Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013

Mineral Dalam Buah Naga (Hylocereus Undatus (Haw.) Britt. & Rose)
Sebagai Penurun Asam Urat
Devina Ingrid Anggraini1, Agus Suprijono2, Selvira Ligiya Wahyusetyaningrum2
1

Program Studi D3 Anafarma STIKes MH. Thamrin


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Alamat korespondensi:
Prodi D3 Anafarma STIKes MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550
Telp: 021 8096411 ext 10XX; email:devina_chem@yahoo.com

Abstrak
Buah naga daging putih mempunyai kandungan kimia mineral dan flavonoid, yang mampu menurunkan kadar asam
urat. Hiperurisemia adalah suatu keadaan tingginya kadar asam urat. Penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,
pembengkakan, atau cacat persendian tangan dan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan asam urat
setelah pemberian ekstrak buah naga daging putih (Hylocereus undatus(Haw.) Britt. & Rose), pengaruh cara ekstraksi
infus dan maserasi, dan konsentrasi efektif ekstrak buah naga dalam menurunkan kadar asam urat secara in vitro. Ekstrak
buah naga dibuat dengan variasi konsentrasi, yaitu 150 mg/mL, 200 mg/mL, 250 mg/mL, 300 mg/mL, dan 350 mg/mL
dan diuji untuk mengetahui penurunkan kadar asam urat secara in vitro.
Kadar asam urat sebelum dan sesudah penambahan ekstrak diukur dengan spektrofotometer visibel dan dihitung
persen penurunan kadarnya. Hasil persentase penurunan kadar asam urat setelah penambahan ekstrak buah naga yang
diekstraksi dengan metode infus konsentrasi 150 mg/mL, 200 mg/mL, 250 mg/mL, 300 mg/mL, dan 350 mg/mL berturutturut sebesar 18,84%, 19,80%, 20,97%, 21,74%, 22,65% dan kontrol negatif akuades sebesar 13,03%. Sedangkan untuk
ekstrak maserasi berturut-turut yaitu 17,43%, 18,59%, 19,75%, 20,37%, 21,68% dan kontrol negatif akuades sebesar
8,68%. Hasil uji anava menunjukan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (nilai ) yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna
nilai persen penurunan kadar asam urat antar kelompok konsentrasi. Selanjutnya, dari uji t test menunjukkan tidak ada
perbedaan cara ekstraksi buah naga dengan metode infus dan maserasi terhadap penurunan kadar asam urat secara in vitro
yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,401 > 0,05 (nilai ).
Kata kunci: buah naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose), asam urat, infus, maserasi, in-vitro
Pendahuluan
Salah satu jenis reumatik yang sering dijumpai dalam
masyarakat adalah gout. Reumatik gout ini disebabkan
oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Serangan
akut gout biasanya disertai dengan tanda-tanda radang
pada sendi seperti bengkak, panas, sakit bila digerakkan,
dan kulit di atas sendi tampak kemerahan. Serangan
pertama kali memberikan gejala yang khas, berupa nyeri
hebat pada satu persendian yang timbul secara mendadak
(Dalimartha, 2002 : 1).
Hiperurisemia adalah suatu keadaan tingginya kadar
asam urat yang menimbulkan penyakit gout. Penyakit ini
dapat menyebabkan siksaan nyeri, pembengkakan atau
cacat persendian tangan dan kaki. Penyakit gout
merupakan jenis penyakit rematik yang pengobatannya
relatif mudah, tetapi bila diabaikan maka gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Pada penderita gout, kadar
asam urat di dalam darahnya akan tinggi, walaupun tidak
setiap peninggian kadar asam urat dalam darah adalah
penderita gout (Adnan, 1983 : 49). Asam urat merupakan
asam lemah yang pada pH normal akan terionisasi di
dalam darah dan jaringan menjadi ion urat. Asam urat
merupakan asam lemah dengan pKa 5,75 dan 10,3 yang
berupa kristal putih, tidak berbau dan berasa, sukar larut
dalam air dan pada pH normal akan terionisasi di dalam
darah dan jaringan menjadi ion urat (Rodwell, 1995 : 387).

