PENDAHULUAN
Penegakan hukum di dalam sistem peradilan pidana bertujuan untuk menanggulagi
setiap kejahatan. Bahwa yang dimaksud sistem peradilan pidana ialah suatu sistem
berprosesnya suatu peradilan pidana, di mana masing-masing komponen fungsi yang terdiri
dari kepolisian sebagai penyidik, kejaksaan sebagai penuntut umum, pengadilan sebagai
pihak yang mengadili dan lembaga pemasyarakatan yang berfungsi untuk memasyarakatkan
kembali para terhukum, yang bekerja secara bersama-sama, terpadu dalam usaha untuk
mencapai tujuan bersama yaitu untuk menanggulangi kejahatan.
Pengetahuan mengenai identifikasi seseorang pada awalnya berkembang karena
kebutuhan dalam proses penyidikan suatu tindak pidana khususnya menandai ciri kriminal.
Dengan adanya perkembangan masalah-masalah sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan
maka identifikasi dimanfaatkan juga untuk keperluan yang berhubungan dengan
kesejahteraan umat manusia.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang.1,2 Identifikasi personal sering merupakan
suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan
tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam
proses peradilan.2
Identifikasi bagi kepentingan penyidikan dapat dilakukan terhadap korban mati yang
tidak dikenal sebab seringkali korban kejahatan ditemukan ditempat yang jauh dari tempat
tinggalnya sehingga tidak ada orang yang dapat mengenalinya atau ditemukan dalam keadaan
sudah membusuk atau rusak. Pada kasus-kasus seperti ini identifikasi menjadi sangat penting
mengingat penyidikan akan menjadi lebih sulit kalau identitas korban tidak diketahui lebih
dahulu.3
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak
dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal,
bencana alam atau huru hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh
manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus
lain seperti penjahat, tentara yang desersi, penculikan anak, bayi yang tertukar atau diragukan
orang tuannya.1,2
Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka identifikasi
jenazah/ sisa-sisa manusia/potongan/kerangka adalah tugas kedokteran forensik. Penentuan
1
identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari (dactylography), visual,
dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini
dikembangkan pula metode identifikasi DNA.4
Identifikasi primer adalah jenis metode identifikasi primer dan yang paling dapat
diandalkan, yaitu identitas sidik jari, analisi komprehensif gigi, dan analisa DNA. Jenis
metode identifikasi sekunder meliputi deskripsi personal, temuan medis, serta bukti dan
pakaian yang ditemukan pada tubuh. Jenis identifikasi ini berungsi untuk mendukung
identifikasi dengan cara lain dan biasanya tidak cukup sebagai satu-satunya alat identifikasi.4
Pemeriksaan sidik jari merupakan metode yang membandingkan gambaran sidik jari
seseorang, baik masih hidup maupun sudah mati dengan catatan sidik jari orang tersebut yang
ada. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merpakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dasar hukum dan undang-undang
bidang kesehatan yang mengatur identifikasi jenasah adalah KUHP pasal 133.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dirubah. Selain itu juga dari sidik jari pula lah seseorang dapat dikenali. "Tidak ada manusia
di dunia ini yang mempunyai sidik jari yang sama". Ungkapan ini mengungkapkan bahwa
setiap manusia mempunyai sidik jari yang berbeda - beda. Sidik jari menjadi kekhasan setiap
manusia. Sidik jari adalah pola pola guratan guratan pada jari manusia. Pola pola sidik
jari manusia dibentuk sejak usia empat bulan. Ridge atau pola garis yang menonjol pada jari
manusia mulai berkembang secara acak dan unik. Kecelakaan yang cukup fatal pada usia 4-7
bulan dapat mengubah pola sidik jari. Menjelang usia 8 bulan dan seterusnya, pola sidik jari
yang sudah terbentuk tidak akan berubah sekalipun permukaan jari dibakar atau dipotong
karena setiap ridge sudah tertanam sampai pada kulit bagian dalam.5
2.2
yang sama. Bahan untuk dua orang yang kembar identik. 2 Inilah sebabnya identifikasi sidik
jari merupakan cara pengenalan yang sangat akurat. Penggunaan karakteristik sidik jari
sebagai pengenalan pribadi telah cukup lama digunakan sejak peradaban purba sampai
peradaban modern.
