Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|0
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pasar merupakan tempat dimana pembeli akan bertemu langsung dengan penjual dan melakukan
transaksi, baik barang ataupun jasa dengan uang ataupun benda yang memiliki nilai tukar seperti
emas. Dimana transaksi yang terjadi tidak selalu memerlukan tempat. Pasar yang dimaksud bisa
merujuk kepada suatu negara atau daerah tempat suatu barang atau jasa dijual dan dipasarkan. Hal
ini sesuai dengan arti ilmu ekonomi yang memiliki makna bahwa pasar berkaitan dengan
kegiatannya bukan tempatnya.
Pasar telah lama berada, membantu dan mempermudah kehidupan masyarakat dalam
memepersiapkan kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan pokok seperti makanan, & pakaian
hingga tersier seperti kendaraan, & gadget. Di Indonesia sendiri, keberadaan pasar telah ada sejak
puluhan abad lalu, diperkirakan sudah muncul sejak zaman kerajaan Kutai Kartanegara, pada abad
ke-5 Masehi. Dimulai dari barter barang kebutuhan sehari-hari dengan para pelaut dari negri tirai
bambu, masyarakat mulai menggelar dagangannya dan terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang
hingga digunakan mata uang yang berasal dari negeri Cina.
Bahkan dibeberapa relief yang ada pada candi nusantara diperlihatkan cerita tentang masyarakat
pada zaman kerajaan ketika bertransaksi jual beli, meskipun tidak secara detail dan rinci. Pasar pada
masa itu dijadikan sebagai ajang pertemuan dari segenap penjuru desa dan bahkan digunakan
sebagai alat politik untuk menukar informasi penting pada masanya. Bahkan pada saat masuknya
peradaban Islam di tanah air pada abad 12 Masehi, pasar digunakan sebagai alat untuk berdakwah.
Para wali mengajarkan tata cara berdagang yang benar menurut ajaran agama yang dibawanya.
Perkembangan zaman dan kualitas hidup yang tidak stabil menyebabkan perkembangan pasar ikut
terganggu, di mana banyak kelompok-kelompok orang memilih untuk meninggalkan pasar
tradisional dan beralih menuju pasar-pasar modern. Hal ini dapat ditemui di kota-kota besar di
Indonesia, dan hal ini tidak terjadi begitu saja tanpa latar belakang yang pasti sehingga
menyebabkan beberapa kelompok-kelompok orang beralih ke pasar modern. Penurunan jumlah
pembeli atau pengunjung ini terjadi akibat tidak adanya fasilitas, sarana yang baik, dan layak di
beberapa pasar tradisional, dan menjadikan pasar tradisional mudah tersingkir.
Dengan meningkatnya tingkat kehidupan sosial penduduk, ekonomi dan juga kemajuan teknologi,
khususnya dibidang perdagangan timbullah sekelompok individu baru yang bergerak dalam bidang
perdagangan. Pedagang-pedagang inilah yang membuat tempat-tempat yang lebih permanen dan
lebih baik untuk berdagang.
Keberadaan pasar-pasar modern mulai menggeser peran pasar tradisional sebagai tempat
membeli keperluan sehari-hari, bahkan cenderung menyingkirkanya. Bukan berarti kehadiran pasar
modern-lah yang mengakibatkan banyak pasar tradisional hilang satu persatu, hal ini di dasari
karena buruknya kualitas, dan pengelolaan pasar tradisional itu sendiri. Kondisi pasar tradisional
yang berbau tidak sedap, kotor, lembab, dan juga pengap, membuat masyarakat enggan berbelanja
di pasar tradisional.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|2
Oleh karena itu hubungan antara pasar tradisional dan pasar modern harus diperbaiki dan mulai
dibenahi. Sehingga nantinya akan ditemukan keselarasan antara bangunan pasar tradisional dengan
pasar modern, terjadinya persaingan sehat, dan keberadaan pasar modern tidak menjadi alasan
hilangnya keberadaan pasar tradisional.
