Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

DEPARTEMEN MATERNITAS
PUSKESMAS TUMPANG MALANG

ANTENATAL CARE (ANC)


Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Oleh :
Yesi Andriani
105070200111012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. DEFINISI

Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Wiknjosastro, 2005.;
Manuaba, 2008).
Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care adalah kontak ibu hamil
dengan

pemberi

perawatan/asuhan

dalam

hal

mengkaji

kesehatan

dan

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi


informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
Asuhan Antenatal (Antenatal Care) adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Lily
Yulaikhah, 2009:67)
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi :
1. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
2. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
3. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
4. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
5. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
6. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
7. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
8. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
9. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN). (Depkes
RI, 2009)
B. TUJUAN
Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif
bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan ibu,
mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan
kelahiran, dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting untuk menjamin agar
proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011)
Tujuan Umum
o

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial


ibu dan bayi.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi


agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran.

Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau


obstetrik selama kehamilan.

Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi


komplikasi

Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas


normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

Tujuan dilakukannya ANC adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental
ibu selama dalam kehamilan dan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, sehingga ibu
sehat dan menghasilkan bayi yang sehat pula (Depkes RI, 2004.; Mochtar, 2005)
Tujuan Khusus
o

Menurut Manuaba (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2011),


menyatakan bahwa tujuan khusus antenatal care adalah :

Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit-penyulit yang terdapat


saat kehamilan, persalinan, dan nifas.

Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan,


nifas.

Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan ANC adalah menyiapkan wanita hamil sebaikbaiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat
dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
C. FUNGSI
1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
2. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi
dan merujuk bila perlu.
3. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
D. CARA PELAYANAN

Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal


menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetri
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral
lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal yang terdiri dari:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan
sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila
janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa hal serta
mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14


1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi


komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya.

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28.

Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia


(tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi
lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)
E. TINJAUAN TENTANG KUNJUNGAN IBU HAMIL
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu
hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi
oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2004). Pelayanan/asuhan standar minimal
termasuk 7 T terdiri dari:
1) (Timbang) berat badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6) Tes terhadap penyakit menular sexual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).

Anamnesis

Pemeriksaan

F. KEBIJAKAN PELAYANAN ANC


a. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan
AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe
Motherhood yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan
Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga)
pesan kunci yaitu :
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan


antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009)
b. Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan
teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko
dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi.
Beberapa

kebijakan

teknis

pelayanan

antenatal

rutin

yang

selama

ini

dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :


1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas
Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan
Bidan dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. (Depkes,
2009)

G. INTERVENSI DALAM PELAYANAN ANC


Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada
ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan
antenatal care adalah :
a. Intervensi Dasar

1) Pemberian Tetanus Toxoid


Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu,
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan
yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu
kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara
penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.
Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
Jadwal pemberian TT

keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS)
tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus
Neonatorum (TN). (Saifudin, 2002)
2) Pemberian Vitamin Zat Besi
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan
meningkat.
Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan
Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya
tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.
(Saifudin, 2002)
b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi :
a) Umur
Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun

Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun


b) Paritas
Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
Paritas > 3
c) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurangkurangnya 2
tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2) Komplikasi Kehamilan
a) Komplikasi obstetri langsung
Perdarahan
Pre eklamasi/eklamsia
Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b) Komplikasi obstetri tidak langsung
Penyakit jantung
Hepatitis
TBC (Tuberkolosis)
Anemia
Malaria
Diabetes militus
c) Komplikasi

yang

berhubungan

dengan

obstetri,

komplikasi

akibat

kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar R, 1998:75).

c. Memantau tumbuh kembang janin (nilai normal)

d. Diagnosis

e. Penanganan

Pathway

H. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ANC
1) Anamnesa
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya
2) Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh

gambaran

mengenai

keadaan

panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila


terlihat jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek,
adanya kelainan panggul (kifosis, skoliosis), kelainan belah ketupat dari
b.

michealis (tidak simetris).


Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu
hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm

c.

dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.


Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu.
Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama
hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing
bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total
adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya

d.

e.

risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.


Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam
kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg
atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut
menjadi preeklamsi dan eklamsi.
Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
Pernapasan

Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila


ibu mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah
f.

atau kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.


Kepala dan Leher
Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat,
berwarna kuning/jaundice pada sklera
Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran
kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena

g.

jugularis
Payudara
Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal
melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan

h.

besar
Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
Retraksi akibat adanya lesi
Masa atau pembesaran pembuluh limfe
Abdomen
Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia
kehamilan > 12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan

> 22

minggu
Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I :
Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam

fundus
Konsistensi uterus
Leopold II :
Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih
goyang
Leopold IV :
Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan
berapa jauh sudah masuk PAP

i.

