Anda di halaman 1dari 9

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun


7

Lainnya

Blog Berikut

Buat Blog

Masuk

Study
Rabu, 26 Juni 2013

Tinjauan Tentang Rumah Susun


Tinjauan mengenai permukiman dilakukan dengan mendeskripsikan pengertian
rumah susun, landasan dan tujuan rumah susun, pola pembangunan rumah
susun, jenis rumah susun.
1 Pengertian Rumah Susun
Pengertian rumah susun menurut kamus besar Indonesia merupakan gabungan
dari pengertian rumah dan pengertian susun. Rumah yaitu bangunan untuk
tempat tinggal, sedangkan pengertian susun yaitu seperangkat barang yang
diatur secara bertingkat. Jadi pengertian rumah susun adalah bangunan untuk
tempat tinggal yang diatur secara bertingkat.
Pengertian rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa
berdasarkan PERMEN No.14/ 2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun
Sederhana sewa yaitu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa
serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi
utamanya sebagai hunian.
Penjabaran lebih terinci dari pengertian rumah susun sederhana sewa yang
tersebut di atas adalah
1. Satuan Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut
sarusunawa, adalah unit hunian pada rusunawa yang dapat digunakan
secara perorangan berdasarkan ketentuan persewaan dan mempunyai
sarana penghubung ke jalan umum.

Popular Post s

SEJARAH PERKEMBANGAN
DEMOKRASI DI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Belakang Masalah Demokrasi adalah
bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai
up...
PELAKSANAAN SISTEM
PEMERINTAHAN INDONESIA
Sejarah Awal Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk
pada tanggal 29 April 1945 adalah
badan yan...
KAJIAN TEORI PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN
Kajian Teori Perumahan dan
Permukiman Kajian teori mengenai
perumahan dan permukiman
membahas mengenai UndangUndang perumahan dan pe...
DEFINISI KEMISKINAN
Kemiskinan dalam pengertian
konvensional merupakan
pendapatan ( income ) dari suatu
kelompok masyarakat yang berada
dibawah garis kemiski...
TEORI DRAMATURGI ERVING
GOFFMAN
Latar Belakang Teori Dramaturgi
Dramaturgi adalah sandiwara
kehidupan yang disajikan oleh
manusia. Kita lihat kembali contoh di
atas,...

2. Pengelolaan adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola


atas barang milik negara/daerah yang berupa rusunawa dengan
melestarikan fungsi rusunawa yang meliputi kebijakan perencanaan,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian rusunawa.

PENGERTIAN UMKM DAN


KOPERASI
A. Pengertian UMKM Sesuai
dengan Undang - Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) :
Pengertia...

3. Pengelola, yang selanjutnya disebut badan pengelola, adalah instansi


pemerintah atau badan hukum atau badan layanan umum yang ditunjuk
oleh pemilik rusunawa untuk melaksanakan sebagian fungsi pengelolaan
rusunawa.

Tinjauan Tentang Rumah Susun


Tinjauan mengenai permukiman
dilakukan dengan mendeskripsikan
pengertian rumah susun, landasan
dan tujuan rumah susun, pola
pembangunan r...

4. Pemilik rusunawa, yang selanjutnya disebut sebagai pemilik, adalah


pengguna barang milik negara yang mempunyai penguasaan atas barang
milik negara berupa rusunawa.
5. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang
berupa rusunawa untuk dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam
bentuk sewa, pinjam pakai, dan kerjasama pemanfaatan, dengan tidak
mengubah status kepemilikanyang dilakukan oleh badan pengelola untuk
memfungsikan rusunawa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
6. Penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah sesuai peraturan yang berlaku yang
melakukan perjanjian sewa sarusunawa dengan badan pengelola; Tarif
Sewa adalah jumlah atau nilai tertentu dalam bentuk sejumlah nominal
uang sebagai pembayaran atas sewa sarusunawa dan/atau sewa bukan
hunian rusunawa untuk jangka waktu tertentu.
7. Pengembangan adalah kegiatan penambahan bangunan dan/atau
komponen bangunan, prasarana dan sarana lingkungan yang tidak
terencana pada waktu pembangunan rusunawa tetapi diperlukan setelah

http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

Sejarah Perdagangan di Indonesia


Sejarah Perdagangan di
Indonesia Perdagangan merupakan
transaksi jual beli barang yang
dilakukan antara penjual dan
pembel...
ANALISIS KUALITATIF (5C)
ANALISIS KUALITATIF (5C)
ANALISIS WATAK ( CHARACTER )
Salah satu keberhasilan dalam
pemberian kredit sangat tergantung
...

