Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH SPINDLE SPEED DAN FEED RATE PADA PROSES CLIMB MILL

MIRING MENGGUNAKAN PAHAT BALL NOSE END MILL TERHADAP


KEKASARAN PERMUKAAN Al 6061
Atma Mardika, Achmad Asad Sonief, Rudianto Raharjo
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono No. 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: mardika27@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pahat ball nose end mill dari bahan karbida dengan pemakanan climb
miring pada benda kerja Al 6061. Proses pemakanan ditentukan dengan variasi spindle speed : 700, 800 dan 900
rpm; feed rate : 100, 200 ,300 mm/min; dan kemiringan pahat : 1, 3 dan 5. Masing masing spesimen diuji
kekasaran permukaannya (Ra). Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai kekasaran
permukaan untuk memilih parameter yang sesuai yaitu spindle speed, feed rate, dan kemiringan pahat. Feed rate
memiliki pengaruh positif (berbanding lurus) terhadap kekasaran permukaan Al 6061, sedangkan spindle speed
dan kemiringan pahat memiliki pengaruh negatif (berbanding terbalik) terhadap kekasaran permukaan Al 6061.
Kata Kunci: kekasaran permukaan, spindle speed, feed rate, kemiringan pahat, Aluminium 6061

Tujuan dari penelitian ini adalah


mengetahui seberapa besar kekasaran
permukaan pada proses pemakanan climb
miring menggunakan pahat ball nose end
mill untuk masing masing parameter dan
mencari kombinasi kecepatan spindle,
kecepatan
pemakanan
dan
sudut
kemiringan pahat ball nose end mill yang
dapat memperkecil kekasaran permukaan
suatu benda kerja atau produk.

PENDAHULUAN
Kebutuhan terhadap kualitas metal
cutting
yang
berhubungan
dengan
kekasaran permukaan (surface roughness)
yang terus meningkat dan toleransi produk
yang lebih presisi, telah mendorong teknik
pemotongan logam (metal cutting) untuk
secara terus menerus mengembangkan
metode serta teknologi proses pemotongan
logam. Pada proses milling terdapat
parameter pemotongan dan geometri pahat
yang dapat mempengaruhi hasil kekerasan
permukaan pada hasil akhir produk. Dan
proses pemesinan ini akan menentukan
kekasaran permukaan pada level tertentu.
Jika kekasran permukaan yang tinggi akan
mengakibatkan
kinerja
komponen
pasangan produk yang dihasilkan akan
terganggu.[3]
Maka dari itu diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
parameter pemotongan menggunakan
pahat end mill pada pemakanan milling
terhadap kekasaran permukaan. Parameter
pemotongan optimum yang digunakan
pada penelitian ini yaitu pengaruh
kecepatan spindle speed dan feed rate pada
proses
pemakanan
climb
miring
menggunakan pahat end mill terhadap
kekasaran permukaan suatu produk.

TINJAUAN PUSTAKA
Proses Milling
Mesin frais adalah mesin perkakas
untuk mengejakan atau menyelesaikan
permukaan suatu benda kerja dengan
mempergunakan pisau sebagai alatnya.
Pada mesin frais, pisau terpasang pada
arbor dan diputar oleh spindle. Benda kerja
terpasang pada meja dengan bantuan catok
(vice) atau alat bantu lainnya. Meja
bergerak vertikal (naik-turun), horizontal
(maju-mundur dan kekiri - kekanan).
Dengan gerakan ini maka dapat
menghasilkan benda - benda seperti
pembuatan bidang rata, alur, roda gigi,
Segi banyak beraturan dan Bidang
bertingkat. [8]

Dengan :
Sz
= pemakanan tiap gigi (mm/gigi)
Z
= jumlah gigi potong pahat
N
= putaran spindle mesin (rpm)
Sm
= kecepatan pemakanan (mm/mnt)

Mekanisme Milling
Proses milling dapat dibedakan
berdasarkan arah rotasi pahat, yaitu up
milling dan down milling [1]. Masingmasing dari proses tersebut memiliki
perbedaan dan ciri khas. Up milling atau
sering juga disebut conventional milling
dengan alat potong berputar berlawanan
arah dengan gerakan feed. benda kerja
bergerak menuju ke arah sisi dimana mata
alat potong bergerak arah naik. gaya
pemotongan
menghasilkan
gerakan
berlawanan dari benda kerja kedalam
cutter. Hal ini menyebabkan benda seolah
olah ditahan oleh putaran alat potong.gaya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan
gerakan
bendacenderung
bertambah.
dengan gerakan seperti ini, maka geram
(chips) yangdihasilkan akan bervariasi dari
tipis pada saat alat potong mulai
memotong menjadi tebal ketika mata
potong meninggalkan benda.[6]
Down milling sering disebut juga
climb milling (karena seperti gerakan
mendaki). Dalam climb milling, cutter
berputar dalam arah gerakan feed dari
benda (arah gerak gigi pahat searah dengan
pemakanan saat pemotongan.). benda kerja
bergerak maju kearah cutter pada sisi
dimana mata cutter bergerak arah turun.
jika mata cutter mulai memotong, akan
mulai ditimbulkan gaya pemotongan yang
akan membantu benda kerja tertarik kearah
cutter dan cenderung menarik benda
dibawah cutter. geram yang dihasilkan
memiliki
bentuk
kebalikan
dari
conventional milling yaitu dari tebal ke
tipis.[6]

