Anda di halaman 1dari 16

Monday, 17 March 2014

Makalah Perubahan Lingkungan Akibat Global


Warming (Pemanasan Global)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering
dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional. Makalah ini
akan membahas gambaran umum pemanasan global, aktivitas manusia dan
peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari pemanasan global itu
sendiri. Kami juga
Gmenyertakan beberapa usaha yang dilakukan manusia untuk mengendalikan
pemanasan global.

Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu


permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu
lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir suhu
global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang terrekam
sebelumnya. Dan sepuluh tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Isu
pemanasan global begitu berkembang akhir-akhir ini. Pemeran utamanya tentu
saja manusia dengan berbagai aktivitasnya.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan,
seperti yang terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini telah menyebabkan
perubahan iklim yang ekstrim. Di beberapa daerah sering terjadi hujan lebat
yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor, munculnya angin puting
beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia. Makalah ini akan
membahas Definisi Pengertian Pemanasan Global, Dampak dari Pemanasan
Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara mencengah Pemanasan
Global,Mengukur pemanasan global dan Bencana Besar Yang di akibatkan
oleh adanya Pemanasan Global
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat di Bumi
berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan
Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa
luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata
bumi terus meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut :
1. Apa saja Faktor penyebab masalah global warming ?
2. Bagimana mekanisme perubahan lingkungan pada global warming?
3. Apa saja dampak pada kesehatan ?
4. Apa saja konsep cara pencegahan global warming ?
5. Bagaiman penanggulangan masalah global warming ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab masalah global warming
2. Untuk mengetahui mekanisme perubahan lingkungan pada global warming
3. Untuk mengetahui dampak pada kesehatan
4. Untuk mengetahui konsep cara pencegahan global warming
5. Untuk mengetahui penanggulangan masalah global warming

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor penyebab masalah global warming
Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan
global atau yang lebih dikenal global warming.
1. Efek Rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah
dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi,
akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa
luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida,
sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan

Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu ratarata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang
ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan
suhu rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 C
(59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya
-18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian
saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra
merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan.
Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar
Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau
pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan
ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model
iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak
antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga
500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke
Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila
dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan
memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es
yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat.
Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya
lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih
banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan
lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
3. Bocornya lapisan ozon
Sebelum energi matahari mencapai bumi,energi tersebut akan difilter
terlebih dahulu oleh lapisan ozon yang ada di atmosfer.Tetapi hasil penelitian
menunjukkan telah terjadinya penipisan lapisan ozon.Sudah bisa ditebak apa
akibat yang terjadi jika lapisan ozon ini rusak,atau bahkan bolong.
Salah satu penyebab penipisan ozon ini adalah meningkatnya pemakaian
Chloro Flouro Carbon (CFC).CFC dipakai dalam kehidupan sehari-hari pada
lemari es,air conditioner,bahan pendorong pada penyembur,pembuat buih,dan
sebagai bahan pelarut.
4. Pelepasan Gas Metan / CH4

Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik
menunjukan berjuta-juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan. Daratan beku
itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor keluar
dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang mudah
terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO 2. Adapun konsentrasi gas metan di
beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal. Pelepasan gas
metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinan kenaikan
gas metan di planet di pengaruhi oleh oleh dua faktor yakni pelepasan gas
metan dari dasar laut dan terlepasnya gas metan dari tanah beku yang
mencair.
5. Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat
berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kontribusi matahri dalam pemanasan global mungkin telah
diabaikan.Dua ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari
telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang
periode tahun 1900 2000 , dan 25 35% rentang tahun 1980 2000.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan
pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari
akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan
stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati
sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini
6. Penebangan Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30
juta hektar, jelas turut meperparah keadaan .Hutan yang selama ini menjadi
pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan global
seharusnya dapat membantu mengurangi pemanasan global .Tapi , dalam
kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut.Yakni hutan amazon,
yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam rangka
produksi hasil daging.Sedangkan di Indonesia itu sendiri, masalah
pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang
bertujuan membuka perkebunan, keinginan memperoleh penghasilan dari
penjualan kayu atau hasil hutan yang jika dilakukan secara legal memerlukan
baiya yang sangat tinggi.Hal tersebut dipengaruhi karena tingkat kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat rendah.
7. Gas Metana dari peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca negara
Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti menemukan bahwa
sumber gas metan terbesar berasal dari sapi dan domba yang sengaja
diternakan untuk diambil wol. Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa
metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO 2 selama lebih dari 20
tahun. Kenyatan ini sangat mengejutkan, karena pada dasarnya, jumlah ini

melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi sapi
tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari.
8. Gas metana dari pertanian
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang
menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari
bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen,
misalnya dipersawahan.
9. Alih Fungsi Lahan dan Pembabatan Hutan
Sumber lain CO2 berasal dari alih fungsi lahan di mana ia bertanggung
jawab sebesar 17.4%. Pohon dan tanaman menyerap karbon selagi mereka
hidup. Ketika pohon atau tanaman membusuk atau dibakar, sebagian besar
karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke atmosfer. Pembabatan
hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam tanah. Bila hutan itu
tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan menyerap jauh lebih sedikit
CO2.
10. Transportasi
Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi gas rumah kaca
mencapai 13,1%. Sektor transportasi dapat dibagi menjadi transportasi darat,
laut, udara, dan kereta api. Dari total sumbangan 13,1% itu, sumbangan
terbesar berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul kemudian oleh
transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir kereta api (0,5%).
11. Kerusakan hutan
Keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia memiliki peran yang sangat
penting dalam mencegah pemanasan global. Hutan yang lebat dan subur bisa
mengubah karbondoksida menjadi O2 yang merupakan bagian penting dari
hidupnya suatu mahluk. Jadi tumbuhan memang sangat diperlukan. Tetapi
dalam kondisi sekarang ini, sebagian besar hutan di dunia telah rusak dan
telah digantikan oleh kota-kota dengan gedung yang megah.
12. Polusi Karbondioksida dari pembangkit listrik bahan bakar fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit
listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas
karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi
karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika Serikat. Kebutuhan
ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi
alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari kita
yang enggan untuk melakukan ini.
13. Polusi Karbondioksida dari pembakaran bensin untuk transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan
bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa
permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring
dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua
peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
14. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia
dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan
nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai

perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah


pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumbersumber air minum kita.
2.2 Mekanisme Perubahan Lingkungan
Proses ini
diawali
dari
cahaya tapak
dari matahari
sebagian
dikembalikan
keangkasa dan
sebagian lagi
diserap
oleh
bumi
(yang
mana pantulan
tersebut
dikembalikan
lagi
dalam
wujud radiasi
inframerah).
Radiasi matahari tadi melalui bumi melalui atmosfer,karena semakin banyak
radiasi matahari tadi di lapisan atmosfer bumi, sehingga menyebabkan lubang
ozon. Kebanyakan dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan
memanaskannya.
Radiasi inframerah dipancarkan oleh permukaan bumi,Radiasi inframerah
yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap oleh CO2 di atmosfer yang
kemudian sebagian dipancarkan ke angkasa (a) sebagian lagi dikembalikan ke
atmosfer bumi dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi itulah yang disebut
dengan pemanasan global (global warming).

