Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PLN
Perusahaan
Listrik
adalah
Ruang lingkup jenis usaha PT. PLN (Persero) yaitu: dalam anggaran Dasar
disebutkan bahwa jenis-jenis usaha adalah:
1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik : Pembangkitan, Penyaluran, Distribusi,
Perencanaan dan Pembangunan Sarana Penyediaan Tenaga Listrik dan
Pengembangan Penyediaan Tenaga Listrik
2. Usaha penunjang tenaga listrik : Konsultasi yang berhubungan ketenaga
listrikan, pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan,
pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan dan pengembangan teknologi
peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.
3. Usaha lain : Kegiatan usaha dan pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber energi terkait penyediaan ketenagalistrikan, jasa operasi dan
pengaturan bidang pembangkit, penyaluran, distribusi dan retail tenaga
listrik, kegiatan
perindustrian
perangkat
keras
dan luas
bidang
b. Proses ;
- Penjabaran workflow atau alur kerja untuk menghasilkan produk atau layanan
dalam mutu yang lebih baik, perkembangan teknologi, bagaimana aliran proses
dalam internal departemen atau bidang antar unit.
- Menciptakan bagian-bagian yang mengelola peningkatan kompetensi inti dan
daya saing perusahaan.
c. Sistem ;
- Terkait dengan model staffing, sistem reward yang dipergunakan yang dapat
mempengaruhi dalam pengaturan panjang hirarki/ levelling jenjang jabatan.
- Mendukung pengembangan SDM dan akuisisi kompetensi
d. Budaya ;
- Terkait dengan budaya perusahaan yang berlaku sebagai pertimbangan dalam
menentukan model interaksi antar unit/bidang.
- Nilai-nilai budaya yang diberlakukan yang dapat mempengaruhi karakteristik
budaya dan perilaku pegawai.
Proses dalam penyusunan desain organisasi :
1. Identifikasi Bisnis Perusahaan
Pemetaan visi,tujuan perusahaan dan strategi perusahaan
Unit Jasa
Jasa Sertifikasi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jasa dan Produksi
Jasa Managemen Konstruksi
Penelitian dan Pengembangan
Jasa Enginering
tata
pengelolaan
perusahaan
yang
SDM berbasis
Informasi, Knowledge
Management,
Manajemen
Baldrige,
PERJALANAN PT.PJB
1995 :
1.
2.
Peduli lingkungan.
Misi
Menjadikan PJB sebagai perusahaan publik yang maju dan
3.
4.
5.
6.
2004 :
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
2010
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Generation Plan
Reliability Management.
Operation Management
Efficiency Management
Outage Management
Risk Management
Generation Plan
Outage Management
Turnaround Management
Risk Management
2008
MW
281
2009
%
4,34
MW
281
2010
%
4,34
MW
281
2011
%
4,34
MW
281
2012
%
4,58
MW
281
%
4,03
1.008 15,56 1.008 15,56 1.008 15,56 1.008 16,42 1.008 14,45
2.259 34,88 2.259 34,88 2.259 34,88 2.219 36,16 2.219 31,80
UP. Gresik
800 12,35
800 12,35
800 13,04
800 11,47
909 14,81
909 13,03
UP. Paiton
UP. M. Karang
800 12,35
920 14,20
UP. M. Tawar
6.477
TOTAL PJB
100
920 14,20
6.477
100
920 14,20
6.477
100
100
6.977
2008
GWh
2009
2010
% GWh
2011
% GWh
2012
% GWh
% GWh
1.160
3,83
1.066
3,46
1.573
5,27
1.206
4,11
1.064
3,98
1.217
4,02
1.290
4,18
2.399
8,04
1.061
3,61
1.166
4,36
12.367 40,84 11.654 37,78 12.165 40,77 12.495 42,57 10.899 40,79
UP. Paiton
