Anda di halaman 1dari 14

ISSN 0215-8250

PENGARUH KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PRESTASI


BELAJAR IPS DAN MIPA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI
3, 4 DAN 7 BANJAR JAWA SINGARAJA
oleh
Soetopo
Jurusan Ilmu Keolahragaan
IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebugaran jasmani
terhadap prestasi belajar IPS dan MIPA pada siswa kelas V SDN 3,4, dan 7 Banjar
Jawa Singaraja. Populasi terdiri dari siswa kelas V SDN 3,4, dan 7 Banjar Jawa
Singaraja tahun ajaran 1999/2000. Sampel adalah prestasi belajar IPS dan MIPA
siswa yang berada antara 25 % kelompok atas dan 25% kelompok bawah. Teknik
Sampling dengan teknik purposive sampling dan penempatan anggota sampel
dilakuan dengan cara penjodohan. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan control group pre test post test design. Pengumpulan data dilakukan
dengan tes dan dokumenter. Analisis data menggunakan uji Willcoxon dengan
taraf signifikansi untuk tes dua sisi sebesar 0,01. Hasil penelitian menunjukan
bahwa : (1) Prestasi belajar IPS dan MIPA pada siswa kelompok kontrol yang
tingkat kebugaran jasmani berada pada kategori kurang tidak menunjukkan
peningkatan prestasi belajar. (2) Prestasi belajar IPS dan MIPA pada siswa
kelompok perlakuan yang tingkat kebugaran jasmani mengalami peningkatan dan
berada pada kategori sedang menunjukkan peningkatan prestasi belajar secara
signifikan. Para kepala sekolah disarankan mengeluarkan kebijakan tentang
pentingnya pembinaan kebugaran jasmani bagi siswanya, karena kebugaran
jasmani merupakan pra-kondisi untuk kesiapan belajar. Para guru pendidikan
jasmani hendaknya selalu memperhatikan jenis dan macam latihan fisik yang
dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan mampu merangsang meningkatkan
prestasi belajar kognitif.
Kata-kata kunci: Kebugaran jasmani, prestasi belajar.
ABSTRACT
This study aims at finding out the influence of physical fitness towards the
learning achievement of social study, mathematics and science to the fith class of
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
elementary schools students no. 3,4 and 7 Banjar Jawa Singaraja. The population
of the study is the fifth class of the elementary school students no. 3, 4 and 7
Banjar Jawa Singaraja in the school years of 1999/2000. The samples are the
learning achievement of social study, mathematics and science, namely, 25% high
group and 25% lower group. Purporsive sampling technique was used in this
study. Research methodology is quasi exsperiment with control group pretest
postest design. Data were collected by the use of test and document. They are,
then, analyzed by using Willcoxon test with significant level 0.01. The results of
the study showed that (1) the students who have poor physical fitness do not
improve their achievement in social study, math, and science, and (2) the students
whose physical fitness are good, they have improved their achievement. It
is
suggeeted that the headmasters give some information about the importance of
having physical fitness for the students. The sport teachers must also give
attention to the types of physic training given to the students so that it can improve
the learning achievement.
Key words: physical fitness, achievement of learning.
1. Pendahuluan
Pada dasarnya pendidikan jasmani menurut Djamil (1995:1) ialah suatu
bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani
dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani,
mental, sosial, serta emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Hasil yang
diharapkan dari pendidikan jasmani adalah selain penguasaan berbagai
keterampilan gerak dasar juga kondisi fisik atau derajat sehat yang baik, sehingga
dihasilkan tingkat kebugaran jasmani yang prima.
Fungsi pendidikan jasmani menurut Purnomo (Buletin Kesjas Edisi 2/th
II/1995:8), yaitu : (1) meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang
meliputi kebugaran jasmani dan kesehatan, (2) meningkatkan ketangkasan dan
keterampilan, (3) meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan, (4) menambah
kehidupan sosial yang kreatif dan rekreatif. Tingkat kebugaran jasmani yang
prima ini akan membantu memudahkan bagi siswa dalam mempelajari semua mata
pelajaran yang ada di bangku sekolah.
Hasil penelitian yang disajikan pada Lokakarya Institut Nasional dari
Kesehatan Mental Amerika Serikat tahun 1984 di antaranya, bahwa kebugaran
jasmani secara positif berhubungan dengan kesehatan mental dan kesehatan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
keseluruhan dari seseorang (Kathleen 1992:143). Penelitian yang dipimpin oleh
Bowers dari Universitas Bowling Green, menunjukkan setelah 10 minggu berjalan
atau jogging, mereka yang berusia lanjut ternyata mempunyai daya ingat yang
lebih baik serta daya pikir yang lebih tajam. Penelitian ini menunjukkan bahwa
segera setelah berolahraga, kesadaran mentalnya dan kemampuan berpikirnya
dapat diperbaiki (Kathleen, 1992:142).
Purnomo (Buletin Kesjas Edisi 2/Th.II/1995;13) dalam penelitian dari 20
SMP di 4 Propinsi ( Jatim, Bali, D.I.Y, dan Sulsel) diperoleh kesimpulan bahwa
tingkat kebugaran jasmani yang baik, berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
Hal ini terbukti dari hasil tes kebugaran jasmani dan nilai hasil belajar yang
diambil dari 10 mata pelajaran. Setelah diklasifikasikan hasilnya menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara siswa yang mempunyai prestasi
belajar baik dengan tingkat kebugaran jasmani baik.
Wiranto (1997;4), menyatakan bahwa kecerdasan emosional dapat
dikembangkan melalui pendidikan jasmani dan olahraga. Inti sari pengertian
kecerdasan emosional menurut Rusli (1997), mencakup empat aspek yaitu
pengendalian diri, kerajinan, keuletan dan kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri. Kesimpulannya bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor
internal dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Dukungan kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh para siswa sekolah
untuk
dapat mengikuti proses pembelajaran setiap hari yang rata-rata
membutuhkan waktu lima jam. Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa
pendidikan jasmani memang sangat dibutuhkan oleh para siswa sekolah untuk
meningkatkan dan menjaga kebugaran jasmani. Menurut Wiranto (1997:3),
kecerdasan dan kreatifitas yang diperoleh melalui olahraga hendaknya melekat
pada kepribadian dan kemampuan seseorang.
Peningkatan kebugaran jasmani diharapkan dapat ditransfer secara positif
ke dalam kemampuan belajar kognitif. Hal ini diharapkan tercermin dari
meningkatnya hasil prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika,
ilmu pengetahuan alam (MIPA) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS), yang perlu
dibuktikan dalam penelitian ini.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri


No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
Melalui Pendidikan Jasmani dan olahraga, diharapkan para siswa dapat
lebih mudah menguasai konsep-konsep dan keterampilan yang lainnya, sehingga
terjadi transfer hasil belajar pendidikan jasmani yang positif terhadap penguasaan
konsep-konsep dan keterampilan bidang studi lainnya. Pendidikan jasmani dengan
pengayaan program kurikuler diharapkan akan sangat bermakna dalam
peningkatan kebugaran jasmani guna mendukung pencapaian prestasi belajar pada
umumnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang :
apakah ada pengaruh kebugaran jasmani dengan peningkatan prestasi belajar
MIPA dan IPS pada siswa SD . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kebugaran jasmani terhadap peningkatan prestasi belajar MIPA dan IPS
pada siswa SD. Manfaat penelitian adalah (1) untuk mengembangkan proses
pembelajaran pendidikan jasmani secara optimal guna menghasilkan tingkat
kebugaran jasmani yang prima guna mendukung prestasi belajar kognitif. (2)
membantu pengembangan kondisi fisik dan hasil prestasi belajar kognitif.
Ada beberapa teori yang layak diadopsi di antaranya adalah teori fisiologis,
teori motorik, transfer belajar dan kontribusi pendidikan jasmani terhadap
perkembangan kognitif.
Teori fisiologis meliputi berikut ini. (a) Sistem
endogenous opioids yaitu sistem hormon yang berfungsi sebagai morpin, yakni
reseptor dari sistem ini terdapat di dalam hypothalamus dan sistem limbik otak,
yang daerah tersebut berhubungan dengan emosi dan tingkah laku manusia. Sistem
hormon endogenous opioids, salah satunya ialah beta-endorpin yang berfungsi
mengurangi rasa nyeri, memberikan kekuatan menghadapi kanker dan juga
menambah daya ingat. Saat berolahraga kelenjar pituari menambah produksi betaendorpin dan hasilnya kosentrasi beta-endorpin naik di dalam darah yang dialirkan
juga ke otak, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri, cemas, depresi dan keletihan,
(b). Gelombang otak alpha, yaitu selama berolahraga ada penambahan gelombang
alpha di otak. Bertambahnya kekuatan gelombang alpha di otak memberikan
kontribusi terhadap berkurangnya kecemasan dan depresi. (c) Sistem saraf otak,
penyalur saraf otak (neurotransmitter) seperti norepinephrine (NE) dan serotine
(5-HT) terlibat dalam depresi dan schizophrenia. Depresi berhubungan dengan
berkurangnya NE di dalam otak, atau terganggunya NE atau 5-HT pada saat
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
seseorang mengalami depresi. Olahraga dapat menambah NE dan 5-HT dalam
otak, sehingga dapat mengatasi depresi (Kathleen, 1992: 144-145). (d) Sinapsis
adalah persambungan antara dua neuron yakni akson membuat kontak dengan
dendrite atau badan sel dari neuron lainnya. Pembesaran serat akson pada titik
kontak dikenal sebagai sinaptik knop, yaitu suatu basis yang memungkinkan
peningkatan transmisi pada sinapsis yang melibatkan belajar terjadi karena
pembesaran sinaptik knop tersebut (Donald, dalam Andi, 1968:124).
Sinapsis merupakan perangkat untuk meneruskan impuls dari satu sel ke
sel lain yang dapat ditemui pada hubungan antara sel saraf dan sel saraf atau sel
saraf dengan sel otot. Hubungan antara sel saraf dengan sel otot kerangka
dinamakan neuromuscular junction. Jin Jichun, (2000) mengatakan bahwa bahan
dasar kecerdasan adalah sistem saraf dalam bentuk yang paling sempurna adalah
otak, berhubungan erat dengan pergerakan otot, otot halus dan otot jantung.
Olahraga tidak hanya membentuk lengan, tungkai dan menguatkan organ-organ
tubuh bagian dalam, tetapi juga memperkokoh pondasi bagi kecerdasan.
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pendidikan jasmani/olahraga berdasarkan sistem endogenous opioids, gelombang
otak alpha, sistem saraf otak dan sinapsis dapat menenangkan pikiran, mengurangi
kecemasan, depresi memperbaiki daya ingat, dan memperkokoh pondasi bagi
kecerdasan.
Teori motorik Kephart (Nurhasan 1998: 35-36) mengatakan bahwa setiap
kalimat atau gerakan tangan menghasilkan stimulasi arus balik yang menciptakan
aksi berikutnya, dalam satu seri reaksi, sehingga sebagai pengganti ideasi (proses
pembentukan ide) apa yang dimiliki adalah suatu seri reaksi-reaksi stimulus
respon. Konsepsi yang dikembangkan sekitar arus balik sensori tetap valid dan
penting untuk memahami tingkah laku yang berseri.
Kontribusi aktivitas fisik terhadap perkembangan kognitif anak merupakan
rangsangan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan dapat menjadikan faktor
penguatan kemampuan akademis anak, karena pada dasarnya ketiga ranah
(kognitif, psikomotor dan afektif saling terkait satu sama lainnya (Gabbard, dkk
dalam Furqon, 1997:7).

