ENERGI ALTERNATIF
Oleh:
Desi Puspitasari
NIM A1H012006
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etanol pada umumnya dibuat secara kimiawi, namun metode ini kurang
ramah lingkungan. Oleh karena itu, etanol perlu diproduksi menggunakan bantuan
mikroorganisme melalui proses fermentasi. Etanol hasil fermentasi menggunakan
mikroorganisme dikenal sebagai bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dengan cara
peragian (fermentasi) terhadap bahan-bahan yang mengandung pati atau gula.
Sumber pati dapat berupa jagung, ubi kayu, kentang, ganyong, gembili, bit
dan lain-lain (Rama Prihandana dkk., 2007: 26). Bioetanol merupakan istilah
yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada etanol yang
dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi. Pembuatan
etanol hasil fermentasi telah dilakukan sejak zaman dahulu yang dapat ditemukan
pada minuman beralkohol, seperti sake, arak, anggur, wine, dan minuman
memabukkan lainnya. Bioetanol dapat berasal dari berbagai macam bahan baku.
Ada tiga kategori bahan baku bioetanol yaitu bahan bergula, bahan berpati dan
bahan berserat.
Kompor bioetanol yang berada dimasyarakatsekarang ini hanya mampu
menyala dengan kadar alkohol tinggi,dimana harga bioetanol dengan kadar
alkohol tinggi memiliki hargayang lumayan mahal untuk tiap liternya. Maka
timbulah suatupermasalahan, diantaranya kompor tidak mau menyala dengan
kadaralkohol
yang
rendah,
karena
kebanyakan
kompor
bioetanol
bioetanol akan cepat padam, karena air padakandungan bioetanol tidak bisa
menguap keseluruhan sehinggamenumpuk dan mengakibatkan kompor tidak mau
menyala.
Saat ini, penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar menjadi sangat penting.
Semakin sedikitnya sumber energi fosil yang ada di bumi dan semakin tingginya
pencemaran lingkungan menjadi faktor utama dibutuhkannya energi alternatif
yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar
kendaraan dapat menjadi sebuah alternatif yang aman, karena sumbernya berasal
dari tumbuhan dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu menguju performasi kompo IRAC berbahan
bakar bioetanol dari bahan baku molase, gula afkir, dan nira nipah. Parameter
yang diuji diantaranya, efisiensi kompor, waktu penyalaan awal, waktu yang
dibutuhkan untuk memasak 2 liter air, dan konsumsi bahan bakarnya.
sp. atau bakteri Zymomonas mobilis. Pada proses ini gula akan dikonversi
menjadi etanol dan gas karbon dioksida (Erliza Hambali, dkk, 2007: 40).
Istilah fermentasi berasal dari fevere merupakan istilah latin yang berarti
mendidih. Istilah ini digunakan untuk menyebut adanya aktivitas yeast pada
ekstrak buah dan larutan malt serta bijian. Peristiwa pendidihan tersebut terjadi
sebagai akibat terbentuknya gelembung gas CO2 sebagai hasil dari proses
katabolisme gula dalam ekstrak (Djoko Wiyono, 1995: 1). Tuite (1992: 157-188),
mengatakan bahwa fermentasi didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengubah
molekul glukosa menjadi etanol atau lebih dikenal dengan istilah bioetanol
(alkohol) dengan menggunakan mikroorganisme ragi. Fermentasi ini selain
menghasilkan etanol juga menghasilkan zat lain yaitu air. Produksi etanol oleh
mikroba selama proses fermentasi pada substrat gula atau bahan berpati telah ada
sejak zaman dahulu kala, sebagai contoh pada proses pembuatan anggur, bir dan
roti. Catatan sejarah menunjukkan bahwa proses pembuatan anggur maupun roti
telah ada pada tahun 2000 Sebelum Masehi (Rahayu dan Kapti Rahayu, 1988: 1).
Bioetanol dapat dihasilkan dari biomassa yang mengandung komponen pati
atau selulosa, seperti singkong, umbi garut, ubi jalar, tepung sagu, dan ganyong.
Dalam dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri
turunan alkohol, campuran minuman keras, serta bahan baku farmasi dan
kosmetika (Erliza Hambali, dkk, 2007: 39).
Berdasarkan kadar alkoholnya etanol dapat dibagi menjadi tiga grade
sebagai berikut:
1. Grade industri dengan kadar alkohol 90-94%.
III.
METODELOGI
A. Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kompor IRAC
Bioetanol
Termometer infrared
Panci
Gelas ukur
Timbangan digital
Stopwatch
Kalkulator
Alat tulis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B. Prosedur Kerja
Alat dan bahan disiapkan.