5.740 18,96
5.810 18,83
5.748 19,26
6.186 21,07
4.107 15,37
UP. M. Karang
5.991 19,78
5.423 17,58
3.038 10,18
3.380 11,52
3.829 14,33
UP. M. Tawar
3.807 12,57
5.608 18,18
4.917 16,48
5.025 17,12
5.653 21,16
TOTAL PJB
30.282
100 30.852
100 29.841
100 29.353
100 26.718
100
2008
2009
GWh
%
2010
2011
GWh
%
2012
GWh
1.137
%
3,92
1.032
3,49
GWh
1.541
%
5,38
1.163
4,13
GWh
1.042
%
4,06
1.182
4,08
1.242
4,20
2.323
8,11
1.033
3,67
1.132
4,41
UP. Cirata
UP. Gresik
UP. Paiton
UP. M. Karang 11.983 41,33 11.290 38,21 11.787 41,17 12.122 43,03 10.537 41,08
UP. M. Tawar
5.307 18,30 5.375 18,19 5.304 18,53 5.725 20,32 3.786 14,76
TOTAL PJB
28.996 100 29.550 100 28.630 100 28.170 100 25.654 100
100
Unit Pembangkit
Daya Terpasang
PLTU Unit 1
400 MW
PLTU Unit 2
400 MW
Madura dan Bali. Alamat : Jl. Raya Surabaya - Situbondo km 142 Paiton,
Probolinggo 67291, Telepon : 62-335-771805-9, Fax : 62-335-771810
Unit Pembangkit
Daya Terpasang
PLTU
2 x 200 MW
PLTGU Blok 1
508 MW
UP Muara Tawar setiap tahun mampu membangkitan energi listrik rata-rata 3.130
GWh, disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV dan
Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali.
Alamat
Unit Pembangkit
Daya Terpasang
PLTG Blok 1
640 MW
Desa Segara
Jaya,
Kecamatan
PLTG Blok 2
280 MW
PLTG Blok 3
420 MW
420 MW
PLTG Blok 4
Taruma Jaya,
Kabupaten
Bekasi
Propinsi
Daya Terpasang
PLTA Cirata
8 x 126 MW
Jawa Bali.
Alamat Desa
Cadas Sari,
Unit Pembangkit
Daya Terpasang
2 x 14,5 MW
PLTA Sutami
3 x 35 MW
PLTA Wlingi
2 x 27 MW
PLTA Lodoyo
4,5 MW
PLTA Tulungagung
2 x 18 MW
PLTA Selorejo
4,48 MW
5,6 MW
3 x 5,8 MW
3 x 3,6 MW
2 x 0,9 MW
1,4 MW
3 x 0,9 MW
PLTA Ngebel
2,2 MW
PLTA Wonorejo
6,5 MW
2. Struktur Organisasi
GENERAL MANAGER
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK
ENGINEERING
& QUALITY
ASSURANCE
OPERASI
PEMELIHARAA
N
LOGISTIK
KEUANGAN &
ADMINISTRASI
dan
anggaran
investasi
unit
pembangkitan
untuk
dan mengevaluasi
menyediakan
lebutuhan
supportingnya
(material,
dan
realisasi
konservasi
Unit
FAILURE
(CONTINOUS
dari
rekomendasi
tersebut
tetap
menjadi
mengevaluasi
penyiapan
seluruh
sumber
daya
manusia
Unit
Pembangkitan
dijadikan
bahan
pertimbangan
dalam
mengadakan
m. Melakukan
penilaian
investasi
Unit
Pembangkitan
untuk
development
dengan
stakeholder
sehingga
dan
disalurkan
melalui
Jaringan
tiap
Tinggi 500 kV dan Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 150 kV. Unit
Pembangkitan Gresik Terdiri atas beberapa pembangkit termal yaitu 3 unit
PLTG, 4 unit PLTU, dan 3 unit PLTGU. Blok 1 PLTGU Gresik mulai
beroperasi pada 10 April 1993, blok 2 mulai beroperasi pada 5 Agustus 1993,
dan blok 3 pada 30 Nopember 1993 [4].
Kapasitas total Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gresik
dapat mencapai 1575 MW. PLTGU Gresik blok 1 dan blok 2 dapat
menggunakan dua macam bahan bakar yaitu HSD (High Speed Diesel Oil) yang
dipasok oleh PERTAMINA dan gas alam yang dipasok langsung dari lapangan
gas milik HESS dan KODECO yang disalurkan melalui pipa bawah laut dari
wilayah Madura utara. Kedua bahan bakar ini digunakan secara bergantian sesuai
dengan tingkat ketersediaan bahan bakar. Sedangkan PLTGU Gresik blok 3
didesain hanya dapat menggunakan bahan bakar gas alam saja yang dipasok oleh
b.
