Anda di halaman 1dari 7

INSOMNIA dan PENATALAKSANAANNYA

Insomnia merupakan salah satu jenis gangguan tidur, merupakan keadaan dimana
seseorang sudah ingin tidur tetapi mengalami kesulitan pada awalnya (untuk memulai
tidur), sulit untuk mempertahankan tidur (tengah), atau bangun terlalu pagi dan tak
dapat tidur lagi (akhir), akibatnya tidur menjadi tidak adekuat dan tidak
menyegarkan.
Sebetulnya tidur mempunyai berbagai fungsi antara lain berfungsi protektif, untuk
konservasi energi, restorasi otak, fungsi homeostasis, perbaikan imunitas, serta untuk
regulasi suhu tubuh.
Gangguan ini dapat dialami seseorang dalam satu tahun pada sekitar 20-30% dari
populasi umum, lebih sering pada wanita, pada usia dewasa sekitar 14% terkena
insomnia dan pada usia tua sekitar 19% jadi berbeda sekitar 5 % lebih banyak. Pada
usia lanjut lebih banyak yang meminta pertolongan medik.Mereka yang terkena
insomnia tampaknya lebih banyak yang mengalami distres psikik dan 20 % lebih
banyak menderita gangguan fisik secara bersamaan, umumnya gangguan
kardiovaskuler dan respiratorik.

FENOMENA TERKAIT TIDUR


Istilah REM ( Rapid Eye Movement )
Kondisi Gerak Mata Cepat yang dapat menyertai proses tidur dan berfungsi untuk :
-konsolidasi memori dan memproses hal-hal yang baru
-stimulasi otak,
-memecahkan masalah yang konflik yang terjadi saat siang hari.
Bila terdapat kelainan ini dapat menimbulkan gangguan :
-deprivasi tidur REM akan mengacaukan proses belajar tugas yang kompleks/baru,
- sukses saat bangun merupakan suatu proses pembelajaran yang akan dapat
mengakibatkan peningkatan tidur REM pada tidur berikutnya,
-tanpa tidur REM maka rekoleksi material yang baru dipelajari akan terganggu.

Gelombang otak terkait masalah tidur.


Gelombang Alfa:dengan frekuensi 8-12 Hz dan amplitudo 10-15 mV pada otak bagian
oksipital / parietal timbul pada saat mata tertutup dan relaks, gelombang ini akan
hilang sesaat sesudah kita membuka mata.
Gelombang Beta: dengan frekuensi 14 Hz dan amplitudo sekitar 25mV pada otak
bagian frontal dan dominan pada saat mata terbuka dan pada tidur REM.
Gelombang Teta : dengan frekuensi 4-7 Hz dan ampltudo bervariasi, ada pada saat
terjaga pada anak sampai umur 25 tahun, dan pada usia lanjut lebih dari 60
tahun.Normal ada pada masa dewasa pada saat tidur stadium 1,2,3, dan 4.

Gelombang Delta: dengan frekuensi 0-3Hz dan amplitudo bervariasi dan akan timbul
normal pada tidur stadium 2,3 dan 4.

Stadium tidur.
Non-REM Sleep terbagi atas 4 stadium:
-Tingkat 1

: tidur ringan / gelombang Alfa,Beta dan Teta.

-Tingkat 2

: tidur konsolidasi / gelombang Delta kurang dari 20%.

-Tingkat 3&4 : tidur dalam.


-Tingkat 3

: gelombang Delta sekitar 20-50%.

-Tingkat 4

: gelombang Delta lebih dari 50%.

