Anda di halaman 1dari 16

PENCEMARAN LIMBAH TAHU

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pengetahuan Lingkungan
Dosen Pengampu : Lianah, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 10

Ikmal Maulasany

1403086003

Umi Salaman

1403086026

Nadhifatul Khusna

1403086006

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
I.

II.

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara penghasil berbagai jenis tumbuhan
yang bisa secara langsung di konsumsi dengan sedikit olahan atau
melalui proses panjang, seperti kedelalai yang bisa diolah menjadi
produk tahu, tempe dan yang lain sebagainya. Proses pengolahan
kedelai menjadi tahu menghasilkan sisa limbah berupa limbah padat
dan limbah cair yang masing-masing mempunyai dampak negatif bagi
lingkungan sekitar.
Banyak wilayah di Indonesia yang terkenal dengan produksi tahunya, termasuk di daerah Semarang, terdapat banyak komplek-komplek
yang memproduksi tahu. Sebagai dampak dari profesi warga dalam
membuat tahu yaitu seperti pencemaran air, pencemaran udara dan
dampak-dampak negatif lainnya.
Untuk mengolah hasil limbah pembuatan tahu tersebut, perlu
penanganan untuk mengurangi resiko wabah penyakit bagi masyarakat
disekitar lingkungan produksi. Ada beberapa cara pengolahan limbah
dengan mengolah menjadi barang atau produk yang bisa dimanfaatkan
kembali melalui bantuan mikro organisme atau tanpa bantuan mikro
organisme seperti ampas tahu yang bisa dijadikan sebagai pakan
ternak dan yang lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih lanjut
supaya bisa menjadi lebih mengerti tentang dampak dan pemanfaatan
limbah tahu, berikut kami rangkum dalam bab pembahasan.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Cara Produksi tahu dan Hasil limbahnya ?
B. Bagaimana Karakteristik Limbah?
C. Apa Dampak dari limbah tahu ?
D. Bagaimana Cara Pengolahan limbah tahu ?

III.

PEMBAHASAN

A. Produksi Tahu dan Limbahnya


Tahu merupakan salah satu makanan khas di Indonesia yang kebanyakan
proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan peralatan dan

teknologi yang sederhana. Proses pembuatannya hampir semuanya sama,


mungkin ada sedikit perbedaan pada urutan kinerja nya atau zat
penggumpalan protein yang digunakan. Sama halnya dengan pengolahan
industri Tandang Semarang. Berikut merupakan runtutan proses
pembuatan tahu :
Proses pertama yaitu pemilihan/ penyortiran bahan baku kedelai .
proses yang kedua adalah perendaman. Tujuan dari perendaman ini
adalah untuk membuat kedelai menjadi lunak
dan kulitnya mudah
dikelupas, kemudian dikelupas dengan cara diremas-remas dalam air. Lalu
di cuci dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran yang
melekat maupun tercampur dalam kedelai. Proses ke tiga setelah
direndam dan di cuci bersih, selanjutnya dilakukan penggilingan, bisa
denga alat tradisional namun untuk menghasilkan gilingan yang halus