Turbin
: 4 Unit
Turbin gas
: 3 Unit
Turbin uap
: 1 Unit
HRSG
: 3 unit
c. Generator
Turbin gas
Turbin uap
: 4 Unit
:3x
:112MW
1x
189MW
Manufacturer
GE
GE
2.
No.
Unit
GT 11
GT 12
GT 13
ST 10
GT 21
GT 22
GT 23
ST 20
GT 31
GT 32
GT 33
ST 20
Manufacturer
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
MITSUBISHI
3.
No.
Unit
1
2
3
4
Manufacturer
TOSHIBA
TOSHIBA
TOSHIBA
TOSHIBA
PLTG
TURBINE
Type
MS 5001 P
MS 5001 P
Serial No
244351
244443
GE
GE
1993
1993
TOTAL
20,10
20,10
40.20
PLTGU
TURBINE
Type
MW 701 D
MW 701 D
MW 701 D
TC2F-33.5
MW 701 D
MW 701 D
MW 701 D
TC2F-33.5
MW 701 D
MW 701 D
MW 701 D
TC2F-33.5
Serial No
T-292
T-293
T-294
T-826
T-295
T-296
T-297
T-827
T-298
T-299
T-300
T-28
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
SIEMENS
1992
1992
1992
1992
1992
1992
1992
1993
1993
1993
1993
1993
112,45
112,45
112,45
188,91
112,45
112,45
112,45
188,91
112,45
112,45
112,45
188,91
PLTU
Turbine
Type
SC-26
SC-26
TC DF
TC DF
Serial No
T 5726
T 5726
T 5898
T 5899
TOSHIBA
TOSHIBA
TOSHIBA
TOSHIBA
1981
1981
1988
1988
TOTAL
100
100
200
200
600
sinkron
kecepatan
tinggi
yang
terkopel satu poros. Turbin gas yang terdapat dalam pembangkit tenaga listrik
ini memiliki 4 tingkat, adapun putaran yang dapat dihasilkan oleh masingmasing turbin tersebut dapat mencapai kecepatan putaran 3000rpm.
nantinya memiliki rasio tekanan yang tinggi. Jumlah tingkatan compressor yang
terdapat pada turbin gas di PLTGU Gresik adalah sebanyak 17 tingkat.
Compressor
e. Combustor
Combustor adalah tempat terjadinya proses pembakaran. Combustor
basket pada unit pembangkit turbin gas Gresik ada 18 buah, dimana antara
combustor basket yang satu dengan combustor lainnya dihubungkan dengan
cross flame tube (sebagai media perambatan panas). Pada combustor
no 8
adalah generator sinkron kutub silindris (non salient pole) dengan dua buah
kutub dan dijaga pada putaran 3000 rpm.
Spesifikasi teknis generator pada PLTGU Gresik untuk
setiap blok turbin gas
Turbin
Turbin Gas
Siemens TLRI
Tipe
Daya Output
Tegangan
Arus
Output
Output
Cos
Frekuensi
Sambungan
Jumlah Fasa
153,75 MVA
10,55% kV
8454-SI
0,8
50 Hz
YY
3
gas
pada
PLTG,
dimana
uap
ini
yang
memiliki tekanan dan temperatur yang tinggi akan digunakan untuk memutar
turbin pada pembangkit listrik tenaga uap.
Preheater
Merupakan alat pemanas bagi air yang berasal dari condensate water
tank, yang akan dialirkan menuju daerator. Preheater berfungsi sebagai pemanas
awal untuk menaikkan suhu air agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastis
pada saat air menuju pemanasan tahap selanjutnya karena hal itu bisa merusak
komponen-komponen pipa akibat thermal stress. Preheater terletak paling atas
dari HRSG.
b. Economizer
dari
feed
water
pump
yang
buang dari turbin gas yang dilewatkan pada cerobong HRSG untuk
memanaskan air yang nantinya akan menjadi uap. Hasil pemanasan pada
economizer akan dialirkan menuju steam drum.
c.
Steam Drum
Berfungsi memisahkan air dan uap dari hasil pemanasan pada
economizer. Pada PLTGU Gresik sirkulasi uap dan air menggunakan sistem
natural circulation, yaitu sirkulasi yang terjadi akibat adanya perbedaan suhu.
Uap basah yang memiliki massa lebih ringan dari air akan bergerak ke atas dan
disalurkan ke superheater sedangkan yang masih berwujud air akan turun ke
evaporator.
d. Evaporator
Sebagai tempat pemanasan air dari steam drum hingga menjadi uap.
Uap yang dihasilkan akan disalurkan kembali ke steam drum.
e.
Superheater
Terletak pada bagian bawah dari HRSG dan dibuat dari pipa-pipa yang
disusun secara paralel, berfungsi menaikkan suhu uap air menjadi lebih panas.
Pada superheater ini uap air yang masuk masih bersifat basah dan dalam
pemanasan tahap akhir keluarannya berupa uap air kering. Hal ini bertujuan
agar tidak merusak komponen turbin uap. Pada bagian ini terdiri atas dua
tingkat yaitu 1st superheater dan 2nd superheater.
Generator yang digunakan adalah generator sinkron kutub silindris (non salient
pole) dengan dua buah kutub dan dijaga pada putaran 3000 rpm.
100/42 MVA
251,75
15,755% kV
9228-SI
0,8
50 Hz
YY
3
unit
gardu
induk
pasangan
dalam
yang
unit
gardu
induk
pasangan
dalam
yang
dapat
dimonitor
Unit Pendukung
Water Intake
Berfungsi sebagai saluran air pendingin utama Condenser dan juga
sebagai saluran masuk air laut yang akan diolah menjadi air tawar
untuk kepentingan pembangkitan tenaga listrik pada PLTGU.
Desalination Plant
Merupakan kumpulan peralatan yang digunakan untuk mengolah
air laut menjadi air tawar.
Demineralized Plant
Merupakan kumpulan peralatan yang berfungusi untuk menghilangkan
kadar-kadar mineral dari air laut yang telah dijadikan air tawar pada
desalination plant.
Hidrogen Plant
Pendinginan pada generator sangat diperlukan. Pada generator milik
PT PJB Unit Pembangkitan PLTGU Gresik menggunakan gas
hidrogen sebagai pendingannya, untuk itulah dibangun hidrogen plant
PT PJB Unit
generator
menghasilkan
listrik
jika
PLTU
Di dalam siklus yang terjadi dalam pemanas HRSG, pada air yang
akan diuapkan diinjeksikan bahan kimia sebagai berikut:
1. Hydrazine,
diinjeksikan
ke
condensate
mengontrol pH uap
d.
e.
manual tetap dilakukan oleh 3 orang pengamat untuk setiap blok PLTGU.
PT.
PJB
PT. P3B
DISTRIB
USI
Pada unit pembangkit PT. PJB UP. Gresik selain memproduksi energy listrik, UP.
Gresik mengelola dan melakukan pemeliharaan terhadap semua proses
pembangkitan, mulai dari sumber bahan bakar yaitu Gas yang di supplay dari
Madura dan bahan bakar minyak yang di supplay dari pertamina, komponen
pembangkitan seperti boiler, HRSG, generator, prime mover, trafo step up dll di
kelola dan dipelihara oleh pembangkit itu sendiri. Sedangkan untuk gardu induk
yang berada di dekat pembangkit itu dikelola oleh PT. P3B.
Proses Bisnis Pembangkit PT. PJB dengan PT. P3B
Proses Bisnis dari PT. PJB dengan PT. P3B yaitu dengan melakukan setiap
bulannya melakukan pertemuan untuk membahas daya atau energy yang akan
disalurkan. Semua dengan acuan data yang diterima dari PT. P3B, semua
pembangkit yang akan di bangkitkan tidak akan di bangkitkan penuh dengan
kapasitas generator setiap pembangkit. Bisnis dari Pembangkit yaitu melihat dari
berapa sumber bahan bakar yang akan masuk dalam proses pembangkitan dan
melihat outputan dari proses pembangkitan apakah sesuai dengan perhitungannya.
