Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Islam adalah agama yang dibawa oleh para nabi dan Rasul.
Bahwa Allah SWT tidak mengutus para nabi dan Rasul-Nya
kecuali mengajak manusia untuk menganut agama Islam dengan
artian berserah diri kepada Allah, mengesakan Allah dan
beribadah hanya kepada Allah semata.Oleh karena itulah, ketika
Allah SWT mengutus Nabi akhir zaman, fokus yang dibawa oleh
dibawa adalah mengajak manusia untuk berislam seperti yang
telah diajarkan oleh nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya. Lalu
Allah memproklamirkan bahwa hanya Islamlah yang diridhai oleh
Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-Nya:

Pada hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu, dan Aku beri
nikmat atasmu, dan Aku ridha bahwa Islam sebagai agama (yang
sah). (Al-Maidah:3)
Dan bagi siapa yang tidak mengambil Islam sebagai
agamanya dan jalan hidupnya, maka dirinya akan tertolak dan
merugi dunia akhirat.
Allah SWT berfirman:

Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agamanya,


maka tidak akan diterima darinya, dan kelak diakhirat akan
menjadi orang-orang yang merugi. (Ali Imran:85)
Oleh karena itu perlu dipahami bahwa Islam adalah agama
yang memiliki karakteristik yang universal sehingga mampu
menjangkau lapisan masyarakat yang berlainan dan beragam
model dan bentuknya; dari ras, suku, bangsa, warna kulit,
bahasa,

jenis,

memberikan

dan

banyak

kedudukan.
solusi

Dan

dalam

dengan

berbagai

itulah,

Islam

kehidupan

di

sepanjang zaman. Dan inilah yang merupakan karakteristik dari


ajaran Islam yang hakiki.
1.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusa masalah yang ingin penulis bahas adalah :


1. Bagaimana karakteristik ajaran islam?
2. Bagaimana karakteristik umat islam?
1.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:


1. Untuk mengetahui karakteristik ajaran islam.
2. Untuk mengetahui karakteristik umat islam.
1.4

Metode Penulisan

Penulis menuiskan karya tulis ilmiah ini mendapatkan


informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas melalui
metode penulisan antara lain:

1. Studi pustaka
Penulis membaca berbagai sumber dari buku-buku yang berkaitan dengan
materi pembahasan dari makalah.
2. Browsing
Penulis mencari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan materi
pembahasan dalam makalah menggunakan internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Karakteristik Ajaran Islam

Setiap

agama

mempunyai

karakteristik

ajaran

yang

membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan


secara

sungguh-sungguh

diharapkan

dapat

menyelamatkan

dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian.Perpecahan


saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui
bagaimana cara mengatasinya.
Tidak mudah membahas karakteristik ajaran Islam,karena
ruang

lingkupnya

sangat

luas,

mencakup

berbagai

aspek

kehidupan umat Islam. Untuk mengkaji secara rinci semua


karakteristik ajaran Islam perlu ditelusuri, mulai dari risalah Allah
terakhir dan menjadi agama yang diridhai Allah, untuk dunia dan
seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat.
Apabila meneliti sumber kepustakaan Islam yang ditulis
oleh para cendekiawan atau para ulama, kita akan mengetahui
3

bahwa ajaran-ajaran Islam memiliki karakteristik yang khas, yang


berbeda dari ajaran-ajaran agama lainnya. Dimana karakteristik
islam diantaranya meliputi:
1. Komprehensif
Ajaran islam membentuk umat dalam suatu kesatuan
yang bulat walaupun umat islam itu berbeda-beda bangsa
dan berlainan suku. Di dalam menghadapai asas-asas yang
umum, umat islam bersatu padu, meskipun dalam segisegi kebudayaan berbeda-beda.
2. Moderat
Ajaran islam memenuhi jalan tengah, jalan yang
imbang, tidak terlalu berat ke kanan mementingkan
kejiwaan

(rohani)

mementingkan
diistilahkan

dan

tidak

kebendaan

dengan

teori

berat

(jasmani).
wasathiyah,

pula
Inilah

ke

kiri
yang

menyelaraskan

diantara kenyataan dan fakta dengan ideal dan cita-cita.