EndMill
Pisau jari (end mill) merupakan
salah satu jenis cutter mesin CNC
milling yang banyak digunakan. Ukuran
cutter jenis ini sangat bervariasi, mulai
ukuran kecil (tapered shank) sampai
ukuran besar (straight shank).[5] Biasanya
cutter ini terbuat dari baja kecepatan tinggi
(HSS) atau karbida, dan memiliki satu atau
lebih alur (flute). Cutter ini dipakai untuk
membuat alur pada bidang datar atau pasak
dan umumnya dipasang pada posisi tegak
(vertikal), namun pada kondisi tertentu
dapat juga dipasang pada posisi horizontal
maupun miring dengan pemakanan
meruncing atau melengkung. Dalam hal
ini,
pengaturan
sudut
kemiringan
pemesinan dapat meningkatkan kinerja alat
dan permukaan kekasaran [2].
Penempatan alat potong dibedakan
sesuai dengan sudut kemiringan antara alat
(), putaran spindle dan arah pemakanan
(feed). Pada penelitian ini digunakan
pemakana
climb
yang
pahatnya
dimiringkan seperti pada gambar 1.[10]

Parameter Pemotongan
Kecepatan pemakanan dihitung
berdasarkan ketebalan geram yang dapat
dipotong oleh setiap gigi pahat, biasanya
disebut pemakanan per gigi.Untuk
menghitung kecepatan pemakanan dapat
digunakan satuan m/put atau mm/menit.
Persamaan untuk mencari kecepatan
pemakanan (feed rate) adalah : [5]

Gambar 1 Strategi Proses Pemakanan


Climb ball nose end mill miring
Benda kerja
Al 6061 memiliki ketahanan korosi
yang tinggi, karena terbentuk lapisan Ni
terkelupas maka akan segera terbentuk
lapisan baru.
Al 6061 mempunyai titik cair (melting
point) 660 C. kekuatan tarik 12,6 kgf/mm,
berat jenis (density) 2,70 g/cm3 , ekspansi

Sm = Sz. Z. n (1)
2

thermal (linier coefficient of thermal)


13,1.10-6 in/F dan thermal conductifity
pada 25C, 23 w/cm/C. [9]
Tabel 1. Komposisi Paduan Al 6061
Si
M .4
i
n
m .8
a
x

Fe

Cu

M
g
.8

Cr

Zn

Ti

dll

.15

M
n
-

.04

.7

.4

.15

1.2

1.2

.25

.05

.05

Al

VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebas
yang digunakan adalah :
Spindle speed : 700, 800 dan 900 rpm
Feed rate
: 100, 200 dan 300 m/min

Sudut
kemiringan
pahat : 1, 3 dan 5
b

bal

Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kekasaran permukaan

Sumber :Alcoa Engineered Products

Variabel terkontrol
Variabel
terkontrol
penelitian ini adalah :
axial depth of cut: 0.5 mm
Diameter pahat : 10 mm
Jumlah mata pahat (fluete) : 2

Kekasaran Permukaan
Salah satu karakteristik geometris
yang ideal dari suatu komponen adalah
permukaan yang halus. [7] Angka keksaran
(ISO roughness number) dan panjang
sampel standart dapat dilihat pada tabel 2.

Prosedur penelitian
Benda kerja dengan ukuran
10x5cm dan tebal 1.5 cm. dilakukan
pemotongan dengan parameter yang telah
ditentukan dan dilakukan pengukuran
kekasaran
permukaan
menggunakan
Surface Roughnes Tester SJ -301. Data
yang telah didapatkan kemudian di plot
kedalam grafik untuk dianalisis pengaruh
antara spindle speed, feed rate dan
kemiringan pahat, sehingga didapatkan
parameter pemotongan yang diinginkan
serta untuk mengetahui parameter yang
paling baik untuk meminimalisir kekasaran
permukaan Al 6061.

