite rim rahang atas
dengan rahang bawah dengan menancapkan paper clip yang telah
dipanaskan. Kemudian, bite rim atas dan bawah yang sudah terfiksasi
tersebut dikeluarkan bersamaan dengan cara pasien diinstruksikan
membuka mulut selebar mungkin. Lalu, bite rim atas dan bawah

13

dimasukkan pada model kerja. Bila telah sesuai bite rim atas dan bawah
dipasang pada artikulator. Kemudian model dan artikulator dikirim ke
tekniker untuk penyusunan gigi anterior, disertai instruksi mengenai
pemilihan gigi artifisial.

bo)
bp)

bq)

Gambar 12 pengukuran dimensi vertikal

Pada kasus ini, dilakukan teknik pemasangan model rahang

atas dan bawah yang dipasang bersamaan di artikulator, setelah


sebelumnya telah dilakukan kesejajaran dan dimensi vertikal. Namun
sebaiknya pemasangan model rahang atas dipasang terlebih dahulu pada
artikulator, dilanjutkan dengan pengukuran dimensi vertikal, dan setelah
itu baru dilakukan pemasangan rahang bawah pada artikulator. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan oklusi pada
gigitiruan yang telah selesai dibuat.7
4. Kunjungan IV
br)
bs)

Pada kunjungan ini, model telah ditanam pada artikulator

dan penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah telah selesai sehingga
pasien dapat melakukan try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigigeligi dan dukungan bagi posisi dan bentuk bibir.
bt)

14

bu)

bv) Gambar 13 Try-in gigi anterior pada pasien


bw)

bx)

Try-in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan

gigi anterior terlebih dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi,


bentuk gigi, ukuran gigi dan posisi gigi pada model dengan keadaan dalam
mulut pasien dan oklusi dalam mulut pasien jangan sampai ada yang
terlihat open. Kemudian periksa ketepatan garis median, posisi distal,
stabilitas, retensi, serta fonetik
by)
bz)
ca)
cb)
cc)
cd)
ce)
cf)
cg)
ch)
ci)

15

cj)
ck)
cl)
cm)
cn)
co)
cp)
cq)
cr)

cs)

PEMBAHASAN

16

ct)
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Profil dan Bentuk wajah 3
cu)
Pengamatan profil wajah memberikan petunjuk tentang ukuran
relatif dari rahang atas dan rahang bawah serta hubungan vertikalnya. Dagu yang
mundur, dan profil yang cembung menunjukkan bahwa rahang atas lebih besar dari
rahang bawah, dan oklusinya dalam posisi sentrik menunjukkan ciri-ciri hubungan
maloklusi Klas II. Jika dagunya menonjol, profilnya akan tampak cekung dan
oklusinya mempunyai ciri-ciri Klas III kecuali jika penampilan seperti itu terjadi
akibat jarak dimensi vertikal antar rahang terlalu pendek. Turunnya dimensi
vertikal ini dapat merupakan akibat dari hilangnya tulang dari jaringan pendukung.
Mata 4
cv)

Pemeriksaan mata dilakukan pada saat pasien duduk tegak

dengan mata memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan


simetris atau tidak. Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk
menentukan:
a) Garis inter pupil
b) Garis tragus-chantus, yang jadi panduan letak kondil tahang yang terletak
lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.
c) Bidang horizontal Frankfurt, yaitu bidang yang melalui titik-titik infra orbita
dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas dengan bahan
cetak cair. Pada penderita yang sensitive dan mudah mual, garis ini
hendaknya diatur sejajar lantai.
d) Garis tengah wajah penderita.

