Laporan Kasus
27 februari2014
PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH LEPASAN AKRILIK PADA PASIEN
EDENTULUS TOTALIS RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH :
SEBUAH LAPORAN PERKEMBANGAN KASUS
Nama
Oleh:
: Dewi Sartika
Stambuk
: J 111 09 111
Penguji Baca
: 1.drg.Eri H Jubhari,M.kes,Sp.pros
2.Prof. DR. drg. Edy Machmud, Sp.Pros (K)
Hari/Tanggal Baca
suatu
tantangan
bagi
dokter
gigi.
Pembuatan
menentukan diagnosis,
Anamnesis
Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi bahwa pasien ingin dibuatkan
gigi palsu karena susah mengunyah makanan akibat kehilangan seluruh giginya.
Pasien juga mengeluhkan tidak percaya diri karena giginya sudah tidak ada.
Kesehatan umum baik dan pasien tidak memiliki gangguan sistemik. Gigi depan
bawah kiri merupakan gigi pasien yang paling terakhir dicabut yaitu pada bulan
Desember 2012. Pasien belum pernah menggunakan gigitiruan .
Pemeriksaan Klinis
Kebersihan mulut
:Frekuensi karies
:Perawatan sebelumnya
: ekstraksi 31
Edentulus rahang atas dan rahang bawah.
Kedalaman vestibulum pada rahang atas dan rahang bawah
sedang kecuali daerah posterior kanan dan kiri rahang bawah
rendah
Frenulum pada rahang atas sedang dan rahang bawah rendah.
Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan
mandibula.
Pasien memiliki lidah yang tebal dan runcing
Konsistensi saliva pasien kental
c) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.
d) Status Gigi Geligi
e) Diagnosis
Edentulous totalis rahang atas dan bawah.
f) Rencana Perawatan
Pembuatan gigi tiruan penuh lepasan akrilik.
g) Perawatan alternatife
Pembuatan gigi tiruan penuh kerangka logam
h) Desain Gigitiruan
PENATALAKSANAAN
1. Kunjungan I
a) Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
b)
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan
objektif, diagnosis, rencana perawatan, dan alternatif rencana perawatan. Pasien
diinformasikan tentang diagnosis, yakni edentulus rahang atas dan rahang bawah
serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
6
diberitahu tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan dan biaya perawatan.
Setelah informasi ini diberikan dan pasien setuju, pasien diminta menandatangani
informed consent.
c)
d) Membuat Cetakan Pendahuluan
e)
Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, tahap
selanjutnya adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous
perforated stock tray. Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih
dahulu dan dipilih yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien
menggunakan sendok cetak sediaan nomor 2 dengan bahan cetak
yang di
h)
i)
j)
gips stone (Blue Dental Plaster, Korea) sehingga diperoleh model studi dan model
kerja. Model studi disimpan untuk dipelajari sedangkan model kerja untuk
membuat sendok cetak individual.
k)
l)
n)
o) Sendok Cetak Individual
p)
q)
Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan bergerak
dengan tidak bergerak lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan 2 mm
lebih pendek dari batas jaringan bergerak-tidak bergerak agar tersedia ruang yang
cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi. Sendok cetak individual ini
dibuat dari shellac baseplate (Hiflex shellac base plate, Prevest Denpro Limited,
India) yang dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas lampu spritus, lalu
ditekan-tekan di atas model kerja hingga bentuknya sesuai dengan desain
gigitiruan penuh yang telah dibuat sebelumnya. Kelebihan shellac dipotong
dengan menggunakan gunting dan pisau malam saat masih dalam keadaan lunak
sesuai dengan batas yang telah digambar. Selanjutnya dibuat pegangan dan
lubang-lubang pada sendok cetak individual. Lubang-lubang ini untuk
mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga mengurangi tekanan sewaktu
mencetak.
r)
s)
t)
2. Kunjungan II
a) Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien
ab)
kecuali frenulum, baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada
undercut yang dapat menghalangi pada saat nanti dilakukan pencetakan
fisiologis.
b) Border Moulding
ac)
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa
ada retensi saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding impression
material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah greenstick
dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam di dalam air selama beberapa detik agar
pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah dilunakkan dan agar
greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi
luar sendok cetak individual.
ad)
untuk
membentuk
daerah
distolingual
dan
10
al)
am)
c) Membuat Cetakan Fisiologis
an)
ao)
ap) Gambar 8. Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane
(exaflex)
aq)
G
ambar 9 Model kerja dari hasil pencetakan fisiologis
11
3. Kunjungan III
ax)
galengan gigit atau bite rim rahang atas dan rahang bawah. Basis dan bite
rim terbuat dari baseplate wax. Periksa kestabilan basis dengan melihat
ketebalan, ketinggian basis, labial fullnes
12
Gambar 11 Kesejajaran galengan gigit yang terlihat dari fox plane terhadap garis camper
bj)
bk)
bl)
bm)
yakni sandarkan dental unit diatur agar pasien berada pada posisi supinasi.
