Anda di halaman 1dari 12

Dermatofitosis

DEFINISI
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Jamur ini dapat menginvasi seluruh lapisan stratum korneum dan menghasilkan
gejala melalui aktivasi respons imun pejamu.
SINONIM
Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata
ETIOLOGI
Dermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini
mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kleas Fungi imperfecti, yang
terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Ketiga genus
ini mempunyai sifat keratofilik.
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi lesinya, dermatofitosis dibagi menjadi:
1. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
3. Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadangkadang sampai perut bagian bawah.
4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.
6. Tinea korporis, dermatofitosispada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas.
Selain 6 bentuk tinea diatas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus yang dapat
dianggap sebagai sinonim tinea korporis, yaitu:

Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan disebabkan

Trichophyton concentricum
Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton
schoenleini yang secara klinis berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor)

Tinea fasialis, tinea aksilaris yang juga menunjukkan daerah kelainan


Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.
Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti dermaotfitosis dengan

bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.
GEJALA KLINIS
Tinea glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas.
Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi
kulit (polimorfi). Bagian tepi lsi lebih aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada
bagian tengah. Eczema marginatum adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis secara
deskriptif.
Bergantung pada berat ringannya reaksi radang dapat dilihat berbagai macam lesi kulit.
Wujud lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi,
menahun oleh trichophyton rubrum sampai kerion Celsi yang disebabkan Microsporum canis.
Di antara 2 bentuk ekstrim ini, dapat dilihat macam-macam kelainan kulit dengan tingkat
peradangan yang berbeda. Beberapa penulis berdasarkan berat ringannya peradangan lesi,
menggunakan istilah dermatofitosis superfisialis, media, dan profunda.
TINEA PEDIS
Definisi
Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.
Sinonim
Athletes foot, ringworm of the foot, kutu air
Bentuk
1. Tinea pedis bentuk interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering diantara bentuk lain. Diantara jari IV dan V terlihat
fissura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab maka
sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila
bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada
umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung

bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali.
Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai oleh infeksi sekunder oleh bakteri
sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas,
yang disertai gejala-gejala umum.
2. Tinea pedis bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini tampak seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki
menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi
lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.
3. Tinea pedis bentuk subakut
Pada bentuk ini dapat terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula.
Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki
atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi
sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis,
limfangitis, dan kadang-kadang menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian
atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk
diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.
Tinea pedis banyak terlihat pada orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari
banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan
kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa.
TINEA UNGUIUM
Definisi
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Sinonim
Dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail
Bentuk
1. Subungual distalis

Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan
terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku
raouh yang menyerupai kapur.
2. Leukonikia trikofita
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di permukaan
kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.
3. Subungual proksimalis
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan
membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih
utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea unguium
mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atay yang belum. Kuku
kaki lebih sering diserang daripaada kuku tangan.
Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan;
kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.
TINEA KRURIS
Definisi
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
Sinonim
Eczema marginatum, Dhobie itch, jockey itch, ringworm of the groin.
Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat merupakan penyakit
yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja,
atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian
tubuh yang lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas.
Peradangan pada tepi lebih nyata daripada tengahnya. Efloresensi terdiri atas macammacam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menjadi menahun,

dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya
akibat garukan.
TINEA KORPORIS
Definisi
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin).
Sinonim
Tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique.
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas
terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah
tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain.
Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena
beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda radang yang lebih nyata,
lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka
mendapat infeksi baru pertama kali.
Bentuk
1. Tinea imbrikata
Bentuk khas tinea korporis ini disebabkan oleh Trichophyton concentricum. Tinea ini
dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar.
Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasar dan melebar. Proses ini setelah
beberapa waktu mulai ladi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaranlingkaran skuama yang konsentris. Bila diraba dengan jari tangan kita meraba dari
bagian tengah kearah luar, akan terasa jelas skuama menghadap ke dalam.
Lingkaran-lingkaran skuama konsenstris bila menjadi besar dapat bertemu dengan
lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggiran polisiklik. Pada
permulaan infeksi penderita dapat merasa gatal, akan tetapi kelainan yang menahun
tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadangkadang dapat menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi
rambut biasanya tidak. Tinea unguium juga sering menyertai penyakit ini.

2. Tinea Favosa
Bentuk ini disertai dengan kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di
kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan
berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran.
Krusta terserbut biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta
diiangkat terlihat dasar cekung merah dan membasah. Rambut kemudian tidak
berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas ke seluruh
kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis, yang
disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada akil balik. Biasanya dapat
tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Kadang-kadang penyakit
ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat
sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit
berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Favus pada
kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya, yang disebabkan
oleh spesies dermatofita lainnya. Tiga spesies dermatofita dapat menyebabkan favus
yaitu, Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan Microsporum
gypseum. Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur dan
ketahanan penderita sendiri.
3. Bentuk menahun
Pada tinea bentuk ini, tanda radang tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada
tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini
disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea cruris et corporis. Bentuk
menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama
dengan tinea unguium.
TINEA KAPITIS
Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita.
Sinonim
Ringworm of the scalp

Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan , alopesia, dan
kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.
Bentuk
Terdapat 3 bentuk tinea kapitis:
1. Grey patch ringworm
Bentuk ini biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada
anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul
ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan
penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan
pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah terserbut terserang oleh jamur,
sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey
patch. Grey patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah
sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi
hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch
tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini
banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum
audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali-sekali dapat
terbentuk kerion.
2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat
di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum,
pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya
Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton
violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia
yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.
3. Black dot ringworm

Kelainan ini disebabkan oleh Tricohophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum.


Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan
oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara
folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut
yang hitam di dalam folikel rambut ini member gambaran khas yaitu black dot.
Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan
kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur.
PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan
langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik,
percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.
Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang
dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan unuk pemeriksaan mikologik diambil
dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus
70%, kemudian untuk:
1. Kulit tidak berambut (glaborous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan
bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul
steril.
2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di
daerah terserbut dikerok untuk mengumpulkan sisik kelit, pemeriksaan dengan lampu
Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah
yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea
kapitis tertentu.
3. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalamdalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan
pembesaran 1010, kemudian dengan pembesaran 1045. Pemeriksaan dengan pembesaran
10100 biasanya tidak diperlukan.

Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah 1
2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk
kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20 menit hal
ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat
dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan
tersebut, pemanasansudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk Kristal KOH,
sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat
ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchroom blue black.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi
oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama
dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau
besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ekrotriks) atau di dalam rambut
(endotriks). Kadang-kadang dapat terlihata juga hifa pada sediaan rambut.
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini
adalah medium agar dekstrosa Saboraoud.
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis, biasanya batasnya tidak tegas dan bagian tepi tidak lebih aktif daripada
bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari dan tangan dapat merupakan reaksi
id, yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada temapt tersebut.
Hiperhidrosis , terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Bila hanya terlihat vesikelvesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan. Kelainan
tidak meluas sampai di sela-sela jari kaki.
Akrodermatitis kontinua dan Morbus Andrew, dapat menyerupai tinea pedis dan manum
sangat sulit dibedakan dengan dermatofitosis bila berdasarkan pemeriksaan fisik saja dan
memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.

Kandidosis , kadang-kadang sangatlah sulit membedakan kandidosis dengan tinea pedis


murni. Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and chicken
(korimbiformis). Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita, ada atau tidaknya
fluor albus dapat membantu pengarahan diagnosis. Pada penderita diabetes mellitus,
kandidosis merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pemeriksaan sediaan langsung dengan
KOH dan pembiakan dapat menolong. Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri
lain sering menyertai tinea pedis, sehingga pada kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi
yang bijaksana terhadap hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
Sifilis stadium II, pada penyakit ini lesi dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan
kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalam hal ini tanda-tanda lain
sifilis akan terdapat, misalnya kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah bening yang
menyeluruh, anamnesis tentang afek primer, dan pemeriksaan serologi serta lapangan gelap
dapat menolong.
Psoriasis , psoriasis yang menyerang kuku pun dapat berakhir dengan kelainan yang
sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang terlihat pada psoriasis tidak didapati pada
tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada bagian lain badan dapat menolong membedakan
dengan tinea unguium. Psoriasis, tempat predileksinya antara lain daerah ekstensor, misalnya
lutut, siku, dan punggung. Adanya lekukan pada kuku (nail pit) dapat pula menolong
diagnosis. Lesi-lesi pada psoriasis biasanya lebih merah, skuama lebih banyak dan lamellar.
Pitiriasis rosea, distribusi kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal
anggota badan, sukar dibedakan penyakit ini dengan tinea korporis tanpa herald patch.
Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosis.
Dermatitis seboroika, biasanya tempat predileksi adalah di kulit kepala (scalp), lipatanlipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya. Lesi pada
dermatitis seboroika biasanya lebih merata dan simetris distribusinya.
Eritrasma , sering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang sama adalah eritema dan
skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari penyakit ini. Pada pemeriksaan lampu
Wood pun terdapat fluoresensi merah (coral red).

PENGOBATAN DAN PROGNOSIS


Dermatofitosis umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat
fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan
dosis 0,5 1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10
25 mg per kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan
keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif.
Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama
makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu penyembuhan,
kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan.
Pada pengobatan kerion stadium dini, diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3 x 5mg atau prednisolon 3 x 4mg sehari selama 2 minggu. Obat
tersebut diberikan bersama-sama dengan griseofulvin. Griseofulvin diteruskan selama 2
minggu setelah sembuh klinis. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan
sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5mg 250mg sehari
bergantung pada berat badan.
Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia
yang didapati pada 15% penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus
digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga bersifat fotosensitif dan dapat
mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita, yang tersering adalah
gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare, konstipasi,
umumnya ringan. Efek samping lain dapat berupa gangguan pengecapan yang bersifat
sementara. Sefalgia ringan juga dapat terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3
7%.
Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat
fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut
sebanyak 200mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.

Pada masa kini, selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam
benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna (hijau
brilian1% dalam cat castellani) dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini
diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin,
dan naftiline masing-masing 1%.

Anda mungkin juga menyukai