: 49 th
Alamat lengkap
Kesimpulan
Nama pasien
: Sdr. D
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Grogol
Pekerjaan
: Pegawai Pandawa
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama
: Kristen
Suku
: Jawa
Tanggal pemeriksaan : 16 September 2015
Anamnesis
RPS
RPS
RPD
RPK
Riwayat Lingkungan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
TB
: 160cm
BB
: 45 kg BMI : 17,57 (Underweight)
RR: 24x/menit
Vital Sign
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan Psikiatri
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan Penunjang
BTA Dilakukan pada bulan 8 Agustus 2015
dengan hasil negatif.
Foto Rontgen Thorax PA (26 Mei 2015)
Cor : Bentuk dan besar normal
Pulmo : Tak nampak infiltrat,
corakan bronkovaskuler normal, tampak
penebalan hillus kanan sinus
phrenicocostalis kanan dan kiri tajam.
Hemidiafargma kanan kiri, tulang-tulang
dan soft tissue tak tampak kelainan
Kesan :
Gambaran penebalan hillus kanan
Diagnostik Holistik
Biologis
: TB Ekstra Paru
Psikologis : Kondisi kejiwaan pasien baik
Sosial
: Kondisi lingkungan dan rumah kurang
sehat, hubungan dengan tetangga terbatas
Fungsi Holistik
Fungsi Fisiologis
Fungsi Patologis
Genogram
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Patofisiologi
Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB
ekstrapulmoner.
organ ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah
bening, pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium.
Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet. Sampai di paru, basil TB ini akan
difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama, basil TB akan
mati difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan bermultiplikasi
dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar secara limfogen, perkontinuitatum,
bronkogen, bahkan hematogen.
Patofisiologi
Penyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional hilus,
dimana penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang
saluran limfe (limfangitis) dan kelenjar limfe regional (limfadenitis).
Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari
infeksi TB pada parenkim paru
Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di
mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan
dibawa ke kelenjar limfe di leher
Manifestasi Klinis
Alur Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Pencegahan
Host
Agent
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. (2000). Sepuluh masalah tuberculosis dan penanggulangannya dalam Jurnal Respiratory
Indonesia.
American Thoracic Society. (2002). Quality of Life resource. Dibuka pada website http://www.Atsqol.org
diperoleh tanggal 15 September 2015.
Bezabih M, Mariam DW, Selassie SG. Fine needle aspiration cytology of suspected tuberculous
lymphadenitis. Cytopathology 2002; 13 (5) : 284-90.
Dandapat MC, Mishra BM, Dash SP, Kar PK. Peripheral lymph node tuberculosis: a review of 80
cases. Br J Surg 1990; 77 (8) : 911-2.
Depkes. (2010). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta.
Fontanilla JM, Barnes A, von Reyn CF, Current diagnosis and management of peripheral tuberculous
lymphadenitis. Clin Infect Dis. 2011;53(6):555.
Koch, AL. 2003. Bacterial Wall as Target for Attack: Past, Present, and Future Research. Clinical
Microbiology Reviews. Clin Microbiol Rev. 2003 October; 16(4): 673687
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2014). Tuberculosis : Pedoman dan penatalaksanaan di indonesia,
Jakarta: PDPI.
TERIMA KASIH