Hal ini tergambar di banyak tempat dalam Al-Quran (Q.S.
Al-Baqarah [2]: (143):



Artinya:
Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas

(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi


atas (perbuatan) kamu.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: (143)
3. Dinamis
Dari segi ini, ajaran islam mempunyai kemampuan bergerak dan
berkembang, mempunyai daya

hidup, dapat membentuk diri sesuai

dengan perkembangan dan kemajuan ajaran Islam terpancar dari sumber


yang luas dan dalam, yaitu Islam yang memberikan kepada manusia
sejumlah hukum positif yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan
tempat.
4. Universal
Ajaran Islam tidak ditunjukan kepada suatu kelompok atau bangsa
tertentu, melainkan sebagai rahmatan lilalamin, sesuai dengan misi yang
diemban oleh Rasulullah SAW. Ajaran Islam diturunkan Allah SWT.,
untuk dijadikan pedoman hidup seluruh manusia yang bertujuan bahagia di
dunia dan akhirat. Dengan demikian, hukum Islam bersifat universal,
untuk seluruh umat manusia di muka bumi serta dapat diberlakukan di
setiap bangsa dan Negara. Terganbar dalah Al-Quran (Q.S. Saba [34]: 28)



Artinya:

Tiada kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk


seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(Q.S. Saba [34]: 28)










Artinya:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.
(Q.S. Al-Anbiya [21]: 107)
5. Elastis atau Fleksibel
Ajaran Islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap
individu. Disiplin-disiplin tersebut wajib ditunaikan dan berdosa bagi yang
melanggarnya. Meskipun jalurnya sudah jelas membentang, namun dalam
keadaan

tertentu

terdapat

kelonggaran

(ruskhshah).

Kelonggaran-

kelonggaran tersebut menunjukan bahwa ajaran Islam itu bersifat elastis,


luwes, dan manusiawi. Demikian pula, adanya qiyas, ijtihad, istihsan, dan
mashlahih mursalah, merupakan salah satu jalan keluar dari kesempitan.

6. Tidak memberatkan
Manusia adalah makhluk dhaif (lemah), mempunyai kemampuan
yang serba terbatas. Oleh sebab itu, syariat Islam tidak membebani
seseorang sampai melampaui kadar kemampuanya. Sesuaidengan misi
Islam sebagai rahmat bagi manusia, maka Islam dating untuk
6

membebaskan manusia dari segala sesuatu yang memberatkanya. Hal ini


tergambar dalam Al-Quran (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)



















Artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemamuannya,

ia

mendapat

pahala

dari

kebaikan

yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang


diusahakanya
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)







Artinya:
Allah tidak menciptakan dalam urusan agama (Islam) itu suatu
kesulitan
(Q.S. Al-Hajj [22]: 78)

7. Graduasi (berangsur-angsur)
Allah sebagai pembuathukum adalah Maha Bijaksana. Hukum atau
ajaran-ajaran yang diberikan kepada manusia secara psikologis sesuai
dengan fitrahnya sendiri. Sangat sulit dilaksanakan bila hukum itu dating
sekaligus. Oleh karena itu, Allah memberikannya secara bertahap atau

berangsur-angsur. Seperti perintah dalam meninggalkan minuman keras,


judi, dan yang lainnya.
8. Sesuai dengan Fitrah Manusia
Kata Fitrah secara umum berarti ciptaan, suci dan seimbang.
Dalam konteks ini fitrah berarti watak hakiki dan asli yang dimiliki oleh
setiap insan atau sifat alami manusia. Dengan demikian, ajaran Islam yang
sesuai dengan fitrah manusia memberikan keterangan yang pasti tentang
kepercayaan asli dan hakiki yang ada dalam diri manusia. Artinya, kondisi
awal ciptaan manusia memiliki potensi untuk selalu mengetahui dan
cenderung pada kebenaran.
9. Argumentatif Filosofis
Ajaran Islam merupakan ajaran yang argumentative;
tidakcukup

dalam

persoalan-persoalanya

dengan

mengandalkan doktrin lugas dan instruksi yang keras.


Maksudnya,

dalam

ajaran

Islam

tidak

cukup

hanya

berdialog dengan hati dan perasaan sebagai pedoman


tetapi Islam memgharuskan umatnya untuk memahami
Islam secara utuh. Seperti yang tergambar dalam Al-Quran
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 111)








Artinya :
Katakanlah : Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika
kamu adalah orang-orang yang benar.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 111)
2.2 Karakteristik Umat Islam

