Anda di halaman 1dari 12

A.

JUDUL
Pelatihan Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi Skala Rumah Tangga Sebagai
Sumber Energi Alternatif di Desa Rejosari, Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu
B. ANALISIS SITUASI
Rejosari merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri
Hulu, provinsi Riau merupakan daerah dengan jumlah penduduknya kurang lebih 250
kepala rumah tangga yang mayoritas pencaharianya adalah peternak sapi. Daerah ini sangat
mendukung untuk pemanfaatan limbah kotoran sapi, karena pengelola peternakan sapi di
Rejosari tak perlu lagi kebingungan membuang kotoran sapinya. Sebab, kotoran sapi bisa
diubah menjadi bahan bakar untuk kompor dan pupuk. Selain itu, area yang cukup luas dan
banyaknya kotoran sapi merupakan kesempatan penduduk untuk mengolahnya agar tidak
terjadi pencemaran lingkungan.
Pada umumnya peternak menangani limbah secara sederhana, yaitu membuat kotoran
ternak menjadi kompos maupun menyebarkan secara langsung di lahan pertanian.
Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas diharapkan dapat memberikan nilai tambah
pada usaha peternakan. Penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda, yaitu gas metana
yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai sumber energi, sedangkan limbah cair dan limbah
padat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Program pengembangan energi biogas skala kecil menengah di Indonesia mulai
digalakkan pada tahun 1970-an. Pengembangan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan
limbah dari biomassa dalam rangka mencari sumber energi alternatif di luar kayu bakar dan
minyak tanah. Program tersebut tidak berkembang meluas di masyarakat, karena
masyarakat pada waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas yang masih
disubsidi oleh Pemerintah. Disamping itu, sumber energi lain seperti kayu bakar masih
banyak tersedia, terutama di desa-desa dan daerah pinggir kota. Pengembangan biogas
rumah tangga mulai mendapat perhatian, baik dari Pemerintah maupun masyarakat setelah
dikeluarkannya kebijakan Pemerintah dalam mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM) sejak Oktober 2005 hingga saat ini.

C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH


Kesulitan masyarakat kecil dalam mendapatkan minyak tanah ataupun gas LPG
membuat masalah baru bagi mereka. Harga minyak tanah dan gas LPG yang tidak menentu
di pasaran akan menambah masalah perekonomian masyarakat kecil. Instalasi produksi
biogas akan sangat membantu mereka dalam kebutuhan sehari-hari dan diharapkan dapat
meenggantikan minyak tanah ataupun gas LPG di masa sekarang atau masa yang akan
datang. Analisis kelayakan untuk pendirian instalasi biogas ini perlu dilakukan agar tujuan
dapat tercapai dengan optimal.
Banyaknya ternak sapi di desa Rejosari menjadi peluang besar untuk pembuatan
biogas, sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan bakar di wilayah Indragiri Hulu.
Teknologi pengolahan biogas di Desa Rejosari sangat sederhana sekali karena dengan
peralatan yang sangat sederhana, murah dan mudah diperoleh masyarakat sekitar mampu
menghasilkan biogas dengan memanfaatkan kotoran ternak sapi yang dapat digunakan
dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat untuk memasak dan penerangan. Teknologi
pengolahan biogas dengan digester yang terbuat dari bahan polyethylene cocok diterapkan
untuk masyarakat kecil mengingat murahnya biaya instalasi serta kemudahan dalam
pengoperasian serta perawatan (Tim Krenova, 2007).
D. TINJAUAN PUSTAKA
D.1 Kotoran Sapi
Kotoran sapi adalah limbah peternakan berupa sisa hasil pencernaan sapi. Kotoran
sapi mengandung banyak selulosa dan lignin. Hal tersebut menyebabkan kotoran sapi
sangat baik digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Sapi menghasilkan kotoran
dengan kandungan selulosa yang cukup tinggi karena sapi termasuk hewan memamah biak.
Selulosa yang terkandung pada kotoran sapi akan dimanfaatkan untuk memproduksi
biogas.
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen, vitamin, mineral
mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (Unidentified subtances). Kandungan nutrisi ini
yang mengakibatkan limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak,
pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan (Nurtjahya, 2003).
2