Tabel 2. Angka Kekasaran [4]


Harga
kekasaran, Ra
(m)

Angka kelas
kekasaran

Panjang
sampel (mm)

50
25
12.5
6.3
3.2
1.6
0.8
0.4
0.2
0.1
0.05
0.025

N 12
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5
N4
N3
N2
N1

dalam

2.5
0.8

0.25
0.08

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melakukan penelitian dan
mendapatkan hasil pengukuran kekasaran
permukaan Al 6061 pada proses
pemakanan
climb
miring terhadap
parameter pemotongan spindle speed dan
feed rate yang ditunjukkan dalam tabel 3.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan
metode
penelitian
eksperimental,
yaitu
melakukan
pengamatan untuk mencari data sebab
akibat dalam suatu proses melalui
eksperimen sehingga dapat mengetahui
pengaruh putaran spindle dan kecepatan
pemakan terhadap kekasaran permukaan
Al 6061 dan parameter pemotongan pada
proses miring dengan cara climb mill
miring menggunakan pahat ball nose end
mill.
3

Tabel 3. Hasil uji kekasaran permukaan Al


6061 menggunakan pahat ball nose end
mill dengan proses pemakanan climb
miring
Spindle
Speed
(rpm)

FeedRate
(mm/mnt)

700

800

900

Pada gambar 2 dapat diketahui


bahwa seiring bertambahnya feed rate
mempengaruhi kekasaran permukaan pada
benda kerja. Pada grafik terlihat semakin
meningkatnya nilai feed rate menyebabkan
nilai kekasaran permukaan juga semakin
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi kecepatan pemakanan maka
tebal geram yang dihasilkan semakin tebal,
hal ini terbukti mempengaruhi kekasaran
pada permukaan Al 6061 dengan semakin
tinggi nilai feed rate semakin tinggi pula
nilai kekasaran permukaan benda kerja
yang dihasilkan.
Pada
grafik
menunjukkan
perubahan spindle speed dengan variasi
700, 800, 900 rpm. Pada proses
pemakanan dengan spindle speed 700 rpm
memiliki kekasaran yang paling tinggi
berkisar 0,71 2,02 m apabila
dibandingkan dengan spindle speed 800
rpm dengan nilai kekasaran antara 0,69
1,77 m dan pada kecepatan 900 rpm
dengan kisaran nilai kekasaran permukaan
antara 0,66 1,66 m, yang menunjukkan
semaking tinggi spindl espeed akan
menurunkan nilai kekasaran permukaan.
Hal ini dikarenakan dengan semakin cepat
spindle speed maka semakin banyaknya
pemakanan yang terjadi pada tiap giginya,
dengan tingginya spindle speed hal ini
mengakibatkan permukaan benda kerja
yang semakin baik

Kekasaran Permukaan
(m)
1

100

0,75

0,70

0,72

200

1,12

1,07

1,08

300

2,11

2,02

2,02

100

0,71

0,72

0,72

200

1,12

1,06

1,03

300

2,05

2,03

1,77

100

0,67

0,67

0,66

200

1,07

1,03

1,03

300

2,04

1,97

1,66

Data di plot dan dianalisa pada


grafik sebagai berikut

Kekasaran Permukaan (m)

2.1000
1.9000
1.7000
1.5000

y = 3E-05x2 - 0.0049x + 0.91


R = 1
y = 2E-05x2 - 0.0026x + 0.75
R = 1

1.3000
1.1000

0.9000
y = 2E-05x2 - 0.0014x + 0.64
R = 1

0.7000
0.5000

80

180

280

Feed Rate (mm/min)


Spindle speed 700 rpm
Spindle speed 800 rpm
Spindle speed 900 rpm

(poly.)
(poly.)
(poly.)

Gambar 2 Grafik Analisis grafik hubungan


antra spindle speed dan feed rate terhadap
kekasaran permukaan Al 6061 pada
kemiringan pahat 5 dengan proses
pemakanan climb

2.0500
Kekasaran Permukaan (m)

Gambar 3 Merupakan hubungan


antara urutan proses parameter pemakanan
yang ditunjukkan dengan sumbu x dengan
variasi kemiringan pahat 1, 3, 5 pada
proses climb mill terhadap kekasaran
permukaan Al 6061 hasil proses
pemakanan. Pada perlakuan feed rate dan
spindle speed yang sama memiliki nilai
kekasaran permukaan yang berbeda. Pada
proses kemiringan pahat 5 memiliki nilai
kekasaran permukaan yang paling rendah,
kemudian 3 dan yang paling memiliki
kekasaran permukaan paling tinggi adalah
1. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk pahat
yaitu ball nose end mill, dimana ujung
pahat memiliki radius sehingga ujung dari
pahat memiliki pertemuan antara 2 mata
pahat sehingga ketika digunakan ujung
mata pahat tersebut menjadikan kekasaran
permukaan semakin tinggi. Namun dengan
semakin ditambahnya kemiringan pahat
dalam proses pemakanannya, maka ujung
dari mata pahat tersebut telah bergeser
sekian derajat sesuai dengan kemiringan
dari pahat yang telah diatur di awal,
sehingga hal itu menyebabkan kekasaran
permukaan yang lebih rendah ketika pahat
dari pemakanan tersebut dimiringkan.
Dalam penelitian ini,nilai kekasaran
permukaan yang paling rendah terdapat
pada parameter kemiringan pahat 5
dengan nilai feed rate 100 mm/mnt dan
spindl espeed 900 rpm. Hal ini sesuai
dengan grafik sebelumnya dimana semakin
tinggi nilai feed rate maka nilai kekasaran
permukaannya semakin tinggi pula serta
semakin tinggi spindle speed dan
kemiringan pahat maka nilai kekasaran
permukaannya semakin menurun.