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri


No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
Transfer belajar adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada
waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.
Hakikat teori transfer belajar adalah merupakan peristiwa yang mencerminkan
fungsi manusia sebagai suatu keseluruhan. Tujuan transfer belajar ialah
menerapkan apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya (Slameto,
1988:120; Ratna, 1988:176).
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian tergolong kuasi eksperimen dengan memberikan perlakuan
pelatihan senam erobik untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa sebanyak 2
kali perminggu selama satu catur wulan pada kelompok perlakuan. Rancangan
penelitian menggunakan Control group pre test post test design
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SDN 3,4 dan 7 Banjar
Jawa Singaraja berjumlah 115 siswa yang terdiri dari 65 siswa putra dan 50 siswa
putri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,
sedangkan penempatan sampel dengan cara penjodohan. Sampel 60 orang terdiri
dari 30 orang putra dan 30 orang putri kelas V SDN 3, 4 dan 7 Banjar Jawa
Singaraja yang berada di kelompok tengah. Pemilihan sampel khusus-nya kelas V
SD (usia 10-11 tahun) menurut Watson (1992) walaupun perbedaan individu itu
muncul pada pertumbuhan dan kematangan, pada dasarnya sedikit alasan yang
memaksakan pemisahan jenis kelamin untuk aktivitas olahraga sampai kira-kira
usia 14 tahun. Rusli (1993:45) menyatakan bahwa setelah masa puber terjadi
perbedaan kapasitas daya tahan anak laki-laki dan anak perempuan.
Kesimpulannya tidak ada pemisahan aktivitas olahraga apalagi yang sasarannya
adalah kemampuan daya tahan umum pada siswa sekolah dasar.
Ketentuan kelompok tengah adalah mereka yang berada di antara 25 %
kelompok teratas dan 25 % kelompok terbawah, yang persentase tersebut
ditentukan setelah melalui penyusunan urutan nilai mata pelajaran IPS dan MIPA
pada catur wulan I. Dipilihnya kelompok tengah karena kelompok ini masih
terbuka peluang menurun atau meningkat prestasi belajarnya.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan tes dan
pengukuran. Untuk mengukur kebugaran jasmani digunakan tes kebugaran
jasmani Indonesia untuk sekolah dasar dari pusat kebugaran jasmani dan rekreasi
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
dengan tingkat reliabilitas 0,89 dan validitas 0,92 ( Depdikbud, 1986).
Pengukuran prestasi belajar pada mata pelajaran IPS dan MIPA diambil dari daftar
nilai catur wulan I dan II. Komponen penilaian meliputi: penilaian hasil
pengamatan (a), penilaian hasil pekerjaan rumah (b) kemudian dirata-rata ( X ),
penilaian hasil ulangan harian (Y) diberi bobot 1 dan hasil penilaian tes sumatif
(P) diberi bobot 2. Komponen penilaian tersebut diformulasikan untuk
menghasilkan nilai akhir (N). N = ( X + Y + 2P) : 4, yakni 4 adalah jumlah bobot
(Depdikbud. 1999).
Metode pengolahan data menggunakan uji statistik nonparametrik dengan
tes Ranking bertanda Wilcoxon ( Sidney Siegal, 1997:93) dengan = 0,01.
3. Hasil dan Pembahasan.
3.1 Hasil Penelitian.
3.1.1 Hasil Analisis Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar
IPS pada Siswa Kelompok Kontrol.
Analisis pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar IPS pada
siswa kelompok kontrol akan menguji hipotesis nol (H o) yang menyatakan bahwa
kebugaran jasmani berkategori kurang tidak berpengaruh terhadap peningkatan
skor rerata prestasi belajar IPS pada siswa kelompok kontrol. Pengujian H o
menggunakan uji statistik nonparametrik dengan tes Ranking bertanda Wilcoxon,
yang kriteria penolakan Ho adalah jika harga t observasi harga kritis t pada taraf
signifikan untuk tes dua sisi sebesar 0,01.
Dari hasil penghitungan telah diperoleh harga t observasi = 90, dengan =
0,01 untuk tes dua sisi dan n = 15 diperoleh harga kritis t = 16. Jadi t observasi
harga kritis t, maka Ho diterima. Simpulan yang diperoleh adalah kebugaran
jasmani berkategori kurang tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
skor rerata prestasi belajar IPS pada siswa kelompok kontrol. Siswa yang
kebugaran jasmani berkategori kurang skor rerata prestasi belajar IPS pada cawu I
= 53 tidak berbeda secara signifikan dengan skor rerata prestasi belajar IPS cawu
II = 50,27. Hal ini menunjukkan penurunan prestasi belajar.
3.1.2 Hasil Analisis Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar
IPS pada Siswa Kelompok Perlakuan.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
Analisis pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar IPS pada
siswa kelompok perlakuan ini akan menguji Ho yang menyatakan bahwa
kebugaran jasmani berkategori sedang tidak berpengaruh terhadap peningkatan
skor rerata prestasi belajar IPS pada siswa kelompok perlakuan. Pengujian Ho
menggunakan uji statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon, yang kriteria
penolakan Ho adalah jika harga t observasi harga kritis t pada taraf signifikan
untuk tes dua sisi sebesar 0,01.
Dari hasil penghitungan telah diperoleh harga t observasi = 0, dengan =
0,01 untuk tes dua sisi dan n = 15 diperoleh harga kritis t = 16. Jadi t observasi
harga kritis t, maka Ho ditolak. Simpulan yang diperoleh adalah kebugaran jasmani
berkategori sedang berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan skor
rerata prestasi belajar IPS pada siswa kelompok perlakuan. Siswa yang kebugaran
jasmani berkategori sedang skor rerata prestasi belajar IPS pada cawu I = 52,93
berbeda secara signifikan dengan skor rerata prestasi belajar IPS cawu II = 59,93.
Hal ini menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar secara signifikan.
3.1.3 Ringkasan Hasil Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi
Belajar IPS.
Tabel 01. Ringkasan Hasil Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar
IPS.
Kelompok