Kristal ini sukar larut dalam cairan tubuh. Pada pH normal


sering kali asam urat diketemukan dalam bentuk garam
natrium urat sehingga lebih mudah larut, sedangkan pada
keadaan normal kristal ini dikeluarkan melalui ginjal ke
dalam air seni (Isselbacher, 2000 : 278).
Tumbuhan buah naga daging putih (Hylocereus
undatus (Haw.) Britt. & Rose) memiliki kandungan
senyawa kimia yaitu mineral dan flavonoid. Kandungan
mineral dalam buah naga daging putih mempengaruhi
pemilihan pelarut yang akan digunakan untuk pembuatan
ekstrak. Proses pemanasan pada saat ekstraksi dapat
mempercepat proses penyarian dan juga banyaknya zat
yang tersari (Depkes RI, 1986 : 32). Besarnya senyawa
aktif yang tersari pada proses ekstraksi akan
mempengaruhi kemampuan penurunan kadar asam urat.
Metodologi
Bahan uji yang digunakan adalah serbuk buah naga
daging putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose),
kristal asam urat, akuades, dan reagen uric acid FS TBHBA
(4-aminoantipyrine dan 2, 4, 6 tribomo 3
hydroxybenzoic acid).
Alat-alat yang digunakan antara lain Spektro ABX Pentra,
neraca analitik, pipet volume, labu takar, corong kaca,
pipet tetes, dan tabung reaksi.
26

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013


Buah naga daging putih diekstraksi dengan 2 metode
ekstraksi yang berbeda, yaitu :
Infus. 50 g buah naga daging putih segar, ditambahkan
akuades 100 mL ke dalam panci infus (Depkes RI, 1986 :
8). Penyarian dilakukan selama 15 menit dihitung mulai
suhu mencapai 90oC sambil sekali-kali diaduk, kemudian
diserkai selagi panas, dengan kain flannel. Tambahkan air
panas melalui ampas tersebut dan diserkai kembali sampai
diperoleh volume 100 mL (Depkes RI, 1995 : 9).
Maserasi. 50 gram buah naga daging putih segar
ditambahkan akuades 375 mL akuades, kemudian disari
secara remaserasi dalam erlenmeyer selama 5 hari, dengan
mengganti pelarut setiap hari dan sambil sering diaduk.
Disaring dan filtrat dienapkan. Kemudian diuapkan
(Depkes RI, 1986).
Pengujian senyawa mineral secara kualitatif
Identifikasi kalsium dan magnesium dilakukan dengan
cara masing-masing 1 mL ekstrak buah naga daging putih
yang diekstraksi secara infus dan maserasi ditetesi dengan
larutan kalium heksasianoferat dan NaOH. Terbentuknya
endapan putih menunjukkan adanya kalsium dan
magnesium (Svehla, 1985).
Pembuatan Larutan Asam Urat 11 mg/dL
Ditimbang 55,00 mg kristal asam urat, dimasukkan
dalam labu takar 500 mL. Dilarutkan dalam akuades
setengah labu, panaskan pada suhu 60C sampai larut.
Didinginkan hingga suhu kamar, dan tambah akuades
sampai tanda 500 mL. Diperoleh larutan asam urat dengan
konsentrasi 11 mg/dL.
Cara pengukuran kadar asam urat
Pengukuran dilakukan dengan cara 500 L larutan
baku asam urat ditambah 200 L ekstrak buah naga daging
putih kemudian ditambahkan dengan reagen Uric Acid
pada spektrofotometer ABX Pentra. Pengukuran kadar
asam urat menggunakan pereaksi Kit yang terdiri dari 2
macam reagen. Reagen pertama berisi buffer fosfat pH 7
dan TBHBA (2,4,6 Tribromo 3-hydroxybenzoic acid),
sedangkan reagen kedua berisi buffer fosfat pH 7, 4aminoantipyrine,
K4[Fe(CN)6], peroksidase
(POD) dan urikase. Pengukuran berdasarkan intensitas
warna yang dihasilkan dari reaksi asam urat dengan reagen
Uric Acid dan diukur secara fotometri pada panjang
gelombang 520-560 nm (Depkes RI, 2010 : 54).
Analisis Data

