Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian 1
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani Vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan
alat keseimbangan tubuh . Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
Banyak sistem atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita , diantaranya yang paling banyak peranannya
ialah sistem vestibular, sistem visual dan sistem somatosensorik ( propioseptif)
Oleh karena banyaknya sistem yang ikut berperan, maka dalam menghadapi kasus
dengan gangguan keseimbangan, kita sering menemui kesulitan dalam menentukan
penyebabnya. Untuk mempertahankan keseimbangan di ruangan, maka sedikitnya 2 dari
3 sistem di atas harus berfungsi dengan baik.
Bentuk gangguan keseimbangan yang sering dijumpai :
1. Rasa tidak seimbang, disekuilibrium
Keluhan ini banyak disebabkan oleh gangguan vestibular, gangguan proprioseptif,
penyakit susunan saraf pusat. Juga gangguan fungsi serebelum, labirin yang tidak
berfungsi, gangguan ekstrapiramidal, intoksikasi obat, dan tumor di fossa
posterior
2. Kepala terasa ringan, enteng
Keluhan ini disebabkan oleh efek samping obat, seperti obat anti hipertensi, obat
penenang, demam, gangguan metabolik dan penderita dengan gangguan psikis
3. Merasa hampir pingsan , hilang, sinkop, black out

Keluhan ini dijumpai pada gangguan homeostatik, gangguan aliran darah,


kardiovaskuler, serebrovaskuler, anemia dan obat-obatan
4. Vertigo ( halusinasi gerakan, rasa bergerak )
Penderita merasa atau melihat lingkungannya bergerak, atau dirinya bergerak
terhadap lingkungan dimana gerkannya seperti berputar, linier, mau jatuh atau
rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang kita
jumpai nistagmus

BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Etiologi 1,2,3
Penyebab vertigo serta lokasi lesi, yaitu :
1) Jenis Perifer
a)

Labirin telinga dalam


- Vertigo posisional paroksismal benigna
- Pasca trauma
- Penyakit meniere
- Labirintitis ( viral, bacterial )
- Toksik ( aminoglikosid, streptomisin, gentamisin )
- Oklusi peredaran darah di labirin
- Fistula labirin

b)

Saraf otak ke VIII


- Neuritis iskemik ( DM )
- Infeksi, inflamasi ( sifilis, herpes zoster )
- Neuronitis vestibular
- Neuroma akustik
- Tumor di sudut serebelo-pontin ( meningioma, metastase )

2) Sentral
- Stroke batang otak atau TIA vertebrobasiler
- Neoplasma
- Migren basiler
- Trauma
- Perdarahan di serebelum
- Infark di batang otak/serebelum
- Degenerasi spinosereblar
3) Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal,
keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4) Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
3

5) Kelainan mata: kelainan proprioseptik.


6) Intoksikasi.

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral ( batang otak, serebelum atau otak ) dan di
perifer ( telinga-dalam, atau saraf vestibular ). Kita perlu membedakan kedua jenis
vertigo ini karena terapi dan prognosisnya berbeda.
Penyebab vertigo yang sering ditemukan
Lama

