TINJAUAN PUSTAKA
samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat
(Irawan, 2007).
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh
juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringanjaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh,
katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar
fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan
berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu 37C (Irawan, 2007).
2.1.2. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat
terlarut).
1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Anonim, 2010).
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.
Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,
nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang
dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti
tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan
tubuh non atlet (Irawan, 2007).
Menurut Horne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tubuh
meliputi:
a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh.
b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.
c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional,
karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.
Tabel 2.1. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia
Usia
Kilogram Berat Badan (%)
Bayi prematur
80
3 bulan
70
6 bulan
60
1-2 tahun
59
11-16 tahun
58
Dewasa
58-60
Dewasa gemuk
40-50
Dewasa kurus
70-75
(Sumber: Horne, 2001).
Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata
memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh
baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Irianto,
2007).
Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung
dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi dari karbohidrat,
protein, dan lemak. (Eastwood, 2003 ; Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Menurut Eastwood (2003) 1 gram
karbohidrat, protein, dan lemak masing-masing memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram,
dan 1.07 gram air.
Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke
pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang
interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam
sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai
urin, ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap
kembali), ke kulit dan saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Keringat dihasilkan kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit.
Bila suhu tubuh meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air
keringat mirip dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah
(hipotonis). Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai
pengatur cairan tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan FKUI, 2007).
Insensibel kulit
350
350
350
Saluran napas
350
250
650
Urin
1400
1200
500
Keringat
100
1400
5000
Feses
100
100
100
2300
3300
6600
Total
Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah
kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke
luar dan kalium ke dalam (Horne, 2001).
Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam
larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion
intraselulernya utama adalah ion fosfat (PO4 3-) (Horne, 2001).
Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit. Nonelektrolit merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisoaiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (mg/100ml atau mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin (Horne, 2001).
2.1.3. Pergerakan dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke
pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air
mengalami filtrasi ke ruang interstisium, selanjutnya masuk dalam sel melalui proses
difusi, sebaliknya air dalam sel keluar ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh
darah (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
FKUI, 2007).
Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan
keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan tubuh ditentukan oleh beberapa proses
transpor yaitu difusi, transpor aktif, filtrasi, dan osmosis (Horne, 2001).
Difusi adalah proses pergerakan partikel dalam dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan (Horne, 2001).
kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan
keringat (Irawan, 2007).
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di
dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na+ ) merupakan kation utama
pada cairan ekstraselular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L.
Ion natrium juga berada pada cairan intraseluler (ICF) namun dengan konsentrasi
lebih kecil yaitu 3 mmol/L (Irawan, 2007).
Sebagai kation utama dalam cairan ekstraselular, natrium akan berfungsi
untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf, kontraksi
otot dan juga berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium
(Na+) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl-) akan memberikan kontribusi
lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstraseluler (Irawan,
2007).
2) Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat pada cairan intraseluler
dengan konsentrasi 150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh berada dalam
kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke ruangan
vascular yang terdapat pada cairan ekstraseluler dengan konsentrasi 3.5-5.0 mmol /L.
Konsentrasi total kalium dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan.
Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur dan massa
otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari (Irawan, 2007).
Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga
keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama
dengan kalsium (Ca+) dan natrium (Na+), kalium akan berperan dalam transmisi saraf,
pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga
merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan
kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat
(Irawan, 2007).
3) Klorida
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraseluler (ECF) adalah
elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl-). Jumlah ion klorida (Cl-) yang terdapat
di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/kg berat badan dengan
konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada
cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga
pankreas (Irawan, 2007).
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan
berperan dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Selain itu, ion klorida juga
mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman
lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama
dengan ion natrium (Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi
terbesar yang keluar melalui keringat (Irawan, 2007).
2.3. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit
Ganggguan keseimbangan elektrolit
dibanding dengan ketidakseimbangan natrium (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
2.3.1. Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.
Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta
osmolalitas akan menimbulkan 4 (empat) gangguan dasar di dalam tubuh yang secara
klinis dikenal Hipovolemia, Edema, Hiponatremia, dan Hipernatremia (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh berkurang;
hal ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia dapat terjadi pada dua
keadaan, yaitu deplesi volume dan dehidrasi (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Gejala- gejala klinis yang terjadi pada hipovolemia yaitu pusing, kelemahan,
keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi dan oliguria,
HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering, mukosa mulut
kering, mata cekung (Horne, 2001).
1) Deplesi Volume
Deplesi volume adalah keadaan dimana cairan ekstrasel berkurang;
kekurangan air dan natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding. Misalnya hilangnya
air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan diare, perdarahan atau
melalui pipa naso-gastrik. Hilangnya air dan natrium juga dapat melalui ginjal
(misalnya penggunaan diuretik, diuresis osmotik, salt-wasting, nephropathy,
hipoaldosteronisme), melalui kulit dan saluran napas (misalnya insesible water
losses, keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada obstruksi
usus, trauma, fraktur, pankreatitis akut) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
2) Dehidrasi
Dehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai
output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Dehidrasi
dapat terjadi karena kemiskinan air (water depletion), kemiskinan natrium (sodium
depletion), dan water and sodium depletion bersama-sama (Staf Pengajar Bagian
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).
Water depletion atau dehidrasi primer dapat terjadi pada orang yang
mengeluarkan keringat yang sangat banyak, tanpa mendapat penggantian air (Staf
Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2006). Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer ialah haus, air liur sedikit sekali
sehingga mulut kering, oliguria, sangat lemah, timbulnya gangguan mental seperti
halusinasi dan delirium. Kematian akan terjadi bila orang kehilangan air 15% atau
22% total body water (Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006).
Sodium depletion atau dehidrasi sekunder terjadi karena tubuh kehilangan
cairan tubuh yang mengandung elektrolit. Sodium depletion sering terjadi akibat
keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare
yang keras. Gejala-gejala yang terjadi pada sodium depletion yaitu nausea, muntahmuntah, kekejangan, sakit kepala, perasaan lesu dan lelah (Staf Pengajar Bagian
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).
b. Edema
Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan
rongga serosa. Edema dapat bersifat setempat atau umum (Staf Pengajar Bagian
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).
Edema biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang
renggang, misalnya jaringan subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis
menimbulkan pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang
tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar (genitalia
sexterna). Kulit di atasnya biasanya menjadi renggang (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
c. Hiponatremia
Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan cairan kaya
natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai
kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L (Horne, 2001).
Menurut waktu terjadinya, hiponetremia dapat dibagi dalam 2 jenis (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007):
1) Hiponatremia akut
Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung cepat yaitu
kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti
penurunan kesadaran dan kejang.
2) Hiponatremia kronik
Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat yaitu
lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti
penurunan kesadaran dan kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya
ringan seperti lemas atau mengantuk.
d. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif.
Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan
larutan NaCl 0.9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia
juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran
terganggu atau gangguan mental) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
e. Isonatremia
Isonatremia adalah suatu keadaan patologis yang tidak menyebabkan
gangguan pada kadar natrium di dalam plasma (osmolalitas plasma tetap berada
dalam keadaan normal). Menurut Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI ( 2007) keadaan seperti ini dapat dijumpai pada :
1) Turunnya kadar Na tubuh total diikuti oleh berkurangnya air tubuh total dalam
jumlah seimbang. Terjadi karena pemberian diuretik jangka panjang atau pada
beberapa kondisi seperti muntah, diare, perdarahan dan thrid space sequestration.
2) Kondisi normal (steady state).
3) Peningkatan Na tubuh total diimbangi oleh peningkatan air tubuh total. Terjadi
pada pemberian natrium isotonik berlebihan (hipervolemia).
dapat
dibagi
sebagai
berikut
(Unit
Pendidikan
Kedokteran-
badan
(Unit
Pendidikan
Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian
melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang
panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
3) Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian
insulin, peningkatan aktivitas beta-andrenergik, paralisis periodik hipokalemik,
hipotermia. Defisit ion kalium tergantung pada lamanya kontak dengan penyebab
dan konsentrasi ion kalium serum (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada hipokalemia yaitu keletihan,
kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah, ileus, parestesia,
peningkatan efek digitalis, penurunan konsentrasi urin (mis; poliuria) (Horne, 2001).
b. Hiperkalemia
Istilah hiperkalemia digunakan bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5
mEq/L. Dalam keadaan normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya
mekanisme adaptasi oleh tubuh. Hiperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya
kalium dari intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal
(Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI,
2007).
2.4. Minuman Isotonik
Minuman isotonik adalah minuman yang mempunyai tekanan osmotik sama
dengan tekanan darah manusia. Dengan demikian, minuman ini dapat secara cepat
diserap tubuh setelah diminum. Dalam beberapa tahun terakhir ini, minuman unuk
2.6. Perilaku
Pengertian perilaku menurut Notoatmodjo (1993) dapat dibatasi sebagai
keadaan jiwa (pendapat, berfikir, bersikap dsb) untuk memberikan respon terhadap
situasi di luar subjek tersebut, dimana respon tersebut dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan).
Perilaku menurut Mantra (1994) adalah merupakan respon (tanggapan)
individu terhadap stimulasi (rangsangan) baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya dan dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
1. Perilaku ideal
Merupakan perilaku yang dapat diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan
oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan
masalah.
2. Perilaku pada saat ini
Merupakan perilaku yang dilaksanakan saat ini yang diidentifikasi melalui
observasi dan wawancara dilapangan, kemudian dianalisis, dan dikaitkan dengan
perilaku ideal serta dicari jawaban mengapa mereka berperilaku seperti itu pada
saat ini.
3. Perilaku yang diharapkan
Merupakan perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran atu sering
disebut sebagai behavior yang akan dituju dalam pelaksanaan suatu program.
2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2.6.2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Menurut Marat (1981), ciri-ciri sikap adalah:
a. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam
hubungan dengan objek tertentu.
b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap
suatu kelompok.
c. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat pula juga berupa kumpulan dari
hal-hal tersebut.
d. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan,
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari
(Notoatmodjo, 2003).
Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak
lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan
dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).
Pada umumnya sikap seseorang akan positif apabila pengetahuan tentang
sesuatu hal positif pula, begitu pula sebaliknya. Namun selain pengetahuan, sikap
juga dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengalaman masa lalu, keadaan
sosial budaya termasuk norma atau nilai di lingkungan keluarga maupun masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
2.6.3. Tindakan
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya
suatu tindakan (perbuatan yang nyata) dibutuhkan pendukung atau kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya
hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang
menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo,
2003).
Siswa SMA yang secara usia tergolong periode remaja (13 sampai dengan
18 tahun) memiliki ciri-ciri perilaku yang menonjol terutama terlihat pada perilaku
sosialnya. Dalam masa tersebut teman sebaya memiliki arti yang sangat penting. Pada
periode remaja pandangan orang-orang sekitarnya serat pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa (Irwanto, 2002).