2.2.1
Masa purba6
Pada petroglyps (semacam batu tulis) Nova Scotia (suku Amerika Kuno)
menunjukkan gambaran sebuah tangan dengan pola pola sidik jari yang diperbesar. Pada
masa kuno kerajaan Babylonia dan China kuno. Sidik jari telah dicetakkan ke lempengan
tanah liat sebagai alat pengenalan diri.
Pada abad ke 14 cetakan sidik jari telah dibubuhkan pada kertas kertas
pemerintahaan Kerajaan Persia. Pada masa itu pihak pemerintah sudah menyelidiki bahwa
tidak ada dua sidik jari yang sama.
2.2.2
Masa modern6
Penggunaan modern sidik jari bermula pada tahun 1856 dimana Sir William Herschel
menggunakan cetakan sidik jarinya di sebuah kertas perjanjian. Tak lama kemudian, semua
jenis perjanjian kotrak resmi mlai ditandai dengan adanya bubuhan sidik jari.
Pengenalan sidik jari pertama kalinya diterapkan oleh Alphonse Bertillon, yang
disebut Bertillon System. Sistem ini menggunakan kombinasi sistematis dari pengukuran pola
fisik sidik jari. Sistem pengenalan ini bertahan selama 30 tahun lebih. Sistem pengenalan
berikutnya yang berkembang adalah sistem pengenalan Dengan menggunakan pola bentuk
yang dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Tak lama kemudian, Sir Francis Galton
mendefinisikan karakteristik unik dari setiap ridge pada sidik jari dengan sebutan minutiae.
Penggunaan pengenalan sidik jari dalam bidang pengenalan pelaku kriminal sudah
mulai berkembang sejak tahun 1897 oleh Sir Edward Richard Henry di India. Di negara yang
berbahasa Spanyol, pengenalan sidik jari menggunakan sistem Vucetich yang dikembangkan
sejak tahun 1904 oleh Vucatich. Selama 25 tahun sejak 1900. Banyak agen agen kepolisian
di Amerika Serikat yang sudah mulai mengirimkan cetakan cetakan pola sidik jari mereka
ke pusat pengenalan pelaku kriminal di Bureau. Ini kemudia menjadi data data daasar
dalam database sidik jari FBI yang dibentuk pada tahun 1924. Sampai pada tahun 1971,
jumlah cetakan sidik jari yang ada sudah mencapai 200 juta cetakan.
Dengan pengenalan pada tehnologi AFIS (Automated Fingerprint Identification
System), file file ini sudah dibagi ke dalam data data kriminal dan data data warga sipil.
Perkembangan lebih lanjut dari pengenalan pola pola sidik jari ini telah berevolusi menjadi
bidang ilmu biometrics.
2.3
mengidentifikasi individu berdasarkan ciri atau pola yang dimiliki oleh individu tersebut,
misalnya bentuk wajah, sidik jari, warna suara, retina mata, dan struktur DNA. Sidik jari
merupakan salah satu pola yang sering digunakan untuk mengidentifikasi identitas seseorang
karena polanya yang unik, terbukti cukup akurat, aman, mudah, dan nyaman bila
dibandingkan dengan sistem biometrik yang lainnya. Hal ini dapat dilihat pada sifat yang
dimiliki oleh sidik jari yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia
4
seumur hidup, pola ridge tidaklah bisa menerima warisan, pola ridge dibentuk embrio, pola
ridge tidak pernah berubah dalam hidup, dan hanya setelah kematian dapat berubah sebagai
hasil pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya berubah secara kebetulan akibat, luka luka,
kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan bahwa tidak ada
dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar satu
telur. Dalam dunia sains pernah dikemukakan, jika ada lima juta orang di bumi, kemungkinan
munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi 300 tahun kemudian, atas
dasar ini, sidik jari merupakan sarana yang terpenting khususnya bagi kepolisian didalam
mengetahui jati diri seseorang.7
1. Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit
manusia seumur hidup.
2. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan
kecelakaan yang serius.
3. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
2.4 Pola Sidik Jari
Penentun rumus sidik jari didasarkan pada analisis pola lokal yang terdapat pada
guratan guratan jari yang disebut ridge pattern atau garis papiler seperti diperlihatkan pada
gambar 1. Dua komponen pada lokal yan sangat penting keberadaannya dalam penentun
rumus sidik jari adalah core (titik fokus dalam) dan delta (titik fokus luar). Setiap pixel dalam
sidik jari betautan dengan pola orientasi lokal dominan dari sidik jari.8
2. Delta (outer terminus) titik fokus luar. Delta pada sidik jari adalah titik atau garis
yang terdapat pada pusat perpisahan garis yang terdapat pada pusat perpisahann
garis type lines. Delta merupakan
berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok lukisan merupakan dua buah
garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang berjajar (pararel) dan memsidah
serta cenderung atau melingkupi pokok lukisan (pattern area).
2.5 Klasifikasi Sidik Jari
Ada sejumlah sistem klasifikasi yang telah diusulkan, tetapi salah satu sistem yang
sudah lama digunakan adalah sistem klasifikasi dari Sir Edward Henry, yang kemudian
dikenal dengan nama Henry Clasification System. Sistem ini dikembangkan oleh Sir Edward
Henry antara tahun 1896 hingga 1897. Pada sistem ini setiap jari tangan diberi nomor urut
dari 1 sampai dengan 10. Penomoran dimulai dari jari-jari pada tangan kanan kemudian
dilanjutkan pada jari-jari tangan kiri. Pada masing-masing tangan.penomoran dimulai dari
tangan kanan kemudian dilanjutkan pada jari-jari tangan kiri. Pada masing-masing tangan,
penomorannya dimulai dari ibu jari dan berakhir pada jari kelingking. Dengan demikian ibu
jari tangan kanan bernomor 1, telinjuk tangan kanan bernomor 2 dan seterusnya sampai
kelingking tangan kanan bernomor 5. Untuk tangan kiri penomorannya juga dimulai dari ibu
jari dan berakhir pada jari kelingking. Ibu jari tangan kiri bernomor 6, telunjuk kiri bernomor
7, dan seterusnya sampai jari kelingking tangan kiri bernomor 10. (International Biometric
Group. The Henry Clasification System. 2003. Dalam: Suwarno, Implementasi Jaringan
Neuron McCULLOC-PITT pada Henry Clasification System Untuk Klasifikasi pola sidik
jari. Fakultas Tekhnik Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. 2003.
Sidik jari dibagi menjadi tiga golongan besar. Perbedaan utama dari ketiga bentuk
pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya. Ketiga
golongan besar bentuk sidik jari tersebut adalah sebagai berikut:9
1. Busur (arch)
Bentuk busur merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya
datang dari satu sisi, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari
lukisan itu, dengan bergelombang di tengah-tengah. Arch dibagi menjadi dua sub
golongan yaitu, plain arch dan tented arch.