Degan

adanya

karakteristik

ajaran

Islam

tersebut,

selanjutnya melahirkan karakteristik terhadap para pemeluknya


atau umatnya. Karakteristik tersebut seperti banyak diungkapkan
oleh para ulama melputi antara lain:
1. Umat

islam

sebagai

umat

yang

satu

(ummatan

wahidah).
Manusia pada dasarnya adalah satu yang diikat oleh
kesamaan visi, dan tujuan hidup yang berdasarkan kepada
akidah tauhid yang menjadi misi para nabi. Kesatuan yang
diikat oleh akidah ini mengalahkan segala ikatan primordial
yang ada. Oleh karena itu, ia merupakan satu kesatuan
yang dasyat yang mengalahkan segala jenis kesatuan yang
diikat oleh ikatan lainya. Firman Allah SWT:






































































Artinya:
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
9

yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka


perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
(Q>S>Al-Baqarah [2]: 213)
2. Umat Islam sebagai umat multi ras, suku dan bangsa.
Islam adalah agama yang tidak membedakan ras, suku,
dan bangsa. Ia diturunkan Allah untuk seluru manusia dari
bangsa dan golongan mana pun. Orang-orang Barat
seringkali menyamakan Islam dengan Arab, seolah-olah
Islam itu sama dengan Arab. Padahal keterkaitan Islam
dengan Arab terbatas pada sejarah dan bahasa, yaitu Nabi
Muhammad SAW. Pembawanya dari orang Arab dan AlQuran sebagai kitab sucinya diturunkan Allah dalam
bahasa Arab. Hal diluar itu, Islam tidak identic dengan
Arab. Ajaran Islam mendorong lahirnya umat multi ras,
etnik, dan golongan, tetapi memiliki satu kebanggaan yang
menyatukan
kesatuan

semuanya.

dirinya

adalah

Ikatan
tauhid.

yang
Oleh

mempekokoh
karena

itu,

perbedaan-perbedaan yang ada pada mereka tidak akan


melahirkan perpecahan. Firman Allah SWT:




























Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

10

ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah


Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Q.S. Al-Hujarat [49]: 13)
3. Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan.
Prinsip kesamaan dan kesetaraan di antara manusia
sehingga menghindarkan diskriminasi apa pun, merupakan
ciri yang sangat menonjol dalam konsep keumatan. Ajaran
Islam sangat menekankan prinsip dasar ini, baik secara
tersurat dalam ayat-ayat Al-Quran dan Hadis maupun
secara tersirat dalam symbol-simbol ritual Islam.
Al-Quran menyatakan:

Artinya:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Q.S. Al-Hujarat [49]: 13)
4. Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam
segala urusan Islam.
Islam mendorong lahirnya masyarakat yang berdiri
kokoh diatas nlai-nilai illahiyah yang sangat sesuai dengan
budaya manusia. Dalam ajaran Islam, hubungan ritual
mendasari dan sekaligus memberi warna terhadap sistem
sosial masyarakat, Allah SWT. berfirman:

Artinya:
Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi
seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan

11

mereka

diputuskan

dengan

musyawarah

antara

mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari


rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
(Q.S. Asy-Syura [42]: 38)
Dalam ayat diatas tampak bahwa tegaknya masyarakat
adalah manakala masyarakat menaati hokum-hukum Allah
SWT., menjalani hubungan yang konsisten dan terusmenerus dengan Allah SWT., melalui ibadah, serta menjaga
dan mengembangkan hubungan sosial atas dasar saling
emperhatikan dan kasih sayang.
5. Umat yang mencintai keadilan.
Ajaran Islam sangat menekankan terwujudnya keadilan
di tengah masyarakat, tegaknya hukum, dan komitmen
terhadapajaran Islam. Keadilan pada dasarnya merupakan
implikasi dari sifat Allah yang Maha Adil yang mendorong
orang yang mentaatinya untuk bersikap adil.


Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan
(Q.S. Al-Maidah [5]: 8)
Adil merupakan ciri ketakwaan dank arena itu, keadilan yang dimiliki
seseorang akan memiliki dampak sosial yang cukup luas. Hukum yang
12

ditegakan secara adil akan berdampak pada lahirnya harapan dan optimism
masyarakat untuk menerima apa yang semestinya diterima. Dengan
demikian, dalam masyarakat yang menjungjung tinggi keadilan, akan lahir
ketentraman dan keamanan.
6. Persatuan dan kebersamaan (kejamaahan)
Islam mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan
yang didasarkan kepada kesamaan akidah. Kesatuan dan
persatuan ini lebih banyak diungkapkan dengan istilah
persaudaraan.























Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya.

Demikianlah

Allah

menerangkan

ayat-ayat-Nya

kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.