episode

berlangsung
Beberapa detik

vertigo Tanpa gangguan pendengaran Dengan


- Vertigo posisional benigna

gangguan

pendengaran
- Fistula perilimfatik

- Insuffisiensi vertebrobasiler
- Vertigo servikal
Berjam-jam

Migren

vestibular -

vestibulopati berulang

Hidrops

endolimfatik

( sindrom meniere)
- sifilis

Berhari-hari

- neuronitas vestibular

- labirinitis
- kontusio labirin

Berbulan-bulan

- degenerasi serebeler

- neuroma akustik
- toksisitas telinga

II. 2 Anatomi dan Faal sistem Vestibular 1,2,3


4

Telinga dalam atau labirin terletak di bagian petrosa tulang temporal. Labirin
terdiri atas 2 bagian yang saling berhubungan, yaitu :
1. Labirin anterior, yang terdiri atas kokhlea yang berperan dalam pendengaran
2. Labirin posterior, yang mengandung 3 bejana semisirkular, utrikulus, dan sakulus.
Di utrikulus dan sakulus sel sensorik berada di makulanya. Di bejana semisirkular sel sensorik terletak di krusta ampula.
Ganglion sensorik primer, disebut juga sebagai ganglion vestibular atau ganglion
Scarpa, terletak di liang akustik interna. Ganglion ini mengandung sel-sel neuron
sensorik primer. Sel neuron ini bi-polar, bagian perifer ( dendrit ) berakhir di sel rambut
di makula utrikulus, sakulus, dan di krista ampula bejana semi-sirkular. Bagian sentral
( akson ) membentuk saraf vestibular memasuki batang otak di batas pons-medula
oblongata dan berakhir di inti vestibular.
Sel-sel di inti vestibular otak berhubungan dengan
1. Serebelum
5

Hubungan dengan serebelum untuk menjaga keseimbangan


2. Bagian-bagian batang otak lainnya
Akson sel inti vestibular ada yang bersinaps dengan inti saraf abdusen,
okulomotor dan troklear. Hubungan ini penting dalam mengatur gerakan bola
mata, gerakan konjugasi bola mata sehubungan dengan gerakan kepala
3. Medula spinalis
Hubungan dengan sel motorneuron di servikal ikut bertugas dalam mempengaruhi
kepala mempertahankan keseimbangan. Hubungan dengan sel motorneuron spinal
lainnya ikut mengatur tonus otot-otot yang dibutuhkan dalam mempertahankan
keseimbangan.
4. Korteks otak melalui talamus
Daerah vestibular di korteks otak ialah di girus post-sentral lobus parietal, di
dekat area sensorik untuk kepala dan mungkin juga ada daerah vestibular di
korteks lobus temporal berdekatan dengan daerah untuk pendengaran.
Fungsi korteks vestibular ini ialah untuk orientasi ruangan dan ikut mengatur
sistem motorik. Kortek ini mempunyai kemampuan untuk menyaring informasi mengenai
keseimbangan.
Seperangkat sistem saraf yang mengkoordinasikan informasi sensorik mengenai
kita dan lingkungan adalah Penglihatan ( vision ) mensuplai informasi mengenai posisi
dan gerkan objek, somatosensorik ( rasa raba dan propioseptif ) memberikan masukan
mengenai posisi dari tubuh serta bagiannya dan in put dari Vestibular memberikan
informasi mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi.

II. 3. Bangunan vestibular dan fungsinya 1


Fungsi sistem vestibular ialah mensuplai otak dengan informasi mengenai gerak
kepala serta orientasi di ruangan. Reseptor akhir ( end organ ) terdiri atas labirin
vestibular di telinga-dalam terbungkus di dalam tulang temporal.
Labirin vestibular terdiri atas 2 perangkat reseptor mekanisme, yaitu :
1) Bejana semi-sirkular yang mendeteksi gerakan kepala yang berarah angular
2) Organ otolit, yang mendeteksi gerakan kepala berarah linier serta orientasinya
terhadap gravitasi
Kedua organ otolit dan bejana semi-sirkular berpatisipasi pada semua refleks
vestibular dan keduanya terstimulasi oleh tiap gerakan yang kita lakukan sehari-hari,
seperti berjalan, berlari, dan lain-lain.

II.4. Organisasi labirin yang bilateral 1

Manusia merupakan makhluk yang sistematik-bilateral. Demikian juga halnya


dengan labirin, yang pada sisi kiri dan kana setangkup ( ko-planar). Bagi tiap bejana ada
bejana koplanar di sisi lainnya. Bila gerakan kepala merangsang satu bejana, secara
otomatis hal ini akan menginhibisi ( menghambat ) pasangan ko-planarnya pada sisi lain.
Jadi bila suatu neuron di inti vestibular dirangsang oleh suatu bejana, ia juga akan
diinbisi oleh bejana kontralateral yang ko-planar. Hal ini dimungkinkan melalui
hubungan silang antara inti vestibular pada tiap sisi, komisur vestibular. Hal yang serupa
didapatkan juga pada organ otolit. Utrikulus dan sakulus kedua sisi adalah ko-planar.
II.5.Sistem vestibular dan vestibulo-okuular 1
Vertigo berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila
penderita merasa dirinya yang bergerak atau berputar atau objektif bila penderita melihat
sekelilingnya yang bergerak atau berputar. Penderita dengan lesi vestibular akut akan
mengalami vertigo