y = 0.0167x2 + 0.0385x + 0.576


R = 0.9029

1.8500

y = 0.0187x2 + 0.0154x + 0.5976


R = 0.91

1.6500
1.4500
1.2500
1.0500
0.8500

y = 0.0188x2 - 0.01x + 0.6357


R = 0.9625

0.6500
0

10

Urutan Proses
kemiringan pahat 1
kemiringan pahat 3
kemiringan pahat 5
Poly. (kemiringan pahat 1)
Poly. (kemiringan pahat 3)
Poly. (kemiringan pahat 5)

Gambar 3 Grafik Hubungan antara urutan


proses dengan kemiringan pahat 1, 3, 5
terhadap kekasaran permukaan Al 6061
Keterangan grafik :
Proses 1 : feed rate100 mm/min, spindle
speed 900 rpm
Proses 2 : feed rate100 mm/min, spindle
speed 800 rpm
Proses 3 :feed rate100 mm/min, spindle
speed 700 rpm
Proses 4 :feed rate200 mm/min, spindle
speed 900 rpm
Proses 5 :feed rate200 mm/min, spindle
speed 800 rpm
Proses 6 :feed rate200 mm/min, spindle
speed 700 rpm
Proses 7 :feed rate300 mm/min, spindle
speed 900 rpm
Proses 8 :feed rate300 mm/min, spindl
espeed 800 rpm
Proses 9 :feed rate300 mm/min, spindle
speed 700 rpm

KESIMPULAN
Berdsarkan hasil pengujian dan
pengolahan data penelitian dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Feed rate, spindle speed dan
kemiringan pahat berpengaruh terhadap
kekasaran permukaan hasil benda kerja.
2. Kecepatan pemakanan (feed rate)
mempunyai pengaruh yang positif

(berbanding lurus) terhadap kekasaran


permukaan Al 6061,
3. Kecepatan
putar
spindle
speed
berpengaruh
negatif
(berbanding
terbalik) terhadap kekasaran permukaan
Al 6061.
4. Kemiringan pahat berpengaruh negatif
(berbanding
terbalik)
terhadap
kekasaran permukaan Al 6061.
5. Nilai kekasaran permukaan yang paling
rendah didapatkan pada parameter
spindl espeed 900 rpm, feed rate 100
mm/mnt dan kemiringan pahat 5
dengan nilai kekasarannya 0,67m

[9]Schwartz, M.M. 1997. Composite


Material : Properties, nondestructive
testingand repair.Prentice Hall Ptr.
[10]Sonief, Achmad Asad, Anggi. 2014.
Pengaruhn Parameter Pemotongan
Pada Pemakanan Conventional Mill
Miring Menggunakan Pahat EndMill
terhadap Kekasaran Permukann Bahan
Aluminium. Jurnal Teknik UB.

DAFTAR PUSTAKA
[1]Emco Maier& Co. 1988. Petunjuk
Pemrogaman Pelayanan EMCO
TU 3A. A-5400. Hallein, Austria
[2]Handoko, Prayoga, B.T. 2008. Studi
Parameter Pemesinan Optimum pada
Operasi CNC EndMilling Surface Finis
Bahan Aluminium. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
[3]Kalpakjian,Serope, Steven R. Schimd.
2000. Manufacturing Engineering and
Technology, fourth edition, Addison
Wesley. India.
[4]Munadi, Sudji. 1988. Dasar-dasar
metrology.
Jakarta
:
Proyek
pengembangan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan. Jakarta.
[5]Rao, P.N. 2009. Manufacturing
Technology Metal Cutting and Machine
Tool.Second Edition. New Delhi : Tata
McGraw-Hill.
[6]Rochim, Taufiq. 1985. Teori dan
Teknologi Proses pemesinan. Jakarta
: Higher Education Development
Support Project
[7]Rochim Taufiq. 2001. Spesifikasi,
Metrologi
&
Kontrol
Kualitas
Geometrik. Bandung:ITB Bandung
[8]Smid, Peter. 2003. CNC Programming
Hand Book Second Edition. New York :
Industrial Press Inc.

Anda mungkin juga menyukai