Anda di halaman 1dari 2

ASFIKSIA

PRINSIP DASAR ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR


Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dipijit setelah bayi menangis yang
merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 per
menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi
saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan
mempertahankan pernapasan yang wajar. Bayi-bayi ini akan mengalami apnu atau menunjukkan
upaya pernapasan yag tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi ini menyebabkan
pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2.
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup:
asfiksia intrauterin
bayi kurang bulan.
Obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu
penyakit neuromuskular bawaan (kongenital)
cacat bawaan
hipoksia intrapartur
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksi juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam
periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernapasan akan berhenti, denyut jantung
juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apnu yang dikenal sebagai apnu primer. Perlu diketahui bahwa kondisi
pernafasan megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang
diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnu
primer dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan.
Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas
(flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnu yang disebut
apnu sekunder. Selama apnu sekunder ini, denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
akan menunjukkan upaya bernafas secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa sebagai akibat hipoksia janin, janin dapat pulih
apnu primer dan apnu sekunder dapat dimulai intrauterin dan berkelanjutan sesudah bayi dilahirkan.
Dengan demikian byi mungkin dilahirkan dalam apnu primer atau apnu sekunder. Daalm
kenyataannya, apnu primer dan apnu sekunder sulit sekali untuk dibedakan. Pada kedua keadaan
tersebut, bayi tidak bernafas dan denyut jantung dapat menurun sampai < 100 denyut per menit.
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan "cairan paru-paru janin". Cairan paruparu janin harus dibersihkan terlebih dahulu apabila udara harus masuk ke dalam paru-paru bayi
baru lahir. Dalam kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan yang cukup besar untuk
mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli dapat berkembang untuk pertama kalinya. Untuk
mengembangkan paru-paru, upaya pernafasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih
tinggi dari pada tekanan untuk pernapasan berikutnya agar berhasil. Menghadapi bayi yang tidak
pernah mengambil nafas pertama dapat diasumsikan bahwa pengembangan alveoli tidak terjadi dan
paru-paru tetap berisi cairan. Melakukan pernapasan buatan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan
tambahan untuk membuka alveoli dan mengeluarkan cairan paru-paru.
Masalah yang ihadapai dalam mengeluarkan cauran dari paru-paru adalah:
bayi sudah mendrita apnu saat dilahirkan
bayi dengan upaya pernafasan yang lemah adan tidak efektif seperti pada:
bayi kurang bulan

bayi yang dilahirkan dengan depresi karena asfiksia, pengaruh obat-obat pada ibu,
anestesia dan lain-lain sebab.
Upaya pernapasan seperti pernapasan megap-megap atau tidak teratur tidak cukup untuk
mengembangkan paru-paru. Hal ini berarti bahwa anda tidak bisa mengandalkan pada upaya
pernapasan spontan sebagai indikasi pernapasan efektif bayu baru lahir. Pergerakan dada tidak
dapat dipakai sebagai satu-satunya indikator untuk pernapasan yang efektif.
Pada kelahiran, peredaran darah di paru-paru harus meningkat untuk memungkinkan proses
oksigenisasi yang cukup. Keadaan ini akan dicapai dengan terbukanya arteioli dan diisi darah yang
sebelumnya dialirkan dari paru-paru melalui duktus arteriosus. Bati dengan asfiksia, hipoksia dan
asidosis akan mempertahankan pola sirkulisi janin dengan menurunnya peredaran darah paru-paru.
Pada awal asfiksia, darah lebih banyak dialirkan ke otak dan jantung. Dengan adanya
hipoksia dan asidois maka fungsi miokardium menurun, curah jantung menurun, dan aliran darah ke
alat-alat vital juga berkurang.
PENILAIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
aspek yang sangat penting dari resusiasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan
yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan tadi. Penilaian selanjutnya merupakan
dasar untuk manentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efisien dan
efektif berlangsung melelui rangkaian tindakan, yaitu penilaian, pengambilan keputusan, dan
tidakan lanjutan. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda
melakukan rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda
akan menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Apabila penilaianpernafasan menunjukkan bahwa bayi titak bernafas atau bahwa pernapasan
tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya
yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila pernapasan normal,
maka tidakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera sesudah memulai suatu
tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk tahap
nerikutnya.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda yang penting,
yaitu:
Pernafasan
Denyut jantung
Warna
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi.
Nilai apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi,
penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan penilaian pernapasan, denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus
dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu hasil
penilaian apgar 1 menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan terutama pada bayi yang
mengalami depresi barat.
Walaupun nilai abgar tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi,
tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya
resusitasi. Jadi nilai apgar perlu dinilai pada 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai apgar kurang dari 7
penilaian nilai tambahan masih diperlukan yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali
penilaian menunjukkan nilai 8 dan lebih.

Anda mungkin juga menyukai