Blog Archive

2013 (124)
Agustus (11)
Juli (3)

1/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

bangunan dan lingkungan difungsikan.

Juni (55)

8. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penerima aset kelola


sementara kepada badan pengelola dan penghuni rusunawa meliputi
pembinaan, pelatihan, dan penyuluhan.

TRANSISTOR

9. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan


peraturan perundang-undangan mengenai rumah susun sederhana sewa
dan upaya penegakan hukum.

SEJARAH PERKEMBANGAN
DEMOKRASI DI INDONESIA

10. Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang selanjutnya disebut MBR,


adalah masyarakat yang mempunyai penghasilan berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.

NEGARA KESATUAN YANG


DEMOKRASI

Hubungan Lingkungan Hidup


dengan Pembangunan
Pengertian dan Kreteria Kawasan
Sentra Produksi Pa...
Agroindustri

2. Landasan dan Tujuan Rumah Susun


Kebijaksanaan dibidang perumahan dan permukiman pada dasarnya dilandasi
oleh amanat GBHN (1993) yang menyatakan pembangunan perumahan dan
permukiman dilanjutkan dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian
dan lingkungan kehidupan keluarga/masyarakat. Pembangunan perumahan dan
permukiman perlu dtingkatkan dan diperluas sehingga dapat menjangkau
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Untuk menunjang dan memperkuat kebijaksanaan pembangunan rumah susun,
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.16 Tahun 1985 tentang rumah
susun. Undang- undang rumah susun tersebut untuk mengatur dan menegaskan
mengenai tujuan, pengelolaan, penghunian, status hukum dan kepemilikan
rumah susun. Adapun tujuan pembangunan rumah susun adalah

Industri
Konsep Local Economic
Development dan
Penerapannya...
Tinjauan Tentang Permukiman
Indikator Kekumuhan
Tinjauan Tentang Rumah Susun
PENGERTIAN ZONASI
Alat analisis yang digunakan
untuk mengetahui pote...
EVALUASI KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH
METODE/ TEKNIK EVALUASI
KINERJA

1. Meningkatkan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama


golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjamin kepastian
hokum dalam pemanfaatannya.

EVALUASI KINERJA

2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan
memperhatikan kelestariaan sumber daya alam dan menciptakan
lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang

KLASIFIKASI DAN PENYEBAB


KEMISKINAN

3. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi


kehidupan masyarakat

Pengaturan dan pembinaan rumah susun dapat dilakukan oleh pemerintah atau
diserahkan kepada Pemda. Pada pelaksanaan pengaturan dan pembinaan diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Dalam UU No.16 Tahun 1985, juga disebutkan
pemerintah memberikan kemudahan bagi masyarakat golongan rendah untuk
memperoleh dan memiliki rumah susun yang pelaksanaannya diatur dengan PP
(Pasal 11 ayat 1 dan 2)
Pemerintah Indonesia lebih memberlakukan rumah sebagai barang atau
kebutuhan sosial. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran pemerintah dalam
membantu pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Kondisi ini dapat dimengerti karena sebagian besar
penduduk Indonesia merupakan golongan yang kurang mampu memenuhi
kebutuhan perumahan yang layak. Dalam kaitan ini, pemerintah memutuskan
untuk melaksanakan pembangunan rumah susun di kota besar sebagai usaha
peremajaan kota dan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dengan pola yang
vertikal.
Proses lahirnya kebijakan untuk melaksanakan pembangunan rumah susun di
kota-kota besar di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pengalaman negara
lain (seperti Singapura, Hongkong dan lain-lain) dalam mengatasi masalah
perkotaan yang diakibatkan urbanisasi, khususnya dalam bidang perumaan kota.
Konsep pembangunan rumah susun pada hakekatnya dimaksudkan untuk
mengatasi masalah kualitas lingkungan yang semakin menurun maupun untuk
mengatasi masalah keterbatasan lahan dalam kota. (Yeh, 1975:186; Hassan,
1997:32)
3. Pola Pembangunan Rumah Susun
Pembangunan rumah susun di Indonesia dikaitkan dengan dua kegiatan yaitu
1. Program Peremajaan Kota

Pada awalnya penerapan kebijaksanaan pembangunan rumah susun di Indonesia


dihubungkan dengan usaha peremajaan kota, yaitu usaha perbaikan dan
peningkatan kualitas lingkungan perumahan kumuh dan padat di pusat kota.
Lingkungan yang termasuk golongan ini merupakan lingkungan permukiman
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

KERANGKA PENGUKURAN
KINERJA

DIMENSI KEMISKINAN DI
INDONESIA
KEMISKINAN MENURUT
GARIS KEMISKINAN
INTERNASIONAL ...
DEFINISI KEMISKINAN
Sistem Pergerakan
Kemacetan Lalu Lintas
Komponen Indikator Kinerja
Kunci
LAUT TERITORIAL
Menyusun Latar Belakang
Komponen Monitoring Delapan
Standar Nasional Pendi...
Prinsip-Prinsip Pengukuran Laut
dan Sejarah Rezim...
PENENTUAN LEBAR LAUT
TERRITORIAL
Sejarah Penetapan Batas
Laut Negara
Sistem Pengelolaan Lingkungan
SUMBERDAYA LAHAN:
KARAKTERISTIK DAN
IMPLIKASI PENG...
Perhitungan Kebutuhan Fasilitas
Wisata
Analisis VAC (Visual Absorption
Capability)
Tabel Tipologi Kawasan
Zona Tambahan
Bekerjasama Dalam Tim
Aplikasi Pengetahuan Sosiologi
Sosialisasi
Penyimpangan Sosial
Sosialisasi dan Kepribadian
Sejarah Dakwah Islam

2/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

yang sulit ditingkatkan kualitasnya melalui program perbaikan kampong (KIP).

SISTEM PENGHIMPUNAN
DANA BANK SYARIAH

Dipilihnya pusat kota sebagai rumah susun berdasarkan pertimbangan tingkat


kemudahan yang tinggi terhadap berbagai fasilitas dan prasarana yang
dibutuhkan oleh kelompok sasaran, seperti pendidikan, kesehatan dan fasilitas
lainnya. Pertimbangan lain yang juga memepengaruhi dipilihnya pusat kota
sebagai lokasi rumah susun adalah perlunya peningkatan daya guna dan hasil
guna lahn di pusat kota yang sangat dibutuhkan untuk menampung dinamika
perkembangan kegiatan kota yang semakin meningkat serta pertimbangan
efesiensi penyediaan prasarana kota.

STUDI TENTANG PROSES


PENGOLAHAN DAUN TEH
HITAM DI ...

2. Program Pengadaan Perumahan

Pembangunan perumahan ditujukan untuk menunjang kebutuhan


perumahan dan memberikan akomodasi bagi masyarakat berpenghasila rendah
yang tidak memiliki penghasilan dan pekerjaan menetap. Sejalan dengan
pembangunan rumah susun dengan sistem kepemilikan, maka sejak tahun 1984
telah pula dibangun rumah susun sewa yang dapat dihuni secara sewa baik
harian maupun bulanan.
Pelaksanaan pembangunan rumah susun sewa juga dikaitkan dengan
program peremajan kota atau program pembangunan kota terpadu. Hanya saja
pelaksanaan pembangunannya yang berbeda. Bila dalam pembangunan rumah
susun dengan sistem kepemilikan lebih banyak dilakukan oleh Perum Perumnas
dan Dinas Perumahan, maka dalam pembangunan rumah susun sewa lebih
banyak ditangani oleh BUMD (Badan Usahan Milik Daerah).
Rumah susun merupakan alternatif pilihan perumahan di kota akibat
keterbatasan lahan dan harga lahan yang mahal, maka pendekatan yang
dilakukan dalam pembangunan adalah dengan memenuhi aspek-aspek yang
menjadi dasar pilihan masyarakat kelompok sasaran yaitu
1. Aksesibilitas lokasi rumah susun terhadap fasilitas perkotaan, seperti
lapangan pekerjaan, transportasi, pendidikan, perdagangan, kesehatan,
perbelanjaan.