2.3 Dampak kesehatan akibat global warming


Pemanasan global selain berakibat buruk bagi kehidupan dan
keseimbangan ekosistem, juga berdampak serius bagi kesehatan umat
manusia. Beberapadampak serius pemanasan global bagi kesehatan
manusia, misalnya adalah :
Pertama, Penyakit infeksi
Perubahan iklim berdampak pada munculnya beberapa jenis penyakit
infeksi baru seperti ebola, flu burung, dan beberapa penyakit hewan yang
dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di
Indonesia adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat
dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan
kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
Kedua, Penyakit saluran pernapasan
World Health Organization menyebutkan akibat lain pemanasan global
adalah penyakit saluran pernapasan. Bettina Menne, anggota WHO divisi
Eropa mengatakan, Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu
di udara meningkat, Suhu udara yang semakin hangat juga membawa
penyakit alergi. Selain itu, banyaknya jumlah kebakaran hutan baik disengaja
ataupun karena panasnya cuaca memperburuk ancaman penyakit saluran
pernapasan ini.
Ketiga, Penyebaran penyakit DBD dan malaria
Pemanasan global berdampak pada semakin singkatnya siklus perkawinan
dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa.
Akibatnya, jumlah populasi nyamuk berkembang sangat cepat. Ini terutama
terjadi di kawasan Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk
adalah penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Kedua penyakit
ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Kita sudah merasakannya
langsung ganasnya kedua penyakit tersebut, yakni tingginya angka korban
penderita demam berdarah dan malaria dibeberapa daerah.
Beberapa penyakit yang diperantarai oleh nyamuk sebagai vektor biasanya
peka terhadap perubahan cuaca (EPSTEIN, 2001; ZELL et al., 2008). Perubahan
iklim yang terkait dengan faktor cuaca, curah hujan, suhu dan kelembaban
dapatmempengaruhi dinamika biologi dan populasi dari vektor berupa nyamuk
yang sebagian siklus hidupnya berhabitat di dalam air. Suhu yang sangat
ekstrim
akanmengurangi
populasi
nyamuk,
misalnya
o
larva Culex annulirostris akan mati pada suhu di bawah 10 C dan di atas 40 oC
(MCMICHAEL dan WOODRUFF, 2008).Tetapi pada suhu yang meningkat
sampai batas tertentu dapat mengurangi waktu yang diperlukan
untuk pengembangan larva, sehingga akan lebih banyakgenerasi nyamuk
yang dihasilkan pada satuan waktu yang sama. Dalam hal iniCulex
annulirostris umumnya memerlukan waktu 12 13 hari dari periode telur
sampai dengan dewasa pada suhu 25 oC, tetapi pada suhu 30 oC hanya
memerlukan waktu 9 hari dari telur sampai dengan dewasa (KAY dan AASKOV,
1989).

Keempat, Penyakit akibat penipisan lapisan Ozone


Dampak pemanasan global bagi kesehatan juga terjadi karena pengaruh
penipisan ozone seperti meningkatnya intensitas sinar ultra violet. Intensitas
sinar UV yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh,
pertumbuhan mutasi genetik, dan memperburuk penyakit-penyakit umum
asma dan alergi
Kelima, Penyakit yang berhubungan dengan panas
Lebih jauh global warming juga bisa berakibat terjangkitnya penyakit yang
berkaitan dengan panas (heat stroke), terutama pada lansia dan anak-anak.
Suhu yang panas juga bisa menyebabkan kegagalan sektor pertanian,
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Selanjutnya perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut dapat
menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir, badai topan dan
kebakaran. Dan bencana alam hampir selalu disertai dengan migrasi penduduk
ke kantong-kantong pengungsian. Di tempat pengungsian ini sering muncul
penyakit, seperti : diare, gatal-gatal dan penyakit kulit lain, kurang gizi,
defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, dan lain-lain.
Pengaruh perubahan iklim terhadap kejadian penyakit hewan juga dapat
terjadi secara tidak langsung misalnya, terjadinya banjir sehingga agen
penyakit terbawa aliran banjir ke lokasi lain atau vektor penyakit yang juga
sebagai reservoar menyebar ke berbagai lokasi lain atau pemukiman lain. Hal
ini dapat menimbulkan wabah seperti penyakit leptospirosis pada manusia
dimana tikus yang bertindak sebagai reservoar, bakteri Leptospira spp. akan
tersebar ke pemukiman/daerah lain melalui urin tikus dan dapat menginfeksi
manusia atau hewan lain sehingga terjadi wabah penyakit leptospirosis
(KUSMIYATI et al., 2005).
Rata-rata kenaikan muka air laut secara global setelah dikurangi
penurunan tanah, diperkirakan naik antara 8 13 cm pada tahun 2030, antara
17 29 cm pada tahun 2050, dan antara 35 82 cm pada tahun 2100 (IOM, 2008).
Wilayah yang paling rentan terkena dampak tersebut adalah wilayah pesisir
karena berbatasan langsung dengan laut serta wilayah dataran rendah yang
berada di sekitarnya. Ketika permukaan air laut naik melebihi ketinggian
daratan, maka air laut akan menggenangi seluruh daratan tesebut. Kondisi ini
akan memperburuk kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat di
sekitarnya (Nila, 2009).
2.4 Konsep cara pencegahan
Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah Global
Warming
1. Maksimalkan pencahayaan dari
alam
seperti
sinar
matahari.
Gunakan cat warna terang di
tembok, gunakan genteng kaca di
plafon, maksimalkan pencahayaan

melalui jendela.cara ini sangat ampuh untuk menghemat penggunaan listrik


berlebihan!
2. Matikan lampu tidak terpakai
dan
jangan
tinggalkan
air
menetes.
Selain
menghemat
energi dan air bersih, ini akan
menghemat banyak tagihan Anda.
banyak orang meramalkan di
masa depan nanti bahwa Air akan
lebih mahal dari pada emas loh !
3. Gunakan lampu hemat energi.
Meskipun lebih mahal, rata-rata
mereka lebih kuat 8 kali dan lebih
hemat hingga 80 % dari lampu pijar
biasa. lampu hemat energi sangat
beragam jenisnya, ada lampu
energi dengan bentuk XL seperti
Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi
lampu hemat energi terbarukan
yang pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting Diode).
Lampu hemat energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan
lebih dari 60% sehingga kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi.
Selain itu penggunaan energi yang berlebihan juga akan menimbulkan
terjadinya pemanasan global. Sekarang kita bayangkan, di Indonesia masih
banyak pembangkit listrik tenaga batubara
4. Hindari posisi stand by pada
elektronik Anda! Jika semua
peralatan rumah tangga kita
matikan (bukan dalam posisi
stand by) maka kita akan
mengurangi emisi CO2 yang
luar biasa dari penghematan
energi listrik. Jika pengisian
ulang baterai Anda sudah
penuh, segera cabut! Telepon
genggam, pencukur elektrik, sikat gigi elektrik, kamera, dan lain-lain. Jika
sudah penuh segera cabut. Go rechargeable, gunakan peralatan dengan
baterai yang bisa diisi ulang.
5. Daur ulang aluminium, plastik,
dan kertas. Akan lebih baik lagi
jika
Anda
bisa
menggunakannya
berulang-ulang. Energi untuk

membuat satu kaleng alumunium setara dengan energi untuk menyalakan TV


selama 3 jam.

6. Gunakan air dingin untuk


mencuci dan cucilah dalam
jumlah
banyak.
Jika
Anda
memiliki
keluarga
kecil, tidaklah perlu setiap hari
mencuci. Kumpulkanlah sampai
kapasitas
mesin
cuci Anda
terpenuhi, hal ini akan menghemat
air, mengurangi pemakaian listrik
dan juga mengurangi pencemaran
akibat deterjen Anda. Gunakan
juga deterjen dan pembersih ramah lingkungan. Saat ini mungkin harganya
memang lebih mahal. Tetapi bila Anda mampu, lakukanlah demi masa depan
anak cucu kita.
7. Gunakan bahan bakar alami atau
yang dapat diperbaharui (di Indonesia
tersedia bio solar dan bio pertamax).
Luar biasa jika bisa Anda bisa
menggunakan bahan bakar hidrogen.
atau jika jarak dekat gunakanlah
sepeda
8. Bawa tas yang bisa dipakai ulang.
Bawalah sendiri tas belanja Anda,
dengan demikian Anda mengurangi
jumlah
tas
plastik/kresek
yang
diperlukan. Belakangan ini beberapa
pusat perbelanjaan besar di Indonesia
sudah
mulai
mengedukasi
pelanggannya.
9.Donasikan mainan yang sudah
tidak pantas untuk umur anak Anda.
Hal ini akan mengurangi produksi
mainan-mainan yang hanya akan
terus menghabiskan sumber daya
bumi kita.

10. Jika kita sering makan siang


diluar kantor dengan bungkusan
dan rutin, lebih baik jika Anda

membeli kotak makan atau tempat minum yang kuat dan bisa dipakai berulang
kali. Hindari media bungkus plastik atau stereofoam (Berasal dari minyak bumi
dan susah untuk diuraikan).