stoples. Sinoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada
permukaa benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak sinoakrilat
yang menenmpel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat
diidentifikasi secara mudah.12
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat pengoksidasi. Jika
dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi gas. Kemudian,
gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini
menghasilkan warna cokelat kekuning-kekuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan
lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa
digunakan adalah perak nitrat dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan
natrium klorida akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat
dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida /NaCl) yang dikeluarkan melalui poripori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda yang
diduga tersentuh pelaku. Setelah lima menit, permukaan benda akan kering dan perak
nitratpun trelihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke permukaan benda
akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna
yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat
didokumentasikan. Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak atau
keringat menghsilkan warna unggu. Jika jari pelaku keajahatan mengandung minyak atau
keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan trelihat dengan cara
menyemprotkan larutan ninhidrin 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat
dipercepat dengan memanfaatkan panas lampu. Metode paling mutakhir yang digunakan
untuk mengidentifikasi sidik jari adalah tekhnik micro X-ray flouresence (MCRF). Tekhnik
ini dikembangkan oleh Christoper Worley, ilmuan asal University of California yang bekerja
di Los Alamos National Laboratory.12
Apabila kulit sudah kering dan mengelupas dapat memakai vaselin yang digosokkan
untuk melembutkan kulit, kemudian dicuci dan disuntikkan parafin supaya kulit keriput
menjadi tegang lagi. Pada korban tenggelam untuk mendapatkan sidik jari yang baik, yaitu
ujung jari direndam kira-kira lima belas jam dalam campuran Formaldehyd 40% 20 cc,
gliserin 60 cc, alcohol 90%,Sodbichromate 1% 100 cc dan H2O2600 cc.4
Untuk membandingkan sidik jari, sebaiknya dilakukan pemotretan dan untuk
identifikasi seperti halnya sidik jari dari telapak tangan. Sidik jari telapak kaki penting utnuk
11
angkutan udara, sebab ila ada kecelakaan pesawat udara, biasanya awak pesawat hancur
badannya atau tanggannya sedang kakinya karena bersepatu biasanya masih utuh.4
2.8 Tahap Pengambilan Sidik Jari Pada Mayat
Teknik pengambilan sidik jari mayat bergantung pada keadaan mayat tersebut,
masing-masing keadaan membutuhkan cara/teknik penanganan yang berbeda seperti berikut
ini:13
a. Mayat Masih Baru
Bila jari-jari mayat masih dapat digerakkan, maka mayat tersebut ditelungkupkan
lalu pengambilan sidik jari dilakukan seperti biasa. Bila jari-jari mayat sulit
digerakkan, cara pengambilan bisa tidak dapat digunakan.
Pengambilan hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sendok mayat, yang
cara penggunaaannya sebagai berikut:
1. Gunting formulir kartu sidik jari pada batas kolom tangan kiri dan kanan.
2. Jepit potongan formulir tersebut pada kedua sisi sendok mayat bagian yang
cekung dengan kolom sidik jari menghadap ke luar (dapat juga pada bagian
cembung)
3. Bersihkan jari mayat dengan hati-hati, kemudian bubuhkan tinta dengan alat
pembubuh tinta atau dengan roller setelah tintanya diratakan.
4. Capkan jari mayat tersebut dengan menekankannya pada kolom sidik jari dari
formulir yang terjepit di sendok mayat. Geser formulir menurut kolom sidik
jarinya sehingga semua jari terekam.
5. Rekatkan hasil pengambilan tersebut pada sehelai formulir kartu sidik jari dan
rumuskanlah sidik jari tersebut.
b. Mayat Telah Kaku Dan Mulai Membusuk
Bila jari-jari mayat menggenggam maka jari-jari tersebut ditarik shingga menjadi
lurus lalu dilakukan pengambilang dengan sendok mayat. Jika jari-jari tersebut
sulit diluruskan, sayatlah bagian dalam jari pada ruas kedua sehingga jari dapat
diluruskan, lalu pengambilan dilakukan dengan sendok mayat. Untuk ibu jari,
sayatan dilakukan antara ibu jari dan telunjuk, jika mayat sudah mulai emmbusuk
(awal dekomposisi), biasanya kulit ari mulai terlepas. Bila keadaannya demikan
langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Periksa kulit jari tersebut apakah masih baik atau ada bagian yang rusak.
Bersihkan kulit jari dengan hati-hati
2. Kulit dipasang kembali pada jari mayat atau dimasukkan dalam jari petugas
sehingga pengambilannya dapat dilakukan.
12
3. Jika kulit jari tersebut sudah terlepas sama sekali, kulit jari dioleskan tinta
kemudian dijepit diantara dua kaca dan dipotret (reproduksi). Hasil potret
kemudian di tempelkan pada kartu sidik jari
c. Mayat Yang Sudah Membusuk, Mongering, Dan Yang Terendam Air.
mayat yang telah membusuk (dekomposisi) biasanya menyangkut mayat yang
ditemukan disemak-semak atau dikubur/ditimbun dengan tanah. Mayat yang telah
mongering (mumifikasi) biasanya ditemukan di tempat-tempat terbuka, garis
papilar jari mayat tidak langsung terkena tanah. Mayat terendam air biasanya
menyangkut mayat yang sudah terendam diadalam air dalam waktu yang lama.