gunakan mesin gilingan kedelai. Dalam proses penggilingan diberi air


mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar dalam bentuk bubur kedelai.
Dalam proses diatas menggunakan banyak sekali air sehingga limbah
cair yang dihasilkan akan banyak pula, namun belum mencapai kadar
pencemaran yang tinggi.
Proses selanjutnya ke empat adalah perebusan bertujuan untuk
menginaktifkan zat antinutrisi kedelai yaitu tripsin inhibutor dan sekaligus
meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau penggilingan
dan penggumpalan protein serta menambah keawetan produk. Bubur
kedelai dicampur air selanjutnya dididihkan dalam tungku sampai
mendidih sekitar 5 menit kemudian dilakukan penyaringan. Dalam
keadaan panas bubur kedelai disaring dengan kain blaco/ mori kasar
samil dibilas dengan air hangat, sehingga susu kedelai dapat terekstrak
keluar semua. Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut dengan
ampas tahu. Ampas padat ini mempunyai sifat yang cepat basi dan busuk
bila tidak cepat diolah sehingga perlu ditempatkan secara terpisah atau
agak jauh dari proses pembuatan tahu agar tahu tidak terkontaminasi
dengan barang yang kotor. Filtrat cair hasil penyaringan yang diperoleh
kemudian ditampung dalam bak. Kemudian filtrat yang masih dalam
keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (catu).
Pemberian asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan.
Selanjutnya dilakukan penyaringan kembali. Proses penggumpalan juga
menghasilkan limbah cair yang banyak dan sifat limbahnya sudah
mempunyai kadar pencemaran yang tinggi karena sudah mengandung
asam. Dalam menggumpalkan tahu digunakan bahan-bahan seperti batu
tahu (CaSO4, asam cuka 90 %, biang atau kecutan dan sari jeruk juga
biasanya digunakan kecutan dari dari limbah itu sendiri yang sudah di
diamkan selama satu malam. Disamping memanfaatkan limbah, secara
ekonomi juga dapat menghemat karena tidak perlu membeli.
Tahap selanjutnya yaitu pencetakkan dan pengepresan dilakukan
dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian dan
sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan
ke dalam cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain ke seluruh
gumpalan tahu dan di pres. Semakin berat benda untuk mengepres
semakinkeras tahu yang dihasilkan. Berat alat pres biasanya 3,5 kg dan
lama pengepresan biasanya 1 menit sampai airnya keluar.
Beberapa bahan tambahan dalam pembuatan tahu yaitu batu tahu
(batu gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung), asam
cuka 90%, biang/kecutan, yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan
protein atau sisa cairan dari pemisahan gumpalan tahu yang telah
dibiarkan selama satu malamn kunyit yang digunakan untuk memberikan

warna kuning pada tahu, garam yang digunakan untuk memberikan rasa
sedikit asin ke dalam tahu. 1
Dalam pembuatan tahu menghasilkan sisa berupa limbah. Limbah
merupakan sisa sesuatu usaha atau kegiatan. Limbah dapat berasal dari
hasil sampingan berbagai kegiatan rumah tangga, pertanian, dan industri.
Pada umumnya limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: limbah
organik, limbah anorganik dan limbah berbahaya.
Ampas tahu sendiri termasuk kedalam golongan limbah organik.
Limbah organik merupakan jenis limbah yang berasal dari bahan organik,
baik tumbuhan maupun hewan. Limbah organik tergolong limbah mudah
terurai melalui proses alami. Contoh limbah organik yang paling dikenal
adalah sampah.2
B. Karakteristik Limbah
Untuk limbah industri tahu tempe ada dua hal yang perlu
diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika
meliputi padatan total, suhu, warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi
bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu buangan industri tahu
berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada
umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu
yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan
biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri
tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam
air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan
minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang
jumlahnya paling besar (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987), yang
mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak
(Sugiharto, 1987). Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini
semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah,
karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air
limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan
organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM.
Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui
1 KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR INDUSTRI TAHU Studi Kasus
Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali
http://eprints.undip.ac.id/17407/.

2 Laila Siti, Sudjadi Bagod, Biologi, (Jakarta: Yudhistira, 2007), hal 312.

tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah
tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik
pada air buangannya biasanya rendah (Nurhasan dan Pramudya, 1987).
Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu ini
cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu
protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya
limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen
di peraian tersebut. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah
gas nitrogen (N2 ), oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ),
karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari
dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan. 3
Berdasarkan limbah hasil pengolahan tahu diatas dijelaskan dalam
ayat Al-Quran bahwa manusia dilarang untuk merusak kondisi alam yang
telah diciptakan oleh Allah. karena Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakansperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Qashas ayat 77.





77. Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

C. Dampak dan Resiko Limbah Tahu


Hasil dari produksi tahu selain bahan yang bermanfaat bagi kebutuhan
juga menghasilkan limbah. Terdapat dua macam jenis limbah yang
terbentuk yaitu limbah cair dan limbah padat. Dari hasil produksi tahu
terdapat beberapa resiko yang di akibatkan dalam komponen lingkungan
yaitu tata guna lahan (tanah) yag mungkin terjadi yaitu resiko berasal
dari buangan limbah terutama limbah cair yang mencemari air tanah dan
air permukaan. Akibat pencemaran tersebut maka warga merasa tidak
nyaman dan pindah dari lokasi sekitar pabrik. Sehingga terjadi perubahan
tata guna lahan. Juga dapat terjadi pencemaran udara karena bau dari

3 Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan Aerob
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html.

proses pengolahan limbah tahu yang ibuang di selokan atau sungaisungai.


Prakiraan resiko terhadap air tanah yaitu berasal dari
pengolahan limbah cair, yang mungkin meresap dan masuk kedalam air
tanah. Resiko yang mungkin timbul berupa timbulnya penyaki-penyakit
yang diderita oleh masyarakat yang menggunakan air tanah, seperti
penyakit kulit, penyakit perut dan lain-lain. Resiko yang muncul bersifat
negatif. Karena ada kemungkinannya mencemari air sumur warga. Juga
prakiraan resiko terhadap air permukaan yaitu berasal dari
pengolahan limbah cair, yang dibuang ke sungai. Resiko yang timbul pada
flora, fauna, dan manusia, yang memanfaatkan sungai. Resiko terbesar
yang mungkin terjadi adalah matinya biota air, tumbuhan air, dan hewan
air. Resiko yang muncul bersifat negatif.
Prakiraan resiko terhadap flora darat berasal dari limbah cair yang
berasal dari proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu yang telah diolah
kemudian dibuang kesungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di
sekitar sungai. Resiko yang mungkin
timbul berupa berkurangnya
kemampuan
tumbuh-tumbuhan
dalam
berfotosintesis
sehingga
menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif.. Prakiraan
resiko terhadap flora air berasal dari limbah cair yang berasal dari
proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu yang telah diolah kemudian
dibuang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar
sungai menyebabkan berkurangnya kemampuan fotosintesis tumbuhan.
Prakiraaan resiko terhadap fauna darat berasal dari limbah cair
yang berasal dari proses akhirpemisahan jonjot-jonjot tahu yang telah
diolah kemudian di buang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan di sekitar
sungai. Berkurangnya flora darat mempengaruhi fauna yang ada. Karena
akibat berkurangnya flora darat mengurangi makanan bagi fauna darat.
Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang
berasal dari kolam pengolahan ke sungai. Resiko yang munngkin timbul
berupa berkurangnya fauna di dalam air. Bobotnya kecil karena pabrik
tahu telah mengalami pengolahan yang baik sehingga konsentrasi
pengolahan kecil.
Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal
dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air
permukaan/ sungai, di mana masyarakat sekitar tinggal dan
memanfaatkan sungai maupun air tanah (sumur). Resiko yang timbul
berupa penyakit kulit,perut, dan sebagainya. Prakiraan resiko terhadap
estetika lingkungan berasal dari limbah cair dari kolam pengolahan
yanng masuk ke air permukaan/sungai, limbah padat yang ditumpuk.
Resiko yang munngkin terjadi berupa penurunan estetika lingkungan.

Degan demiian limbah pengolahan tahu yang paling berpengaruh adalah


limbah cair. 4
Proses Anaerob-Aerob IPAL Industri Tahu Tandang Semarang
Industri Tahu Tandang berlokasi di Kelurahan Jomblang, Lamper Tengah Semarang.
Lebih tepatnya lokasi sentra industri tahu ini berada di tengah pemukiman padat penduduk
dan pasar tradisional di wilayah Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari Semarang. Air
limbah tahu dari sentra industri tahu ini merupakan salah satu pencemaran air di Sungai
Bajak yang mengalir melalui Kelurahan Jomblang. Oleh sebab itu, salah satu upaya
melindungi kondisi lingkungan sungai ini adalah dengan melakukan penanganan limbah cair
industri tahu dengan membangun IPAL di sekitar DAS Bajak.
Penanganan yang sampai saat ini masih dilakukan adalah dengan mengalirkan limbah
cair tahu ke IPAL yang berada di sekitar depo sampah sebelah utara pertigaan Jalan Tentara
Pelajar dan Jalan Lamper Tengah Semarang. Lokasi IPAL Tandang ini menempati tanah milik
DPU Kota Semarang seluas 1600 m2. Pola pendekatan teknologi penanggulangan air limbah
adalah sistem pengolahan limbah terpadu, yaitu pengolahan limbah berada dalam satu lokasi,
dengan demikian air buangan industri tahu terkumpul dalam satu tempat sehingga akan lebih
mudah dan efisien dalam mengolah air buangan tersebut. Proses IPAL yang digunakan adalah
dengan sistem kombinasi antara anaerob-aerob. Pembuatan IPAL dilakukan oleh Bapedalda
Kota Semarang bekerjasama dengan Yayasan Bintari-Kita Semarang dan JICA. Status unit
pengolahan limbah ini setelah hampir tiga tahun masih berfungsi baik dan terpelihara.5
Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan
rohaninya. Inilah inti dari kebersihan jasmani merupakan bagian integral
dari kebersihan rohani. Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama
muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin)
dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan
hidup).
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bumi ini tidak boleh semenamena, dan seenaknya saja dalam mengolah alam. Pemanfaatan berbagai
sumber daya alam harus dilakukan secara proporsional dan rasional untuk
kebutuhan masyarakat banyak dan generasi penerusnya serta menjaga
ekosistemnya. Allah sudah memperingatkan dalam surat al'A'raf ayat 56:




4 ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN DARI PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK TAHU DENGAN
KAYU APU (Pistia stratiotes L.) http://personal.its.ac.id/files/pub/2090-ali-masduqiarl_limbah_tahu.pdf.

5 KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR INDUSTRI TAHU Studi Kasus
Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali
http://eprints.undip.ac.id/17407/.

" Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi setelah
Allah memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut
tidak diterima dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (al-A'raf:56)
Menyadari hal tesebut maka dalam pelaksanaan pembangunan
sumber daya alam harus digunakan dengan rasional. Penggalian sumber
kekayaan harus diusahakan dengan sekuat tenaga dan strategi dengan
tidak merusak tata lingkungan dan tata hidup manusia. Perlu diusahakan
penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan bisa menjaga
kelestariannya sehingga bisa dimanfaatkan secara berkesinambungan.(Ali
Yafie, 2006: 231)
Oleh karena itu para peneliti mengadakan penelitian untuk
mengetahui cara mengolah hasil limbah dari produksi tahu supaya tidak
merusak atau mengurangi resiko dari hasil limbah produksi tahu yakni
dengan mengolahnya menjadi produk yang bisa dimanfaatkan menjadi
produk baru yang lain.6
D. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Tahu
Hasil dari produksi tahu menyisakan limbah padat dan limbah cair.
Sudah banyak ditemukan pemanfaatan limbah hasil produksi tahu
seperti sebagai sumber Bio gas, diolah menjadi makanan,maupun yang
lain sebagainya. Setelah berkembangnya teknologi, semakin diketahui
bahwa terdapat mikro organisme yang dapat mengurai air limbah
seperti
bakteri, fungi,
alga, rotifera, Crustacea, virus.sehingga
mengurangi kadar limbah yang dihasilkan. Dari kedua jenis limbah
diatas dapat diolah dengan proses yang berbeda-beda yakni sebagai
berikut:
1. Pengolahan Limbah Padat Industri Tahu
Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh
dari hasil pemisahan bubur kedelai. Ampas tahu masih mengandung
protein yang cukup tinggi, sehingga masih dapat dimanfaatkan
kembali.
Ampas tahu masih mengandung protein 27 gr, karbohidrat 41,3
gr, maka dimungkinkan untuk dimanfaatkan kembali menjadi kecap,
taoco, tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai
makanan (kue kering, cake, lauk pauk, kerupuk,dll). Pada pembuatan
kue dan aneka makanan, pemakaian tepung tahu tersebut dapat
disubstitusikan ke dalam gandum. Pemakaian tepung ampas tahu
sebagai bahan substitusi gandum mempunyai manfaat antara lain
6 Alim, Yusmin, Artikel: Lingkungan dan Aksioma Kerakusan. 19 September,
2007. http://agamadanekologi.blogspot.com. Diakses pada 1 Mei 2008.

dihasilkannya suatu produk yang masih mempunyai nilai gizi dan nilai
ekonomi serta lingkungan menjadi bersih.
Karena sifat penggunaan tepung limbah tahu ini sifatnya sebagai
bahan pengganti, maka pada proses pembuatan makanan maupun
pakan ternak, selalu diawali dengan pembuatan tepung limbah padat
tahu terlebih dahulu. Proses pembuatan tepung serat ampas tahu
yaitu sejumlah limbah padat tahu (ampas tahu), diperas airnya
selanjutnya dikukus 15 menit. Ampas yang sudah dikukus,
diletakkan diatas nyiru atau papan, selanjutnya dijemur diterik
matahari ataupun dikeringkan dengan oven. Apabila dilakukan
pengeringan dengan oven, dipakai temperatur 100oC selama 24 jam.
Setelah kering dihaluskan dengan cara digiling atau diblender dan
diayak. Simpan tepung tahu ditempat yang kering. Bentuk tepung
seperti ini tahan lama, dan siap menjadi bahan baku pengganti tepung
terigu atau tepung beras untuk berbagai makanan. Penambahan
bahan lain disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan produk
apa yang akan dibuat.
Ampas tahu kebanyakan oleh masyarakat digunakan sebagai
bahan pembuat tempe gembus. Hal ini dilakukan karena proses
pembuatan tempe gembus yang mudah (tidak perlu keterampilan
khusus) dan biayanya cukup murah. Selain tempe gembus, ampas
tahu juga diolah untuk dijadikan pakan ternak. Proses pembuatannya
yaitu campuran ampas tahu dan kulit kedelai yang sudah tidak
digunakan dicampur dengan air, bekatul, tepung ikan dan hijauan, lalu
diaduk hingga tercampur rata, kemudian siap diberikan ke hewan
ternak. Beberapa produk makanan dan aneka kue yang dibuat dengan
penambahan tepung serat ampas tahu adalah lidah kucing, chocolate
cookie, cake (roti bolu), dan kerupuk ampas tahu.7
2. Pengolahan Limbah Cair
Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam
kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Sumber
limbah padat berasal dari penyaringan bubur kedelai berupa ampas
tahu yang sudah melalui pemerasan berkali-kali dengan menyiram air
panas sampai tidak mengandung air lagi.
Pengolahan limbah cair adalah menggunakan kolam pengolahan
limbah dengan menggunakan apu. Dalam pegolahan ini digunakan

7 KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR INDUSTRI TAHU Studi Kasus
Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali
http://eprints.undip.ac.id/17407/.

