DISUSUN OLEH :
Nama
NPM
Prodi
Kelas
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
METRO
2013
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
11
BAB II
KESIMPULAN
A. Latar Belakang
Kapasitas intelegensi dapat ketahui melalui tes / pengukuran potensi
kecerdasan berdasarkan skala CFIT. Intelegensi secara umum didefinisikan
sebagai kemampuan individu untuk belajar, berpikir abstrak, dan penyesuaian
diri terhadap situasi baru. Skala CFIT (Culture Fair Intelegence Test) yang
digunakan dalam pemeriksaan ini lebih pada mengukur kemampuan
nonverbal, antara lain kemampuan daya abstraksi, kemampuan berpikir secara
sistematis dan logis, kemampuan konsentrasi serta kecepatan dan ketelitian.
Tes CFIT bisa digunakan untuk memprediksi kemampuan umum, namun
akan lebih lengkap apabila disertai pula dengan penggunaan tes-tes intelegensi
lainnya atau tes-tes kemampuan umum lainnya. Pada dasarnya tes untuk
mengukur kemampuan kognitif yang bersifat herediter, namun kemampuan ini
bisa berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman / interaksi dengan
lingkungan.
Aspek-aspek kepribadian yang dinilai diantaranya adalah : (1)
Kemampuan daya tanggap /mencerna dan memahami instruksi-instruksi yang
besifat komplek dan diberikan secara lisan; (2) Kemampuan beradaptasi /
menyesuaikan diri dengan membawa dirinya kepada lingkungan yang baru
atau pernah dialaminya; (3) Kemampuan berimajinasi / daya khayal, ide-ide
yang berhubungan dengan daya cipta berupa seni atau arsitektur; (4)
Kemampuan logika dan penalaran kritis / memahami persoalan praktis,
menyesuaikan diri pada keadaan sekitar dan rasional; (5) Kemampuan
konsentrasi dan ketelitian / ketahanan untuk memusatkan perhatian pada suatu
tugas selama jangka waktu tertentu dan tidak mudah dialihkan; (6)
Kemampuan analisa sintesa / mengamati masalah, menyimpulkan dan
memecahkan
masalah;
(7)
Kemampuan
motorik
dan
kreatifitas
indikasi
mengenai
taraf
kecerdasan
seseorang
dan
tidak
BAB II
PEMBAHASAN
dasar yang
situasi klinis adalah tes yang mengkombinasikan keduanya, tes verbal dan
performa.
Adapun tujuan dari tes intelegensi secara umum, antara lain :
1. Membantu siswa untuk memahami dirinya, sehingga para siswa mampu
mengambil keputusan, perencanaan, dan pemecahan masalah secara arif
dan bijaksana.
2. Membantu Kepala Sekolah, Guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan
orang tua siswa agar mereka mengerti dan memahami anak didiknya
sehingga mereka dapat menyediakan lingkungan yang memadai dan
dibutuhkan anak.
Sedangkan tujuan pengukuran intelegensi antara lain :
a) Untuk tujuan seleksi
Karena melalui tes inteligensi, faktor-faktor yang ada pada diri
seseorang, termasuk faktor yang karena suatu sebab belum berkembang
tetapi jelas dimiliki, ikut diperhitungkan. Sehingga, apabila penggunannya
benar-benar terlaksana dengan teliti dan objektiif, maka akan dapat
membantu pembimbing dalam menyeleksi individu dan menempatkannya
secara tepat.
Misalnya, secara kelompok hasil tes inteligensi dapat dipakai sebagai
tes seleksi penerimaan siswa baru.
b) Untuk tujuan diagnostik
Karena melaui tes inteligensi dapat diketahui mengenai kesulitan-kesulitan
yang dialami seseorang yang disebabkan oleh taraf inteligensi seseorang
tersebut.
c) Hasil tes inteligensi dapat dipakai sebagai dasar penggolongan kelas secara
homogin.
d) Hasil tes inteligensi disambungkan untuk bimbingan belajar. Dar hasil tes
inteligensi dapat diidentifikasikan anak yang lambat belajar.
e) Hasil tes inteligensi dapat berguna untuk menentukan siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
f) Hasil tes inteligensi dapat disambungkan pada program pemilihan jurusan
dan study sambungan.