Tangan dan kaki

Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku
jari
Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan
hipo atau hiper
j.

Pemeriksaan panggul
Panggul : genital luar
Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra,
introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises,
cairan yang ada (warna, konsistensi, jumlah, bau)
Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui
adanya pembengkakan masa atau cairan kista
Panggul : menggunakan spekulum
Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah,
luka/lesi, apakah serviks sudah membuka atau belum
Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah
dan luka
Panggul : pemeriksaan bimanual
Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui
pembukaan (dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri
tekan atau nyeri goyang)
Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua
jari di dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan
posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta adanya masa.

3)

Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :


a. Dari Janin:
Djj pada bulan ke 4-5
Bising tali pusat
Gerakan dan tendangan janin
b. Dari ibu

Bising rahim
Bising aorta
Peristaltik usus
4) Pemeriksaan Dalam

a. Vaginal Toucher (VT)


b. Rectal Toucher (RT)
Dapat dinilai :
Pembukaan serviks : berapa cm/ jari
Bagian anak paling bawah : kepala, bokong serta posisinya
Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan napsu makan, mual dan muntah
Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil :

Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal

Mengikuti diet yg dianjurkan

Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin

Menunjukkan BB ( min 1,5 kg pd TM I )

Intervensi :
1. Tentukan asupan nutrisi per 24 jam
R/ Memenuhi nutrisi ibu
2. Kaji tentang pengetahuan kebutuhan diet
R/ Dasar memberi penyuluhan tentang diet yang diperlukan ibu
3. Berikan informasi tertulis diet prenatal & suplemen
R/ Memudahkan ibu untuk mempraktekkan di rumah dan sebagai petunjuk
4. Tanyakan keyakinan diet sesuai budaya
R/ Memastikan kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi tanpa menentang budaya
yang dianut oleh ibu
5. Timbang BB & kaji BB pregravida
R/ Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal dan atau BB dibawah
normal meningkatkan risiko IUGR
6. Berikan BB selama TM I yang optimal
R/ Mengantisipasi peningkatan atau penurunan BB yang terlalu tinggi atau
rendah
7. Tinjau tentang mual & muntah
R/ Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh ibu
8. Ukur pembesaran uterus
R/ Mengidentifikasi perkembangan janin sesuai umur kehamilan

9. Kolaborasi : program diet ibu hamil


R/ Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi
2) Risti defisit volume cairan berhubungan dengan perubahan napsu makan, mual
dan muntah
Tujuan : Cairan terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi & melakukan kegiatan untuk menurunkan

frekwensi &

keparahan mual/muntah

Mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan

Mengidentifikasi tanda & gejala dehidrasi

Intervensi :
1. Auskultasi DJJ
R/ Mengidentifikasi keadaan janin
2. Tentukan beratnya mual/muntah
R/ Mengidentifikasi derajat dehidrasi
3. Tinjau riwayat (gastritis, kolesistiasis)
R/ Menentukan tindakan intervensi untuk diet
4. Anjurkan mempertahankan asupan cairan
R/ Memenuhi kebutuhan cairan
5. Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, TD, intake & output, Timbang BB
R/ Peningkatan suhu, penurunan turgor kulit, membran mukosa yang
kering, penurunan BB salah satu tanda dan gejala dehidrasi
3) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan pergeseran diagfragma
sekunder kehamilan
Tujuan : Pola napas efektif
Kriteria Hasil :

Melaporkan penurunan keluhan sesak

Mendemonstrasikan fungsi pernapasan baik

Intervensi :
1. Kaji status pernapasan
R/ Mengidentifikasi adanya keluhan sesak karena pergeseran diafragma
2. Pantau riwayat medis (alergi, rinitis, asma, TBC)
R/ Memperberat adanya keluhan pernapasan
3. Kaji kadar HB tekankan pentingnya vit.