Bibir
cw)
Dalam hal ini dilihat simetris bibir. Bentuk dan panjang bibir

pasien sangat bervariasi.4 Pasien dengan bibir tipis mempunyai masalah khusus.
Perubahan kecil pada posisi gigi dalam arah labiolingual dapat menimbulkan
perubahan mendadak pada kontur bibir. Hal ini dapat begitu hebat sehingga
menyusun gigi dengan sedikit tumpang tindih pun telah mengubah permukaan
bibir. Bibir tebal memberikan kesempatan lebih besar untuk mengadakan sedikit

variasi dalam bentuk lengkung serta posisi gigi tanpa mengakibatkan perubahan
yang jelas pada kontur bibir. 3
cx)
Pasien dengan bibir atas yang pendek akan memperlihatkan semua
gigi anterior atas dan sebagian sayap labial gigitiruan ketika tertawa. Ini berarti
bahwa perhatian khusus harus diberikan kepada warna serta sayap gigi tiruannya. 3
cy)
Bibir digunkan sebagai pedoman untuk: 4
a. Menentukan panjang /tinggi galengan gigit rahang atas, 2 mm di bawah
tepi bibir atas dalam keadaan istirahat
b. Menentukan ukuran/lebar gigi depan atas. Lebar kedua gigi insisivus
sentralis atas sesuai dengan philtrum.

Telinga 4
cz)

Telinga diperiksa, simetris atau tidak. Peranan telinga

dalam pembuatan gigi tiruan adalah untuk:


a. Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi). Guna garis ini adalah pada saat
pencetakan rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression
compound harus sejajar dengan lantai.
b. Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Kondil
rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih setengah
inci dari tragus.
c. Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan
rahang bawah, garis ini dibuat sejajar dengan lantai.
d. Menentukan Bidang Horizontal Frankfurt (FHP).
2. Pemeriksaan Intra Oral
a. Warna Mukosa3
da)
Warna mukosa menggambarkan kesehatannya. Beda dalam
penampilan antara mukosa sehat berwarna kemerahan dan mukosa yang
meradang tampak sangat jelas. Terlepas dari masalah penanganannya, jaringan
mulut harus sehat sebelum cetakan untuk pembuatan gigi tiruan baru
dilakukan.kegagalan dalam menilai kesehatan jaringan berarti mengandung
masalah akibat peradangan yang berlanjut
b. Jaringan Pendukung di Rahang Atas3

db)

Ttiap jaringan pendukung mempunyai beberapa jaringan

yang lebih keras dari yang lain dan ini harus diketahui letaknya hinga
gigitiruan dapat membagi tekanan oklusal sebagaimana mestinya.
Beberapa jaringan keras seperti torus palatines haru dibebaskan dari
tekanan gigi tiruan. Demikian pula jaringan lunak seperti papilla insisivus
harusdilindungi dari tekanan yang dapat menekan pembuluh darah dan
saraf yang terletak di bawahnya.
c. Daerah Dukungan di Rahang Bawah3
dc)

Jaringan keras pada daerah dukungan di rahang bawah bisa

cukup atau tidak memadai. Salah satu contoh dari jaringan keras yang
penting yaitu: titik keras yang merupakan perlekatan otot mentalis yang
terletak dekat puncak alveolar yang sudah mengalami resorpsi (dapat
dibebaskan dari tekanan gigi tiruan dengan memodifikasi basis gigi
tiruannya), serta puncak sisa alveolar rahang bawah (permukaan yang
relatife keras ibandingkan dengan jaringan yang menutupi daera yang luas
di lereng bukal).
dd)
Pada kasus ini, pasien telah mengalami penurunan puncak
lingir alveolar pada bagian posterior kiri dan kanan rahang bawah.
Sehingga perlu dilakukan perpanjangan basis pada bagian lingual posterior
gigitiruan yang nantinya diharapkan dapat menambah retensi pada
gigitiruan tersebut.
d. Puncak alveolar yang Fibrus dan Tiipid 3
de)

Beberapa pasien dengan mandibula yang mengalami

resorpsi berat mempunyai puncak alveolar yang tipis seperti tali dan lunak.
Ini merupakan jaringan fibrous yang biasanya terletak dari retromolar pad
yang satu ke lainnya. Jairngan ini mudah skali didesak ke labial, ke bukal
atau ke lingual, dan tidak memberikan kestabilan atau dukungan bagi gigi
tiruan. Jaringan yang seperti ini tidak boleh tergeser atau tertekan ketika
cetakan dibuat, karena akan menimbulkan rasa sakit saat gigi tiruan
dipakai, dan akan cenderung mengangkat gigi tiruan bila gigi tidak
berkontak.
df)

e. Saliva
dg)

Seiring bertambahnya usia, aliran saliva menurun dan

kadarnya juga berubah.1 Jumlah serta konsistensi saliva akan berpengaruh


pada retensi, kestabilan, serta kenyamanan pemakaian gigitiruan.3 Saliva
meningkatkan retensi gigitiruan dengan mengintervensi antara gigitiruan
dan mukosa. Pasien denga saliva yang sedikit memiliki retensi gigitiruan
yang buruk. Sama halnya dengan rongga mulut yang kering, mukosa yang
berada di bawah gigitiruan mudah mengalami. 1
dh)
Saliva yang cair dalam jumlah yang bayak dapat
membasahi permukaan anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya
permukaan. Saliva yang banyak dan kental juga mudah melepaskan
gigitiruan (retentifnya relatif kurang) dan menyulitkan pada saat
pencetakan rahang bawah. Sehingga, untuk menghilangkan atau
mengurangi jumlah saliva yang banyak ialah dengan meminta pasien
berkumur sebelum pencetaan rahang dilakukan.5
di) Pencetakan
dj)
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan kehilangan
seluruh gigi dan minta dibuatkan gigitiruan lepasan. Dalam pembuatan
gigitiruan ini perlu dilakukan pencetakan sebanyak dua kali. Pencetakan
pertama menggunakan sendok cetak sediaan dengan bahan irreversibel
hydorocoloid (alginat).
dk)
Bahan cetak alginat baik digunakan untuk cetakan
pendahuluan, karena manipulasinya mudah dan setting time yang cepat
sehingga memberikan kenyaman pada pasien. Alginat ini juga tidak akan
mengubah bentuk jaringan lunak karena konsistensinya yang lunak.1
dl)
Bahan cetak alginat ini dapat mencetak detail jaringan
secara akurat jika dikendalikan sampai batas tertentu, dan bahan cetak ini
tidak memerlukan bahan pemisah. Bahan ini juga juga tidak menyerap
sekresi mukus dari palatum yang dapat menghasilkan kerusakan pada
bagian palatal dari cetakan. Tetapi karena alginat kehilangan cairan,
akibatnya dengan cepat berubah ukurannya, cetakan harus segera diisi
dengan bahan model atau cetakan akan mengalami disrtorsi.3

dm)

Pencetakan pertama ini berguna unruk memperoleh model

studi, dan model kerja untuk pembuatan sendok cetak individual yang
nantinya digunakan untuk pencetakan kedua. Pembuatan sendok cetak
kedua ini menggunakan sendok cetak khusus yang dibuat dari bahan
shellac untuk memperoeh cetakan fisiologis. Sendok cetak khusus ini
merupakan sendok cetak perorangan, karena setiap orang tidak memiliki
model rahang yang sama.
dn)
Dilakukan pemotongan base plate sesuai batas jaringan
bergerak dan tidak bergerak sebesar 1-2 mm untuk memberi tempat pada
bahan cetak. Pada sendok cetak perorangan juga dibuat lubang di daerah
langit-langit, berjarak 4-5 mm, yang berguna untuk mengalirkan bahan
cetak yang berlebih,karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang
berlebih dari gigitiruan pada jaringan pendukungnya.5
do)
Pada pencetakan kedua ini perlu dilakukan border molding
untuk mendapatkan cetakan pada bagian jaringan bergerak dan tidak
bergerak
dp)Border Molding
dq)
Border molding merupakan

bentuk dari area batas

pencetakan sendok cetak dengan melakukan manipulasi fungsional atau


manual dari jaringan untuk menduplikasikan kontur dan ukuran
vestibulum.8 Penempatan border molding diakukan pada daerah tepi
sendok cetak menggunakan green stick. kemudian di rendam kedalam air
hangat (135-140oF) selama beberapa detik untuk mencegah terbakarnya
jaringan mulut pasien. Setelah dikeluarkan dari mulut pasien, green stick
ditempatkan pada air dingin agar proses pengerasannya sempurna. 7,8
dr)

Garis getar (vibrating line)


ds)

Garis getar merupakan garis khayal yang

melewati bagian posterior palatum yang ditandai dengan


bagian jaringan yang bergerak (movabe tissue) dan tidak
bergerak

(immovable tissue) dari palatum lunak yang

dapat diindentifikasi ketika movable tissue digerakkan


(dengan mengucapkan ah).

dt)

Garis getar terletak pada perluasan distal dari

daerah posterior palatal seal. Area posterior palatal seal ini


sangat penting dalam pembuatan gigitiruan penuh rahang
atas. Ini merupakan area kompresibel jaringan yang
teretak di bagian anterior terhadap garis getar dan lateral
terhadap midline pada sepertiga posterior palatum keras.
Perluasan distal dari area ini merupakan garis getar,
sedangkan batas anteriornya tidak jelas. Kelebihan jaringan
pada area ini disebabkan oleh adanya glandula mucus
yang dikelilingi oleh jaringan ikat longgar yang berlebih.
Kedalaman

jaringan

dapat

dievaluasi

dengan

menggunakan palpasi dan dicatat untuk referensi dimasa


mendatang.

Informasi

ini

akan

digunakan

untuk

pembuatan master cast dan sangat penting untuk retensi


gigitiruan rahang atas.10 Garis getar / batas batas basis
gigi tiruan dibagi menjadi 2:
1. Garis getar anterior merupakan garis khayal yang
terletak antara immovable tissue diatas palatum keras dan
sedikit pada movable tissue

pada palatum lunak. Garis

getar anterior ini dapat diidentifikasi dengan meminta


pasien untuk mengucapkan ah secara pendek dengan
penuh

semangat.

ket: Garis

getar

du)

anterior.Textbook of Prosthodontics.New Delhi india: Jaypee .2003.


dv)

2. Garis getar posterior merupakan garis khayal terletak


pada palatum lunak yang menunjukkan batas pergerakan.
9

dw)
dx) ket: Garis getar posterior.Textbook of Prosthodontics. New Delhi india:
Jaypee .2003.

dy) Pencatatan Hubungan Rahang


dz)
ea)
Pencatatan hubungan rahang dan membuat cetakan rahang
merupakan dua tahap penting dalam pembuatan gigitiruan. Pencatatan ini
dibuat untuk menentukan hubungan vertikal dan horizontal rahang. Jika
hubungan rahang tidak tepat, gigitiruan akan saling menutupi satu sama
lain dan menyebabkan terlepasnya dari ridge selama beroklusi.1,6
Dibutuhkan baseplate dan oklusal rim dalam mencatat hubungan rahang,
keduanya harus cukup kuat untuk menahan tekanan oklusal dan dibuat dari
bahan yang tidak berubah bentuk akibat temperatur mulut. 1
eb)
Tinggi wax rim rahang atas disesuaikan 1-2 mm di bawah
garis bibir atas pasien.7, Rim harus menyentuh garis basah pada
bibir bawah ketika F atau V diucapkan atau meminta
pasien untuk menyebutkan kata dengan konsonan yang
berdesah (labiodental sound).7 Sudut nasolabial kira-kira
90o, dan bibir tidak boleh kaku, dengan batas vermilion

yang nampak.7 Free way space adalah perbedaan jarak ruang antara
permukaan oklusal rim rahang atas dan rahang bawah 2-4 mm.11,12
ec)
Pemilihan Gigi
ed)

Pemilihan warna gigi harus dilakukan dalam 3 tahap yaitu

1. Di luar mulut di samping hidung


2. Di balik bibir dengan hanya tepi insisal yang kelihatan
3. Di balik bibir dengan hanya bagian servikal yg tertupu dan mulut
terbuka
ee)

Langkah pertama akan menentukan corak warna dasar dan

kecemerlangan , yang kedua akan menujukan pengaruh warna gigi geligi


bila pasien mulut pasien relaks , yang ketiga menirukan tampilan gigi
geligi saat tersenyum.3
ef)

