ruangan radiasi
radiasi
kimiawi
Fungsi dan Pentingnya Kemasan Produk Kemasan Produk, oleh sebagian pebisnis, dinilai
dan diposisikan sebagai hal kecil yang kadang luput dari perhatian. Padahal, []
Kemasan Kopi Luwak Kemasan Kopi, termasuk Kopi Luwak, harus mampu mewadahi,
membungkus, melindungi dan mempromosikan produk yang terkandung di []
Jual Kemasan Kopi JUAL KEMASAN KOPI kualitas import dengan harga yang reasonable.
Kemasan Kopi yang kami jual tersedia dalam berbagai kategori: []
Abstrak
Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau produk
baik yang sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ke tangan konsumen
dengan kondisi baik. Dalam dunia farmasi biasa digunakan teknik pengemasan strip
untuk sediaan solid. Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material
digunakan, multi wall paper sack. Saat ini manusia menggunakan teknologi untuk
membuat kemasan plastik sintetik. Banyak faktor yang harus di pertimbangkan dalam
memilih komponen-komponen pengemasan untuk bentuk-bentuk takaran bahan padat,
seperti kecocokan produk hingga aspek kemudahan pengaksesan.
a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.
b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompokkelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
karton untuk wadah strip obat dan sebagainya.
c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.
Material
Tipe
Kegunaan
Primer
Plastik
PrimerSekunder
Wol
Primer
Pengisi kosong
Logam
Primer
Papan
Sekunder
Kertas
Sekunder
Leaflet, label
Liners
Primer
Gelas
(Lund, 1994).
Dalam hal material, tidak semua bahan dapat berfungsi sebagai pengemas demikian
pula persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda
dengan yang lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas adalah :
a) Memiliki permeabilitas terhadap udara (oksigen dan gas lain) yang baik
b)
harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi
kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan
citarasa produk yang dikemas
c)
harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan
pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain
d)
harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan
gangguan dari cahaya (penyinaran)
e)
harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan
penanganan, pengangkutan dan distribusi
f)
harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang
dikemasnya, sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.
Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk bahan kemas, maka tentu saja
bahan kemas alami tidak dapat memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga
manusia dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat
memenuhi sebagian besar dari persyaratan minimal yang diperlukan (Anonim, 2006).
Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
mempengaruhi mutu Produk hendaklah divalidasi. Validasi adalah tindakan
pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun
pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Anonim, 2006).
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Dimana kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di
industri farmasi (Priyambodo, 2007).
Peralatan
Desain dan kontruksi peralatan pengemasan produk hendaklah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Peralatan
hendaklah
didesain
dan
dikontruksikan
sesuai
dengan
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi.
Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Hendaklah tersedia alat timbang dan
alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan
pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa
dan mencatat hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan
disimpan dengan baik (Anonim, 2006).
Kegiatan pengemasan produk dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan
pengemasan dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan
bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian
pelaksanaan pengemasan dicatat dalam catatan pengemasan batch (Anonim, 2006).
Seluruh wadah, yang digunakan untuk penyimpanan obat dan tutupnya tidak boleh
mempengaruhi kualitas obat yang tersimpan di dalamnya. Wadah dan tutupnya
dibersihkan dulu sebelum digunakan. Dengan menggunakan cara yang cocok dapat
dijamin bahwa persyaratan kemurnian mikrobiologis bagi bahan obat dan sediaan obat
yang tercantum dalam Farmakope dapat terpenuhi. Setelah pembersihan dan
pengeringan wadah, sejauh tidak digunakan, disimpan dalam kondisi tertutup. Wadah
harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan persyaratannya setelah diisi dengan obat.
Wadah dan tutup yang terbuat dari plastik dan elastik, diuji seperti Pengujian barang
terbuat dari plastick dan elastik (Voight, 1995).
Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi yaitu :
1.
Strip packaging
Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan
padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya
adalah mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut.
Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan
mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya
mempunyai segel dan biasanya dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan
karena adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi
dari produk keluar. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk
menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan.
Contoh : noza, obat generik seperti dextromethorphan (Anandita, 2012).
karena bisa jadi semakin tebal akan menggangu proses stripping. Antara selophan dan
alumunium ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen yang berfungsi untuk
melekatkan selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium sendiri adalah PE
lagi, fungsinya kali ini adalah untuk membuat dua PLM dapat saling melekat saat
distripping. Jadi secara garis besar, ada 4 lapisan dalam PLM yakni selophan (terluar),
PE, Alu, PE (terdalam). Pembuatan PLM secara garis besar yaitu selophan dicetak dan
diberi warna lalu PE dicairkan. Kemudian Alu dan selophan dipasang dalam masingmasing silindernya, saat akan ditemukan maka diberi cairan PE, sehingga keduanya
melekat. Lalu dilapis dengan PE kembali pada bagian dalam. Untuk PLO dan PLN
hampir sama dengan PLM. Hanya saja PLO komposisinya adalah selophan dan PE
sehingga sifatnya elastis dan tembus pandang (contoh : antimo tablet). Sedangkan PLN
kandungannya adalah Alu dan PE (Anandita, 2012).
Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua PLM
pada rollernya. kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi sehingga
PE mencair dan akan melekatkan kedua PLM (Anandita, 2012).
Pemeriksaan strip juga sederhana. Saat kedatangan barang, cukup diperiksa kesesuaian
warna dan teks, lebar PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM. Saat produksi,
dilakukan pengecekan kualitas PLM dengan tes kebocoran menggunakan metilen blue
dalam presure chamber (Anandita, 2012).
2.
Blister pack
Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan,
hingga akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian
dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai
untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip
dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh :
panadol atau supra livron (Anandita, 2012).
Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP dan Plastik.
PTP merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu
dan PE. Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan
yang akan diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan
PVDC karena lebih protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan
dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk
sesuai dengan cetakannya atau nama kerennya forming. Proses forming sendiri
prinsipnya adalah dengan memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas
dan cooler sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun
tidak bisa kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. kemudian tablet
dimasukkan dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP
menggunakan panas pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai ukuran
blister dengan menggunakan cutting khusus (Anandita, 2012).
3.
Pengemasan bulk produk
Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall
paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi
sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari
beberapa lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka beban yang
didukung oleh kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa
antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang
agak tipis adalah lebih fleksibel dan kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan
kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat digunakan untuk berbagai produk
terutama yang berbentuk bubuk (Julianti dan Mimi, 2006).
produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti produk bakery dan pizza,
daging yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan warna merupakan
masalah utamanya.
2. Pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging
Merupakan teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal
untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Tujuan
dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan
memperpanjang masa simpannya.
(Julianti dan Mimi, 2006).
KESIMPULAN
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, yaitu untuk
menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang
memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan
konsumen. Teknologi pengemasan sediaan farmasi meliputi strip, blister, bulk, botol,
dan kaleng.