R/ HB yang rendah menyebabkan suplai Oksigen dalam darah rendah,


aliran darah ke otak terlambat dan mempengaruhi sistem saraf pernapasan
sehingga dapat menyebabkan ibu merasa sesak
4. Informasikan hubungan program latihan & kesullitan pernafasan
R/ Progran Latihan seperti senam hamil membantu ibu untuk mampu
mengatur pernapasan sehingga keluhan tentang kesulitan pernapasan
dapat berkurang
5. Anjurkan istirahat & latihan berimbang
R/ Mencegah kelelahan
4) Ketidaknyamanan

berhubungan

dengan

perubahan

fisik dan

pengaruh

hormonal
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi

tindakan

yang

melegakan

dan

menghilangkan

ketidaknyamanan

Melaporkan penatalaksanaan ketidaknyamanan

Intervensi :
1. Catat derajat rasa tidak nyaman minor
R/ Mengetahui penyebab rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh klien
2. Evaluasi derajat rasa tidak nyaman selama pemeriksaan lanjutan
R/ Mengetahui perkembangan perubahan rasa ketidaknyamanan
3. Anjurkan pemakaian korset uterus
R/ Menambah kenyaman ibu
4. Tekankan menghindari stimulasi puting
R/ Stimulasi puting dapat menimbulkan kontraksi pada rahim yang dapat
menyebabkan ibu merasa tidaknyaman
5. Kaji adanya haemoroid
R/ Dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan terutama pada saat duduk
atau BAB
6. Intruksikan penggunaan kompres dingin & intake tinggi serat pada
haemoroid
R/ Mengurangi ketidaknyaman dan menghindari konstipasi yang akan
menambah keparahan hemoroid
R/ Memberikan kenyaman pada ibu
7. Kaji tingkat kelelahan dengan aktifitas dalam keluarga

R/

Mengidentifikasi

adanya

aktifitas

yang

terlalu

berat

sehingga

menyebabkan kelelahan pada ibu


8. Kolaborasi : suplemen kalsium
R/ Menambah pemenuhan kebutuhan kalsium dalam tubuh selam hamil
5) Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan
ketidaknyamanan
Tujuan : Seksualitas terpenuhi tanpa mengganggu kehamilan
Kriteria Hasil :

Mendiskusikan perubahan dalam hasrat seksual

Identifikasi langkah mengatasi situasi

Melaporkan adaptasi perubahan dan modifikasi situasi selama kehamilan

Intervensi :
1. Kaji pola aktivitas seksual pasangan
R/ Mengidentifikasi aktivitas seksual selama kehamilan
2. Kaji dampak kehamilan terhadap Seksualitas
R/ Mengetahui perubahan seksualitas selama kehamilan
3. Anjurkan pilihan posisi koitus selama kehamilan
R/ Menganjurkan pemilihan posisi yang nyaman dalam seksualitas selam
hamil yang tidak mengganggu kehamilan
4. Informasikan tindakan yang dapat Meningkatkan kontraksi (stimulasi puting
susu, orgasme pd wanita, sperma)
R/ Pada TM I kontraksi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan
abortus
6) Risti konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, penekanan uterus
Tujuan : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria Hasil :

Mempertahankan pola fungsi usus normal

Mengidentifikasi perilaku beresiko

Melaporkan tindakan untuk meningkatka eliminasi

Intervensi :
1. Tentukan kebiasaan eliminasi sebelum hamil & perhatikan perubahan
selama hamil
R/ Mengidentifikasi adakah perubahan eliminasi BAB sebelum dan selama
hamil
2. Kaji adanya haemoroid

R/ Konstipasi dapat menyebabkan adanya haemoroid


3. Informasikan diet : buah, sayur, serat & intake cairan adekuat
R/ Diet tinggi serat dapat memperlancar BAB dan menjadikan feses lebih
lunak
4. Anjurkan latihan ringan
R/ Latihan dapat membantu pergerakan peristaltik usus lebih cepat dan
membantu merangsang terjadai BAB
5. Kolaborasi : berikan pelunak feces bila diet tak efektif
R/ Mencegah terjadi konstipasi berlanjut

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., & Perry, S.E. (2004). Buku ajar
keperawatan maternitas (maternity nursing). Edisi 4. Alih bahasa
Anugerah, P.I., & Wijayarini, M.A. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (1997). Pedoman pelayanan antenatal care di tingkat dasar. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_________. (2007). Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan
anak (PWS-KIA). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_________. (2008). Paduan pelayanan antenatal. Jakarta : Depkes RI.
Manuaba, IBG. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetri, obstetric operatif, obstetric social. Jilid 2.
Edisi 2. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, S., 2006. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, AB, dkk. (2002). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saminem. 2009. Kehamilan normal seri asuhan kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Cetakan I
Siswosudarmo, Risanto. 2008. Obstetri fisiologis. Yogyakarta: Pustaka Caendikia.
Smeltzer, Suzanne.C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai