PENDAHULUAN
Kebutuhan terhadap kualitas metal
cutting
yang
berhubungan
dengan
kekasaran permukaan (surface roughness)
yang terus meningkat dan toleransi produk
yang lebih presisi, telah mendorong teknik
pemotongan logam (metal cutting) untuk
secara terus menerus mengembangkan
metode serta teknologi proses pemotongan
logam. Pada proses milling terdapat
parameter pemotongan dan geometri pahat
yang dapat mempengaruhi hasil kekerasan
permukaan pada hasil akhir produk. Dan
proses pemesinan ini akan menentukan
kekasaran permukaan pada level tertentu.
Jika kekasran permukaan yang tinggi akan
mengakibatkan
kinerja
komponen
pasangan produk yang dihasilkan akan
terganggu.[3]
Maka dari itu diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
parameter pemotongan menggunakan
pahat end mill pada pemakanan milling
terhadap kekasaran permukaan. Parameter
pemotongan optimum yang digunakan
pada penelitian ini yaitu pengaruh
kecepatan spindle speed dan feed rate pada
proses
pemakanan
climb
miring
menggunakan pahat end mill terhadap
kekasaran permukaan suatu produk.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Milling
Mesin frais adalah mesin perkakas
untuk mengejakan atau menyelesaikan
permukaan suatu benda kerja dengan
mempergunakan pisau sebagai alatnya.
Pada mesin frais, pisau terpasang pada
arbor dan diputar oleh spindle. Benda kerja
terpasang pada meja dengan bantuan catok
(vice) atau alat bantu lainnya. Meja
bergerak vertikal (naik-turun), horizontal
(maju-mundur dan kekiri - kekanan).
Dengan gerakan ini maka dapat
menghasilkan benda - benda seperti
pembuatan bidang rata, alur, roda gigi,
Segi banyak beraturan dan Bidang
bertingkat. [8]
Dengan :
Sz
= pemakanan tiap gigi (mm/gigi)
Z
= jumlah gigi potong pahat
N
= putaran spindle mesin (rpm)
Sm
= kecepatan pemakanan (mm/mnt)
Mekanisme Milling
Proses milling dapat dibedakan
berdasarkan arah rotasi pahat, yaitu up
milling dan down milling [1]. Masingmasing dari proses tersebut memiliki
perbedaan dan ciri khas. Up milling atau
sering juga disebut conventional milling
dengan alat potong berputar berlawanan
arah dengan gerakan feed. benda kerja
bergerak menuju ke arah sisi dimana mata
alat potong bergerak arah naik. gaya
pemotongan
menghasilkan
gerakan
berlawanan dari benda kerja kedalam
cutter. Hal ini menyebabkan benda seolah
olah ditahan oleh putaran alat potong.gaya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan
gerakan
bendacenderung
bertambah.
dengan gerakan seperti ini, maka geram
(chips) yangdihasilkan akan bervariasi dari
tipis pada saat alat potong mulai
memotong menjadi tebal ketika mata
potong meninggalkan benda.[6]
Down milling sering disebut juga
climb milling (karena seperti gerakan
mendaki). Dalam climb milling, cutter
berputar dalam arah gerakan feed dari
benda (arah gerak gigi pahat searah dengan
pemakanan saat pemotongan.). benda kerja
bergerak maju kearah cutter pada sisi
dimana mata cutter bergerak arah turun.
jika mata cutter mulai memotong, akan
mulai ditimbulkan gaya pemotongan yang
akan membantu benda kerja tertarik kearah
cutter dan cenderung menarik benda
dibawah cutter. geram yang dihasilkan
memiliki
bentuk
kebalikan
dari
conventional milling yaitu dari tebal ke
tipis.[6]
EndMill
Pisau jari (end mill) merupakan
salah satu jenis cutter mesin CNC
milling yang banyak digunakan. Ukuran
cutter jenis ini sangat bervariasi, mulai
ukuran kecil (tapered shank) sampai
ukuran besar (straight shank).[5] Biasanya
cutter ini terbuat dari baja kecepatan tinggi
(HSS) atau karbida, dan memiliki satu atau
lebih alur (flute). Cutter ini dipakai untuk
membuat alur pada bidang datar atau pasak
dan umumnya dipasang pada posisi tegak
(vertikal), namun pada kondisi tertentu
dapat juga dipasang pada posisi horizontal
maupun miring dengan pemakanan
meruncing atau melengkung. Dalam hal
ini,
pengaturan
sudut
kemiringan
pemesinan dapat meningkatkan kinerja alat
dan permukaan kekasaran [2].
Penempatan alat potong dibedakan
sesuai dengan sudut kemiringan antara alat
(), putaran spindle dan arah pemakanan
(feed). Pada penelitian ini digunakan
pemakana
climb
yang
pahatnya
dimiringkan seperti pada gambar 1.[10]
Parameter Pemotongan
Kecepatan pemakanan dihitung
berdasarkan ketebalan geram yang dapat
dipotong oleh setiap gigi pahat, biasanya
disebut pemakanan per gigi.Untuk
menghitung kecepatan pemakanan dapat
digunakan satuan m/put atau mm/menit.
Persamaan untuk mencari kecepatan
pemakanan (feed rate) adalah : [5]
Sm = Sz. Z. n (1)
2
Fe
Cu
M
g
.8
Cr
Zn
Ti
dll
.15
M
n
-
.04
.7
.4
.15
1.2
1.2
.25
.05
.05
Al
VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebas
yang digunakan adalah :
Spindle speed : 700, 800 dan 900 rpm
Feed rate
: 100, 200 dan 300 m/min
Sudut
kemiringan
pahat : 1, 3 dan 5
b
bal
Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kekasaran permukaan
Variabel terkontrol
Variabel
terkontrol
penelitian ini adalah :
axial depth of cut: 0.5 mm
Diameter pahat : 10 mm
Jumlah mata pahat (fluete) : 2
Kekasaran Permukaan
Salah satu karakteristik geometris
yang ideal dari suatu komponen adalah
permukaan yang halus. [7] Angka keksaran
(ISO roughness number) dan panjang
sampel standart dapat dilihat pada tabel 2.
Prosedur penelitian
Benda kerja dengan ukuran
10x5cm dan tebal 1.5 cm. dilakukan
pemotongan dengan parameter yang telah
ditentukan dan dilakukan pengukuran
kekasaran
permukaan
menggunakan
Surface Roughnes Tester SJ -301. Data
yang telah didapatkan kemudian di plot
kedalam grafik untuk dianalisis pengaruh
antara spindle speed, feed rate dan
kemiringan pahat, sehingga didapatkan
parameter pemotongan yang diinginkan
serta untuk mengetahui parameter yang
paling baik untuk meminimalisir kekasaran
permukaan Al 6061.
Angka kelas
kekasaran
Panjang
sampel (mm)
50
25
12.5
6.3
3.2
1.6
0.8
0.4
0.2
0.1
0.05
0.025
N 12
N 11
N 10
N9
N8
N7
N6
N5
N4
N3
N2
N1
dalam
2.5
0.8
0.25
0.08
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan
metode
penelitian
eksperimental,
yaitu
melakukan
pengamatan untuk mencari data sebab
akibat dalam suatu proses melalui
eksperimen sehingga dapat mengetahui
pengaruh putaran spindle dan kecepatan
pemakan terhadap kekasaran permukaan
Al 6061 dan parameter pemotongan pada
proses miring dengan cara climb mill
miring menggunakan pahat ball nose end
mill.
3
FeedRate
(mm/mnt)
700
800
900
Kekasaran Permukaan
(m)
1
100
0,75
0,70
0,72
200
1,12
1,07
1,08
300
2,11
2,02
2,02
100
0,71
0,72
0,72
200
1,12
1,06
1,03
300
2,05
2,03
1,77
100
0,67
0,67
0,66
200
1,07
1,03
1,03
300
2,04
1,97
1,66
2.1000
1.9000
1.7000
1.5000
1.3000
1.1000
0.9000
y = 2E-05x2 - 0.0014x + 0.64
R = 1
0.7000
0.5000
80
180
280
(poly.)
(poly.)
(poly.)
2.0500
Kekasaran Permukaan (m)
1.8500
1.6500
1.4500
1.2500
1.0500
0.8500
0.6500
0
10
Urutan Proses
kemiringan pahat 1
kemiringan pahat 3
kemiringan pahat 5
Poly. (kemiringan pahat 1)
Poly. (kemiringan pahat 3)
Poly. (kemiringan pahat 5)
KESIMPULAN
Berdsarkan hasil pengujian dan
pengolahan data penelitian dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Feed rate, spindle speed dan
kemiringan pahat berpengaruh terhadap
kekasaran permukaan hasil benda kerja.
2. Kecepatan pemakanan (feed rate)
mempunyai pengaruh yang positif
DAFTAR PUSTAKA
[1]Emco Maier& Co. 1988. Petunjuk
Pemrogaman Pelayanan EMCO
TU 3A. A-5400. Hallein, Austria
[2]Handoko, Prayoga, B.T. 2008. Studi
Parameter Pemesinan Optimum pada
Operasi CNC EndMilling Surface Finis
Bahan Aluminium. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
[3]Kalpakjian,Serope, Steven R. Schimd.
2000. Manufacturing Engineering and
Technology, fourth edition, Addison
Wesley. India.
[4]Munadi, Sudji. 1988. Dasar-dasar
metrology.
Jakarta
:
Proyek
pengembangan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan. Jakarta.
[5]Rao, P.N. 2009. Manufacturing
Technology Metal Cutting and Machine
Tool.Second Edition. New Delhi : Tata
McGraw-Hill.
[6]Rochim, Taufiq. 1985. Teori dan
Teknologi Proses pemesinan. Jakarta
: Higher Education Development
Support Project
[7]Rochim Taufiq. 2001. Spesifikasi,
Metrologi
&
Kontrol
Kualitas
Geometrik. Bandung:ITB Bandung
[8]Smid, Peter. 2003. CNC Programming
Hand Book Second Edition. New York :
Industrial Press Inc.