Dari sini mandibula berada pada posisi yang paling distal. Kemudian
tentukan garis median dan garis kaninus. Fiksasi bite rim rahang atas
dengan rahang bawah dengan menancapkan paper clip yang telah
dipanaskan. Kemudian, bite rim atas dan bawah yang sudah terfiksasi
tersebut dikeluarkan bersamaan dengan cara pasien diinstruksikan
membuka mulut selebar mungkin. Lalu, bite rim atas dan bawah
13
dimasukkan pada model kerja. Bila telah sesuai bite rim atas dan bawah
dipasang pada artikulator. Kemudian model dan artikulator dikirim ke
tekniker untuk penyusunan gigi anterior, disertai instruksi mengenai
pemilihan gigi artifisial.
bo)
bp)
bq)
dan penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah telah selesai sehingga
pasien dapat melakukan try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigigeligi dan dukungan bagi posisi dan bentuk bibir.
bt)
14
bu)
bx)
15
cj)
ck)
cl)
cm)
cn)
co)
cp)
cq)
cr)
cs)
PEMBAHASAN
16
ct)
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
Profil dan Bentuk wajah 3
cu)
Pengamatan profil wajah memberikan petunjuk tentang ukuran
relatif dari rahang atas dan rahang bawah serta hubungan vertikalnya. Dagu yang
mundur, dan profil yang cembung menunjukkan bahwa rahang atas lebih besar dari
rahang bawah, dan oklusinya dalam posisi sentrik menunjukkan ciri-ciri hubungan
maloklusi Klas II. Jika dagunya menonjol, profilnya akan tampak cekung dan
oklusinya mempunyai ciri-ciri Klas III kecuali jika penampilan seperti itu terjadi
akibat jarak dimensi vertikal antar rahang terlalu pendek. Turunnya dimensi
vertikal ini dapat merupakan akibat dari hilangnya tulang dari jaringan pendukung.
Mata 4
cv)
Bibir
cw)
Dalam hal ini dilihat simetris bibir. Bentuk dan panjang bibir
pasien sangat bervariasi.4 Pasien dengan bibir tipis mempunyai masalah khusus.
Perubahan kecil pada posisi gigi dalam arah labiolingual dapat menimbulkan
perubahan mendadak pada kontur bibir. Hal ini dapat begitu hebat sehingga
menyusun gigi dengan sedikit tumpang tindih pun telah mengubah permukaan
bibir. Bibir tebal memberikan kesempatan lebih besar untuk mengadakan sedikit
variasi dalam bentuk lengkung serta posisi gigi tanpa mengakibatkan perubahan
yang jelas pada kontur bibir. 3
cx)
Pasien dengan bibir atas yang pendek akan memperlihatkan semua
gigi anterior atas dan sebagian sayap labial gigitiruan ketika tertawa. Ini berarti
bahwa perhatian khusus harus diberikan kepada warna serta sayap gigi tiruannya. 3
cy)
Bibir digunkan sebagai pedoman untuk: 4
a. Menentukan panjang /tinggi galengan gigit rahang atas, 2 mm di bawah
tepi bibir atas dalam keadaan istirahat
b. Menentukan ukuran/lebar gigi depan atas. Lebar kedua gigi insisivus
sentralis atas sesuai dengan philtrum.
Telinga 4
cz)
db)
yang lebih keras dari yang lain dan ini harus diketahui letaknya hinga
gigitiruan dapat membagi tekanan oklusal sebagaimana mestinya.
Beberapa jaringan keras seperti torus palatines haru dibebaskan dari
tekanan gigi tiruan. Demikian pula jaringan lunak seperti papilla insisivus
harusdilindungi dari tekanan yang dapat menekan pembuluh darah dan
saraf yang terletak di bawahnya.
c. Daerah Dukungan di Rahang Bawah3
dc)
cukup atau tidak memadai. Salah satu contoh dari jaringan keras yang
penting yaitu: titik keras yang merupakan perlekatan otot mentalis yang
terletak dekat puncak alveolar yang sudah mengalami resorpsi (dapat
dibebaskan dari tekanan gigi tiruan dengan memodifikasi basis gigi
tiruannya), serta puncak sisa alveolar rahang bawah (permukaan yang
relatife keras ibandingkan dengan jaringan yang menutupi daera yang luas
di lereng bukal).
dd)
Pada kasus ini, pasien telah mengalami penurunan puncak
lingir alveolar pada bagian posterior kiri dan kanan rahang bawah.
Sehingga perlu dilakukan perpanjangan basis pada bagian lingual posterior
gigitiruan yang nantinya diharapkan dapat menambah retensi pada
gigitiruan tersebut.
d. Puncak alveolar yang Fibrus dan Tiipid 3
de)
resorpsi berat mempunyai puncak alveolar yang tipis seperti tali dan lunak.