Menurut Rika (2011), kotoran sapi tersusun atas 22,59% selulosa, 18,32%
hemiselulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbon organik, dan 1,26% total nitrogen. Selain
itu, kotoran sapi juga mengandung 0,37% fosfor dan 0,68% kalium. Dengan kandungan
selulosa yang tinggi, kotoran sapi dapat menghasilkan biogas dalam jumlah yang banyak.
Susunan kotoran sapi juga bisa dinyatakan dengan jumlah kotoran padat dan jumlah
kotoran cair. Selain itu, rasio C/N juga bisa digunakan untuk menyatakan susunan kotoran
sapi secara praktis.
Sri (2008) mengatakan bahwa rasio C/N pada kotoran sapi adalah 24. Semakin tinggi
rasio C/N, nitrogen akan dikonsumsi secara cepat oleh bakteri metanogen. Hal tersebut
mengakibatkan kesetimbangan reaksi bergeser ke arah kiri dan laju produksi biogas
menurun. Sebaliknya jika rasio C/N rendah, kesetimbangan reaksi bergerser ke arah kanan
dan laju produksi biogas meningkat. Rasio C/N pada kotoran sapi memenuhi persyaratan
bahan baku produksi biogas. Kotoran sapi berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai energi
alternatif berupa biogas. Hal tersebut disebabkan jumlah produksi biogas per kg kotoran
sapi relatif lebih besar dibandingkan kotoran ternak lainnya. Menurut Sri (2008), kotoran
sapi sebanyak 1 kg dapat menghasilkan 0,023-0,040 m3 biogas. Dengan jumlah produksi
tersebut, kotoran sapi sangat potensial untuk memproduksi biogas dalam jumlah besar.
Kotoran hewan dianggap substrat paling cocok untuk pemanfaatan biogas substrat dalam
kotoran sapi telah mengandung bakteri penghasil gas metana yang terdapat di dalam perut
hewan ruminansia.
D.2 Biogas
Biogas adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan
hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah
gas metana (CH4 50-70%) dan gas karbondiokasida (CO2 30-40%), hidrogen sulfida (H2S
0% - 3%), air (H2O 0,3%), oksigen (O2 0,1%-0,5%), hidrogen (H 1%-5%) dan gas-gas
yang lain dalam jumlah yang kecil. Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu
kisaran 4800 6700 Kkal/m3, untuk gas metana murni (100%) mempunyai nilai kalor
8900 Kkal/m3 (Efriza, 2009).

Biogas terdiri dari berbagai macam gas, biogas adalah campuran beberapa gas,
tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam
kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida
(CO2). Komposisi biogas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel D.1 Komposisi Biogas
Jenis Gas
Metana
Karbondioksida
Nitrogen
Karbonmonoksida
Oksigen
Propena
Hidrogen sulfida
Nilai kalor
(Kkal/m3)
Sumber: Nurtjahya 2003

Jumlah
65,7%
27%
2,3%
0%
0,1%
0,7%
Tidak terukur
6513

Kesetaraan nilai kalori biogas dibandingkan dengan bahan bakar lainnya ditunjukkan pada
tabel berikut.
Tabel D.2 Kesetaraan Nilai Kalori Biogas dengan Bahan Bakar Lain

Sumber: Sri, 2008


D.3 Proses Pembentukan Biogas.
Biogas berasal dari proses penguraian bahan organik secara anaerobik (tanpa udara)
oleh bakteri melalui tiga tahapan, yaitu hidrolisis, pengasaman, dan methanasi. Proses
pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam
kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar
4

dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi
memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum
35 oC dan pH optimum pada range 6,4 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan
yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan
Methanosarcina. Gambar proses pembentukan biogas dapat dilihat pada gambar D.1
dibawah ini.

Gambar D.1 Proses Pembentukan Biogas


D.3.1 Tahap Hidrolisis
Pada tahap pertama (hidrolisis), bahan organik dienzimatik secara eksternal oleh
enzim ekstraseluler (selulosa, amylase, protease dan lipase). Bakteri memutuskan senyawa
rantai panjang karbohidrat, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Contoh dari
pemutusan senyawa rantai panjang ini adalah polisakarida diubah menjadi monosakarida,
protein diubah menjadi peptide dan asam amino (Khasristya, 2004).
D.3.2 Tahap Asidifikasi (Pengasaman)
Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil
proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH), hidrogen (H2) dan
5

karbondioksida (CO2). Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh
dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut
memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan.
Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana
oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah
senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
karbondioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana (Khasristya, 2004).
D.3.3 Tahap Pembentukan Gas Metana
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat
molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini
menggunakan hidrogen, karbondioksida dan asam asetat untuk membentuk metana dan
karbondioksida. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis.
Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk penghasil bakteri
metan. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan
bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi
toksik bagi mikroorganisme penghasil asam (Khasristya, 2004).
D.4