Bioetanol diukur sebanyak 500 mL..
Air dimasukkan ke dalam panci sebanyak 2 liter.
Kompor bioetanol dinyalakan.
Suhu panci dan air diukur selama proses perebusan.
Waktu perebusan diukur.
Massa air menguap ditimbang.
Hasil dicatat pada lembar kerja.
IV.
20
94
25
97
30
100
Tdasar kompor
Tdinding kompor
Truang pembakaran
Tcelah kompor dengan panic
Tpermukaan panic
51
45
48
36
59
56
45
62
38
62
57
47
66
41
66
59
50
68
48
77
60
51
69
57
82
61
53
78
63
86
62
55
79
66
90
= 0,22 %
x 100 %
B. Pembahasan
Dimensi
Bahan
Seng
0.20 m
0.05 m
0.0005 m
Alumunium
0.11 m
0.0005 m
Seng
0.20 m
0.1 m
Dimensi
Bahan
Seng
1.20
1.5
0.0005 m
Alumunium
1.11
0.0005 m
Plastik
0.11 m
0.065 m
0.20 m
naik atau turunnya daya penetrasi minyak terhadap sumbu, angka kekentalan
yang tinggi menyebabkan daya penetrasi minyak turun. Tegangan permukaan
yang rendah memberikan kemampuan penetrasi dan penyebaran yang baik,
sifat pembasahan berkaitan dengan sudut kontak cairan sedangkan densitas
tidak banyak berpengaruh terhadap daya penetrasi.
Ketinggian yang dicapai suatu cairan dalam tabung kapiler dipengaruhi
pula oleh jari-jari tabung dan densitas cairan. Untuk kapilarisasi pada bahan
berpori, semakin rapat bahan tersebut maka akan semakin tinggi ketinggian
yang dapat dicapai oleh cairan.
Hal lain yang mempengaruhi daya kapilarisasi adalah jenis bahan
benang penyusun sumbu. Selain diakibatkan oleh perbedaan karakter dari
setiap jenis benang, kapilarisasi juga sangat erat dihubungkan dengan nilai
porositas sumbu. Ketinggian yang dapat dicapai oleh pergerakan minyak
sepanjang sumbu akan semakin cepat bila ukuran diameter pori sumbu
semakin kecil atau porositasnya semakin besar.
2. Viscositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Viskositas diukur dari tahanannya untuk mengalir atau gesekan
dalamnya. Viskositas dapat dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan
oleh volume tertentu dan minyak untuk mengalir melalui lubang diameter
kecil tertentu. Semakin rendah jumlah detiknya berarti semakin rendah
viskositasnya. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya
suatu cairan. Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum cair terlebih dahulu
menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan.
Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan
dan penggunaan bahan bakar minyak. Viskositas mempengaruhi derajat
pemanasan awal yang diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi
yang memuaskan. Jika minyak terlalu kental, maka minyak akan sulit diserap
oleh sumbu.
3. Titik nyala
Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar
dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila dilewatkan suatu
nyala api.
4. Panas jenis
Panas jenis adalah jumlah kkal yang diperlukan untuk menaikkan suhu
1kg minyak sebesar 1C. Satuan panas jenis adalah kkal/kgC. Besarnya
bervariasi mulai dari 0,22 hingga 0,28 tergantung pada specific gravity
minyak. Panas jenis menentukan berapa banyak steam atau energi listrik yang
digunakan untuk memanaskan minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak
ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan minyak yang lebih berat
memiliki panas jenis yang lebih tinggi.
5. Nilai kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan
diukur sebagai nilai kalor kotor/gross calorific value atau nilai kalor netto/nett
calorific value. Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap
Efesiensi = Qout/Qin
Dari hasil praktikum diperoleh data hasil pengamatan yang dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.
Perubahan suhu pada proses pendidihan air
120
100
80
suhu (oC)
suhu air
60
40
20
0
0
10 15 20 25 30
waktu (menit )
perlu diperbaiki lagi dalam rancangan bentuk dan aspek lain dalam kompor
tersebut agar penggunaannya semakin efisien.
Hal ini terjadi karena perpindahan panas dari api ke dinding dan celah panci
terjadi secara bersamaan dan merata. Kemudian perubahan suhu pada dasar
kompor dan muka panci mengalami kenaikan naik turun tetapi tidak jauh
kenaikannya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh perpindahan panas yang tidak merata.
Sedangkan pada suhu ruang bakar kenaikan dan turunnya suhu berbeda jauh hasil
perubahannya. Hal ini bisa karena aliran cairan bioetanol yang mungkin
terhambat.
DAFTAR PUSTAKA