II.6.Mekanisme kerja sistem keseimbangan 1,2

Banyak faktor yang ikut berperan dalam memperthankan keseimbangan. Untuk


mempermudah pemahaman dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok penerima rangsang (reseptor) di perifer
Reseptor vestibular yang terletak di labirin telinga dalam berespons terhadap
gerakan angular dan linier daripada kepala dan terhadap gravitasi. Hasilnya ialah
refleks vestibulookular yang mempertahankan citra ( bayangan ) di retina mata
tetap stabil sewaktu kepala bergerak dan refleks vestibulospinal yang mengontrol
sikap badan.
Reseptor somatosensorik memberikan informasi mengenai gravitasi, posisi,
permukaan, luas gerakan daripada otot dan persendian dan informasi ini
memberikan umpan-balik bagi refleks spinal dan vestibulo-spinal.
Reseptor di anggota gerak bawah sering terganggu karena neuropati perifer. Hal
ini mengakibatkan perasaan kurang seimbang. Reseptor di persendian
intervertebralis pada vertebra leher bagian atas berperan dalam memberikan
informasi keseimbangan dan mungkin juga dalam mengontrol bola mata.
2. Pusat integrasi ( letak lebih sentral, diantara batang otak dan cerebelum )
Bangunan yang banyak berperan dalam mengintegrasikan rangsang reseptor
perifer ialah batang otak dan serebelum. Bangunan di batang otak ini ialah inti
vestibular, inti okulomotor dan oliva inferior.
3. Pusat persepsi ( korteks otak )
Korteks otak memainkan peranan dalam menghayati atau menyadari keadaan
keseimbangan. Pada paska konkusi otak sering berupa gangguan keseimbangan,
puyeng, nyeri kepala, lelah, tidak toleran terhadap zat toksik, tinitus, nausea,
emosi tidak stabil, depresi, dan kemampuan berfikir menurun.
II.7. Patofisiologi 1,2,

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan


ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke
pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling
besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala
dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer
atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya
muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya
II.8. Klasifikasi Vertigo 5,6,7
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita
sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :

10

Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus


Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.

Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan


iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen,
Vertigo pada anak (Vertigo de Lenfance), Labirin picu (trigger labyrinth).

Yang

timbulnya

dipengaruhi

oleh

perubahan

posisi

Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo


posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis, Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan
akut, dibedakan menjadi:
o

Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,


labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.

Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca


komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan
okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan
endokrin.

3. Vertigo

Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.


yang

serangannya

mendadak/akut,

kemudian

berangsur-angsur

mengurang, dibedakan menjadi :


o

Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis


akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteria vestibulokoklearis.

Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria


vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis
multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi :


1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

11

II.9. Manifestasi klinik 1,2


Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis.
Perbedaan Klinis Vertigo Vestibuler dan Vertigo Non Vestibuler

Gejala
Sifat vertigo

Vertigo Vestibuler
Rasa berputar ( true vertigo )

Vertigo Non Vestibuler


Melayang, hilang
keseimbangan, lightheaded

Serangan

Episodik

Kontinyu

Mual/muntah

(+)

(-)

Gangguan pendengaran

( + )/ ( - )

(-)

Gerakan pencetus

Gerakan kepala

Gerakan objek visual

Situasi pencetus

(-)

Orang ramai, lalu lintas


macet, supermaket

Perbedaan klinis vertigo vestibuler tipe perifer dan tipe sentral

12

Bangkitan vertigo

Tipe perifer
Lebih mendadak

Tipe sentral
Lebih lambat

Derajat vertigo

Berat

Ringan

Pengaruh gerakan kepala

(+)

(-)

Gejala autonom

( ++ )

(+)/(-)

(+)

(-)

(-)

(+)

( mual, muntah, keringat )


Gangguan pendengaran
( tinitus, tuli )
Tanda fokal otak
II.10. Diagnostik 1,2
Langkah-langkah sistematik dalam tatalaksana :
1) Memastikan keluhan sebagai vertigo
Memastikan keluhan sebagai Vertigo, hindarkan salah persepsi tentang istilah
vertigo
2) Memastikan jenis dan letak lesi
Memastikan jenis dan letak lesi penting oleh karena tiap jenis vertigo berbeda
etiologi, patologi, terapi dan prognosis.
3) Mencari penyebab
- Perifer

: BPPV, Menier disease, tumor nervus VIII, dan lasin-lain.