REM/Paradoxical Sleep:
-tidur dalam tetapi dengan gelombang mirip tidur ringan,
-gelombang Alfa,Beta dan Teta,
-pada kondisi ini bisa ada mimpi,ereksi penis dan vaskularisasi vagina.
Siklus tidur bangun
Siklus ini bersifat endogen dan tidak secara pasif dikontrol lingkungan atau hanya
berrespons terhadap akumulasi waktu bangun. Iramanya mencakup hampir 24 jam
dengan puncak siaga waktu siang (afternoon) dan kantuk saat malam hari,Waktu tidur
paling tidak dipengaruhi oleh 3 faktor, pertma dorongan homeostasis yang meningkat
sesudah bangun,kedua ritme sirkadian dan ketiga faktor pengaruh perilaku.
Ada beberapa jenis insomnia dan terdapat beberapa istilah seperti:
-Primary insomnia: insomnia yang tidak diketahui sebabnya.
-Secondary insomnia: insomnia yang diketahui sebabnya antara lain faktor biologik
dan psikologik, faktor terkait NAPZA, faktor lingkungan atau kebiasaan yang
kurang baik, dan adanya pengkondisian negatif.
Malnutrisi akibat diet yang kurang baik , monoton dan kurang mengandung
triptofan (bahan untuk sintesis serotonin) dapat menimbulkan insomnia.
Tiduryang terlalu lama sewaktu libur dapat juga menimbulkan insomnia
( Sunday night insomnia).
Rasa takut tak bisa tidur justru malahan membuat tidak bisa tidur sama sekali
(self-fulfilling prophecy) merupakan salah satu dari pengkondisian negatif.
Insomnia psikofisiologik biasanya terjadi akibat stres yang kemudian akan
menimbulkan kebiasaan kurang baik dan timbul insomnia yang akan tetap
ada walaupun sesudah stres berlalu.
-Transient / Short Acting Insomnia: insomnia yang bersifat sementara dan akan
hilang sendiri sesudah beberapa hari kemudian.
-Acute insomnia : insomnia yang terjadi secara akut/mendadak.
-Long- term Chronic insomnia: yang berlangsung lama yang bersifat kronik,
sebagai batasan adalah bila lebih dari 3-4 minggu.
Diagnosis Banding
Sebagai diagnosis banding dapat dipertimbangkan beberapa gangguan dibawah ini,
dan jangan lupa hal yang terpenting adalah penyebab harus diobati dulu.
1.Gangguan psikiatrik.
Pada insomnia dengan etiologi faktor psikologik umumnya adalah sebagai akibat
dari suatu gangguan anxietas atau depresi, Pada gangguan anxietas biasanya
bersifat awal yaitu sulit untuk memulai tidur dan pada gangguan depresi umumnya
bersifat akhir yaitu bangun terlalu pagi (early morning awakening) dan sulit untuk

tidur kembali.Bila terdapat campuran antara anxietas dan depresi maka sifat
gangguan pada tengah tidur dimana sering bangun tapi dapat tidur kembali / tidur
ayam. Gangguan psikiatrik yang sering adalah gangguan non-psikotik, gangguan
psikotik termasuk gangguan afektif atau yang terkait NAPZA. Semua ini paling
sering menimbulkan gangguan insomnia yang bersifat khronis.
2.Gangguan medik.
Beberapa gangguan saluran nafas,refluks,fibromialgia, penyakit reumatologi lain.
3.Gangguan neurologik.
Parkinsonisme dan gangguan yang sejenis,demensia dan penyakit degeneratif,
penyakit serebro vaskuler,epilepsi ,nyeri kepala dan sindrom nyeri lainnya.
4.Gangguan lingkungan.
5.Gangguan ritme sirkadian.
Misalnya sindrom perubahan zona waktu, pengaruh kerja shift.
6.Gangguan perilaku.
7.Gangguan tidur primer .
Salah persepsi, idiopatik,apnea tidur,parasomnia,RLS,PLMS dll.
Gangguan psikofisiologis meliputi pola higiene tidur yang tidak adekuat, adanya
gangguan pada penyesuaian tidur, serta pola tidur irreguler.
PENATALAKSANAAN
Penanganan umum meliputi higiene tidur sebagai profilaksis, relaksasi dan meditasi,
terapi psikologik / non-farmakologi, terapi akupunktur, terapi psikofarmakologik, serta
bila perlu intervensi baik fisik maupun bedah .
Sebagai tujuan pengobatan adalah untuk dapat memperbaiki kondisi tidur,kemudian
dapat siaga penuh /waspada saat bangun, serta juga sekaligus dapat memperbaiki
ritme sirkadian.
Harus diingat bahwa insomnia adalah gejala atau simptom saja bukan diagnosis karena
itu secara rasional perlu penanganan melalui upaya mencari penyebab atau kausanya
lebih dahulu, dan bila ada kecenderungan kearah menahun,perlu dicari kearah suatu
gangguan mental-emosional yang kemungkinan mendasarinya.
Sebelumnya kita singgung dulu masalah Higiene Tidur yaitu beberapa kondisi yang
perlu diperhatikan demi untuk kesehatan tidur yang optimal antara lain:
-tidur-bangun secara teratur pada jam yang sama,
-tidur cukup lama agar bangun segar dipagi hari,
-olah raga setiap hari tetapi jangan dekat-dekat saat s ebelum tidur,
-makan secara teratur dan seimbang,
-dengarkan musik yang lembut terutama sebelum mematikan lampu,
-usahakan menggunakan tempat tidur yang terpisah,
-hindari gangguan yang bersifat fisik seperti suara,cahaya, atau suhu kamar,
-atur obat, hindari makan obat yang merangsang menjelang tidur,
-gunakan kasur dan bantal yang menyenangkan,
-bila terbiasa tidur siang, lakukan pada jam yang sama sesudah makan siang
dan jangan lebih dari 45 menit.