Sebagai contoh kasus Pasar Kampung Lalang. Pada tanggal 7 September 2012 Pemerintah Kota
Medan mendapatkan pinjaman investasi derah dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementrian
Republik Indonesia senilai Rp. 77,45 Miliar untuk revitalisasi 3 pasar tradisional di Medan yakni Pasar
Marelan, Pasar Jawa Belawan dan Pasar Kampung Lalang. Meskipun Pasar Kampung Lalang sudah di
revitalisasi, tetap saja masih banyak permasalahan yang bisa didapati pada pasar tersebut. Tidak
hanya Pasar Kampung Lalang, banyak pasar diluar sana yang masih memiliki banyak masalah umum
yang serupa. Perlu ada lagi perbaikan maupun tambahan-tambahan fungsi tertentu agar lebih
memperlancar kegiatan ekonomi di kawasan tersebut.
Permasalahan umum yang terdapat pada setiap pasar tradisional umumnya hampir sama, yaitu
belum ada arahan dan penataan yang jelas mengenai pasar tradisional sebagamana yang
seharusnya. Sehingga mengakibatkan banyak pasar tradisional yang tidak dapat bertahanan dan
mati. Dan sebagian yang bertahan tidak beroprasi secara optimal.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|3
6. Bagaimana menciptakan pasar tradisional dengan desain baru dan dapat diterima oleh
semua pihak.
7. Bagaimana penempatan fasilitas-fasilitas pendukung sehingga nantinya tidak
mengganggu peletakkan dari fasilitas utama.
- KONSEP BENTUK
- KONSEP MASSA
- KONSEP RUANG
- PERILAKU MASYARAKAT
- ARSITEKTUR
- ESTETIKA
- FUNGSI
- EFEKTIFITAS
- BENTUK
- RUANG
- UTILITAS
DESAIN AKHIR
PASAR
Gambar 1.1. Pendekatan Masalah
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|4
Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain akhir Pasar
Padang Bulan ini adalah:
1. Survey
: Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi pasar yang
dianggap
kosong, agar dapat menyimpulkan permasalahan
dan kelebihan di dalam dan diluar site
perancangan.
2. Pengumpulan Data : Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data,
informasi, dan persyaratan-persyaratan perancangan dan
perencanaan
gedung
pasar dengan cara mencari studi
literatur dan studi banding kasus, proyek, tema atau
proyek
yang sama dan untuk mengetahui permasalahan yang ada.
3. Analisa Data : Dalam tahap analisa, data mentah yag sudah diperoleh
kemudian di
olah kembali sehingga didapatkan kesimpulankesimpulan tertentu yang akan
digunakan dalam proses
perancangan.
4. Konsep
: Konsep perancangan dilakukan untuk menganalisa dan
menetapkan
usulan-usulan perancangan dari permasalahan,
data-data variable, dan persyaratan
yang diperoleh untuk
mendapatkan skematik desain.
5. Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan
skematik
desain yang diterapkan pada perencanaan dan
perancangan fisik bangunan Pasar
Kampung Lalang.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Terminologi Judul
Judul kasus yang diambil pada tugas kali ini adalah Bangunan Multi Massa, dimana yang menjadi
lokasi desain adalah Pasar Padang Bulan dan lokasi dianggap kosong, untuk memudahkan dalam
memahami judul yang ada maka akan dibahas berikutnya masing-masing unit pembentuk kata dari
judul yang ada.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|6
dari satu ruang yang memiliki fungsi berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini diperuntukan
pada tempat berjual-beli (Kawasan Pasar Padang Bulan).
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|7
Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara
kecil atau eceran.
c. Pasar Khusus
Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis: pasar tekstil, bunga,
buah, dll.
4. Pengertian pasar menurut waktu kegiatannya:
a. Pasar Siang Hari
Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB.
b. Pasar Malam Hari
Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB.
c. Pasar Siang Malam
Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari.
d. Pasar Malam
Kegiatan pasar hanya dilakukan pada malam hari.
e. Pasar Pagi
Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari.
f. Pasar Mingguan
Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.