% Penurunan

Hasil
Metode ekstraksi yang digunakan adalah infus
(ekstraksi cara panas) dan maserasi (ekstraksi cara dingin).
Kedua metode ekstraksi tersebut dipilih berdasarkan
tingkat perbedaan suhu. Adanya perbedaan suhu yang
digunakan memungkinkan jumlah zat aktif yang tersari
dari buah naga akan berbeda, sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan dalam menurunkan kadar
asam urat.
Pengambilan senyawa aktif dari buah naga daging
putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose) dilakukan
dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut air dan cara
ekstraksi yang sesuai (Depkes RI, 2000 : 7). Pada proses
ekstraksi buah naga daging putih digunakan pelarut air
sebagai cairan penyari karena air merupakan cairan penyari
yang umum, murah, mudah didapatkan, dan aman
digunakan oleh masyarakat.
Untuk menegaskan bahwa senyawa yang mempunyai
kemampuan dalam menurunkan kadar asam urat telah
terekstraksi maka dilakukan uji pendahuluan. Hasil
identifikasi secara kualitatif menunjukkan bahwa buah
naga daging putih yang diekstraksi dengan metode infus
dan maserasi mengandung mineral dan flavonoid.
Setelah diketahui adanya mineral dan flavonoid dalam
ekstrak buah naga daging putih (Hylocereus undatus
(Haw.) Britt. & Rose) yang mempunyai kemampuan
menurunkan kadar asam urat, selanjutnya untuk
memastikan besarnya kemampuan penurunan kadar asam
urat dilakukan uji secara kuantitatif dengan metode
spektrofotometri menggunakan reagen Uric Acid.
Pengukuran kadar asam urat menggunakan pereaksi
Kit yang terdiri dari 2 macam reagen. Reagen pertama
berisi buffer fosfat pH 7 dan TBHBA
(2,4,6
Tribromo 3-hydroxybenzoic acid), sedangkan reagen kedua
berisi buffer fosfat pH 7,4-aminoantipyrine, K4[Fe(CN)6],
peroksidase (POD) dan urikase. Prinsip dari reaksi
enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang
bereaksi dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh
adanya urikase, selanjutnya hidrogen peroksida sebagai
hasil samping reaksi tersebut akan bereaksi dengan
4aminoantipyrine dan 2,4,6tribomo3-hydroxybenzoic acid
(TBHBA) membentuk quinimine yang berwarna merah
muda dengan bantuan peroksidase warna yang terbentuk
selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
UV-Visibel pada panjang gelombang maksimal.
Pengukuran berdasarkan intensitas warna yang dihasilkan
dari reaksi asam urat dengan reagen Uric Acid FS TBHBA
seperti di bawah ini (Ariyanti, dkk., 2007) :

konsentrasi awal - konsentrasi akhir


konsentrasi awal

Keterangan :
Konsentrasi awal = konsentrasi baku asam urat
(mg/dL)
Konsentrasi akhir =
konsentrasi
setelah
penambahan ekstrak buah naga (mg/dL)
27

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013


O
H
N

NH

N
H

N
H

uricase

+ H2O + O2

+ CO2 + H2 + H2O2

TBHBA + 4 aminoantipirin + 2H2O2

Quinimine + 3H2O

Tabel 1. Hasil pengukuran rerata kadar asam urat sebelum dan setelah
penambahan ekstrak buah naga daging putih.
Konsentrasi ekstrak
Metode Infus
Metode Maserasi
(mg/mL)
Kontrol (-)
13.03%
8.68%
150
18.84%
17.43%
200
19.80%
18.59%
250
20.97%
19.75%
300
21.74%
20.37%
350
22.65%
21.68%
Hasil pengukuran kadar asam urat dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

rata-rata persen penurunan

25
20
15
metode infus

10

metode maserasi

5
0

akuades

150
200
250
300
konsentrasi ekstrak (mg/ml)

Pada kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak


buah naga daging putih baik secara infus maupun maserasi
dapat menurunkan kadar asam urat. Hal ini kemungkinan

350

disebabkan oleh adanya mineral dan flavonoid yang ikut


terlarut dalam sediaan ekstrak buah naga daging putih.
Reaksi yang terbentuk antara asam urat dan ion natrium
dapat dilihat pada gambar berikut ini (Allen, 2006) :

O
O
H
N

H
N

HN
O
O

N
H

N
H

Ca2+

O
O

N
H

Ca

Gambar 2. Reaksi antara asam urat dengan ion Ca2+

28

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013


O

O
H
N

HN
O
O

N
H

H
N
O

Mg2+
O

N
H

N
H

N
Mg

Gambar 3. Reaksi antara asam urat dengan ion Mg2+


Penurunan kadar asam urat diduga karena terjadinya
ionisasi setelah penambahan ekstrak buah naga daging
putih yang mengandung mineral. Asam urat yang telah
terion kemudian akan berikatan dengan ion-ion mineral
membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air.
Asam urat tersebut pada pH normal akan terionisasi
menjadi ion urat. Dengan kation yang ada, ion urat akan
membentuk garam urat.
Senyawa kompleks yang terbentuk antara asam urat
dan ion Ca2+ dan Mg2+ adalah garam urat. Garam urat yang
terbentuk akibat reaksi asam urat dengan ekstrak buah naga
daging putih tersebut, kemudian diukur kembali untuk
mengetahui kadarnya. Hasil pengukuran menunjukkan
angka kadar yang lebih kecil dibanding kadar pengukuran
awal. Hal ini dikarenakan jumlah asam urat yang
dioksidasi oleh urikase sudah berkurang, karena sebagian
sudah menjadi garam urat. Jika garam urat direaksikan
dengan pereaksi asam urat maka reaksi antara keduanya
tidak akan menghasilkan alantoin dan hidrogen peroksida
yang akan bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan 2, 4, 6

