Anda di halaman 1dari 52

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

TERHADAP Sdr. D DALAM MENANGANI


PERMASALAHAN TUBERCULOSIS
Pembimbing :
dr. Burhannudin Ichsan, MMed.Ed, M. Kes

Aulia Luthfi Kusuma J510145078


Ayu Ardilla Andromeda J510145024
Aziz Nugraha J510145037
Bentarisukma Damaiswari Rahmaika J510145048
Hasmeinda Marindratama J510145069

TAHAP I : KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Kepala Keluarga : Tn. S


Umur

: 49 th

Alamat lengkap

: Talang, Banaran, Grogol

Bentuk Keluarga : Extended family

Kesimpulan

Keluarga Tn.S berbentuk extended


family, didapatkan Sdr.D 20 tahun
dengan TB, dan anggota keluarga
lain tidak memiliki penyakit saat ini.

TAHAP II : STATUS PENDERITA

Nama pasien
: Sdr. D
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Grogol
Pekerjaan
: Pegawai Pandawa
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama
: Kristen
Suku
: Jawa
Tanggal pemeriksaan : 16 September 2015

Anamnesis

RPS

Didapatkan benjolan berjumlah 4 di leher kanan yang


baru diketahui pasien sekitar pada bulan Mei 2015,
tetapi pasien tidak ada keluhan sebelumnya

Kemudian pasien memeriksakan ke Rumah Sakit dr.


Oen Solo Baru dan dokter meminta untuk dilakukan
pembedahan pada benjolan tersebut.

Setelah itu benjolan diperiksa laboratorium dan


didapatkan hasil limfadenitis tuberkulosis. Pasien diberi
terapi kombinasi TB selama 1 bulan.

RPS

RPD

RPK

Riwayat Lingkungan

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
TB
: 160cm
BB
: 45 kg BMI : 17,57 (Underweight)

TD: 110/60 mmHg

RR: 24x/menit

Vital Sign
Nadi : 88 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pemeriksaan Psikiatri

Pemeriksaan Neurologi

Pemeriksaan Neurologi

Pemeriksaan Penunjang
BTA Dilakukan pada bulan 8 Agustus 2015
dengan hasil negatif.
Foto Rontgen Thorax PA (26 Mei 2015)
Cor : Bentuk dan besar normal
Pulmo : Tak nampak infiltrat,
corakan bronkovaskuler normal, tampak
penebalan hillus kanan sinus
phrenicocostalis kanan dan kiri tajam.
Hemidiafargma kanan kiri, tulang-tulang
dan soft tissue tak tampak kelainan
Kesan :
Gambaran penebalan hillus kanan

Diagnostik Holistik

Biologis
: TB Ekstra Paru
Psikologis : Kondisi kejiwaan pasien baik
Sosial
: Kondisi lingkungan dan rumah kurang
sehat, hubungan dengan tetangga terbatas

POMR (Problem Oriented Medical Report)

TAHAP III : IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

Fungsi Holistik

Fungsi Fisiologis

Fungsi Patologis

Genogram

Pola Interaksi Keluarga

Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Faktor Indoor dan Outdoor

TAHAP IV : HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH


DENGAN TB YANG DIDERITA Sdr. D
Masalah Medis: Limfadenitis TB
Masalah Non Medis
Faktor perilaku: pengetahuan pasien kurang memahami
penyakitnya sendiri dan memahami pentingnya menjaga
kebersihan diri sendiri
Faktor non perilaku: lingkungan rumah Sdr. D belum memenuhi
syarat kesehatan.
Hubungan Prioritas Masalah dengan TB yang Diderita Sdr. D : Pola
hidup yang kurang baik serta kurang memperhatikan kondisi rumah
dan lingkungan sekitar.

TAHAP VA : SIMPULAN (DIAGNOSTIK HOLISTIK)

Diagnosis Klini : Limfadenitis TB


Diagnosis Psikologis : Diagnosis Sosial
:-

TAHAP VB : SARAN (KOMPREHENSIF)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Patofisiologi

Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB
ekstrapulmoner.

organ ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah
bening, pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium.

Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet. Sampai di paru, basil TB ini akan
difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama, basil TB akan
mati difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan bermultiplikasi
dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar secara limfogen, perkontinuitatum,
bronkogen, bahkan hematogen.

Patofisiologi

Penyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional hilus,
dimana penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang
saluran limfe (limfangitis) dan kelenjar limfe regional (limfadenitis).

Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari
infeksi TB pada parenkim paru

Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di
mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan
dibawa ke kelenjar limfe di leher

Manifestasi Klinis

Alur Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

1. TB paru (kasus baru), BTA (+), atau lesi luas


Paduan obat diberikan 2RHZE/4RH
Alternatif 2RHZE/4R3H3 atau 2RHZE/6HE (program P2TB)
Paduan ini dianjurkan untuk
TB paru BTA (+) kasus baru
TB paru BTA (-), dengan gambar radiologik lesi luas
TB di luar paru kasus berat
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7
bulan, dengan paduan 2RHZE/ 7RH dan alternatif 2RHZE 7R3H3,
pada keadaan : TB paru lesi luas, dengan komorbid dan TB paru
kasus berat (milier)

Penatalaksanaan

2. TB paru (kasus baru) BTA (-) dengan gambaran radiologi lesi


minimal atau TB diluar paru kasus ringan
Paduan obat 2RHZ/4RH
Alternatif 2RHZ/4R3H3 atau 6RHE
3. TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada uji resistensi dapat
diberikan obat sesuai hasil uji resistensi) lama pengobatan fase
lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya.
Sehingga padian obat yang diberikan : 3RHZE/ 6RH

Penatalaksanaan

Pemeriksaan Dahak Ulang

Pencegahan

Host

dengan mempertinggi daya tahan tubuh dan meningkatkan


pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan penyakit
serta prinsip-prinsip pengobatan.

Agent

dengan memberantas sumber penularan penyakit, mengobati


penderita TB hingga dinyatakan sembuh

mengubah atau mempengaruhi lingkungan tempat tinggal


Environment

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. (2000). Sepuluh masalah tuberculosis dan penanggulangannya dalam Jurnal Respiratory
Indonesia.
American Thoracic Society. (2002). Quality of Life resource. Dibuka pada website http://www.Atsqol.org
diperoleh tanggal 15 September 2015.
Bezabih M, Mariam DW, Selassie SG. Fine needle aspiration cytology of suspected tuberculous
lymphadenitis. Cytopathology 2002; 13 (5) : 284-90.
Dandapat MC, Mishra BM, Dash SP, Kar PK. Peripheral lymph node tuberculosis: a review of 80
cases. Br J Surg 1990; 77 (8) : 911-2.
Depkes. (2010). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta.
Fontanilla JM, Barnes A, von Reyn CF, Current diagnosis and management of peripheral tuberculous
lymphadenitis. Clin Infect Dis. 2011;53(6):555.
Koch, AL. 2003. Bacterial Wall as Target for Attack: Past, Present, and Future Research. Clinical
Microbiology Reviews. Clin Microbiol Rev. 2003 October; 16(4): 673687
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2014). Tuberculosis : Pedoman dan penatalaksanaan di indonesia,
Jakarta: PDPI.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai