STATUS PENDERITA
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Af
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Perkawinan
: Belum menikah
Suku/Bangsa
: Palembang / Indonesia
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Buruh Ternak
Agama
: Islam
Alamat
Datang ke RS
Cara ke RS
Tempat Pemeriksaan
RIWAYAT PSIKIATRIK
A. Keluhan Utama
Pasien di rujuk dari Puskesmas karena sering mengamuk,
mengoceh sendiri, bicara kacau, sukar tidur, menampar ibu, dan
mengganggu pasien lain
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
2 minggu yang lalu pasien mengalami diare, frekuensi lebih
dari 3x , terdapat darah dan lendir, demam tinggi , pasien di bawa ke
bidan, keluhan dirasa berkurang.
6 hari sebelum masuk rumah sakit pasien kembali mengeluh
mengalami diare, demam tinggi, pasien di bawa ke puskesmas dan di
periksa darah, menurut keluarga pasien dari hasil pemeriksaan di
tidak
pernah
mengkonsumsi
alkohol
dan
IV.
Dewasa
: Os
D. Riwayat pendidikan
Pasien sekolah tamat Sekolah Menengah Tingkat Atas, tidak
melanjutkan sekolah karena pasien lebih berminat untuk bekerja
E. Riwayat pekerjaan
Pasien adalah seorang buruh peternakan ayam.
F. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
G. Agama
Pasien beragama islam
H. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun
berurusan dengan pihak berwajib.
I. Persepsi Tentang Diri dan Kehidupan
Pasien tidak bisa ditanya seputar persepsi tentang diri dan
kehidupannya.
V.
STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Desember 2014
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Penderita adalah seorang laki-laki berusia 22 tahun, datang
dengan di bantu keluarga, pasien tampak sedikit berantakan,
memakai kaos berwarna hijau, dan celana panjang berwarna
hitam. Pasien beralasan kaki berupa sandal jepit.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Gaduh gelisah, bicara kacau, mengoceh sendiri, sukar tidur,
bicara inkoheren, jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan,
pasien ampak ketakutan dan merasa dirinya terancam
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak (+) tidak kooperatif.
B. Keadaan Mood dan Afek
Mood
: Distimik
Afek
: Afek labil
Keserasian
C. Pembicaraan
Mengoceh sendiri, bicara kacau, volume suara tinggi, intonasi suara
tinggi, artikulasi jelas.
D. Gangguan Persepsi
Waham curiga, halusinasi auditorik, dan kemungkinan halusinasi
visual
E. Pikiran
1. Proses pikiran
Pada pasien ini proses pikirnya termasuk inkoherensi yaitu
kalimatnya sulit ditangkap atau diikuti maksudnya, serta
ditemukan ketidaksesuaian antara pertanyaan yang diberikan
dengan jawaban dari pasien
2. Bentuk pikiran
Pasien ini bentuk pikirnya terganggu (tidak sistematis, logis, dan
informatif) karena didapatkan dari autoanamnesis bahwa
jawaban pasien tidak sesuai dengan pertanyaan pemeriksa.
3. Isi pikiran
Pasien memiliki keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu
sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya.
Waham ini menjadikan pasien curiga akan segala hal dan berada
dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta
diawasi.
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran dan kesigapan : Delirium
2. Orientasi
- Waktu
: Belum bisa dinilai
- Tempat
: Belum bisa dinilai
- Orang
: Belum bisa dinilai
3. Daya ingat
- Daya ingat jangka panjang : Belum bisa dinilai
- Daya ingat jangka segera : Belum bisa dinilai
- Daya ingat jangka pendek : Belum bisa dinilai
4. Konsentrasi dan perhatian : Belum bisa di nilai
5. Kemampuan menolong diri sendiri
Kurang, kegiatan sehari-hari seperti makan, minum dan mandi
dibantu keluarga
Pasien
mengalami
gangguan
atensi
karena
tidak
Pengendalian Impuls
Impulsivitas (+) terganggu.
H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Belum bisa dinilai
2. Penilaian realita : Belum bisa dinilai
3. Tilikan
: Belum bisa dinilai
I. Taraf Dapat Dipercaya
Belum bisa dinilai, karena penderita sulit di ajak berkomunikasi.
VI.
: 98 x/menit
RR
: 22 x/menit
Temp : 39,00C
4. Kepala
5. Thorax
(-)
: Jantung : SI-SII normal, suara tambahan (-)
6. Abdomen
Paru
: vesikuler normal (+)
: Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
2. Fungsi sensorik
3. Fungsi motorik
5
5
: Tidak terganggu
: Kekuatan otot
5
5
tonus otot
N
N
4.
n
n
Ekstrapiramidal sindrom :
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-), bradikinesia (-), dan
rigiditas (-).
5. Refleks fisiologis : Normal
6. Refleks patologis : Tidak ditemukan reflex patologis.
VII.
timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan dengan adanya
gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distres dan disabilitas dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan penderita
mengalami suatu gangguan kejiwaan.
Pada wawancara psikiatri diperoleh keterangan bahwa penderita tidak
pernah minum-minuman beralkohol ataupun mengkonsumsi obat-obatan
terlarang sehingga kemungkinan gangguan mental dan perilaku akibat zat
psikoaktif (F10 F19) dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan status internus status dan neurologi ditemukan
kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara
fisiologi dapat menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan
kejiwaan yang diderita selama ini.
Aksis I
perhatian klinis
F00-09
delirium akibat dari tingginya suhu badan pasien yaitu 38oC, tapi tidak ada
gejala demensia. Kesadaran biologis pasien juga disebutkan mengalami
penurunan.
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
F60.0
A00-B99
Aksis IV
dari pasien ini dimana terdapat juga halusinasi auditorik serta waham curiga,
serta disability beratnya dilihat dari pasien tidak mampu mengkoordinir
dirinya lagi baik makan, minum maupun saat membersihkan diri
memerlykan bantuan orang lain.
IX.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F00-09 Gangguan mental organik dd F05.0 Delirium ec Thifoid
Aksis II : F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Aksis III : A00-B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu
Aksis IV: Tidak ada diagnosa
Aksis V : GAF Scale 50-41
X.
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan, ada faktor
kerusakan dan disfungsi otak yang menyebabkan gangguan jiwa.
B. Psikologik
Penderita mengalami halusinasi auditorik dengan waham curiga.
XI.
PROGNOSIS
a. Prognosis Gangguan Organik
- Ad Vitam
: dubia ad Bonam
10
: ad Bonam
Fungsi organ yang terkena pada pasien ini menunjukan prognosis ke arah
baik.
-Ad Sanationam
: dubia ad Bonam
11
RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka
1. Istirahat dan perawatan
Pasien dianjurkan rawat inap dan diisolasi tujuan mencegah komplikasi
dan mempercepat penyembuhan.
Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah
dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene perorangan tetap perlu
diperhatikan dan dijaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan
keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses
penyembuhan akan semakin lama. Pemberian bubur atau makanan rendah
serat bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan saluran
cerna dan perforasi usus.
3. Infus Nacl fisiologis 0,9 %
Hal ini bertujuan untuk mengurangi gejala dehidrasi pada pasien, dimana
pasien mengalami pengeluaran keringat yang berlebihan, diare 6x sehari
dan pada pemeriksaan fisik diketahui kulit tampak keriput. Infus
diharapkan juga dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien.
4. Terapi kombinasi
12
B. Psikoterapi
1. Terhadap penderita
a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya
lebih
lanjut,
cara
pengobatan
dan
13
BAB II
DISKUSI
Pada pasien ditemukan gangguan persepsi halusinasi auditorik dan
gangguan isi pikir berupa waham curiga. Selama wawancara psikiatri, terdapat
kontak dari penderita, sikap penderita tidak kooperatif, gaduh gelisah, bicara
kacau, mengoceh sendiri, sukar tidur, bicara inkoheren, jawaban tidak sesuai
dengan pertanyaan, pasien tampak ketakutan dan merasa dirinya terancam.
Pada penderita dipilih terapi Terapi kombinasi diberikan terapi kombinasi 2
antimikroba dan steroid karena memiliki manifestasi neuropsikiatrik atau disebut
pula tifoid toksik, yaitu kloramfenikol 4 x 400 mg ditambah ampisilin 4 x 1 gram
dan deksametason 3 x 5 mg. Untuk Anti Psikosis pasien di beri Clozapine,
clozapine diberikan atas indikasi psikosis yang berhubungan dengan sindrom otak
organik misalnya delirium dan memiliki efek sedasi yang kuat karena pasien
mengalami kesulitan tidur. Pasien juga di berikan Haloperidol yang merupakan
14
antipsikosis yang kuat, indikasi psikosis paranoid dalam keadaan gaduh gelisah
(kedaruratan psikiatri).
Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Berupa
edukasi terhadap pasien dan keluarga terhadap gangguan yang diderita oleh pasien
seperti gejala-gejalanya, perjalanan penyakitnya hingga pengobatan dan
monitornya. Keluarga pasien juga diberitahu bahwa mengembangkan kontak
sosial terhadap pasien juga penting untuk dilakukan.
Dalam ajaran Islam, selain diupayakan adanya psikoterapi duniawi, juga
terdapat psikoterapi ukhrawi. Psikoterapi ukhrawi merupakan petunjuk (hidayah)
dan anugerah (wahdah) dari Allah SWT yang berisikan kerangka ideologis dan
teologis dari segala psikoterapi. Sedang psikoterapi duniawi merupakan hasil
ijtihad (daya upaya) manusia, berupa teknik-teknik pengobatan kejiwaan yang
didasarkan atas kaidah-kaidah insaniyah. Kedua model psikoterapi ini sama
pentingnya, ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain saling terkait.
Kemahakuasaan Tuhan sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah SWT.
Seperti telah disebutkan diatas orang yang terganggu jiwanya seperti ini,
seluruh tindakanya dilakukan diluar kesadaran atau kendali akal, sedang gangguan
sosial atau dampak yang mungkin ditimbulkan tidaklah berdampak luas dan lebih
mudah diatasi. Karena itu seluruh tindakan atau kiprah perilakunya tidak berakibat
hukum.
Menurut Al-Quran penyakit jiwa yang hakiki (mungkin dapat dinamakan
Psikiatri Ukhrawi) dan sangat berbahaya adalah pengingkaran atau penolakan
terhadap kebenaran mutlak dan hakiki yang nyata (haqqul-mubin) atau perilaku
yang tidak berada diatas kebenaran, pada petunjuk (jalan) Allah yang lurus.
Mereka inilah yang dinamakan kelompok Fiqulubihim Maradhun (di dalam
jiwa mereka ada penyakit), yang secara sadar mengingkari dan melagar norma
dan tata nilai kebenaran ajaran agama Allah, serta berdampak luas dalam
kehidupan social kemasyarakatan (Patologi sosial). (Q.S. Al.Baqarah ayat 8-20,
At-Taubah ayat 125, dan Ar-Rum ayat 30).
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam karena ada riwayat gangguan
psikiatri dalam keluarga. Bila penderita taat menjalani terapi, adanya motivasi
15
penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari keluarga maka akan
membantu perbaikan penderita.