Apabila tidak sesuai maka didalam proses pembangkitan tersebut terdapat
kesalahan atau kerusakan dalam proses pembangkitan. Untuk lebih detail dapat
dilihat cara akad jual beli tenaga listrik dibawah ini :
listrik
(Power
Purchase
Agreement,
PPA).
Ketentuan-ketentuan
Belum terdapat kontrak transmisi dan kontrak penjualan tenaga listrik kepada
perusahaan distribusi, kecuali kontrak konsumen besar dengan PLN, sebab
pengusahaan transmisi dan distribusi dilakukan oleh unit operasional yang masih
menjadi satu institusi secara hukum dengan PLN. Pemisahan biaya transmisi
yang dikenakan kepada distribusi hanya terbatas pada transfer pricing tanpa
menggunakan suatu kontrak.
Dapat dikatakan bahwa struktur saat ini merupakan struktur Single Buyer,
dimana PLN Pusat bertindak sebagai Single Buyer. Sampai dengan tahun 1999,
beban pembelian tenaga listrik ini dilimpahkan kepada PLN P3B sebagai unit
operasional yang menjalankan ketentuan kontrak yang ada. Mulai tahun 2000,
pembebanan tersebut dialihkan ke PLN Pusat, sehingga dalam laporan
keuangannya PLN P3B hanya menerima pendapatan dari penyediaan jasa
transmisi.
3.2.
sebagai
acuan bekerjanya pasar listrik. Isi Market Rules Single Buyer (SB)
ini terdiri atas: definisi, latar belakang, tujuan pasar listrik dan
tujuan aturan pasar listrik, peran dan tanggung jawab pelaku pasar,
penyambungan ke grid, metering, mekanisme pasar seperti proses
Model Pasar
Pada fase SB, perusahaan transmisi yang juga menjalankan fungsi dispatch
berperan sebagai agen Pembeli Tunggal (Single Buyer), yang membeli listrik dari
pembangkit dan menjualnya kepada perusahaan distribusi atau konsumen besar
melalui sistem transmisi (lihat Gambar-1). Dispatch pembangkit dilakukan
berdasarkan konsep biaya variabel termurah, yang meliputi biaya bahan bakar
serta biaya variabel operasi dan pemeliharaan pembangkit.
Perusahan transmisi juga bertanggung-jawab dalam perencanaan sistem,
mengupayakan investasi sistem yang optimal dan melakukan koordinasi
pengembangan
sistem
transmisi
dan
pembangkitan.
Sentralisasi
fungsi
investasi, return atas investasi, biaya tetap operasi dan pemeliharaan, dan biaya
tetap lainnya. Pembayaran ini tidak tergantung pada tingkat pembebanan
(dispatch) pembangkit. Sedangkan pembayaran energi, yang tergantung pada
dispatch pembangkit, dimaksudkan untuk mengkompensasi biaya bahan bakar
serta biaya variabel operasi dan pemeliharaan pembangkit.
Pembayaran dengan dua komponen tarif ini mengalokasikan resiko sedemikian
sehingga perusahaan transmisi akan menanggung resiko dispatch serta
pertumbuhan beban, dan perusahaan pembangkit menanggung resiko operasi dan
pemeliharaan pembangkit, sehingga memberikan insentif yang jelas bagi operasi
yang efisien oleh kedua belah pihak.
Pada fase SB ini juga telah terdapat proses bidding biaya variabel untuk
pembelian energi dari pembangkit. Namun, penawaran dari pembangkit yang
disampaikan kepada SMO ini akan dibatasi oleh suatu tingkat harga (price cap)
tertentu yang diatur dalam PPA. Pembangkit akan menerima pembayaran untuk
komponen fixed (kapasitas) sesuai PPA dan pembayaran energi sesuai hasil
penawaran mereka. Captive Power dalam hal ini juga dibenarkan untuk ikut serta
dalam proses bidding. Namun mereka hanya akan menerima pembayaran energi
atas excess power yang disalurkan ke grid, sebab mereka tidak memiliki kapasitas
yang firm.