Definisi Kota Dan Infrastruktur,


Arahan, Pengelola...
TINJAUAN PUSTAKA RUANG
TERBUKA HIJAU
PEMBUATAN LARUTAN
MORALITAS, MAKNA SOSIAL,
DAN RETORIKA: KONTEKS
SOS...
PERILAKU MORAL SEBAGAI
PERILAKU YANG
DIGARISKAN AT...
PENGETAHUAN SOSIAL DAN
TINDAKAN SOSIAL :
KOORDINAS...
TINDAKAN MORAL SEBAGAI
PENAFSIRAN DIRI
PERTENTANGAN ANTAR
TEORI DARI PENELITIAN
DALAM PER...
SIKLUS PENDAPATAN
Postmodernisme; Sebuah
Pengenalan
Manajemen Database
Mei (23)
April (1)
Februari (2)
Januari (29)
2012 (6)

2. Status kepemilikan yang terjamin secara hukum


3. Harga yang terjangkau oleh masyarakat kelompok sasaran Kelengkapan
fasilitas baik didalam unit maupun untuk lingkungannya
4. Lingkungan yang teratur, bersih dan memenuhi syarat sebagai rumah
layak.

Cari Blog Ini

Pengikut

Cari
Join this site

3. Jenis Rumah Susun di Indonesia

w ith Google Friend


Connect

Rumah Susun di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :

Members (2)

1. Rumah Susun Sederhana (Rusuna), pada umumnya dihuni oleh


golongan yang kurang mampu. Biasanya dijual atau disewakan oleh
Perumnas (BUMN). Misalnya, Rusuna Klender di Pasar Jumat,
Lebak Bulus, Jakarta.
2. Rumah Susun Menengah (Apartemen), biasanya dijual atau
disewakan oleh Perumnas atau Pengembang Swasta kepada
masyarakat konsumen menengah ke bawah. Misalnya, Apartemen
Taman Rasuna Said, Jakarta Selatan.
3. Rumah Susun Mewah (Condonium), selain dijual kepada masyarakat
konsumen menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate
oleh Pengembang Swasta. Misalnya Casablanca, Jakarta.

Already a member?
Sign in

Translat e

Select Language
Pow ered by

Translate

5. Persyaratan Teknis Rumah Susun


Berdasarkan PP nomor 4/ 1988 mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan
Rumah Susun yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun, antara
lain adalah kelengkapan, sarana dan prasarana rumah susun.
1. Kelengkapan rumah susun (Pasal 14)

Utilitas umum merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan di


rumah susun. Kelengkapan utilitas rumah susun harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan
dan perlengkapannya termasuk meter aiar, pengaturan tekanan air
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

3/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

dan tangki air dalam bangunan


Jaringan air listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan
perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta
pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang
membahayakan
Jaringan air gas yang memenuhi persyaratan beserta
kelengkapannya termasuk meter gas, pengatur arus serta
pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang
membahayakan
Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas dan pemasangan
Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan
kualitas, kuantitas dan pemasangan
Saluran dan atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi
persyaratan terahada kebersihan, kesehatan dan kemudahan
Tempat kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat
komunikasi lainnya
Alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator dengan tingkat
keperluan dan persyaratan yang berlaku
Pintu dan tangga darurat kebakaran
Tempat jemuran
Alat pemadam kebakaran
Penangkal petir
Alat/Sistem alarm
Pintu kedap asap pada jarak- jarak tertentu
Generator listrik digunakan untuk rumah susun yang mengunakan lift
2. Lokasi Rumah Susun (Pasal 22)

Dalam memilih lokasi rumah susun, maka lokasi tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Lokasi rumah susun harus sesuai dengan peruntukan dan keserasian
lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna
tanah
Lokasi harus memungkinkan berfungsinya saluran-saluran
pembungan dalam lingkungan ke system jaringan pembuangan air
hujan dan jaringan air limbah.
Lokasi harus mudah dicapai angkutan umum baik langsung maupun
tidak langsung
Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan air bersih dan
listrik
3. Prasarana Lingkungan (Pasal 25 dan 26)

Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang


memungkinkan di lingkungan rumah susun, sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, berupa jalan, tangga, selasar, drainase, sistem air limbah,
persampahan dan air bersih. Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan
prasarana sebagai berikut
Prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk
keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni seperti jalan setapak,
kendaraan & tempat parkir
Prasarana lingkungan harus mempertimbangkan kemudahan dan
keserasian hubungan dalam kegiatan sehari-hari dan pengamanan
bila terjadi hal-hal yang membahayakan, serta struktur, ukuran, dan
kekuatan yang sesuai dengan fungsi dan penggunaan jalan tersebut.
Jaringan distribusi air bersih, gas dan listrik dengan segala
kelengkapannya seperti tangki air, pompa air, tangki gas dan gardugardu listrik
Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan air hujan daru
rumah susun ke system jaringan pembuangan air kota
Saluran pembuangan air limbah dan atau septik yang
menghubungkan air limbah dari rumah susun ke system jaringan
limbah kota
Tempat pembuangan sampah, sebagai pengumpul sampah dari Rusun
yang dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan
mempertimbangkan faktor kemudahan pengangkutan, kebersihan,
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