11. Gunakan kertas lebih sedikit.


Gunakan e-mail internal Anda dan
software perkantoran untuk membuat
laporan
internal.
Cetaklah
laporan/presentasi
hanya
jika
diperlukan
untuk
melakukan
kesepakatan dengan pihak luar.
12. Edukasi
kepada
masyarakat
mengenai Global Warming.
13. Tanam
pohon
setiap
ada
kesempatan. Baik di lingkungan
ataupun dengan berpartisipasi dalam
program penanaman pohon. Bisa
dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung kesempatan dan
kemampuan Anda sendiri.
2.5 Penanggulangan Masalah Global Warming
Pemanasan global merupakan masalah multikompleks dan memiliki
pengaruh dalam skala yang besar, yaitu mempengaruhi seluruh aktivitas
manusia di dunia. Oleh karena itu, penanggulangan masalah pemanasan
global bukanlah masalah bagi satu negara saja, bukan hanya masalah bagi
Negara-negara industri saja, melainkan masalah bagi seluruh negara di dunia
ini. Maka, sangat diperlukan kesadaran seluruh Negara di dunia untuk
berkolaborasi menanggulangi pemanasan global ini.
Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi menghadapi peningkatan emisi
karbon diwujudkan dalam Conference on Parties ke-13 United Nations
Framework Convention on Climate ( COP ke-13 UNFCC ) tanggal 13 14
Desember 2007 di Denpasar, Bali. Indonesia turut berpartisipasi dalam
konferensi ini.
Menjelang diselenggarakannya konferensi ini, berbagai kontroversi
semakin banyak bermunculan dan semakin meningkat. Kontroversi itu antara
lain mengenai rusaknya hutan diklaim sebagai penyabab utama meningkatnya
pemanasan global. Indonesia dan negara-negara berkembang yang lainnya
dalam hal ini berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Negara-negara
maju terus menyalahkan negara berkembang, khususnya Indonesia, karena
dianggap lalai menjaga kelestarian hutannya. Padahal kerusakan hutan
bukanlah merupakan penyebab utama emisi karbon. Bila dicermati, penyabab
utama terjadinya kejenuhan emisi karbon ini ternyata ada empat.
1. kelistrikan yang menyumbang 42%;
2. transportasi menyumbang 24%;

3. industri menyumbang sebesar 20%;


4. kependudukan serta penggunaan barang-barang komersial menyumbang 14%
bagi emisi global.
Kerusakan hutan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia
dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan global.
Meskipun negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai
pengemisi karbon terbesar di dunia justru telah lama kehilangan hutannya,
mata dunia hanya tertuju kepada hutan negara berkembang yang dijadikan
tumpuan menyerap karbon buangan negara maju.
Meningkatnya
pemanasan
global ini merupakan masalah
bagi seluruh negara dan sudah
sewajibnya setiap negara harus
mengambil bagian dalam upaya
penekanan pemanasan global
ini. Oleh karena itu, sangat
diharapkan agar keputusan yang
diambil dalam konferensi yang
diadakan bulan Desember adil bagi setiap negara, jangan ada negara yang
merasa dirugikan dan ada yang diuntungkan.
Sebagai warga Negara Indonesia, berpendapat bahwa keputusankeputusan yang seharusnya ditetapkan dalam konferensi tersebut antara lain :
1. Menjaga kelestarian pohon dan hutan
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya (Dinkes Kutai Kertanegara, 2009).
Pemeliharaan kelestarian hutan bukan hanya dilakukan oleh negaranegara berkembang yang masih mempunyai hutan saja, melainkan negaranegara maju yang dalam hal ini merupakan penyumbang emisi karbon
terbesar harus turut mengambil bagian walaupun hutan mereka sudah sedikit
atau bahkan habis. Negara-negara maju dapat mengambil bagian dengan cara
bersama-sama negara berkembang mengumpul dana bagi pemeliharaan, turut
serta melakukan riset untuk mempercepat proses reboisasi, dan mengirim
tenaga-tenaga ahli untuk terjun langsung ke daerah yang hutannya mengalami
kerusakan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman
sebanyak mungkin pohon, selama ini program penghijauan telah banyak
dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu disebabkan
program penghijauan yang dilakukan selama ini masih mengalami banyak
kekurangan. Kekurangan yang teridentifikasi adalah: Pertama: pemilihan
waktu yang tidak tepat. Biasanya penghijauan dilakukan pada bulan Pebruari
setelah bencana banjir dan tanah longsor terjadi dimana-mana. Padahal