5. Pengertian pasar secara operasional:
a.
b.
c.
d.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|8
ii.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
|9
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 10
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 11
Studi Literatur
M. Barat
M. Petisah
M. Sunggal
M. Helvetia
M.
Tuntungan
M. Selayang
Perancangan Arsitektur
681.72
SEI SIKAMBING
532.84
1,543.66
1,316.42
2,068.04
1,281.16
Hutan Kota,
Pusat
Pendidikan,
Rekreasi Indoor,
Permukiman.
Permukiman,
Rekreasi,
Perdagangan,
Konservasi,
Lapangan Golf,
Perkantoran,
Hutan Kota.
| 12
Jalan
Baru,
Sambungan
air
minum,
septic
tank, jalan baru,
rumah permanen,
sarana
pendidikan,
&
kesehatan.
Tabel 2.1. Pembagian WPP Kota Medan (Sumber: RUTRK Medan 2005)
Kawasan Pasar Padang Bulan berada pada WPP D. Arah pengembangan pada wilayah ini adalah
sebagai wilayah Central Business Development (CBD), Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat
Pendidikan, Rekreasi Indoor, Permukiman.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 13
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 14
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 15
Oleh karena itu, pasar harus memenuhi persyaratan kesehatan baik dari segi sanitasi maupun dari
konstruksi. Adapun persyaratan kesehatan pasar mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat, sebagai berikut :
1. Lokasi
a. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR).
b. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran
lahar, rawan longsor, banjir, dsb.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
d. penerbangan termasuk sempadan jalan.
e. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas
lokasi pertambangan.
f. Mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan lingkungannya.
2. Bangunan
Secara Umum: Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan syarat pada Penataan Ruang dagang, antara
lain:
a. pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan klasifikasinya
seperti: basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan unggas.
b. pembagian zoning diberi indentitas yang jelas.
c. tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus.
d. setiap kios memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter.
e. setiap kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah dilihat.
f. jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama
minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 m.
g. khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun dan bahan berbahaya
lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona makanan dan
bahan pangan.
3. Ruang Kantor Pengelola
a. Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai.
b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux.
c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari lantai sesuai ketentuan
yang berlaku.
d. Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan.
e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
4. Tempat Penjualan Bahan Pangan dan Makanan
a. Tempat penjualan bahan pangan basah:
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 16
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 17
5. Konstruksi
a. Atap
i. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya
binatang penular penyakit.
ii. Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
terjadinya genangan air pada atap dan langit-langit.
iii. Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku.
iv. Atap yang mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir.
b. Dinding
i. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang.
ii. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air.
iii. Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dindinglainnya
harus berbentuk lengkung.
c. Lantai
i. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak
retak dan mudah dibersihkan.
ii. Lantai yang selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan
sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan pembuangan
air sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi genangan air.
d. Tangga
i. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
ii. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga.
iii. Terbuat dari bahan yang kyat dan tidak licin.
iv. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux.
e. Ventilasi
i. Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling
berhadapan (cross ventilation).
f. Pencahayaan
i. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan
pembersihan makanan.
ii. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan jelas
minimal 100 lux.
g. Pintu
i. Khusus untuk pintu kios penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang
berbau tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup
sendiri atau tirai plastik untuk menghalangi binatang penular penyakit
seperti lalat atau serangga lain masuk.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 18
6. Sanitasi
a. Air Bersih
ii. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara
iii.
iv.
v.
vi.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
7. Pengelolaan Sampah
c. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan.
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air
atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut
sampah.
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit.
f. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari
bangunan pasar.
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.
8. Drainase
a. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yang terbuat dari logam
sehingga mudah dibersihkan.
b. Limbah cair yang berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 19
c. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air
limbah.
d. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sehingga mencegah genangan air.
e. Tidak ada bangunan kios diatas saluran drainase.
f. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali.