Ini merupakan jaringan fibrous yang biasanya terletak dari retromolar pad
yang satu ke lainnya. Jairngan ini mudah skali didesak ke labial, ke bukal
atau ke lingual, dan tidak memberikan kestabilan atau dukungan bagi gigi
tiruan. Jaringan yang seperti ini tidak boleh tergeser atau tertekan ketika
cetakan dibuat, karena akan menimbulkan rasa sakit saat gigi tiruan
dipakai, dan akan cenderung mengangkat gigi tiruan bila gigi tidak
berkontak.
df)
e. Saliva
dg)
dm)
studi, dan model kerja untuk pembuatan sendok cetak individual yang
nantinya digunakan untuk pencetakan kedua. Pembuatan sendok cetak
kedua ini menggunakan sendok cetak khusus yang dibuat dari bahan
shellac untuk memperoeh cetakan fisiologis. Sendok cetak khusus ini
merupakan sendok cetak perorangan, karena setiap orang tidak memiliki
model rahang yang sama.
dn)
Dilakukan pemotongan base plate sesuai batas jaringan
bergerak dan tidak bergerak sebesar 1-2 mm untuk memberi tempat pada
bahan cetak. Pada sendok cetak perorangan juga dibuat lubang di daerah
langit-langit, berjarak 4-5 mm, yang berguna untuk mengalirkan bahan
cetak yang berlebih,karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang
berlebih dari gigitiruan pada jaringan pendukungnya.5
do)
Pada pencetakan kedua ini perlu dilakukan border molding
untuk mendapatkan cetakan pada bagian jaringan bergerak dan tidak
bergerak
dp)Border Molding
dq)
Border molding merupakan
dt)
jaringan
dapat
dievaluasi
dengan
Informasi
ini
akan
digunakan
untuk
semangat.
ket: Garis
getar
du)
dw)
dx) ket: Garis getar posterior.Textbook of Prosthodontics. New Delhi india:
Jaypee .2003.
yang nampak.7 Free way space adalah perbedaan jarak ruang antara
permukaan oklusal rim rahang atas dan rahang bawah 2-4 mm.11,12
ec)
Pemilihan Gigi
ed)
wajah pasien serta gigi gigi tidak boleh tampak mencolok. Warna yang
di pilih tidak boleh terlalu mencolok sehingga perhatian orang tidak
langsung tertuju pada gigi.3
eg)
eh)
wajah dan kepala. Gigi wanita seringkali lebih kecil daripada pria. Ini
terutama berlaku bagi dua gigi insisivus dua, yang biasanya lebih lembut
pada wanita daripada pria.3
ei)
bentuk wajah bentuk secara garis besar di tentukan dengan melihat wajah
pasien dari depan dan dari permukaan labial gigi insisivus satu atas Secara
garis besar bentuk wajah dikelompokkan menjadi tiga bentu dasar :
persegi, runcing (tapering) dan bujur telur (ovoid).
ej)
ek)
SIMPULAN
el)
kehilangan gigi. Kehilangan gigi berdasarkan jumlah terbagi atas dua jenis
yaitu kehilangan sebagian gigi dan seluruh gigi.
em)
pasien
tak
bergigi
ep)
eq)
er)
es)
DAFTAR PUSTAKA
et)
3. Zarb GA, Bolender CL. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak bergigi. Edisi
10. ahli bahasa : dr daroewati mardjono. Jakarta EGC; 2002. p.65-7, 71, 75-6,
80, 149, 283-4, 287, 291
ew)
4. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian
lepasan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 1991. p.114-6
ex)
5. Itjingningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. pp.29, 34,
62
ey)
6. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic Treatment of Edentulous Patient. 4th ed.
great britain: Blackwell Publishing Company; 2002. p.153-4, 177-9, 188-9
ez)
7. Loney RW. Complete denture manual: Dalhousie university; 2009. pp. 19,289,42 [internet]. Available from : URL :
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDAQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fremovpros.dentistry.dal.ca%2FRemovSite%2FManuals_files
%2FCD%2520Manual
%252012.pdf&ei=Jdt8UYnEFcrMrQeqy4GoDg&usg=AFQjCNH6UbpuLPetdkQ5Xi2bYK59ciq2A&bvm=bv.45645796,d.bmk. Accessed: 20 Januari
2014.
fa)
8. NN. Clinical procedures for complete denture construction:
journal prosthodontics 2007; (6) p. 20, 29, 33, 36
fb)
9. Nallaswamy D, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of
prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher
Ltd; 2003. p.51-3
fc)
10.
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete
denture.india: Jaypee Brothers Medical Publisher 6th ed; 2009 p.
10-1, 33-4, 117-8
fd)
11. McCord JF, Grant AA. A clinical guide to complete denture prosthetics.
books. p. Jakarta: EGC; 27-9, 34