Untuk pembangkit skala kecil (small power plants, SPP) diusulkan suatu tarif dan
model kontrak yang standar untuk menghindari biaya administratif yang tinggi,
memudahkan investor SPP dan mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan
dalam interaksi dengan SPP.
Single Buyer akan mengenakan tarif tenaga listrik curah (bulk supply tariff, BST)
kepada konsumennya. BST ini merupakan harga transfer dari perusahaan
transmisi ke konsumennya, yang dihitung berdasarkan biaya energi dan kapasitas
pembangkitan. BST bisa terpisah dari biaya transmisi tergantung dari penanganan
biaya transmisi yang diadopsi. BST harus dirancang sedemikian rupa agar
diperoleh keseimbangan antara kebutuhan konsumen akan harga yang stabil dan
3.3.
Isi Aturan Pasar untuk fase Multi Buyer Multi Seller (MBMS) meliputi
interpretasi dari Aturan Pasar, partisipasi pelaku pasar, adiministrasi, supervisi dan
pelaksanaan aturan, ketentuan penyambungan grid, reliability sistem tenaga,
wholesale metering, operasi sistem dan pasar bilateral, kontrak bilateral fisik dan
energy forward market, penagihan dan setelmen, pelayanan, perencanaan dan
pengadaan transmisi, dan definisi. Aturan Pasar ini hanya mengatur interaksi dan
operasi pada tingkat wholesale market saja.
Pada tahap ini perusahaan distribusi akan memisahkan bidang usaha jaringan
(monopoli) dengan usaha retail (kompetitif). Distribusi akan menyediakan
pelayanan jaringan distribusi, dan Perusahaan Retail akan menyediakan jasa
suplai tenaga listrik, metering, penagihan, dsb. Gambar-2 menunjukkan fungsifungsi yang ada pada struktur pasar MBMS.(Struktur yang menggambarkan
seluruh pelaku pasar.
Perusahaan distribusi akan menyediakan jasa penyaluran melalui sistem distribusi
juga dengan mekanisme kontrak baik dengan perusahaan retail, konsumen besar,
maupun perusahaan pembangkit. Karena penyediaan jasa penyaluran untuk suatu
kawasan itu dikelola secara monopoli maka harga penyediaan jasa akan diatur
oleh suatu badan regulasi (Regulatory Body). Perusahaan-perusahaan retail akan
bersaing satu sama lain dalam memperoleh konsumennya. Konsumen akhir akan
bebas memilih siapa saja yang menjadi pemasok listriknya.
Akan terdapat Wholesale Market Power Pool yang merupakan pasar jual beli
tenaga listrik.
Perusahaan-
perusahaan pembangkit akan bersaing satu sama lain dalam menjual tenaga listrik
yang diproduksinya. Penjualan tenaga listrik dapat dilakukan dengan bidding
melalui atau langsung kepada perusahaan retail atau konsumen besar dengan
mekanisme kontrak bilateral. Konsumen besar dapat membeli tenaga listrik
melalui perusahaan retail, langsung ke perusahaan pembangkit atau lewat Pool.
Kepemilikan transmisi dan fungsi operasi pasar listrik, operasi sistem serta
administrasi setelmen diusulkan untuk dilaksanakan oleh satu entitas yang disebut
sebagai SMO (System & Market Operator), setidaknya pada tahap awal.
Argumentasi terhadap hal ini adalah sebagai berikut :
(i)
(ii)
(iii)
Akan
diadopsi model kontrak standar yang disetujui oleh Regulator dengan prinsip
cost-reimbursement.
Dalam kondisi darurat, SMO berwenang untuk mendapatkan ancillary services
dari pelaku pasar yang tidak terikat kontrak atau yang mampu menyediakan
Operator
Hidro
akan
menyampaikan
penawaran
setelah
clearing price. Market clearing price merupakan hasil dari optimasi pembangkitan
dengan kondisi sistem yang unconstrained (tanpa kongesti).