Cara Pembuatan Biogas


Kinerja instalasi biogas diperoleh dari pengujian menggunakan bahan baku kotoran

sapi dengan prosedure sebagai berikut : Cara kerja untuk menghasilkan biogas setidaknya
melalui 3 tahap yaitu, 1) penampungan, pengenceran dan pengadukan dan pemasukkan
bahan baku, 2) pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas dan 3) pengambilan sisa
limbah setelah diambil gasnya. Ketiga tahap tersebut merupakan suatu alur kerja yang
terus-menerus yang terjadi pada 3 tabung yang tersedia yaitu tabung penampung, tabung
pencerna/pemroses dan tabung penampung sisa limbah tabung pengeluaran. Secara rinci
tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut,
1. Tahap penampungan, pengenceran, pengadukan dan pemasukkan bahan baku
Bahan baku kotoran ternak dimasukkan ke dalam tabung penampung, kemudian
diencerkan dengan menambah air hingga perbandingan antara bahan padat dan cair
1:1, selanjutnya dilakukan pengadukan sampai merata. Bahan-bahan yang tidak
berguna dan diperkirakan mengganggu proses pembuatan biogas (seperti kayu, batu
6

dan bahan-bahan yang keras) diambil. Kemudian bahan tersebut dimasukkan kedalam
tabung pemroses atau digester.
2. Tahap Pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas
Tahap ini berlangsung pada tabung pencerna/pemroses atau digester. Bahan baku
yang sudah diencerkan dan sudah dibersihkan dari bahan-bahan yang diperkirakan
mengganggu proses terjadinya biogas, dimasukkan kedalam tabung digester. Untuk
pertama kali memasukkan bahan baku kedalam digester sampai penuh. Gas yang
pertama diproduksi membutuhkan waktu antara 4 sampai 15 hari.
3. Tahap pengambilan sisa limbah setelah diambil gasnya
Sisa limbah diperoleh dari melubernya kotoran yang bercampur air dari tabung
penampung sisa limbah. Sisa bahan yang diambil merupakan sisa dari limbah yang
telah diambil gasnya oleh bakteri methan atau bakteri biogas, bentuknya seperti
lumpur atau disebut slurry yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Skema umum pembuatan biogas dari kotoran sapi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar D.2 Skema Reaktor Biogas dari Kotoran Sapi


Sumber YKU, 2013

E. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Memberi masukan kepada masyarakat tentang pemanfaatan residu biogas dari


kotoran ternak bagi kepentingan masyarakat petani dan peternak

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang aspek sosio-kultural penerapan


teknologi biogas dalam rangka perintisan wirausaha baru

Mengkaji prospek penerapan teknologi biogas di desa Rejosari, Kecamatan Lirik,


Kabupaten Indragiri Hulu terkait dengan aspek community development untuk jangka
yang lebih panjang

F. MANFAAT KEGIATAN
Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Hasil dari kegiatan yang akan dilakukan diharapkan dapat menjadi rintisan kegiatan
sistem pengelolaan limbah ternak yang berdaya guna.

Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber belajar (real teaching) bagi
dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan berbasis riset.

Memotivasi masyarakat desa untuk merintis wirausaha baru di bidang pembuatan


biogas

Meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan peternak sapi di daerah tersebut


sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.

G. KHALAYAK SASARAN
Kegiatan pelatihan pembuatan biogas dari kotoran sapi ini ditujukan pada seluruh
warga usia dewasa di lingkungan desa Rejosari Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu
Riau.
H. METODE KEGIATAN
8

Kegiatan pemberdayaan peternak sapi dalam memanfaatkan kotoran sapi menjadi gas
bakar berlangsung dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah koordinasi pelaksanaan
kegiatan dengan pemerintah daerah setempat (kepala Desa). Tahap kedua adalah
pengarahan atau sosialisasi mengenai pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas. Sedangkan
tahap ketiga adalah pelatihan tentang tata cara pembuatan, pengoperasian, dan perawatan
alat pembangkit biogas. Tahap keempat adalah praktek pemanfaatan biogas sebagai bahan
bakar kompor biogas dan pengolahan pupuk cair sebagai hasil samping proses.
I. RANCANGAN EVALUASI
Evaluasi terhadap keberhasilan kegiatan ini dilakukan dengan cara pemantauan secara
berkala untuk menilai tingkat keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan pengabdian ini.
Tahapan evaluasi yang dilaksanakan antara lain:

Monitoring dan mengevaluasi persiapan kegiatan sosialisasi dan pelatihan, yaitu


meliputi pengecekan tempat pelatihan, kelengkapan alat dan bahan pada saat
kegiatan, dan penyediaan makalah/bahan pelatihan yang akan disampaikan.

Monitoring dan mengevaluasi pada saat pelatihan berlangsung, yaitu meliputi


pengecekan kehadiran peserta dan memberi motivasi agar kegiatan ini dapat diikuti
dengan baik.

Monitoring dan mengevaluasi hasil (produk) pasca pelatihan, yaitu menilai hasil
kerja peserta dalam bentuk komentar yang bersifat membangun.

J. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan biogas dari kotoran sapi ini akan
dilaksanakan selama enam bulan. Kegiatan ini akan dilakukan secara bertahap di desa
Rejosari Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu Riau, dengan jadwal kegiatan sebagai
berikut:
No
.
1
2
3

Kegiatan
1

Persiapan
Pelaksanaan
Evaluasi
9

Bulan ke3
4

Laporan

K. RENCANA BIAYA
1.

Bahan dan Alat


N
o
1
2
3
4
3
4

Jenis

Jumlah

Biaya Satuan (Rp)

Reaktor
1 buah
Penampung gas
1 buah
Drum pengaduk bahan
1 buah
Pengaman gas
1 buah
Selang saluran gas
10 m
Lain-lain
Jumlah Biaya

1.500.000,800.000,500.000,100.000,10.000,200.000,-

Biaya (Rp)
1.300.000,800.000,500.000,100.000,100.000,200.000,3.000.000,-

2. Biaya Perjalanan
No
1

Tujuan

Jumlah

Perjalanan Pekanbaru-Desa
5 x PP
Rejosari
Jumlah Biaya

Biaya Satuan
(Rp)
500.000,-

Biaya
(Rp)
2.500.000,
2.500.000,
-

3. Administrasi
No
1

Uraian Kegiatan
Pembuatan Laporan

2
3

Pajak dan Fee


Dokumentasi

Jumlah
6

Biaya Satuan
25.000

Biaya (Rp)
300.000,-

1.200.000
325.000,-

1.200.000,325.000,1.825.000,-

Biaya Satuan
20.000,25.000,-

Biaya (Rp)
300.000,375.000,675.000,-

Jumlah Biaya
1. Sosialisasi
No
1
2

Uraian Kegiatan
Jumlah
Makan siang
15
Transportasi Peserta
15
Jumlah Biaya

2. Honorarium
No
1

Pelaksana Kegiatan
Ketua pelaksana

Jumlah
1
10

Biaya (Rp)
800.000,-

Anggota Pelaksana
Jumlah Biaya
3. Rekapitulasi
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Uraian

1.200.000,2.000.000,Biaya (Rp)

Bahan dan alat


Transportasi
Administrasi
Sosialisasi
Honorarium
Jumlah Biaya

3.000.000,2.500.000,1.825.000,675.000,2.000.000,10.000.000,-

11

DAFTAR PUSTAKA
Hambali, Erliza. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agro Media.
Khasristya Amaru, 2004. Rancangan Bangun dan Uji Kinerja Biodigester Plastik
Polyethilene Skala kecil. Pertanian: UNPAD.
Nurtjahya, Eddy, Dkk. 2003. Pemanfaatan Limbah Ternak Ruminansia untuk Mengurangi
Pecemaran Lingkungan. Institute Pertanian Bogor: Bogor.
Tim Inventarisai dan Seleksi KRENOVA BAPPEDA Sukoharjo. 2007. Laporan Akhir
Inventarisai dan Seleksi Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (KRENOVA) Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2007, BAPPEDA Sukoharjo, Sukoharjo
Wahyuni, Sri. 2008. Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yayasan Kemaslahatan Umat.

2013. Program Pengembangan Dan Kesinambungan

Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga Dari Kotoran Hewan. Aceh.

12

Anda mungkin juga menyukai