tribomo 3 hydroxybenzoic acid (TBHBA), sehingga tidak


akan terbentuk senyawa quinimine yang berwarna merah
muda, yang akan terbaca sebagai kadar asam urat.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa buah
naga daging putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. &
Rose) yang diekstraksi dengan metode infus memiliki
kemampuan penurunan kadar asam urat yang lebih besar
dibandingkan dengan buah naga daging putih yang
diekstrasi secara maserasi.
Kemampuan penurunan kadar asam urat dengan
ekstrak metode infus lebih besar, disebabkan oleh adanya
pemanasan saat proses ekstraksi, sehingga dapat
meningkatkan kelarutan mineral yang terkandung dalam
buah naga daging putih. Senyawa mineral adalah kalsium
dan magnesium. Mineral memiliki sifat mudah larut dalam
air panas (Robinson, 1995). Sehingga proses ekstraksi
dengan metode infus dapat menyari mineral dengan baik,
menyebabkan tingginya kemampuan penurunan kadar
asam urat.

Tabel 2. Uji Anova Nilai Penurunan Kadar Asam Urat


Penurunan kadar
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
494.282
43.221
537.503

Df

Hasil uji anova diperoleh signifikansi lebih kecil dari


syarat () 0,05 artinya hasil data ada perbedaan antar
kelompok konsentrasi. Setelah dilakukan uji anava,
kemudian dibandingkan ada atau tidaknya pengaruh antara
kedua metode ekstraksi, yaitu metode infus dan maserasi
dalam kemampuannya menurunkan kadar asam urat. Hasil
pengujian dengan uji t hasil yang diperoleh signifikansi
lebih besar dari syarat () 0,05 artinya hasil data tidak ada
perbedaan, yang menunjukkan bahwa antara kedua metode
ekstraksi yaitu infus maupun maserasi tidak ada perbedaan
dalam menurunkan kadar asam urat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut pemberian ekstrak buah naga (Hylocereus
undatus (Haw.) Britt. & Rose) dari metode infus dan
maserasi dapat menurunkan kadar asam urat secara in
vitro, tidak ada perbedaan penurunan kadar asam urat

Mean Square
5
98.856
30
1.441
35

F
68.617

Sig.
.000

secara in vitro dari ekstrak buah naga (Hylocereus undatus


(Haw.) Britt. & Rose) yang diekstraksi dengan metode
infus maupun maserasi. konsentrasi efektif ekstrak buah
naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose) pada
penelitian ini yang dapat menurunkan kadar asam urat
secara in vitro adalah 350 mg/mL.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk
dilakukannya penelitian lebih lanjut ke hewan uji untuk
mengetahui efek dari pemberian ekstrak buah naga daging
putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose) terhadap
penurunan kadar asam urat darah. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disarankan untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan peningkatan konsentrasi ekstrak buah
naga daging putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. &
Rose) untuk mengetahui konsentrasi efektif buah naga.

29

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013

Daftar Pustaka
Adnan. 1983. Kumpulan Naskah Kuliah Tamu dan
Simposium Diagnostik dan Pengobatan Penyakit Sendi.
Kongres
Nasional
I
Ikatan
Rematologi
Indonesia..Semarang : Ikatan Rematologi Indonesia
Allen, Reeshemah, N., Sukla, M. K., Burda, J. V., dan
Jerzy, L. 2006. Theoretical Study of Interaction of Urate
with Li+, Na+, K+, Be2+, Mg2+, and Ca2+ Metal Cations.
Journal of Phys Chem. 110 : 6139-6144
Ariyanti, Rina., Nurcahyanti, W., dan Arifah, S.W. 2007.
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Salam ( Eugenia
polyantha Wight) terhadap penurunan Kadar Asam Urat
Darah Mencit Putih Jantan yang Diinduksi dengan
Potasium Oksanat. Pharmacon. 8 (2) : 56-63
Dalimartha. 2002. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam
Urat. Jakarta : Penebar Swadaya
Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta
: Depkes RI
______________________. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

______________________. 2000. Parameter Standar


Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Depkes RI
______________________. 2010. Pedoman Pemeriksaan
Kimia Klinik. Jakarta : Depkes RI
Isselbacher, K. J. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 5. Jakarta : EGC
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Tingkat Tinggi. Terjemahan Padmawinata, K. Bandung :
ITB Press
Rodwell, V. W. 1995. Biokimia Harper. Jakarta : PT. EGC
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semi Mikro (Vogel). Diterjemahkan oleh Ir. L.
Setiono dan Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka
Veramida, Mira. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Sarang Semut (Myrmecodia pendans Merr. & Perry)
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Secara In-vitro.
Skripsi. Semarang : STIFAR
Vitahealth. 2005. Asam Urat. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama

30

Anda mungkin juga menyukai