- Sentral

: Vaskuler, degeneratif, tumor dan lain-lain.

13

4) Memantau terapi
II.11. Diagnosis Klinis Vertigo 1,2
Anamnesis :
- Bentuk vertigo
- Keadaan yang memprovokasi
- Profil waktu : akut- pelan-pelan, hilang timbul
- Gejala yang menyertai, misalnya : gangguan pendengaran
- Penyakit sistemik
II.12. Pemerikasaan 1
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi :
-

Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli


sensorineural,nistagmus.
Nistagmus vertical 80% sensitif untuk lesi nucleus vestibular atau vermis
cerebellar.Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus rotator
konsistendenganacute vestibular neuronitis.

Gait test
1. Rombergs sign

14

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih


dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas
yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupunRombergs signkonsisten
dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan
dalammendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk
gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius
dari dizzines.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan keduamata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik.Harus

dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya

(misalnyadengan bantuan

titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan

vestibuler hanya padamata tertutup badan

penderita akan bergoyang menjauhi

garis tengah kemudiankembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan padakelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupunpada mata tertutup.

Gambar 1. Uji Romberg


2. Past ponting
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke

15

arahlesi.

Gambar 3:

Past pointing

3. Heel to knee
Penderita

diminta

untuk

menggerakkan
tumit kakinya ke lutut kontralateral, kemudian diteruskan denganmendorong

tumit tersebut lurus ke jari-jari kakinya.


Gambar 4: Heel to knee

4. Dix-HallpikE
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer. Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo
dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-20 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue).
16

Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

Gambar 5:

Dix-

Hallpike
5. Tes Kalori
Penderita
berbaring

dengan

kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal.
Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C)
masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang
timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal
paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah
jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat
maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas
ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal
paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.

17

Gambar 6: Tes Kalori


1. Pemeriksaan khusus :
o

BAEP ( Brainstem Auditory Evoke Potensial )

Psikiatrik

Fungsi vestibuler : Tes Nylen Barani, tes kalori, elektronistagmogram

Fungsi pendengaran : tes garpu tala dan audiometri

2. Pemeriksaan tambahan :
o

Laboratorium : darah dan urine

Radiologik ( tengkorak , leher ) dan Imaging ( CT scan, MRI )

EEG, EMG, dan EKG.

II.13. Penatalaksanaan Medis 1


Terapi terdiri dari :
1. Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, tetapi jika penyebab
ditemukan, terapi kausal merupakan pilihan utama
2. Terapi simptomatik
- Antikolinergik

: Skopolamin, atropine

18

- Antihistamin

: Dimenhidrinat, prometasin

- Bensodiasepin

: Diazepam

- Ca antagonis

: Flunarisin

- Buterofenon

: Haloperidol

- Histaminik

: Betahistin

3. Terapi rehabilitatif.
vertigo vestibuler perifer akan mengalami perbaikan dalam waktu 1 - 3 minggu.
Sebagian bias sembuh lebih cepat atau sebaliknya. Untuk mempercepat
penyembuhan dilakukan rehabilitasi, berupa vestibular exercise

19

Beberapa metode latihan vestibular


I. Metode Brant Daroff
Penderita duduk di tepi tempat tidur dengan kaki tergantung. Kedua mata ditutup,
berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik, kemudian
duduk tegak kembali. Setelah 30 detik, baringkan tubuh ke sisi lain dengan cara
yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk kembali. Dilakukan 5 x pagi
dan 5 x malam
II. Metode latihan Visual Vestibuler
a.