Pertimbangan dasar keserasian warna gigi dengan warna

wajah pasien serta gigi gigi tidak boleh tampak mencolok. Warna yang
di pilih tidak boleh terlalu mencolok sehingga perhatian orang tidak
langsung tertuju pada gigi.3
eg)

eh)

Size Ukuran gigi anterior harus seimbang dengan ukuran

wajah dan kepala. Gigi wanita seringkali lebih kecil daripada pria. Ini
terutama berlaku bagi dua gigi insisivus dua, yang biasanya lebih lembut
pada wanita daripada pria.3
ei)

Bentuk gigi gigi anterior tiruan harus sesuai dengan

bentuk wajah bentuk secara garis besar di tentukan dengan melihat wajah
pasien dari depan dan dari permukaan labial gigi insisivus satu atas Secara
garis besar bentuk wajah dikelompokkan menjadi tiga bentu dasar :
persegi, runcing (tapering) dan bujur telur (ovoid).
ej)
ek)

SIMPULAN
el)

Salah satu gangguan kesehatan rongga mulut adalah

kehilangan gigi. Kehilangan gigi berdasarkan jumlah terbagi atas dua jenis
yaitu kehilangan sebagian gigi dan seluruh gigi.

em)

Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan

seseorang untuk kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak pula pada


meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi mempunyai banyak peran
pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan
perubahan-perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan
tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis.
en)
Penanganan yang sukses bagi

pasien

tak

bergigi

memerlukan komunikasi yang jelas tentang tiap masalah yang ditemukan


selama pemeriksaan serta penjelasan secara hatihati tentang bagaimana
masalah tersebut akan ditangani serta mengikuti instruksi yang diberikan
oleh dokter.
eo)

Dalam penentuan perawatan yang diberikan pada pasien

dengan edentulous totalis memerlukan ketelitian operator dalam


melakukan anamnesis, pemeriksaan intra oral, dan pemeriksaan ekstra
oral. Keadaan pasien, kemampuan operator, dan keahlian tekniker
memiliki keterkaitan satu sama lain dalam keberhasilan perawatan dengan
menggunakan gigitiruan penuh ini.

ep)
eq)
er)
es)

DAFTAR PUSTAKA
et)

1. Hayakawa I. Principles and practices of complete dentures, creating the


mental image of a denture. Tokyo: Quintessence Publishing Co., Ltd; 1999.
p.13, 40, 49-50
eu)
2. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. ahli bahasa:
Hutauruk. Jakarta: EGC; 2006. p.208, 226
ev)

3. Zarb GA, Bolender CL. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak bergigi. Edisi
10. ahli bahasa : dr daroewati mardjono. Jakarta EGC; 2002. p.65-7, 71, 75-6,
80, 149, 283-4, 287, 291
ew)
4. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian
lepasan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 1991. p.114-6
ex)
5. Itjingningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. pp.29, 34,
62
ey)
6. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic Treatment of Edentulous Patient. 4th ed.
great britain: Blackwell Publishing Company; 2002. p.153-4, 177-9, 188-9
ez)
7. Loney RW. Complete denture manual: Dalhousie university; 2009. pp. 19,289,42 [internet]. Available from : URL :
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDAQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fremovpros.dentistry.dal.ca%2FRemovSite%2FManuals_files
%2FCD%2520Manual
%252012.pdf&ei=Jdt8UYnEFcrMrQeqy4GoDg&usg=AFQjCNH6UbpuLPetdkQ5Xi2bYK59ciq2A&bvm=bv.45645796,d.bmk. Accessed: 20 Januari
2014.
fa)
8. NN. Clinical procedures for complete denture construction:
journal prosthodontics 2007; (6) p. 20, 29, 33, 36
fb)
9. Nallaswamy D, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of
prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher
Ltd; 2003. p.51-3
fc)
10.
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete
denture.india: Jaypee Brothers Medical Publisher 6th ed; 2009 p.
10-1, 33-4, 117-8
fd)
11. McCord JF, Grant AA. A clinical guide to complete denture prosthetics.
books. p. Jakarta: EGC; 27-9, 34

Anda mungkin juga menyukai