Disusun oleh :
TEUKU HARMAWANSYAH
AULIA URRACHMAN S
CHAIRATU SADRINA DJENI
SYARIFAH CHAULA AMRINA
NABILA DINDA JEULILA
YUSRA
CUT NOVA APRIANTI
TENGKU DINDA MUTIARA
MAREZZY THIARA
KHAIRUNNISA
FANNY FAJRI
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka kejadian gangguan pendengaran (Tuli)
Latar Belakang
Gangguan pada telinga luar, tengah, dan dalam
dapat menyebabkan gangguan pendengaran
atau disebut juga sebagai ketulian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Telinga
Fisiologi Pendengaran
Fisiologi Pendengaran
Gangguan Pendengaran
Definisi
Seseorang dengan ketidakmampuan
mendengar sebaik orang dengan
pendengaran normal ambang batas
pendengaran normal 25 dB atau lebih
pada kedua telinga
WHO, februari 2014
Gangguan Pendengaran
Tuli
Konduktif
Sensorineural
Campuran
Tuli Sensorineural
Istilah sensorineural sering digunakan untuk
mengindikasikan adanya lesi pada koklea atau nervus
kranialis VIII.
Terjadinya tuli sensorineural akibat :
1. Abnormalitas sel rambut di organ korti pada koklea.
2. Gangguan pada sistem auditori sentral di otak.
Etiologi
Trauma
Kongenital
Prebiskusis
Autoimun
Ototoksik
Noise Induce
Tuli Mendadak
Otosklerosis
Neoplasma
Trauma
Kongenital
Prebiskusis
Berasal dari bahasa Yunani :
Prebys: umur
Akousis: pendengaran
Definisi
Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh
proses penuaan.
Terjadi pada usia diatas 60 tahun, bilateral,
simetris, pada nada tinggi dan bersifat
sensorineural.
Prebiskusis
Autoimun
Autoimun sistemik :
cogan syndrome,
susac syndrome,
wegener granulomatosis,
temporal artritis,
behcet disease,
sistemik lupus erythematous,
relapsing polichondritis,
rheumatoid arthritis,
scleroderma,
sjorgen syndrome ,
inflamatory bowel disease
Autoimun
Histologis :
tampak kerusakan pada organ corti,
degenerasi saraf retrograde pada ganglion spiral,
hidrops endolimpatik,
stria vaskularis distrofi,
neo-fibroosteogenesis pada membran basal koklea,
fibrosis pada kantong endolimfatik dan adanya
limfosit pada labirin
Gejala : tuli sensorineural progresif, bilateral, asimetris
Ototoksik
Gejala :
Tinitus
Gangguan pendengaran nada tinggi
Vertigo
Golongan obat ototoksik :
1. Aminoglikosida
2. Eritromisin
3. Loop Diuretik
4. Obat Anti Inflamasi
5. Obat Anti Malaria
6. Obat Anti Tumor
7. Obat Tetes Telinga
NIHL
Gambaran klinis :
Tinitus
Hampir selalu bilateral
Bersifat sensorineural
Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat
(profound hearing loss)
Gangguan konsentrasi
Gangguan tidur
Tuli Mendadak
Tiba-tiba
Tuli sensorineural
Unilateral
30 dB
> 3 frekuensi yang berdekatan
Periode 3 hari
Neoplasma
Otosklerosis
Otoskelorosis adalah suatu
keadaan pengerasan
pada jaringan telinga.
Pada otoskelorosis, proses
diferensiasi abnormal
yang terjadi mengganggu
kemampuan suara untuk
berpindah dari telinga
tengah ke telinga dalam.
Otosklerosis
Teori :
1. Inflamasi kronik pada tulang pendengaran -> terjadi
differensiasi tulang abnormal -> terjadi eburnation.
2. Teori enzimatik
3. Teori venous shunt antara tulang sklerotik dengan
membran labirin
Otosklerosis
Gejala Klinis :
Penurunan pendengaran progresif
Tinitus
Bilateral
Riwayat trauma disangkal
Lebih baik mendengar pada ruangan bising
Pemeriksaan status lokalis THT :
Pemeriksaan otoskopi sering dalam atas normal
Diagnosis Banding
1.
2.
3.
Tuli sensorineural
Tuli campuran
Tuli konduktif
Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosa tuli sensorineural
hanya dapat dilakukan dari hasil audiometri,
dimana terdapat gambaran signifikan tuli tanpa
adanya gap AC dan BC.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Uji skrining
sederhana
2.
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
Absolute Bone
Conduction (ABC)
Tes Bings
Tes Gelles
Uji audiometri
Audiometri nada murni
Audiometri tutur
Audiometri impedance
Tes berbisik
Uji penala
3.
4.
Evoked Response
Audiometry
BERA
Electrococleography
(ECoG)
5.
6.
Otoacoustic emission
Central auditory test
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: Tn. HA
Umur
: 23 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Bireun
Tanggal Pemeriksaan : 01 Oktober 2014
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status
: Belum Menikah
CM
: 99-51-90
Anamnesis
Keluhan Utama:
Pendengaran berkurang
Keluhan Tambahan
Telinga kiri terasa berdenging
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan penurunan
pendengaran pada kedua telinga, progresif, 10
tahun.
Telinga kiri berdenging sejak 1 minggu yang lalu
Pendengaran lebih buruk saat di tempat
terbuka.
Diagnosis Sementara
Pemeriksaan Penunjang
Tes Penala
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Scwabach
Diagnosis
(+)
Tidak ada
lateralisasi
Sama dengan
pemeriksa
Normal
(-)
Lateralisasi ke
telinga yang sakit
Memanjang
Tuli konduktif
(+)
Lateralisasi ke
telinga yang sehat
Memendek
Tuli sensorineural
Pemeriksaan Penunjang
Audiometri
Diagnosis
Penatalaksanaan
Supportif
: Hindari suara dengan intensitas
tinggi dalam waktu yang lama, hindari melakukan
manipulasi apapun pada telinga.
Operatif
: Stapedektomi/Stapedotomi
Lain-lain
Timpanometri
Brainstem Evoked Response
Audiometry (BERA)
CT-Scan
Prognosis
BAB IV
PEMBAHASAN
Gejala
Teori
Penurunan
pendengaran
bilateral,
progresif
selama 10
tahun.
Auris Sinistra
berdenging
sejak 1
minggu yang
lalu
Gejala
Teori
Pasien pernah
menderita
penyakit
campak 2 kali
Tekanan darah
rendah
(sistolik : 10090 mmHg)
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Laki-laki (23) datang ke poliklinik THT RSUDZA dengan
keluhan pendengaran berkurang. Berdasarkan anamnesis,
gejala klinis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang, diagnosa yang paling memungkinkan adalah
tuli sensorineural bilateral derajat sedang berat e.c.
suspect otosklerosis.
Terima kasih