Pasien yang masih berbaring


- Melirik ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan. Selanjutnya gerakan serupa
sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm.
- Gerakan kepala fleksi dan ekstensi, makin lama makin cepat, lalu diulang
dengan mata tertutup. Setelah itu gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan
urutan yang sama.

20

b.

Pasien yang sudah bisa duduk


- Gerakkan kepala dengan cepat ke atas dank e bawah sebanyak 5 x, tunggu 5
detik atau lebih sampai vertigo hilang. Ulangi latihan 3 x
- Gerakkan kepala menatap ke kiri / ke kanan selama 30 detik.Ulangi latihan
3x

c.

Pasien yang sudah bisa berdiri atau berjalan


- Latihan seperti waktu berbaring dan duduk
- Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata tertutup
- Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan tertutup
- Jalan tandem dengan mata terbuka

21

BAB III
Beberapa Kelainan dengan Gejala Vertigo
a) Vertigo Posisional Benigna ( VPB ) 1
Vertigo posisional ialah vertigo yang timbul bila kepala mengambil posisi
atau sikap tertentu. Dikenal juga dengan nama Vertigo Posisional Paroksismal
Benigna atau vertigo postural atau kupulolitiasis
Vertigo muncul pada tiap perubahan kepala dan biasanya paling berat pada
sikap berbaring pada sisi dengan telinga yang terlibat berada di sebelah bawah.
Sindrom ini ditandai oleh episode vertigo yang berat yang berlangsung singkat
( beberapa detik atau menit ) yang disertai nausea ( rasa enek ) dan muntah,
namun penderita jarang sampai kehilangan kontrol dari sikapnya dan jatuh.
Vertigo akan mereda bila pasien terus mempertahankan sikap atau posisi yang
mencetuskannya. Pada vertigo perifer nistagmus tidak langsung muncul namun
pada kelainan sentral nistagmus langsung timbul bila posisi berubah.
Bila vertigo yang disebabkan kelainan di sentral ( batang otak atau
serebelum ) tidak didapatkan respon yang berkurang atau habituasi bila berbaring
pada sisi pencetus. Pada sebagian besar kasus, gangguan menghilang secara
spontan dalam kurun waktu beberapa minggu, namun dapat kambuh setelah
beberapa waktu, bulan atau tahun.
VPB sering dijumpai pada kelompok usia menengah pada usia 40-an
tahun dan 50-an tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. VPB jarang
dijumpai pada anak atau orang yang sangat tua.
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui ( idiopatik ).
Beberapa kasus VPB dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau
leer, infeksi telinga tengah atau opersi stapedektomi. Banyak VPB yang timbul
spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di
kupula bejana semisirkular posterior sehingga bejana menjadi sensitif terhadap
perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah.
Prognosis vertigo umunya baik. Pada vertigo berat, yang kadang-kadang
sampai membangunkan penderitanya dari tidur, membuat penderita menjadi takut
22

dan sering memikirkan bahwa ia mungkin menderita penyakit yang berat dan
menakutkan. Sepertiga dari penderita melaporkan bahwa serangan-serangan
masih muncul sampai kurun waktu lebih dari satu tahun
Latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dengan penderita
duduk di pinggir tempat tidur kemudian merebahkan ke sisi pemicu untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda, ia kembali ke
posisi duduk semula. Gerakan ini diulang lagi sampai vertigo mereda atau
melemah. Biasanya 2-3 kali dalam sehari. Dilakukan setiap hari sampai gejala
vertigo mereda.
Obat anti vertigo seperti meklisin, betahistin atau fenergan dapat
digunakan sebagai simptomatik sewaktu melakukan latihan atau bila muncul
eksaserbasi atau serangan akut.
b) Neuronitis Vestibular
Neuronitis vestibular ditandai oleh serangan vertigo yang mendadak dan
berat, sering disertai nausea ( enek ),muntah dan rasa cemas. Gejala memburuk
bila kepala bergerak atau posisi berubah. Terdapat nistagmus spontan, dengan fase
lambat ke arah telinga yang abnormal. Pada tes kalori didapatkan penurunan
eksaitibilitas pada telinga yang sakit
Ketajaman pendengaran tidak terganggu dan tes audiologi normal.
Gangguan yang disebabkan oleh gangguan di batang otak, seperti diplopia,
disatria, sensibilitas berkurang, kelumpuhan tidak dijumpai.
Penderita sering mengemukakan adanya infeksi saluran napas sebelumnya
dan mungkin disebabkan oleh virus. Pada neuritis vestibular ini, nistagmus yang
timbul pada pemeriksaan ENG bersifat paretik, yaitu nistagmus spontan terarah
ke arah kontralateral dari sisi lesi. Respons pada tes kalori secara gradual pulih
menjadi normal.
Penyakit ini banyak dijumpai pada kelompok usia 30-40 tahun.
Penyebabnya belum diketahui,mungkin virus. Ada nama lainnya Neuropati
Vestibular . Penyakit ini benigna dan dapat sembuh sendiri.