digunakan air PDAM sebagai pengencer dengan perbandingan 1:6


yaitu 1 bagian limbah pabrik tahu dengan 6 bagian air PDAM. 8
Selain menggunakan apu bisa juga menggunakan tanaman eceng
gondok untuk mengurangi Konsentrasi COD dalam limbah cair tahu
yang diolah dengan cara ditanami eceng gondok sehingga mengalami
penurunan sampai di bawah baku mutu limbah cair sampai 2 kali
ulangan, yaitu kurang dari 275 ppm dan pada pengamatan ulangan
konsentrasi dapat berkurang hingga 160 ppm. Konsentrasi 28 COD
turun artinya kualitas air menjadi lebih baik. Pada Tabel 3. Dapat
dilihat data hasil pengamatan COD pada limbah cair tahu selama 14
hari. Konsentrasi COD dapat turun kemungkinan terjadi karena adanya
proses absorbsi oleh eceng gondok.9
Sebagian besar industri tahu merupakan industri kecil (home
industry), yang notabene adalah masyarakat pedesaan dengan tingkat
pendidikan yang relatif rendah, maka operasional pengolahan air
limbah menjadi salah satu pertimbangan yang cukup penting. Untuk
pengolahan air limbah industri tahu biasanya dipilih sistem dengan
operasional pengolahan yang mudah dan praktis serta biaya
pemeliharaan yang terjangkau. Pemilihan sistem pengolahan air
limbah didasarkan pada sifat dan karakter air limbah tahu itu sendiri.
Sifat dan karakteristik air limbah sangat menentukan didalam
pemilihan sistem pengolahan air limbah, terutama pada kualitas air
limbah yang meliputi parameter-parameter pH, COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), dan TSS (Total
Suspended Solid).
Melihat karakteristik air limbah tahu diatas maka salah satu
alternatif yang cuku tepat untuk pengolahan air buangan adalah
dengan proses biologis. Cara ini relativ sederhana dan tidak
mempunyai efek samping yang serius. Melihat karakteristik air limbah
tahu diatas maka salah satu alternatif yang cukup tepat untuk
pengolahan air buangan adalah dengan proses biologis. Cara ini
relative sederhana dan tidak mempunyai efek samping yang serius.

8 ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN DARI PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK TAHU DENGAN


KAYU APU (Pistia stratiotes L.) http://personal.its.ac.id/files/pub/2090-ali-masduqiarl_limbah_tahu.pdf.

9 PEMANFAATAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES)UNTUK MENURUNKAN


KANDUNGAN COD(CHEMICAL OXYGEN
DEMOND), pH, BAU, DAN WARNA PADA LIMBAH CAIR TAHU
http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/lppm/article/download/837/950.

Pengolahan limbah cair disini dibagi menjadi 3 proses yaitu sebagai


berikut :
a. Pengolahan Limbah Cair Anaerobik
Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi
karena aktivitas mikroba yang dilakukan pada saat tidak terdapat
oksigen bebas. Proses anaerobik dapat digunakan untuk mengolah
berbagai jenis limbah yang bersifat biodegradable, termasuk limbah
industri makanan salah satunya adalah limbah tahu. Proses biologi
anaerobik merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yang banyak
digunakan. Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan
hasilnya bagus. Proses biologi anaerobik merupakan salah satu sistem
pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yang
bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan mikroorganisme, umumnya
bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik menjadi
metana.
Selebihnya
terdapat
interaksi
sinergis
antara
bermacammacam kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian
limbah. Kelompok bakteri non metanogen yang bertanggung jawab
untuk proses hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob
fakultatif dan obligat. Mikroorganisme yang diisolasi dari digester
anaerobik adalah
Clostridium spp.,
Peptococcus anaerobus,
Bifidobacterium spp., Desulphovibrio spp., Corynebacterium spp.,
Lactobacillus, Actonomyces, Staphylococcus, and Eschericia coli
(Metcalf and Eddy, 2003).
Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan proses
pengolahan limbah secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis,
fermentasi (yang juga dikenal dengan sebutan asidogenesis), dan
metanogenesis (Metcalf and Eddy, 2003).
Cara lain pengolahan air limbah industri tahu adalah dengan
kombinasi proses pengolahan biologis anaeroob dan aerob. Secara
umum proses pengolahannya dibagi menjadi dua tahap yakni pertama
proses penguraian anaerob (Anaerobic digesting). Dan yang ke dua
proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob.
Secara garis besar proses pengolahan air limbah industri tahu.
Keunggulan proses anaerobik dibandingkan proses aerobik
adalah sebagai berikut (Lettingan et al, 1980; Sahm, 1984; Sterritt dan
Lester, 1988; Switzenbaum, 1983) :

Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 yang ada sebagai


penerima elektron. Proses tersebut tidak membutuhkan oksigen dan
pemakaian oksigen dalam proses penguraian limbah akan
menambah biaya pengoperasian.