musim hujan hampir berakhir, dengan demikian setelah hujan berakhir


tumbuhan mati kekeringan. Kedua: pemilihan tumbuhan tidak memperhatikan
kondisi iklim (ketinggian dan suhu) setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari
jenis
tumbuhan
sumbangan
masyarakat
tanpa
sebuah
kriteria. Ketiga: kegiatan sangat bersifat ceremonial dan kolosal namun tidak
ada jaminan keberlanjutan, sehingga setelah penanaman tidak pernah ada
monitoring (Prihanta, 2006)
2. Berupaya untuk mencari alternative bahan bakar lain yang lebih efisien dan
ramah lingkungan.
3. Mensosialisasikan tatacara penggunaan kendaraan bermotor (khususnya
mobil) dengan seksama. Kalau tidak perlu sekali tidak perlu memakai
kendaraan yang membuang banyak buangan energi tersebut. Sekilas solusi ini
berdampak tidak menguntungkan bagi negara-negara maju, khususnya negara
industri kendaraan bermotor (khususnya mobil), namun keputusan ini agaknya
sudah tepat, negara-negara maju justru harus lebih berinovasi untuk membuat
mobil yang ramah lingkungan.
4. Green Building. Salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi
pemanasan global dan kerusakan lingkungan adalah green building.
Definisigreen building menurut Zigenfus (2008: 9) mengutip definisi dari The
United States Environmental Protection Agency (USEPA) adalah pembangunan
struktur bangunan dengan menggunakan proses yang bertanggung jawab
terhadap
lingkungan
dan
sumber
daya
yang
efisien
di
seluruh lifecyclebangunan mulai dari penentuan desain, konstruksi,
pemanfaatan, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. (Deka et al, 2014)
5. Mensosialisasikan pada pabrik-pabrik untuk menggunakan bahan-bahan yang
ramah lingkungan dalam menghasilkan barang jadi. Masyarakat pun diminta
untuk memilih dengan seksama barang-barang terutama disarankan untuk
membandingkan dan memilih produk yang paling kecil resikonya terhadap
lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Global Warming/Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang
menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan
oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga.
Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras
karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global
memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya. Penanggulangan
hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila
kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global
hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.2 Saran
Kita hidup di Bumi bersama seluruh mahluk hidup yang tak terhitung
banyaknya. Mari kita menjaga tempat tinggal kita ini dengan menjaga
kelestariannya. Menanam pohon, hemat air, hemat tenaga yang mengandung
gas adalah sedikit upaya untuk terus menjaga kelestarian bumi kita dan
melindungi lapisan Ozon yang mulai merusak. Ayo kurangi efek Global
Warming!

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
2011. Penanggulangan
Pemanasan
Global.http://earthhotter2.blogspot.com/2011/05/penanggulangan-pemanasanglobal.html. Diakses
Anonim.
2014. Pemanasan
Global.http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. Diakses pada tanggal 15
maret 2014
Ardhyarini, Nila. 2009. Pola Migrasi Masyarakat Kota Semarang sebagai Akibat
Perubahan Iklim Global Jangka Pendek. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro : Semarang.
Bahri, Sjamsul dan T. Syafriati. 2011. Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit
Hewan Menular Stategis di Indonesia. Vol. 21:1.
Deka et al. 2014. Studi Implementasi Green Building di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Dinkes

Kutai
Kertanegara,
2009. Global
Warming.http://dinkeskutaikartanegara.org/id/artikel.php?
subaction=showfull&id=1219973925&archive=&start_from=&ucat=4&.

Kay, B.H. and J.G. Aaskov. 1989. Ross River virus (epidemic polyarthritis). In: The
Arboviruses: Epidemiology and Ecology, Vol. 4. MONATH, T.P. (Ed.). Boca
Raton: CRC Press. pp. 93 112.
Kusmiyati, et al. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia di Indonesia. Wartazoa
15(4): 213 220.
McMichael, A.J. and R.E. Woodruff. 2008. Climate change and infectious diseases. In
the social ecology of infectious diseases 1st Edition. MEYER, K.H. and H.F.
PIZER (Eds.). 2008. London. Academic Press Elsevier pp. 378 407.
Prihanti, Wahyu. 2006. Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan Kontinyu. Makalah
Seminar Regional, Pusal Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas
Muhammadiyah : Malang, Mei 2007.
Prihanta Wahyu. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Global Warming Sebagai Upaya
Menyelamatkan Kehidupan di Bumi. Vol. 14:1. Universitas Muhammadiyah :
Malang.
Ramot

M.
V.
Sianturi.
2007. Tindakan
Penanggulangan
Pemanasan
Global.http://kontektekim.blogspot.com/2007/10/tindakan-penanggulanganpemanasan.html. Diakses pada tanggal 16 maret 2014.

Wawan Nawansta. 2013. Dampak


Global
Warming.http://dampakglobalwarming.blogspot.com/2013/07/dampakglobalwar
mingpenyebab-dan-cara.html. Diakses pada tanggal 15 maret 2014.

http://dinazainuddin.blogspot.com/2014/03/makalah-perubahan-lingkunganakibat.html

Anda mungkin juga menyukai