23

Terapi yang digunakan adalah terapi spesifik dan terapi simptomatik.


Terapi spesifik seperti pemberian antibiotic untuk labirinitis bacterial atau oleh
sifilis. Dan terapi simptomatik untuk meredakan keluhan pasien. Dapat juga
digunakan methylprednisolon dimulai dengan dosis 100 mg sehari dan secara
bertahap dosis dikurangi selama kurun waktu 3 minggu.
Hati-hati ada kemungkinan stroke sereblar dimana mempunyai gejala
dysdiadochokineses, yaitu tidak mampu melakukan gerakan yang berlawanan
berturut dengan baik. Nistagmus serebral tidak berkurang bila kita memfiksasi
pandangan kita. Pada nistagmus perifer, nistagmus akan berkurang bila kita
memfiksasi pandangan kita pada suatu benda dan meningkat bila pandangan kita
menjauhi telinga yang kena.
c) Penyakit Meniere
Penyakit meniere ditandai oleh serangan vertigo yang berulang dan
berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, disertai oleh tinitus dan pekak
yang progresif. Pada kasus penyakit mulai pada usia 20 - 50 tahun, dan pria
lebih sering daripada wanita. Penyakit ini juga dinamai Hidrops endolimfatik
Penyebabnya oleh meningkatnya volum endolimf di labirin ( endolymfatic
hydrops ) sehingga menumpuk dan kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya
resorpsi oleh kantong endolimf. Volum endolimf yang menigkat menyebabkan
membrane labirin robek dan endolimf yang mempunyai kadar kalium yang tinggi
menjadi bercampur dengan perilimf yang berkadar kalium rendah. Robeknya
membrane labirin mengakibatkan timbulnya gejala dari penyakit Meniere yaitu :
tinnitus, pendengaran berkurang, vertigo dan rasa tertekan atau rasa penuh di
telinga.
Pada fase dini pendengaran dapat pulih kembali setelah robekan sembuh.
Namun pada tahap lanjut pendengaran semakin menurun dan dapat menetap,
namun gejala vertigo cenderung kurang berat. Umumnya mengenai satu sisi
telinga ( kira-kira 90% kasus ) dan sering penderita tidak mengeluhkan
pendengaran berkurang.