Penguraian anaerobik menghasilkan lebih sedikit lumpur (3-20 kali


lebih sedikit dari pada proses aerobik), energi yang dihasilkan bakteri

anaerobik relatif rendah. Sebagian besar energi didapat dari


pemecahan substrat yang ditemukan dalam hasil akhir, yaitu CH 4.
Dibawah kondisi aerobik 50% dari karbon organik dirubah menjadi
biomassa, sedangkan dalam proses anaerobik hanya 5% dari karbon
organik yang dirubah menjadi biomassa. Dengan proses anaerobik
satu metrik ton COD tinggal 20 - 150 kg biomassa, sedangkan proses
aerobik masih tersisa 400 - 600 kg biomassa (Speece, 1983;
Switzenbaum, 1983).

Proses anaerobik menghasilkan gas yang bermanfaat, metan. Gas


metan mengandung sekitar 90% energi dengan nilai kalori 9.000
kkal/m3, dan dapat dibakar ditempat proses penguraian atau untuk
menghasilkan listrik. Sedikit energi terbuang menjadi panas (3-5%).
Pruduksi metan menurunkan BOD dalam Penguraian lumpur limbah.
Energi untuk penguraian limbah kecil.
Penguraian anaerobik cocok untuk limbah industri dengan
konsentrasi polutan organik yang tinggi.
Memungkinkan untuk diterapkan pada proses Penguraian limbah
dalam jumlah besar.
Sistem anaerobik dapat membiodegradasi senyawa xenobiotik
(seperti chlorinated aliphatic hydrocarbons seperti trichlorethylene,
trihalo-methanes) dan senyawa alami recalcitrant seperti lignin.
Beberapa kelemahan Penguraian anaerobik:
Lebih Lambat dari proses aerobik
Sensitif oleh senyawa toksik
Start up membutuhkan waktu lama
Konsentrasi substrat primer tinggi

b. Pengolahan Limbah Cair Sistem Aerobik


Pada pengolahan air limbah tahu proses biologi aerobik
merupakan proses lanjutan untuk mendegradasi kandungan senyawa
organik air limbah yang masih tersisa setelah proses anaerobik. Sistem
penanganan aerobik digunakan sebagai pencegah timbulnya masalah
bau selama penaganan limbah, agar memenuhi persyaratan effluent
dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke badan penerima
(Jenie dan Rahayu, 1993).
Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana terdapat
oksigen terlarut. Oksidasi bahan-bahan organik menggunakan molekul
oksigen sebagai aseptor elektron akhir adalah proses utama yang
menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme dalam proses ini.

Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron akhir


adalah mikroorganisme aerobik (Jenie dan Rahayu, 1993).
Pengolahan limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai
antara lain dengan sistem lumpur aktif, piring biologi berputar
(Rotating Biological Contractor = RBC) dan selokan oksidasi (Oxidation
Ditch).
c. Pengolahan Limbah Sistem Kombinasi Anaerobik-Aerobik
Secara umum proses pengolahan kombinasi ini dibagi menjadi
dua tahap yakni pertama proses penguraian anaerobik dan yang
kedua proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerobikaerobik.
Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dikumpulkan
melalui saluran limbah, kemudian dialirkan ke bak kontrol untuk
memisahkan buangan padat. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak
pengurai anaerobik. Di dalam bak pengurai anaerobik tersebut
pencemar organik yang ada dalam limbah akan diuraikan oleh
mikroorganisme secara anaerobik, menghasilkan gas hidrogen sulfida
dan metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pada proses
tahap pertama efisiensi penurunan nilai COD dalam limbah dapat
mencapai 80-90%. Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan
proses pengolahan lanjut dengan sistem kombinsi anaerobik-aerobik
dengan menggunakan biofilter (Herlambang, 2002).
Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter
anaerob-aerob antara lain yakni : pengelolaannya sangat mudah,
biayanya operasinya rendah, dibandingkan dengan proses lumpur
aktif. Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit , dapat menghilangkan
nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi, suplai
udara untuk aerasi relatif kecil, dapat digunakan untuk air limbah
dengan beban BOD yang cukup besar, dan dapat menghilangkan
padatan tersuspensi (SS) dengan baik.10
Setelah kita ketahu bersama megenai cara pengolahan limbah
diatas. Secaara umum terdapat Manfaat Daur Ulang Limbah yaitu
sebagai berikut :
1. Menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan.
2. Melestarikan kehidupan makhluk hidup yang terdapat di suatu
lingkungan tertentu.
3. Menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang terdapat di
dalam lingkungan.
10Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob
Dan Aerob http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html

4. Mengurangi sampah organik anorganik ada yang dapat bertahan 300


tahun ke depan.
5. Mendapatkan tambahan penghasilan. Hasil pengolahan sampah
tersebut pada akhirnya dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan.
6. Mendapatkan sumber energi alternatif. Misalnya sebagai sumber
pembangkit listrik.
7. Mendapatkan bahan baku untuk beberapa produk baru.11
IV.

PENUTUP

KESIMPULAN
Pengolahan tahu merupakan proses yang dapat menghasilkan zat
limbah yang berdampak negatif bagi masyarakat sekitar karena
mencemari sungai, air sumur, selokan, udara dan lain sebagainya. Ada
dua jenis limbahyang dihasilkan yaitu limbah padat dan limbah cair.
Masing-masing jenis limbah diolah dengan cara yang berbeda untuk
menghasilkan suatu produk yang berguna.. Para peneliti melakukan riset
untuk mengetahui pemanfaatan limbah atau untuk meminimaliasir
pengaruh limbah tersebut terhadp lingkungan. Ada beberapa cara
pengolahannya seperti pengolahan
dengan sistem aerobik, sistem
anaerobik dan sistem kombinasi
anaerobik-aerobik. yang di dalam
prosesnya bisa dengan bantuan mikro organisme untuk mengurainya
menjadi bahan Biogas, dijadikan bahan baku beberapa produk jenis
makanan baru, dan sebagainya. Atau juga hanya dikurangi kadar
limbahnya, pengaruh konsentrasi limbah juga bisa di hasilkan dari alat
produksinya, jika alat yang digunakan sudah memenuhi standar maka
kadar limbah yang dihasilkan akan sedikit. sehingga apabila dibuang di
aliran sungai atau selokan dampaknya hanya sedikit pula.

DAFTAR PUSTAKA
Alim, Yusmin, Artikel: Lingkungan dan Aksioma Kerakusan. 19
September, 2007. http://agamadanekologi.blogspot.com. Diakses pada 1
Mei 2008.
ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN DARI PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK
TAHU DENGAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.)
http://personal.its.ac.id/files/pub/2090-ali-masduqi-arl_limbah_tahu.pdf.
KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR INDUSTRI TAHU
Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan
Gagak Sipat Boyolali http://eprints.undip.ac.id/17407/.
Laila Siti, Sudjadi Bagod, Biologi, (Jakarta: Yudhistira, 2007), hal 312.

11 Laila Siti, Sudjadi Bagod, Biologi, (Jakarta: Yudhistira, 2007), hal 312-316

PEMANFAATAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) UNTUK


MENURUNKAN KANDUNGAN COD(CHEMICAL OXYGEN DEMOND), pH, BAU,
DAN WARNA PADA LIMBAH CAIR TAHU
http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/lppm/article/download
/837/950.
Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter
Anaerob Dan Aerob
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html.

Anda mungkin juga menyukai