(Q.S. Ali Imran [3]; 103)
Dalam ayat diatas hubungan dengan Allah SWT., dijadikan
dasar untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan umat. Hubungan
dengan Allah menjadi faktor pemersatu dan menjadi dasar bagi
kebersamaan dan persaudaraan di kalangan umat.
7. Adanya pemimpin yang berwibawa.
Dalam ajaran Islam kepemimpinan merupakan prsoalan
yang penting sehingga banyak ayat dan hadis yang

13

memuat

pentingnya

kepemimpinan.

Menegakan

kepemimpinan ini dikaitkan langsung dengan tanggung


jawab. Pentingnya kepemimpinan dalam Islam dinyatakan
bukan hanya sekedar imbauan tetapi lebih jauh menjadi
kewajiban untuk menegakan dan menaatinya.


Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu,
kemudian

jika

kamuberlainan

pendapat

tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQuran) dan Rasul (Sunnah), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya
(Q.S. An-Nisa [4]; 59)
Taat kepada pemimpin merupakan lanjutan dari taat
kepada Allahdan Rasul-Nya. Hal ini mengandung arti pula
bahwa ketaatan kepada pemimpin bukan tanpa reserve
dan membabi buta, tetapi kepemimpinan yang mendasari
kepemimpinannya itu dengan nilai-nilai Ilahiyah yang
menjadi misi Rasul.
8. Saling menghargai.
Konsep persamaan yang terkandung dalam ajaran Islam
melahirkan sikap saling menghargai yang menjadi salah

14

satu ciri umat Islam. Menghargai orang lain, baik fisik,


kondisi, maupun pendapatnya juga merupakan salah satu
ciri dari demokrasi . saling menghargai dalam tatanan
umat Islam merupakan suatu keharusan yang menjadi ciri
dalam komunikasi sehari-hari seperti tercantum dalam
firman Allah SWT.










Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolokolokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolokolokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain,
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk, sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(Q.S. Al-Hujarat [49]; 11)
Umat Islam sebagai komunitas muslim pada dasarnya haruslah sebagai
kumpulan manusia yang mencerminkan idealitas umat yang penuh dengan
kebaikan. Al-Quran menyebutkan umat Islam itu sebagai masyarakat
marhamah; masyarakat yang mewujudkan rasa damai, saling peduli, dan
mengembangkan kasih saying. Hubungan antaranggota masyarakat dalam
komunitas muslim adalah hubungan saling memberi dan memperhatikan.

15

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Apabila meneliti sumber kepustakaan Islam yang ditulis


oleh para cendekiawan atau para ulama, kita akan mengetahui
bahwa ajaran-ajaran Islam memiliki karakteristik yang khas, yang
berbeda dari ajaran-ajaran agama lainnya. Dimana karakteristik
islam diantaranya meliputi:
1. Komprehensif
2. Moderat
3. Dinamis

16

4. Universal
5. Elastis atau Fleksibel
6. Tidak memberatkan
7. Graduasi (berangsur-angsur)
8. Sesuai dengan Fitrah Manusia
9. Argumentatif Filosofis.
Degan

adanya

karakteristik

ajaran

Islam

tersebut,

selanjutnya melahirkan karakteristik terhadap para pemeluknya


atau umatnya. Karakteristik tersebut seperti banyak diungkapkan
oleh para ulama melputi antara lain:
1. Umat

islam

sebagai

umat

yang

satu

(ummatan

wahidah).
2. Umat Islam sebagai umat multi ras, suku dan bangsa.
3. Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan.
4. Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam
5.
6.
7.
8.

segala urusan Islam.


Umat yang mencintai keadilan.
Persatuan dan kebersamaan (kejamaahan)
Adanya pemimpin yang berwibawa.
Saling menghargai.

3.2 Saran
1. Mahasiswa
Kepada mahasiswa Universitas Majalengka pentingnya
mempelajari karakter ajaran dan umat Islam untuk
membentuk karakter yang baik dan religius sehingga
kelak mahasiswa Universitas Majalengka bisa menjadi
orang yang berilmu dan memiliki karakter seorang
muslim.
17

2. Pemerintah
Kepada pemerintah pentingnya mengadakan program
pendidikan yang berkarakter berdasarkan ajaran Islam
sejak dini akan bisa membentuk karakter seorang
muslim sejati di generasi yang akan dating sehingga
mampu mengurangi tindakan-tindakan yang melanggar
dari ajaran Islam di kemudian hari.

18

Anda mungkin juga menyukai