24

Tinitus dapat mendahului serangan vertigo pertama selama bermingguminggu atau berbulan atau hanya dirasakan sewaktu serangan vertigo berat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nistagmus spontan yang horisontal atau rotatoar
atau keduanya ( serangan akut berlangsung ). Pada tes kalori didapatkan gangguan
vestibular. Gangguan pendengaran ringan kadang-kadang tidak terdeteksi dimana
bertambah peka terhadap suara keras.Gejala gangguan otonom seperti pucat,
keringat dingin, enek ( nausea ) dan muntah. Bila serangan vertigo bertambah
berat, gangguan saraf otonom bertambah berat. Pada fase akut serangan vertigo,
tinitus dan gangguan otonom yang terkait dapat berlangsung 1-3 jam.
Pada permulaan gerak nistagmus biasanya ke arah telinga yang terlibat
dan pada tahap lebih lanjut dari serangan maka nistagmus ialah menjauhi telinga
yang terlibat ( paralitik ). Bila serangan reda, tidak dijumpai lagi nistagmus. Tes
kalori yang dilakuakn pada serangan sekarang harus sama dengan serangan
sebelumnya. Bila tidak sama harus dipikirkan penyakit SSP yang lebih serius.
Untuk terapi obat pada penyakit Meniere belum memuaskan, namun pada
sebagian kasus gejala dapat ditanggulangi dan diringankan. Terapi bedah
dilakukan bila serangan sering terjadi namun bila dilakukan dapat mengakibatkan
tuli total. Untuk teknik bedah lain pendengaran dapat dipertahankan bila
penyakitnya unilateral
d) Presbiastaksis ( disekuilibrium pada usia lanjut )
Sering terjadi pada orang dengan usia diatas 65 tahun. Usia lanjut disertai
oleh degenerasi statokonia ( sakulus dan utrikulus ), neuroepitel vestibuler,
ganglion vestibuler ( scarpa ) dan serebelum. Keluhannya pusing dan rasa yang
tidak stabil.
Rasa tidak stabil yang berkepanjangan serta gangguan keseimbangan
mungkin dapat dibantu oleh obat supresan vestibular dengan dosis rendah, untuk
meningkatkan ambulasi ( mobilisasi ). Contoh obat yang bermanfaat untuk
prebiastaksis ialah dramamine, prometazin, dan diazepam

25

e) Vertigo oleh trauma


Trauma kepala sering menyebabkan vertigo. Trauma kepala juga dapat
mengakibatkan tinitus serta tuli, disebabkan oleh konkusi labirin dan membran
labirin sangat peka terhadap trauma. Bila serebelum, batang otak dan saraf kranial
ke VIII ikut terlibat, maka didapatkan gangguan vestibular campuran, yaitu yang
sentral dan perifer.
Sindrom vertigo oleh trauma dibagi 2 bagian, yaitu yang akut dan kronis.
Vertigo yang akut
Didapatkan vertigo dan nistagmus dengan komponen cepat menjauhi sisi
yang terkena. Keseimbangan terganggu dan dijumpai gejala past pointing ke arah
sisi yang terkena. Sebagian besar penderita akan menjadi bebas dari gejala dalam
kurun waktu 1 - 6 bulan.
Vertigo yang kronis
Atau disebut vertigo posisional pasca trauma. Beberapa hari setelah jejas,
penderita mungkin mengalami kambuhnya serangan vertigo yang berlangsung
singkat dan dicetuskan oleh perubahan pada sikap kepala. Mirip dengan gejala
pada vertigo posisional benigna. Prognosis baik. Penderita akan mengalami
sembuh spontan dalam waktu 2 bulan dan hampir semua penderita telah sembuh
selama kurun waktu 2 tahun setelah jejas.
f) Sindrom Vertigo Fisiologis
Tidak disebabkan oleh penyakit namun disebabkan oleh mabok kendaraan,
vertigo yang dicetuskan oleh rangsang visual dan vertigo pada ketinggian.
Mabok kendaraan
Terjadi karena ketidaksesuaian antara rangsang vestibular dan visual yang
diterima otak karena percepatan yang tidak lazim atau ketidaksesuaian antara
rangsang vestibular dan visual yang diterima otak. Dapat diberikan obat anti
vertigo seperti betahistine dan dimenhydrinate
Vertigo yang dicetus karena rangsang visual

26

Gejala ini dapat terjadi bila sensasi gerakan yang diterima oleh
penglihatan ( visual ) tidak diimbangi oleh input yang bersamaan pada sistem
vestibular dan somatosensorik.
Vertigo pada ketinggian
Ada orang yang takut bila berada pada ketinggian. Ada orang yang
mengalami vertigo bila berada pada ketinggian. Pada keadaaan demikian, jarak
antara subjek dan objek di bawahnya menjadi lebih besar. Adaptasi terhadap
ketidakcocokan antara visual-vestibular menjadi terhambat, apa lagi bila penderita
sudah takut duluan
g) Obat-obatan yang vestibulotoksik
Aminoglikosid
Gentamisin, amikasin, tobramisin, seperti halnya dengan streptomisin,
semuanya

mempunyai

efek

vestibulotoksik.