Pembangkit yang terpaksa dijalankan akibat kongesti transmisi meskipun out of
merit (constrained-on unit) akan menerima pembayaran sebesar penawaran
mereka. Sedangkan pembangkit yang terpaksa tidak dijalankan (constrained-off
unit) akan menerima pembayaran sebesar selisih antara market clearing price dan
penawaran mereka. Biaya-biaya ini akan diperoleh dari seluruh pelaku pasar
melalui Biaya Uplift. Hasil optimasi pembangkitan dengan kondisi yang
constrained akan digunakan untuk menentukan Biaya Uplift.
Setelmen untuk setiap selang jam akan meliputi, pembayaran untuk energy
forward market, pasar energi real time, pengelolaan kongesti dan uplift.
Sedangkan yang tidak dihitung berdasarkan selang jam adalah biaya transmisi,
pembayaran ancillary services, biaya administrasi SMO, penalti, denda dan CTC.
Pengembalian biaya ancillary services akan diperoleh dari konsumen berdasarkan
jumlah MWh yang dikonsumsi.
Struktur Pasar
Dari hasil simulasi terhadap aturan pasar yang telah dirumuskan, maka untuk
menghindari timbulnya market power yang memungkinkan tidak efektifnya pasar
listrik
Konsultan
merekomendasikan
bahwa
pembangkit
PLN
tidak
asumsi beban puncak sistem lebih dari 16.000 MW dan kapasitas tersedia sekitar
22 GW) . Setidak-tidaknya harus terdapat 3 perusahaan pembangkit yang
menangani pembangkit PLN eksisting dan konsentrasi kepemilikan terhadap
peaking plant harus dihindari.
IV.
adanya kendala transmisi antara bagian barat dan timur sistem Jawa-Bali,
(ii)
(iii)
(iv)
pasar energi primer yang belum kompetitif (kecuali batu bara pad saat ini),
(v)
(vi)
(vii)
(viii)
belum terdapat kejelasan mekanisme subsidi pada industri yang telah diunbundling,
(ix)
(x)
V.
Rekomendasi Implementasi
Dari uraian di atas dan mengacu pada berbagai kendala yang ada, maka langkah
implementasi berikut sebaiknya perlu dilakukan:
1. Mengimplementasikan pasar listrik model SB dengan terlebih dahulu
melakukan:
(i)
(ii)
(iv)
(v)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
(viii)
(ix)
adanya kesiapan sistem metering dan MOS yang memadai untuk pasar
MBMS.
(ii)
(iii)
(iv)
RUU Ketenagalistrikan yang sedang dibahas saat ini mengatur batasan waktu
implementasi pasar listrik sejak berlakunya RUU tersebut sebagai UU, yaitu:
1. Paling lama 1 tahun sesudahnya dibentuk Badan Pelaksana penanganan
subsidi (Dana Pembangunan Ketenagalistrikan Sosial, DPKS);
2. Paling lama 2 tahun sesudahnya dibentuk Badan Pengatur;
3. Paling lama 3 tahun sesudahnya telah ada daerah yang menerapkan sistem
kompetisi pasar pembeli tunggal;
4. Paling lama 7 tahun sesudahnya telah ada daerah yang menerapkan
mekanisme pasar kompetisi penuh.
Dari banyaknya persiapan yang perlu dilakukan, tampaknya batasan waktu yang
digariskan dalam RUU Ketenagalistrikan merupakan kerangka implementasi yang
sangat ketat. Seandainya RUU ini diundangkan, maka rangkaian kegiatan yang
akan dilakukan seperti diuraikan di atas harus benar-benar dicermati
pelaksanaannya.
sederhana. Dan meskipun terlihat bahwa tanggung jawab sebagian besar kegiatan
berada di tangan Pemerintah, kesuksesannya membutuhkan kerja keras dari
berbagai pihak. Disamping itu, hal ini tentu saja sangat tergantung dengan kondisi
perekonomian bangsa dalam beberapa tahun mendatang.
Implementasi seyogyanya dilakukan dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.
Setiap prasyarat/ kondisi yang harus ada serta aturan main yang jelas dalam semua
sendi operasi sektor ketenagalistrikan haruslah disiapkan secara matang agar
sistem Jawa-Bali dapat terhindar dari malapetaka sebagaimana terjadi pada sistem