9. Tempat Cuci Tangan
a. Pada kios makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan
tikus
a. Tidak basi.
b. Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin, pewarna
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 20
BAB III
STUDI KASUS
III.1. Definisi Pasar
Pasar merupakan tempat dimana pembeli akan bertemu langsung dengan penjual dan melakukan
transaksi, baik barang ataupun jasa dengan uang ataupun benda yang memiliki nilai tukar seperti
emas. Dimana transaksi yang terjadi tidak selalu memerlukan tempat. Pasar yang dimaksud bisa
merujuk kepada suatu negara atau daerah tempat suatu barang atau jasa dijual dan dipasarkan. Hal
ini sesuai dengan arti ilmu ekonomi yang memiliki makna bahwa pasar berkaitan dengan
kegiatannya bukan tempatnya.
Pasar telah lama berada, membantu dan mempermudah kehidupan masyarakat dalam
memepersiapkan kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan pokok seperti makanan, & pakaian
hingga tersier seperti kendaraan, & gadget. Di Indonesia sendiri, keberadaan pasar telah ada sejak
puluhan abad lalu, diperkirakan sudah muncul sejak zaman kerajaan Kutai Kartanegara, pada abad
ke-5 Masehi. Dimulai dari barter barang kebutuhan sehari-hari dengan para pelaut dari negri tirai
bambu, masyarakat mulai menggelar dagangannya dan terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang
hingga digunakan mata uang yang berasal dari negeri Cina.
Perkembangan zaman dan kualitas hidup yang tidak stabil menyebabkan perkembangan pasar ikut
terganggu, di mana banyak kelompok-kelompok orang memilih untuk meninggalkan pasar
tradisional dan beralih menuju pasar-pasar modern. Hal ini dapat ditemui di kota-kota besar di
Indonesia, dan hal ini tidak terjadi begitu saja tanpa latar belakang yang pasti sehingga
menyebabkan beberapa kelompok-kelompok orang beralih ke pasar modern. Penurunan jumlah
pembeli atau pengunjung ini terjadi akibat tidak adanya fasilitas, sarana yang baik, dan layak di
beberapa pasar tradisional, dan menjadikan pasar tradisional mudah tersingkir.
Keberadaan pasar-pasar modern mulai menggeser peran pasar tradisional sebagai tempat
membeli keperluan sehari-hari, bahkan cenderung menyingkirkanya. Bukan berarti kehadiran pasar
modern-lah yang mengakibatkan banyak pasar tradisional hilang satu persatu, hal ini di dasari
karena buruknya kualitas, dan pengelolaan pasar tradisional itu sendiri. Kondisi pasar tradisional
yang berbau tidak sedap, kotor, lembab, dan juga pengap, membuat masyarakat enggan berbelanja
di pasar tradisional.
Oleh karena itu hubungan antara pasar tradisional dan pasar modern harus diperbaiki dan mulai
dibenahi. Sehingga nantinya akan ditemukan keselarasan antara bangunan pasar tradisional dengan
pasar modern, terjadinya persaingan sehat, dan keberadaan pasar modern tidak menjadi alasan
hilangnya keberadaan pasar tradisional.
Permasalahan umum yang terdapat pada setiap pasar tradisional umumnya hampir sama, yaitu
belum ada arahan dan penataan yang jelas mengenai pasar tradisional sebagamana yang
seharusnya. Sehingga mengakibatkan banyak pasar tradisional yang tidak dapat bertahanan dan
mati. Dan sebagian yang bertahan tidak beroprasi secara optimal.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 21
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 22
Tabel 3.1. Jumlah dan Jenis Kios/ Los Pasar Padang Bulan
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 23
2. Kenyamanan
Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya.