Gangguan

vestibular

yang

diakibatkannya dapat pula terjadi sebelum gangguan pendengaran muncul. Efek


vestibulotoksik ini dapat terjadi pada dosis terapetik biasa. Bila obat
aminoglikosid ini digunakan bersama dengan obat diuretik, maka efek
vestibulotoksik dan ototoksiknya meningkat.
Antikonvulsan
Obat antikonvulsan yang lazim digunakan dalam mengobati epilepsi dapat
mengganggu sistem vestibular pada dosis yang tinggi. Gejala yang dijumpai dapat
berupa nistagmus, vertigo, ataksia. Obat konvulsan yang lazim digunakan ialah :
fenitoin, karbamazepin, fenobarbital dan primidone. Bila dosis dikurangi, maka
gejala gangguan tersebut di atas berkurang atau mereda.
Salisilat
Obat salisilat, misalnya aspirin, dapat menyebabkan tinitus ( telinga
berdenging ) dan vertigo. Gangguan pendengaran, seperti tuli, dapat pula terjadi.
Hal ini berkaitan dengan tingginya dosis yang digunakan, konsentrasi obat
salisilat dalam darah. Bila dijumpai gejala ini, obat salisilat harus dihentikan atau
dosis diturunkan.

27

h) Tumor
Tumor neuroma akustik merupakan tumor yang paling sering menyebakan
vertigo. Tumor yang berada pada sudut serebelo-pontin ialah neuroma akustik,
meningioma, tumor epidermoid serta neoplasma lainnya. Gejala yang
ditimbulkan:
I. Ketajaman pendengaran berkurang ( tuli ), tinitus
II. Nyeri kepala
III. Rasa tidak seimbang ( disekuilibrium ), gangguan koordinasi
IV. Melibatkan saraf otak yang berbatsan, misalnya wajah menjadi baal, otot
wajah menjadi lemas
V. Gejala meningkatnya tekanan intrakranial.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan MRI atau CT-scan.
Terapi dilakukan dengan pembedahan
i) Stroke
Dijumpai pada stroke yang melibatkan batang otak atau serebelum, daerah
yang diperdarahi oleh arteria vertebrobasiler.
Stroke di batang otak
Biasanya dijumpai gejala lainnya, seperti diplopia ( melihat ganda ),
gangguan rasa di muka atau di anggota gerak, anggota gerak menjadi lemah,
bicara cadel, ataksia, dan gangguan lapang pandang.
Stroke di serebelum
Diperdarahi oleh arteri sereblar inferior posterior ( PICA ) dapat
memberikan gejala yang berat dan disekuilibrium dan diartria. Hati-hati karena
gejalanya mirp dengan neuritis vestibular yang lesinya lebih perifer
j) Migren Basiler
Nyeri kepala dapat didahului atau disertai oleh vertigo.Gejala vertigo
dapat pula merupakan gejala yang mencolok dan tidak usah disertai gejala
iskemia sirkulasi posterior. Wanita terutama pada usia sekitar 30 - 45 tahun. Pada
beberapa kasus ada yang menderita vertigo dan ada juga yang menderita nyeri

28

kepala dan vertigo secara terpisah. Pada kasus ini, obat terhadap migren mungkin
dapat menghilangkan vertigonya, misalnya propanolol, amytriptilin, antagonis
kalsium, obat penenang minor dan diamox.

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Lumban Tobing , 2007. Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Anonim , 2007. Asuhan Keperawatan Vertigo. Palembang : Rumah Sakit
Muhammadiyah
3. Anonim , 2007, Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi, buku
kedua. Jakarta : Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
4. Anonim, 2007. Asuhan Keperawatan Vertigo. Palembang : Rumah Sakit
Muhammadiyah
5. Anonim , 2007, Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-kasus Neurologi, buku
kedua. Jakarta : Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
6. Anonim, 2010 . Disadur dari http://okipermonojati.com/index.php?option=com_
content&view=article&id=89&Itemid=71
7. Anonim, 2010 . Disadur dari http://www.scribd.com/doc/59228643/VERTIGOreferat

30

Anda mungkin juga menyukai