4/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

kesehatan dan keindahan


Kran-kran air untuk mencegah dan peangamanan terhadap bahaya
kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan
Tempat parkir kendaraan dan atau penyimpanan barang
Jaringan telepon dan alat komunikasi sesuai dengan keperluan
4. Sarana Lingkungan (Pasal 27)

Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk


penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya.Fasilitas
lingkungan dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan :
Ruangan atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan
kegiatan masyarakat, tempat bermain anak-anak dan kontak sosial
lainnya sesuai standar yang berlaku.
Ruangan atau bangunan untuk kebutuhan sehari-hari sesuai standar
yang berlaku, seperti kesehatan, pendidikan, peribadatan, olahraga.
6. Tinjauan Sarana
Tinjauan sarana bedasarkan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara
perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas Niaga (warung) :
- Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250 penghuni.
- Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok pangan.
- Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan mempunyai radius 300 m.
- Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit rumah susun
sederhana dan maksimal 36 m2 (termasuk gudang kecil).
2. Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar) :
- Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni dimana
anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%.
- Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan pra sekolah usia
5-6 tahun.
- Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan tamantaman tempat bermain di RT/RW.
- Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5 m2/siswa).
3. Fasilitas Kesehatan.
- Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000 penghuni.
- Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia
Balita.
- Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan menyatu dengan
kantor RT/RW.
- Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang menampung
segala aktivitas.
4. Fasilitas Peribadatan.
Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan
peribadatan harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau
komunal, dengan ketentuan:
- Jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah 40 KK untuk setiap
satu musholla. Di salah satu lantai bangunan dapat disediakan satu
musholla untuk tiap satu blok, dengan luas lantai 9 36 m2. Jumlah
penghuni minimal untuk setiap satu masjid kecil adalah 400 KK.
5. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.
a. Siskamling.
- Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 200 orang.
- Dapat berada pada lantai unit hunian.
- Luas lantai minimal adalah sama dengan unit hunian terkecil.
b. Gedung Sebaguna.
- Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah 1000 orang.
- Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan dan di lantai dasar.
- Luas lantai minimal 250 m2.
c. Kantor Pengelola.
6. Fasilitas Ruang Terbuka.
a. Tempat Bermain.
- Maksimal dapat melayani 12 30 anak.
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

5/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

- Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster yang mudah


diawasi.
- Luas area minimal 75 180 m2.
b. Tempat Parkir.
- Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda 2 dan 4).
- Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok hunian terjauh 100
m, sedangkan untuk roda 4 ke blok hunian terjauh 400 m.
- Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan untuk setiap 5
keluarga, sedang roda 2 untuk setiap 3 keluarga.
- 2 M2 tiap kendaraan roda 4; 1,2 M2 untuk kendaraan roda 2 dan satu
tamu menggunakan kendaraan roda 4 untuk tiap 10 KK.
7. Tinjauan Prasarana
Tinjauan prasarana berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi adalah sebagai berikut :
1. Sistem air minum

Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem
distribusi, dan penampungannya.
Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan
dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan
sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan
sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelayakan
bangunan gedung.
Persyaratan plambing bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
mengikuti:
1. Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan
Permenkes 907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti
Pedoman Plambing; dan
2. SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru. Dalam
hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

2. Sistem air limbah

Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus


direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan
tingkat bahayanya.
Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.
Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak
boleh digabung dengan air limbah domestik.
Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus
diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Air limbah domestik
sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:
1. SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
2. SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem
resapan, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau edisi
terbaru; dan
4. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung mengikuti

http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

6/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.


3. Drainase

Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya harus


dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas
tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam
tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan dan/atau
sumur penampungan sebelum dialirkan ke jaringan drainase
lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku.
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan
cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
Sistem pematusan/penyaluran air hujan harus dipelihara untuk
mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:
1. SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
2. SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan, atau edisi terbaru; dan
4. Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

4. Pengolahan sampah.

Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang


dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masingmasing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
Ketentuan pengelolaan sampah padat
1. Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat
pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan sistem
yang sudah ada.
2. Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur ulang,
memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol bekas, kertas,
kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastik dan sebagainya.
3. Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) harus
dibakar dengan insinerator yang tidak mengganggu lingkungan. Dalam hal
masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempun

5. Persyaratan Terhadap Bahaya Kebakaran

Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan sistem


proteksi pasif dan sistem proteksi aktif.
1. Sistem Proteksi Pasif

Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai sistem


proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang memproteksi harta
milik berbasis pada desain atau pengaturan terhadap komponen
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

7/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun

arsitektur dan struktur bangunan gedung sehingga dapat melindungi


penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi
resiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang,
dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.
Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi:
persyaratan kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi
tahan api, tipe konstruksi yang diwajibkan, kompartemenisasi dan
pemisahan, dan perlindungan pada bukaan.
Sistem proteksi pasif tersebut harus mengikuti:
1. SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
dan
2. SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan
ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang
belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar
baku dan/atau pedoman teknis.
2. Sistem Proteksi Aktif

Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, harus dilindungi terhadap


bahaya kebakaran dengan proteksi aktif.
Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi,
luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi
penghuni dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi.
Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Sistem Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran box
maupun hidran pilar/halaman;
2. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran;
3. Sistem Pengendalian Asap Kebakaran; dan
4. Pusat Pengendali Kebakaran

Sistem proteksi aktif tersebut harus mengikuti:


1. SNI 03-3987-1995 Tata cara perencanaan, pemasangan pemadam
api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung;
2. SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan
pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
4. SNI 03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
5. SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru; dan
6. SNI 03-0712-2004 Sistem manajemen asap dalam mal, atrium, dan
ruangan bervolume besar, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada
persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

Persyaratan Jalan Keluar dan Aksesibilitas untuk Pemadaman


Kebakaran
Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman
kebakaran meliputi perencanaan akses bangunan dan lingkungan
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rusuna
bertingkat tinggi, dan perencanaan dan pemasangan sarana jalan
keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.
Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman
kebakaran tersebut harus mengikuti:
1. SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah
dan gedung, atau edisi terbaru; dan

http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

8/10

10/21/2015

Study: Tinjauan Tentang Rumah Susun


2. SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan
keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada gedung, atau
edisi terbaru.
3. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.

Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar/Eksit, dan


Sistem Peringatan Bahaya
1. Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar/eksit, dan
sistem peringatan bahaya dimaksudkan untuk memberikan
arahan yang jelas bagi pengguna bangunan rusuna bertingkat
tinggi dalam keadaan darurat untuk dapat menyelamatkan diri,
yang meliputi:
1. Sistem pencahayaan darurat;
2. Tanda arah keluar/eksit; dan
3. Sistem Peringatan Bahaya.
1. Pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan sistem peringatan
bahaya dalam gedung harus mengikuti SNI 03-6573-2001 Tata
cara perancangan pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem
peringatan bahaya pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.

Persyaratan Komunikasi Dalam Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi


1. Persyaratan komunikasi bangunan rusuna bertingkat tinggi dimaksudkan
sebagai penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan internal
bangunan maupun untuk hubungan ke luar, pada saat terjadi kebakaran
dan/atau kondisi darurat lainnya. Antara lain: sistem telepon, sistem tata
suara, sistem voice evacuation, dll.
2. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat
dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar teknis.

Persyaratan Instalasi Bahan Bakar Gas


1. Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas
pembakaran dari Instalasi Gas Kota, maka harus memenuhi
ketentuan:
1. Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan
konstruksinya mengikuti peraturan berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
2. Instalasi pemipaan (mulai dari katup penutup, meter-gas atau
regulator) mengikuti peraturan berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
Katup penutup, meter-gas harus ditempatkan di luar bangunan.
3. Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi peralatan khusus
untuk mendeteksi kebocoran gas yang secara otomatis mematikan
aliran gas.
1. Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas
pembakaran Instalasi gas elpji (LPG), maka harus memenuhi
ketentuan:
1. Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan
konstruksinya mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
2. Instalasi pemipaan untuk rumah tangga (domestik) dan gedung
(komersial) mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang
berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
3. Bila pasokan dari beberapa tabung silinder digabung ke dalam satu
manipol (manifold atau header), maka harus mengikuti peraturan
yang berlaku dari instansi yang berwenang, atau ketentuan lainnya
sepanjang tidak bertentangan. Tabung-tabung silinder yang digabung
harus ditempatkan di luar bangunan rusuna bertingkat tinggi.
4. Pada instalasi pembakaran, harus dilengkapi dengan peralatan
khusus untuk mendeteksi kebocoran gas yang secara otomatis

http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/06/tinjauan-tentang-rumah-susun.html

9/10

Anda mungkin juga menyukai