Kenyamanan untuk ruang pusaat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor
keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.
a. Kenyamanan ditinjau dari segi termal
b. Kenyamanan ditinjau dari segi pencahayaan
3. Sirkulasi
Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan
pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan
sirkulasi bangunan servis bangunan.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 24
Pembangunan pasar ini merupakan salah satu bagian dari rancang bangun
tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur
Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan,
alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar
sebagai pusat transaksi ekonomi. Secara penempatan, Pasar Beringharjo
berada di bagian luar bangunan Keraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di
utara Alun-alun Utara.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas pasar Beringharjo Yogyakarta,
luas tanah pasar Beringharjo Timur 12,502 m2, luas bangunan pasar 27,721,49 m2,
dan luas lahan dasaran 10,696,32 m2. Dengan luas yang sebanyak itu pasar
Beringharjo
Timur menanpung pedagan sejumlah 2.730 orang. Dari sejumlah
pedagang tersebut, kebanyakan pedagang berasal dari Yogyakarta, tetapi sebagian
para pedagang juga berasal dari luar jogja, seperti Bandung, Jakarta, Jawa
Timur, dan lain-lain. Timur di buka setiap hari pada waktu 05:00 sampai dengan
17:00 WIB. Para pedagang pasar Beringharjo Timur menjual berbagai macam
kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, emping, krupuk,
daging, ayam dan lain-lain. Selain itu terdapat penjual tas dan sepatu.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 25
Pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai
dari sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan.
Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan
fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan
menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas.
Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar ini dikelola dengan
baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir,
sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.
Pada studi banding ini, diharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari
pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat
diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi
kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini.
Sedangkan Sutrisno 1989, membagi struktur bentang lebar ke dalam 2 bagian sistem struktur,
antara lain:
1. Struktur Ruang, yang terdiri atas:
a. Konstruksi bangunan petak (Struktur Rangka Batang).
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 26
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 27
c. Pneumatic System
Struktur pneumatik biasanya digunakan untuk
konstruksi pneumatik khusus yang digunakan
pada gedung. Ada dua kelompok utama pada
struktur pneumatik: struktur yang ditumpu
udara (air-suported structure) dan struktur yang
digelembungkan udara (air-infalated structure).
Struktur yang ditumpu udara terdiri atas satu
membran (menutup ruang yang beguna secara
fungsional) yang ditumpu oleh perbedaan
tekanan internal kecil.
Struktur yang digelembungkan udara ditumpu oleh kandungan udara bertekanan
yang menggelembungkan elemen-elemen gedung. Volume internal udara gedung
tetap sebesar tekanan udara Struktur yang digelembungkan udara mepunyai
mekanisme pikul beban yang lain. Uadara yang ditekan digunakan untuk
menggelembungkan bentuk-bentuk (misalmya pelengkung, dinding, ataukolom)
yang digunakan untuk penutup gedung.
Ada dua jenis utama dari struktur yang digelembungkan udara yang banyak
digunakan, yaitu struktur rib tergelembung dan struktur dinding rangkap. Untuk
mendapat kestabilan, struktur yang digelembungkan udara biasanya memerlukan
tekanan tekanan yang lebih besar dari pada yang dbutukkan oleh struktur yang
ditumpu udara. Hal ini karena karena tekanan internal tidak dapat langsung
digunakan untuk mengimbangi beban eksternal, tetapi harus digunakan untuk
memberi bentuk pada struktur. Pada umumnya,sistem struktur yang ditumpu
udara dapat mempunyai bentang lebih besar daripada struktur yang
digelembungkan.
d. Arch System
Sistem struktur busur termasuk golongan
struktur funikular karena telah digunakan
bangsa Romawi dan Yunani, terutama
untuk
membuat
bangunan
yang
memerlukan bentangan yang besar/luas.
Pada zaman itu maupun saat ini sistem
struktur busur dibuat dengan bahan padat
yaitu batu, atau batu buatan/bata/masonry.
Juga dikembangkan dengan menggunakan
bahan bangunan yang modern dari kayu,
besi/baja.