Cawu
Rerata
Signifikansi

Kelompok Kontrol
(Kategori kebugaran jasmani
kurang)
Cawu I Cawu II
Beda
53
50,27
-2,73
Tidak Signifikansi

Kelompok Perlakuan
(Kategori kebugaran jasmani
sedang)
Cawu I
Cawu II
Beda
52,93
59,93
6,99
Signifikansi

3.1.4

Hasil Analisis Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar


MIPA pada Siswa Kelompok Kontrol.
Analisis pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar MIPA pada
siswa kelompok kontrol menguji Ho yang menyatakan bahwa kebugaran jasmani
berkategori kurang tidak berpengaruh terhadap peningkatan skor rerata prestasi
belajar MIPA pada siswa kelompok kontrol. Pengujian H o tersebut menggunakan
uji statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon, yang kriteria penolakan Ho adalah
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
jika harga t observasi harga kritis t pada taraf signifikan untuk tes dua sisi
sebesar 0,01.
Dari hasil penghitungan telah diperoleh harga t observasi = 55, dengan =
0,01 untuk tes dua sisi dan n = 15 diperoleh harga kritis t = 16. Jadi t observasi
harga kritis t, maka Ho diterima. Simpulan yang diperoleh adalah kebugaran
jasmani berkategori kurang tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
skor rerata prestasi belajar MIPA pada siswa kelompok kontrol. Siswa yang
kebugaran jasmani berkategori kurang skor rerata prestasi belajar MIPA pada cawu
I = 50,80 tidak berbeda signifikan dengan skor rerata prestasi belajar IPS cawu II =
50,55. Hal ini menunjukkan ada penurunan prestasi belajar.
3.1.5 Hasil Analisis Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar
MIPA pada Siswa Kelompok Perlakuan.
Analisis pengaruh kebugaran jasmani terhadap prestasi belajar MIPA pada
siswa kelompok perlakuan menguji Ho yang menyatakan bahwa kebugaran
jasmani berkategori sedang tidak berpengaruh terhadap peningkatan skor rerata
prestasi belajar MIPA pada siswa kelompok perlakuan. Pengujian Ho
menggunakan uji statistik nonparametrik dengan uji Wilcoxon, yang kriteria
penolakan Ho adalah jika harga t observasi harga kritis t pada taraf signifikan
untuk tes dua sisi sebesar 0,01.
Dari hasil penghitungan telah diperoleh harga t observasi = 0, dengan =
0,01 untuk tes dua sisi dan n = 15 diperoleh harga kritis t = 16. Jadi t observasi
harga kritis t, maka Ho ditolak. Simpulan yang diperoleh adalah kebugaran jasmani
berkategori sedang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skor rerata
prestasi belajar MIPA pada siswa kelompok perlakuan. Siswa yang kebugaran
jasmani berkategori sedang skor rerata prestasi belajar MIPA pada cawu I = 50,70
berbeda signifikan dengan skor rerata prestasi belajar IPS cawu II = 55,75. Hal ini
menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar secara signifikan.
3.1.6 Ringkasan Hasil Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar
MIPA
Tabel 02. Ringkasan Hasil Pengaruh Kebugaran Jasmani terhadap Prestasi Belajar
MIPA.
Kelompok

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri


No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
(Kategori kebugaran jasmani
kurang)
Cawu
Cawu I
Cawu II Beda
Rerata
50,80
50,55
-0,25
Signifikansi
Tidak Signifikansi