Pada beberapa penelitian relaksasi dan meditasi dapat membantu menyembuhkan


insomnia, demikian juga terapi akupunktur dengan konsepnya berupa pengembalian
kondisi ketidakseimbangan yang terjadi dalam tubuh seseorang dengan insomnia.

Terapi psikofarmakologi
-Perlu penanganan khusus dan terpadu.
-Hindari terjadinya adiksi obat terutama obat hipnotik dan antianxietas.
-Obat hipnotik sedikit banyak umumnya akan berpengaruh pada kondisi kerja.
-Bila kronik dianjurkan untuk memakai pendekatan non farmakologik,misal dengan
terapi akupunktur atau memakai obat yang kurang adiktif atau diberikan saja obat
jenis neuroleptik dengan dosis kecil.
-Perlu pendamping / mentor yang profesional bila pengobatan jangka panjang.
Sebelum melakukan suatu pengobatan yang bersifat farmakologik ,agar diusahakan
dulu dengan cara non-farmakologik yaitu dengan dengan terapi perilaku (behaviour
therapy) yaitu dengan jalan edukasi higiene tidur dan relaksasi progresif dan juga
penggunaan Bright Light Therapy bilamana memungkinkan dan khususnya untuk yang
mengalami gangguan tidur akhir.Terapi akupunktur dapat membantu khususnya
untuk jenis insomnia kronik dan bila ada kekekuatiran akan adanya adiksi.
Beberapa penyulit yang dapat ditemukan dan kadang sulit untuk dihindari antara lain
adalah obat-obatan ,makanan atau minuman yang merangsang pada malam hari atau
bersifat sedatif pada siang hari. Demikian juga adanya suatu stres kehidupan atau
faktor penurunan kesehatan serta kondisi psikologis yang dapat menyulitkan
tidur.Harus hati-hati pada penderta gangguan liver,paru-paru serta mereka yang ada
kecenderungan adiktif.
Bilamana diperlukan obat maka haruslah dicari dulu kausa dari insomnia. Terapi
psikofarmaka biasanya berupa obat-obat anti anxietas atau antidepresan. Harus hatihati dengan penggunaan obat hipnotik khususnya bila sudah diketahui bila etiologinya
adalah faktor psikilogik. Bila insomnia bersifat kronik dan kita kuatir dapat
menimbulkan adiksi maka dapat digunakan psiko-farmaka jenis neuroleptik tentunya
dengan dosis kecil sekitar 10-25% dari dosis untuk kondisi psikotik.
Bilamana terdapat anxietas sebagai faktor yang mendasarinya dan biasanya bersifat
awal maka hendaklah diberikan obat anti anxietas yang kurang menimbulkan adiksi
seperti clobazam, chlordiazepoxide, lorazepam, diazepam , hati-hati bila menggunakan
bromazepam atau khususnya alprazolam yang dapat menimbulkan adiksi yang sulit
diobati.
Bila terdapat gangguan depresi dengan ciri insomnia akhir maka hendaknya digunakan
obat antidepresan dan bila terdapat campuran antara anxietas dan depresi maka dapat
juga digunakan obat antidepresan yang mempunyai sifat dual-action.
Tentunya pemberian obat anti-anxietas dan anti-depresan harus mempertimbangkan
efek samping mengantuk / sedasi dari obat, khususnya bagi mereka yang harus bekerja
atau membawa kendaraan.

BEBERAPA CATATAN
Perawatan di rumah sakit terlalu lama dapat mengakibatkan gangguan pada ritme
sirkadian yang dapat melambat selama beberapa jam.
Beberapa kebiasaan yang dapat menyebabkan pengkondisioan negatif antara lain
membiasakan diri membawa segelas air dan hipnotik ke kamartidur, lebih baik
minum obat beberapa saat sebelum tidur dan kemudian baru pergi tidur, berbaring
dan melakukan relaksasi dan sesudah hasilnya bagus sebaiknya jangan dilakukan
sebagai rutinitas, karena akan dapat menimbulkan proses pengkondisian juga dimana
berbaring ditempat tidur dikaitkan dengan kondisi keterjagaan.
Penggunaan hipnotik
Suatu obat hipnotik yang ideal adalah yang dapat bereaksi cepat,non-toksik,nonadiktif dan dapat cepat dikeluarkan dari tubuh.Jangan sampai menimbulkan toxic
behaviour yaitu kondisi mengantuk serta hambatan kognitif dan psikomotor yang
dapat menurunkan kewaspadaan dan berakibat menimbulkan kecelakaan.
Penggunan hipnotik seharusnya hanya untuk kondisi tertentu saja, umumnya untuk
insomnia yang singkat atau yang jelas bersifat organik. Demi untuk menghidari
adiksi juga lebih baik digunakan hipnotik yang lebih baru yang kurang / tidak begitu
cepat menimbulkan adiksi antara lain seperti zolpidem dan ramalteon.
Short- acting hypnotics /short half-life hanya digunakan untuk jenis insomnia jangka
pendek / sementara misalnya pada pekerja shift dan diberikan saat sudah pulang
kerja.Dapat juga diberikan pada yang mengalami gangguan insomnia awal dan mereka
yang menglami insomnia kronik, tetapi hanya pada awal-awal terapi saja.Tujuan disini
adalah suatu obat yang diabsorbsi dan cepat dan cepat dapat menginduksi tidur.Perlu
diingatkan jangan memberikannya lebih dari 10 hari !
Intermediate-acting / half- life hypnotics diperlukan untuk pemeliharaan tidur yng perlu
waktu lebih lama, uumumnya digunakan pada insomnia akhir atau yang sering
terbangun tengah malam.
Perlu diingatkan bahwa bahwa pemakaian hipnotik tidak boleh dicampur dengan
alkohol dan juga jangan menggunakan alkohol untuk menginduksi tidur.
REFERENSI
1.Handiono,S. Agustus1988: Manfaat Relaksasi dan Meditasi terhadap Kesehatan Jiwa, dalam
Simposium Insomnia, Cermin Dunia Kedokteran no.53, Penerbit Puslitbang PTKalbe Farma,Jakarta.
2.Insomnia Research Bulletin, September 1991: News from the World Federation of Sleep Research
Societies-Founding Congress ,Cannes, Penerbit Upjohn-USA.
3.Lumbantobing,S.M . 2008 :Gangguan Tidur, Penerbit FKUI Jakarta.
4.Martina, W.S.N. April 2011, Management of Insomnia in Dementia ,dalam Lunch Symposium:
Insomnia in Elderly: Norm or Exception?- Konas API IV,Makassar.
5.Musadik,K. Agustus 1988: PatofisiolologiGangguan tidur,dalam Simposium Insomnia,Cermin Dunia
Kedokteran no.53, Penerbit Puslitbang PTKalbe Farma, Jakarta.
6.Nina,K.S.April 2011: Pathophysiology of Sleep and Isomnia in People with Dementia, dalam Lunch
Symposium :Insomnia in Elderly: Norm or Exception?-Konas API IV,Makassar.
7.Salan,R. Agustus 1988: Terapi Medisinal pada Insomnia, dalam Simposium Insomnia, Cermin Dunia

Kedokteran no.53 , Penerbit Puslitbang PT Kalbe Farma, Jakarta.


8.Sardjono,O.S. Agustus 1988 : Ketergantungan dan PenyalahgunaanObat Hipnotik, dalam Simposium
Insomnia,Cermin Dunia Kedokteran no.53, Penerbit Puslitbang PT Kalbe Farma,Jakarta.
9.Setiabudhi,T.Agustus 1988 : Gangguan Tidur pada Usia Lanjut, dalam Simposium Insomnia, Cermin
Dunia Kedokteran no.53 ,Penerbit Puslitbang PT Kalbe Farma,Jakarta.
10.Tun,K.B. Agustus1988: Arti Tidur daslasm Kehidupan Sehari-hari, dalam Simposium Insomnia,
Cermin Dunia Kedokteran no.53, Penerbit Puslitbang PT KalbeFarma,Jakarta.
11.Widya,D.K. Agustus 1988 : Peranan Akupunktur dalam Pengobatan Insomnia, dalam Simposium
Insomnia, Cermin Dunia Kedokteran no.53, Penerbit Puslitbang PT Kalbe Farma,Jakarta.
12.Wijaya,E. Agustus 1988 : Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Obat Psikotropika
pada Usia Lanjut, dalam Simposium Insomnia ,Cemin Dunia Kedokteran no.53 ,Penerbit Puslitbang
PT Kalbe Farma ,Jakarta.
13.Yoewana,S. Agustus 1988 :Psikopatologi Insomnia, dalam Simposium Insomnia, Cermin Dunia
Kedokteran no.53 ,Penerbit Puslitbang PT Kalbe Farma, Jakarta.
14.Yuana,T.A. April 2011 :Treating Dementia through Sleep Improvement, dalam Lunch Symposium
Insomnia in Elderly: Norm or Exception?-KONAS API IV,Makassar.

Anda mungkin juga menyukai