Busur menggunakan sendi lebih dari tiga sudah tidak stabil lagi dan dapat
mengakibatkan keruntuhan. Oleh karena itu jika ingin memperoleh struktur busur
dengan kekuatan struktur yang baik tanpa mengalami tekuk (bending) dapat
digunakan pengikat (bracing) pada bagian dasarnya. Bahan pengikat tergantung
dari dimensi ketebalan busur dan luas bentang busur dapat dibuat dari kabel, baja,
besi, kayu maupun beton.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 28
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 29
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 30
Struktur rangka ruang merupakan susunan modul yaang diatur dan disusun
berbalikan antara modul satu dengan modul lainnya sehingga gaya-gaya yang
terjadi menjalar mengikuti modul-modul yang tersusun. Modul ini satu sama lain
saling mengatkan, sehingga sistem struktur ini tidak mudah goyah.
4. Surface Active Structure System
d. Prismatic Folded Structure System
Struktur
bidang
lipat
merupakan
bentuk
struktur yang
memiliki
kekakuan satu
arah
yang
diperbesar dengan menghilagkan permukaan planar sama sekali dan membuat
deformasi besar pada pelat sehingga tinggi struktural pelat semakin besar.
Karakteristik suatu struktur bidang lipat adalah masing- masing elemen pelat
berukuran relatif rata (merupakan sederetan elemen tipis yang saling dihubungkan
sepanjang tepinya).
Struktur bidang lipat akan mengusahakan sebanyak mungkin material terletak jauh
dari bidang tengah stuktur. Elemen pelat lipat ini mempunyai kapasitas pikul beban
besar hanya jika tekuk lateral daerah yang tertekan dapat dicegah sehingga daerah
tekan pada setiap pelat akan selalu dapat dikekang pelat sebelahnya.
Bentuk bidang lipat mempunyai kekuatan yang lebih besar dari bidang datar karena
momen energinya lebih besar.
e. Pyramidal Folded Structure System
f.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 31
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 32
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
IV.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan mengenai bangunan bentang lebar dan multi massa; Pasar adalah:
1. Pasar merupakan bangunan bentang lebar dan multi massa dimana pasar adalah sebuah
tempat dan sarana bagi masyarakat untuk menciptakan kawasan untuk melakukan proses
jual-beli yang efektif, dengan bantuan beberapa pihak yang membantu proses berjalannya
proses jual-beli yang baik. Namun pada kasus ini lebih mengarah kepada tempat melakukan
proses jual-beli yang disebut pasar, dengan banyak permasalahannya.
2. Pasar pada umumnya terbuka kepada semua kalangan yang ada. Namun banyak terjadi
permasalahan sepele yang menyebabkan pasar tidak selalu digunakan oleh semua
kalangan, hal yang dimaksudkan adalah pasar tradisional yang mulai dihindari kalangan
menengah keatas dikarenakan kurangnya kesadaraan dari banyak pihak untuk menjaga dan
menciptakan area pasar yang baik, layak, dan nyaman untuk digunakan semua kalangan.
3. Lokasi pasar haruslah sesuai dengan peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan hal
tersebut. Dikarenakan banyak terjadi pembukaan pasar-pasar ditempat yang bisa dibilang
tidak layak dan pas.
4. Pasar sendiri memiliki lebih dari satu macam dan tidak terbatas kepada jenis pasar
berdasarkan fungsinya, melainkan banyak jenis-jenis pasar yang tidak semua orang ketahui.
IV.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang tertera pada bab dan sub-bab sebelumnya, maka kritik ataupun
saran yang dapat disampaikan, antara lain:
1. Untuk semua orang yang bertanggung jawab secara langsung ataupun tidak langsung untuk
ikut menjaga kondisi pasar sebaik, dan senyaman mungkin untuk digunakan semua
kalangan, tidak hanya terbatas pada masyarakat kalangan bawah.
2. Menciptakan inovasi-inovasi baru dalam menciptakan situasi pasar yang baik.
3. Mempertahankan pelayanan dan keamanan bagi seluruh pengguna pasar.
4. Penambahan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas pasar.
Studi Literatur
Perancangan Arsitektur
| 33
Daftar Pustaka