(Kategori kebugaran jasmani


sedang)
Cawu I
Cawu II Beda
50,75
55,75
5,01
Signifikansi

3.2 Pembahasan Hasil Penelitian.


Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata ada pengaruh yang signifikan dari
meningkatnya kategori kebugaran jasmani siswa terhadap meningkatnya prestasi
belajar IPS/MIPA pada siswa kelompok perlakuan. Hubungan ini disebabkan oleh
kebugaran jasmani merupakan pra-kondisi siswa untuk menghadapai kesiapan
belajar. Peningkatan kebugaran jasmani secara langsung berpengaruh terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar. Faktor ini menurut
beberapa ahli psikologi pendidikan (Roestiyah, 1982; Usman dan Juhaya, 1993;
Ngalim, 1998; dan Abin, 1998) antara lain, disebabkan oleh: faktor siswa beserta
karakteristiknya, baik bersifat fisiologis (kondisi fisik dan panca indra) maupun
psikologis (minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).
Simpulan yang diperoleh yakni kondisi fisik yaitu kebugaran jasmani
merupakan salah satu faktor penyebab meningkatkannya konsentrasi dan daya
tahan belajar, sehingga membawa dampak terhadap meningkatnya aspek-aspek
kondisi psikologis. Meningkatnya kedua faktor tersebut merupakan penyebab
terjadinya peningkatan prestasi belajar IPS dan MIPA.
Berdasarkan teori fisiologis yang meliputi berikut ini. (a) Sistem
endogenous opioids, yakni saat berolahraga kelenjar pituari menambah produksi
beta-endorpin dan hasilnya kosentrasi beta-endorpin naik di dalam darah yang
dialirkan juga ke otak, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri, cemas, depresi dan
keletihan. (b) Gelombang otak alpha, yaitu selama berolahraga ada penambahan
gelombang alpha di otak. Bertambahnya kekuatan gelombang alpha di otak
memberikan kontribusi terhadap berkurangnya kecemasan dan depresi. (c) Sistem
saraf otak, yakni depresi dan schizophrenia berhubungan dengan berkurangnya
norepinephrine (NE) di dalam otak, atau terganggunya NE atau serotine (5-HT)
pada saat seseorang mengalami depresi dan schizophrenia. Olahraga dapat
menambah NE dan 5-HT dalam otak, sehingga dapat mengatasi depresi dan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
schizophrenia (Kathleen, 1992: 144-145). (d) Sinapsis adalah persambungan
antara dua neuron yakni akson membuat kontak dengan dendrite atau badan sel
dari neuron lainnya. Pembesaran serat akson pada titik kontak dikenal sebagai
sinaptik knop, yaitu suatu basis yang memungkinkan peningkatan transmisi pada
sinapsis yang melibatkan belajar terjadi karena pembesaran sinaptik knop tersebut
(Donald, dalam Andi, 1968:124). Bahkan Jin Jichun (2000) mengatakan bahwa
bahan dasar dari kecerdasan adalah sistem saraf dalam bentuk yang paling
sempurna adalah otak, berhubungan erat dengan pergerakan otot, otot halus dan
otot jantung. Olahraga tidak hanya membentuk lengan, tungkai dan menguatkan
organ-organ tubuh bagian dalam, tetapi juga memperkokoh pondasi bagi
kecerdasan.
Dari teori fisiologis tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan
jasmani/olahraga berdasarkan sistem endogenous opioids, gelombang otak alpha,
sistem saraf otak dan sinapsis dapat menenangkan pikiran, mengurangi
kecemasan, depresi memperbaiki daya ingat, dan memperkokoh pondasi bagi
kecerdasan.
Teori motorik Kephart (Nurhasan 1998: 35-36) mengatakan bahwa setiap
kalimat atau gerakan tangan menghasilkan stimulasi arus balik yang menciptakan
aksi berikutnya, dalam satu seri reaksi, sehingga sebagai pengganti ideasi apa yang
dimiliki adalah suatu seri reaksi-reaksi stimulus respon. Sehingga konsepsi yang
dikembangkan sekitar arus balik sensori tetap valid dan penting untuk memahami
tingkah laku yang berseri.
Kontribusi aktivitas fisik terhadap perkembangan kognitif anak merupakan
rangsangan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan dapat menjadikan faktor
penguatan kemampuan akademis anak, karena pada dasarnya ketiga ranah
(kognitif, psikomotor dan afektif) saling terkait satu sama lainnya (Gabbard, dkk
dalam Furqon 1997:7).
Transfer belajar adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada
waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.
Hakikat teori transfer belajar adalah merupakan peristiwa yang mencerminkan
fungsi manusia sebagai suatu keseluruhan. Tujuan transfer belajar ialah