Langkah untuk pengambilan sidik jarinya adalah:
1. Periksa apakah jari mayat masih lengkap. Jika tidak lengkap, apakah jari
tersebut hilang ketika masih hidup atau jari tersebut hilang dimakan binatang
atau lainnya.
2. Bersihkan kotoran yang menempel pada kulit jari dengan hati-hati
3. Kulit jari diolesi tinta lalu dijepit diantara dua kaca dan dipotret, kemudian
hasilnya ditempelkan pada kartu sidik jari.
Perlu diingat bahwa pengambilan sidik jari mayat dimaksudkan sebagai salah satu
upaya untuk emngidentifikasi mayat tersebut. Oleh karena itu segera kita cari bahan
pembandingnya di file atau sumber lain: KTP, ijasah, SIM, benda milik korban yang
dipegang, dll.
2.9 Alat dan Bahan yang Digunakan
Dibawah ini adalah alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari yang
diantaranya adalah:
a) Slamping kit
Adalah seperangkat alat yang terdiri dari Roller, Tinta, Plat kaca atau stainless
steel, alat penjepit kartu Ak-23, yang sangat bermanfaat dan praktis untuk kegiatan
pengambilan sidik jari dilapangan dan mudah dibawah ke tempat kejadian perkara
(TKP).
b) Kartu Sidik Jari AK-23.
Adalah kartu sidik jari yang spesifikasi tekhnisnya sudah dibakukan (standard)
di seluruh wilayah RI. Kartu ini dibuat atau dicetak dengan kertas karton/tebal
warna putih licin dengan ukuran 20x20 cm, gunanya adalah untuk merekam
13
kesepuluh sidik jari dan empat jari bersama kanan dan kiri, serta data-data umum
dan khusus/ sinyalemen serta pas photo dan tanda tangan.
c) Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari Ak-24.
Kartu sidik jari AK-24 juga sudah dibakukan (standard) di polda-polda. Dibuat
dicetak dengan karton/tebal wana putih licin dengan ukuran: 7 x 13 cm. Gunanya
adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses verifikasi kartu AK23. Artinya setelah kartu sidik jari AK-23 tesebut sudah terisi rekaman sidik jari,
harus dibubuhi rumus dan rumus dibuatkan kartu tiknya (AK-24).
d) Tinta Daktilioskopi
Tinta khusus daktiloskopi adalah sejenis tinta cetak hitam yang dicampur
dengan minyak khusus sehingga cepat kering. Gunanya adalah bila diratakan sangat
mudah dan cepat kering. Tinta yang ada di tangan muda dicuci. Hasil sidik jari yang
didapat garis papilarnya terlihat jelas. Sidik jari mudah dirumus.
e) Roller
Adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat berdiameter 2 cm panjang
5-6 cm. Kegunaannya adalah meratakan tinta pada plat kaca dengan gerakan maju
mundur, sampai tinta rata betul.
f) Magnifier/Loop
Yaitu kaca pemvesar yang digunakan untuk merumus sidik jari atau untuk
memperbesar gambar garis-garis papilair sidik jari, sehingga sangat memudahkan
proses perumusannya. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut: Loop
diletakkan diatas lukisan sidik jari, sehingga garis-garis papilairnya aka terlihat jelas
dan besar. Bayang-bayangan yang ada di tengah atau di dalam kaca diletakkan
antara Delta dan Core, digunakan untuk mengitung garis-garis papilair sidik jari.
14
g) Sinyalemen
Adalah ciri-ciri khusus pada seseorang yang harus dituangkan pada urutan
kolom data-data kartu sidik jari AK-23. Kegunaannya adalah apabila seseorang
mengetahui suatu tindak pidana di lapangan atau di TKP, bisa mengenal atau
menghafal ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan bahan penyidikan untuk memberikan
keterangan kepada penyidik.
Terdapat pula berbagaimacam alat yang berhubungan dengan sidik jari yang
digunakan dalam identifikasi dan penyidikan, alat-alat tersebut adalah:
a) Fingerprint Magnifier
Kegunaannya adalah sebagai alat-alat utnuk melakukan proses pemeriksaan sidik
jari.
b) Forensic Comparator Type FC-281
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan proses pemeriksaan dan
perbandingan sidik jari.
c) Forensic Opsical Comparator Type FX-84
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk melakukan pemeriksaan dan perbandingan
sidik jari.
d) Laboratory Fuming Cabinet
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada
dokumen atau kertas yang berpori dengan mengunakan yodium kristal atau super
glue.
e) Fingerprint Devolopment Station
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent kertas
dokumen dengan menggunakan yodium, nihydrin, dan sinar ultra violet.
f) Laser Photonic Printfinder
Kegunaannya adalah sebagai alat untuk mengembangkan sidik jari latent pada
permukaan yang kasar seperti kulit jeruk atau yang tidak bisa dikembangkan
dengan sistem serbuk atau sistem kimia.
15
2.10
Peran sidik jari dalam melakukan identifikasi sangat diperlukan karena tingkat
akurasinya sangat tinggi dengan syarat sidik jari tersebut tidak rusak atau tekontaminasi oleh
hal-hal lainnya. Untuk melakukan pembuktian terhadap kasus pembunuhan keberadaan sidik
jari tidak berdiri sendiri masih perlu keterangan dari para saksi dan korban. Salah satu bekas
tindak kejahatan yang paling populer adalah sidik jari pelaku tindak pidana karena biasanya
tidak disadari oleh para pelaku tindak pidana.
Secara umum alat bukti sidik jari merupakan sesuatu yang mendukung
untukmemperkuat keyakinan hakim di persidangan. Sidik jari akan dikembangkan oleh
penyidik dalam proses penyelidikan oleh petugas identifikasi sebagai alat bukti petunjuk dan
sidik jari yang ditemukan di TKP dirumuskan sehingga menjadi alat bukti surat dalam bentuk
blanko sidik jari. Serta pada saat di persidangan alat bukti keterangan ahli disampaikan oleh
petugas identifikasi tentang sidik jari yang ditemukan.
16
KESIMPULAN
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat
amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan.
Sidik jari merupakan metode identifikasi primer yang dapat dipercaya keakuratannya.
Di dunia, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama, bahkan juga tidak pada
kembar monozygot (identical twins). Sidik jari merupakan hasil pencetakan tapak jari, baik
secara diambil, dicelupkan pada tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena
pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan maupun kaki.
Sidik jari dibagi menjadi tiga golongan besar. Perbedaan utama dari ketiga bentuk
pokok tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya. Ketiga
golongan besar bentuk sidik jari tersebut adalah Arch, Loop, dan Whorl.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, A. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU. Medan, 2005
2. Gani, Husni M. 2002. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. 2002.
3. Budiyanto, Arif. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.
4. Dahlan, Sofwan. 2004. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.Semarang.2004.
5. Supardi, 2002, Sidik Jari Dan Peranannya Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
6. Guardware System Ltd, 2001, p3
7. John, D. Woodward, Etc. Biometrics. New York: McGraw Hill Osborne, 2003. In:
Fingerprint Recognition
8. Solichin, S. 2008. Identifikasi Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Airlangga. 2008.
9. Ashbaugh, David. R, Ridgeology. 1991. Journal of Forensic Identification
(Vol.41:1991)
10. Edward RH., 2001. Classification and Uses of Fingerprints. London: George Rutledge
& Sons, Ltd. 2001
11. Gani, Husni M. 2002. Ilmu Kedokteran Forensik. Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. 2002
12. FBI.
Fingerprint
Identification.
www.fbi.gov/about-
us/cjis/fingerprints_biometric/fingerprint-overview.
13. Aris,. Kajian Implementasi Kewenangan Penyidik utnuk Melakukan Pengambilan sidik
Jari dengan Teknik Daktiloskopi dalam Pengungkapan Pekara Pidana di Kepolisian
Resort Sukoharjo. 2011
18