Salah satu reaksi atas Tes Binet-Simon atau Tes Stanford-Binet adalah
bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles
Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu
faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor
yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori faktor (Factor Theory of
Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah
WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC
(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Disamping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan
tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes
tersebut dibuat.
D. Tes Inteligensi CFIT (Culture Fair Intelligence Test)
Tes Kecerdasan Culture Fair dirancang sedemikian rupa, sehingga
pengaruh kelancaran verbal, kondisi budaya, dan tingkat pendidikan terhadap
hasil tes diperkecil.
Tes kecerdasan Culture Fair berusaha menghindari antara lain: unsurunsur : bahasa, kecepatan, dan isi yang terikat budaya. Tes ini diciptakan oleh
Cattell pada ahun 1920-an, mengalami beberapa kali revisi dan penelitian
untuk mengetahui tingkat validasi. Dalam tahun 1949, skala culture fair
mengalami revisi, dan hasilnya tetap dipakai sampai sekarang
Menurut manual aslinya, Tes Kecerdasan Culture Fair dirancang
sedemikian rupa, sehingga pengaruh kelancaran verbal, kondisi budaya, dan
tingkat pendidikan terhadap hasil tes diperkecil (Cattell, 1973, dikutip oleh
Sutarlinah
Sukadji,
1983).
Tes
kecerdasan
Culture
Fair
berusaha
menghindarkan, antara lain bahasa, kecepatan, dan isi yang terikat budaya.
Tes kecerdasan Culture Fair berusaha menghindari antara lain: unsurunsur (1) bahasa, (2) kecepatan, dan (3) isi yang terikat budaya. Tes ini
diciptakan oleh Cattell pada ahun 1920-an, mengalami beberapa kali revisi
dan penelitian untuk mengetahui tingkat validasi. Dalam tahun 1949, skala
culture fair mengalami revisi, dan hasilnya tetap dipakai sampai sekarang,
mengalami sedikit revisi pada tahun 1961.
BAB III
PENUTUP
Pada bagian akhir dari penulisan makalah ini ada beberapa hal yang dapat
kami simpulkan yaitu :
1. Inteligensi merupakan faktor pembawaan atau faktor dasar yang dimiliki
seseorang yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam proses
belajarnya, sehingga bagaimanapun diusahakannya peralatan, kondisi, serta
metode yang sempurna, pada akhirnya hasil belajar seseorang akan ditentukan
oleh tingkat kecerdasan orang tersebut
2. Tes intelegensi merupakan suatu teknik atau alat yang digunakan untuk
mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam
berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.
3. Menurut manual aslinya, Tes Kecerdasan Culture Fair dirancang sedemikian
rupa, sehingga pengaruh kelancaran verbal, kondisi budaya, dan tingkat
pendidikan terhadap hasil tes diperkecil (Cattell, 1973, dikutip oleh Sutarlinah
Sukadji, 1983).
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan faktor
kemampuan mental umum atau kecerdasan.
Tujuan utama rancangan dan susunan tes ini adalah :
1) Menciptakan instrument yang secara psikometris sehat, berdasarkan teori
yang komprehensif, dengan validitaas dan reliabilitas semaksimal
mungkin.
2) Memperkecil pengaruh-pengaruh budaya dan kondisi masyarakat yang
tidak relevan, tetapi tetap mempergunakan / mempertahankan kegunaan
prediktif untuk berbagai tingkah laku konkrit.
3) Pelaksanaan penyajian dan penyekoran yang sangat mudah dan
penggunaan waktu tes yang relatif ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2004. Pengatar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arisandy, Desy. 2006. Psikodiaknostik III-Inteligensi (Diktat). Palembang: Bina
Khadijah, Nyanyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo
Press.
http://www.mcscv.com/produk_detail.php?page-id=Soal-Psikotes-ISTIntelligence-Structure-Test-StrukturKreativitas&rdmt=80305&id=defadm&pid=jenis-tujuan-tes-psikotes
http://konselorindonesia.blogspot.com/2010/10/sejarah-tes-inteligensi.html