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri


No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
menerapkan apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya, (Slameto,
1988:120; Ratna, 1988:176).
Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kebugaran jasmani siswa
secara langsung berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan kebugaran jasmani berpengaruh terhadap
meningkatnya derajat sehat, daya tahan belajar, kemampuan konsentrasi, motivasi
belajar, minat belajar, kemampuan daya ingat, merespon pelajaran, kemampuan
kinerja siswa serta produktivitas siswa dalam menghadapi tugas sehari-hari
sebagai pelajar.
4. Penutup
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan.

(1) Prestasi

belajar IPS dan MIPA pada siswa kelompok kontrol yang tingkat kebugaran
jasmani berada pada kategori kurang tidak menunjukkan peningkatan prestasi
belajar. (2) Prestasi belajar IPS dan MIPA pada siswa kelompok perlakuan yang
tingkat kebugaran jasmani berada pada kategori sedang menunjukkan peningkatan
prestasi belajar secara signifikan.
Dari hasl penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan saran sebagai
berikut. (1) Kepala sekolah agar mengeluarkan kebijakan tentang pentingnya
pembinaan kebugaran jasmani bagi siswanya, karena kebugaran jasmani
merupakan pra-kondisi untuk kesiapan belajar.

(2)

Para guru harus selalu

memperhatikan latihan fisik yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan


mampu merangsang meningkatkan prestasi belajar kognitif.
DAFTAR PUSTAKA.

Abin Syamsuddin Makmun. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Andi Mappiare. 1968. Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
Djamil Ibrahim. 1995. Makalah: Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Jakarta: Balitbang Depdikbud.
Depdikbud. 1986. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk SD. Jakarta: Pusat
Kesegaran Jasmani dan Rekreasi.
Depdikbud. 1999. Buku Induk Penilaian Hasil Belajar Siswa SDN 3, 4, dan 7
Banjar Jawa Singaraja.
Furqon. 1997. Makalah: Identifikasi dan Pengembangan Indikator Kualitas SDM
Indonesia Dalam Kaitannya Dengan Pemberdayaan Pendidikan dan
Olahraga Di Lembaga Pendidikan. Bandung: IKA IKIP Bandung.
Jin Jichun. 2000. Facing The 21ST Century And Bringing up High-Quality Sport
Talented Personel. Beijimg: Third Asia-Pacifik Conggres of Sport and
Physical Education University Presidents.
Kathleen Jonathan. 1992.
Indonesia.

Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung: Advent

Ngalim Purwanto. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Nurhasan. 1998. Thesis: Pengaruh Senam Kebugaran Jasmani terhadap
Kapasitas erobik dan Prestasi BelajarKognitif Pada Siswa SD. Bandung:
PPS IKIP Bandung.
Purnomo Ananto. 1995. Buletin Kesegaran Jasmani Edisi 2/tahun II: Pengaruh
Kesegaran Jasmani Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP. Jakarta: Pusat
Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud.
Ratna Willis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga.
Roestiyah. 1982. Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: IKIP Jakarta.
Rusli Lutan. 1993. Laporan Penelitian: Pengembangan Model Pentahapan Tugas
Gerak Olahraga Untuk Jenjang Pendidikan Dasar. Bandung: FPOK IKIP
Bandung.
Sidney Siegal. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT
Gramedia.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Bina Aksara.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

ISSN 0215-8250
Usman Effendi dan Juhaya S. Praja. 1993. Pengantar Psikologi.
Angkasa.

Bandung:

Watson. 1992. Science and Medicine in Sport. Australia: Published with support
of the Australian Sports Commission.
Wiranto Arismunandar. 1997. Makalah: Masa Depan Penjas dan Olahraga Di
Indonesia. Bandung: IKA IKIP Bandung.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri


No. 3 TH. XXXVI Juli 2003

Singaraja,

Anda mungkin juga menyukai