Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cairan Tubuh


Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium)
adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.
Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler, termasuk
plasma darah dan cairan transeluler (Anonim, 2010).
Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga
diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara
rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L
cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar
dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama
dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1
gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan
cairan 1 gelas per harinya (Irawan, 2007).
2.1.1. Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan
mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel
tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk

Universitas Sumatera Utara

samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat
(Irawan, 2007).
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh
juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringanjaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh,
katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar
fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan
berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada
kondisi ideal yaitu 37C (Irawan, 2007).
2.1.2. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat
terlarut).
1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Anonim, 2010).
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.

Universitas Sumatera Utara

Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,
nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang
dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti
tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan
tubuh non atlet (Irawan, 2007).
Menurut Horne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tubuh
meliputi:
a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh.
b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.
c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional,
karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.
Tabel 2.1. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia
Usia
Kilogram Berat Badan (%)
Bayi prematur
80
3 bulan
70
6 bulan
60
1-2 tahun
59
11-16 tahun
58
Dewasa
58-60
Dewasa gemuk
40-50
Dewasa kurus
70-75
(Sumber: Horne, 2001).
Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata
memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh
baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Irianto,
2007).

Universitas Sumatera Utara

Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung
dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi dari karbohidrat,
protein, dan lemak. (Eastwood, 2003 ; Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Menurut Eastwood (2003) 1 gram
karbohidrat, protein, dan lemak masing-masing memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram,
dan 1.07 gram air.
Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke
pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang
interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam
sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai
urin, ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap
kembali), ke kulit dan saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Keringat dihasilkan kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit.
Bila suhu tubuh meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air
keringat mirip dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah
(hipotonis). Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai
pengatur cairan tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan FKUI, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)


Kehilangan cairan
tubuh melalui :

Jumlah Pengeluaran Cairan Tubuh (mL)


Pada suhu normal

Pada suhu panas

Saat bekerja berat

Insensibel kulit

350

350

350

Saluran napas

350

250

650

Urin

1400

1200

500

Keringat

100

1400

5000

Feses

100

100

100

2300

3300

6600

Total

(Sumber: Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


FKUI, 2007).
Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta suhu
tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
FKUI, 2007; Eastwood, 2003). Bila udara panas, keringat lebih banyak dihasilkan.
Saat berolahraga atau kerja berat, dimana suhu tubuh meningkat, dihasilkan pula
keringat yang lebih banyak. Air berasal dari minuman, makanan dan hasil
metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak) (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Namun menurut Eastwood
(2003) selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan air dapat pula dipengaruhi oleh
aktivitas, diet, dan kesehatan.
2. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
yaitu elektrolit dan non elektrolit.
Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus listrik. Elektrolit
berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasannya untuk
saling berikatan satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion (Horne, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah
kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke
luar dan kalium ke dalam (Horne, 2001).
Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam
larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion
intraselulernya utama adalah ion fosfat (PO4 3-) (Horne, 2001).
Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit. Nonelektrolit merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisoaiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (mg/100ml atau mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin (Horne, 2001).
2.1.3. Pergerakan dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke
pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air
mengalami filtrasi ke ruang interstisium, selanjutnya masuk dalam sel melalui proses
difusi, sebaliknya air dalam sel keluar ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh
darah (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
FKUI, 2007).
Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan
keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan tubuh ditentukan oleh beberapa proses
transpor yaitu difusi, transpor aktif, filtrasi, dan osmosis (Horne, 2001).
Difusi adalah proses pergerakan partikel dalam dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan (Horne, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.


Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi
natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino. (Horne, 2001).
Filtrasi adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable. Arah
perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah dengan
tekanan yang lebih rendah (Horne, 2001).
Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable dari area
dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua membran bila konsentrasi zat terlarut
pada kedua area berubah (Horne, 2001).
2.2. Elektrolit
Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang
diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari
kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium (Na+) dan kalium
(K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-) (Primana, 2009).
1) Natrium
Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada
dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium
berada dalam bentuk ion sebagai Na+. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion
natrium (Na+) terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam
yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang
dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap

Universitas Sumatera Utara

kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan
keringat (Irawan, 2007).
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di
dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na+ ) merupakan kation utama
pada cairan ekstraselular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L.
Ion natrium juga berada pada cairan intraseluler (ICF) namun dengan konsentrasi
lebih kecil yaitu 3 mmol/L (Irawan, 2007).
Sebagai kation utama dalam cairan ekstraselular, natrium akan berfungsi
untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf, kontraksi
otot dan juga berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium
(Na+) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl-) akan memberikan kontribusi
lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstraseluler (Irawan,
2007).
2) Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat pada cairan intraseluler
dengan konsentrasi 150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh berada dalam
kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke ruangan
vascular yang terdapat pada cairan ekstraseluler dengan konsentrasi 3.5-5.0 mmol /L.
Konsentrasi total kalium dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan.
Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur dan massa
otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari (Irawan, 2007).
Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga
keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama

Universitas Sumatera Utara

dengan kalsium (Ca+) dan natrium (Na+), kalium akan berperan dalam transmisi saraf,
pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga
merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan
kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat
(Irawan, 2007).
3) Klorida
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraseluler (ECF) adalah
elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl-). Jumlah ion klorida (Cl-) yang terdapat
di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/kg berat badan dengan
konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada
cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga
pankreas (Irawan, 2007).
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan
berperan dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Selain itu, ion klorida juga
mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman
lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama
dengan ion natrium (Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi
terbesar yang keluar melalui keringat (Irawan, 2007).
2.3. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit
Ganggguan keseimbangan elektrolit

umumnya berhubungan dengan

ketidakseimbangan natrium dan kalium. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya


disebabkan oleh pemasukan dan pengeluaran natrium yang tidak seimbang.
Sedangkan ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih berbahaya

Universitas Sumatera Utara

dibanding dengan ketidakseimbangan natrium (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
2.3.1. Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.
Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta
osmolalitas akan menimbulkan 4 (empat) gangguan dasar di dalam tubuh yang secara
klinis dikenal Hipovolemia, Edema, Hiponatremia, dan Hipernatremia (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh berkurang;
hal ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia dapat terjadi pada dua
keadaan, yaitu deplesi volume dan dehidrasi (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Gejala- gejala klinis yang terjadi pada hipovolemia yaitu pusing, kelemahan,
keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi dan oliguria,
HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering, mukosa mulut
kering, mata cekung (Horne, 2001).
1) Deplesi Volume
Deplesi volume adalah keadaan dimana cairan ekstrasel berkurang;
kekurangan air dan natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding. Misalnya hilangnya
air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan diare, perdarahan atau
melalui pipa naso-gastrik. Hilangnya air dan natrium juga dapat melalui ginjal
(misalnya penggunaan diuretik, diuresis osmotik, salt-wasting, nephropathy,
hipoaldosteronisme), melalui kulit dan saluran napas (misalnya insesible water

Universitas Sumatera Utara

losses, keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada obstruksi
usus, trauma, fraktur, pankreatitis akut) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
2) Dehidrasi
Dehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai
output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Dehidrasi
dapat terjadi karena kemiskinan air (water depletion), kemiskinan natrium (sodium
depletion), dan water and sodium depletion bersama-sama (Staf Pengajar Bagian
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).
Water depletion atau dehidrasi primer dapat terjadi pada orang yang
mengeluarkan keringat yang sangat banyak, tanpa mendapat penggantian air (Staf
Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2006). Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer ialah haus, air liur sedikit sekali
sehingga mulut kering, oliguria, sangat lemah, timbulnya gangguan mental seperti
halusinasi dan delirium. Kematian akan terjadi bila orang kehilangan air 15% atau
22% total body water (Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006).
Sodium depletion atau dehidrasi sekunder terjadi karena tubuh kehilangan
cairan tubuh yang mengandung elektrolit. Sodium depletion sering terjadi akibat
keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare
yang keras. Gejala-gejala yang terjadi pada sodium depletion yaitu nausea, muntahmuntah, kekejangan, sakit kepala, perasaan lesu dan lelah (Staf Pengajar Bagian
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Universitas Sumatera Utara

b. Edema
Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan
rongga serosa. Edema dapat bersifat setempat atau umum (Staf Pengajar Bagian
Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).
Edema biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang
renggang, misalnya jaringan subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis
menimbulkan pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang
tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar (genitalia
sexterna). Kulit di atasnya biasanya menjadi renggang (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
c. Hiponatremia
Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan cairan kaya
natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai
kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L (Horne, 2001).
Menurut waktu terjadinya, hiponetremia dapat dibagi dalam 2 jenis (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007):
1) Hiponatremia akut
Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung cepat yaitu
kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti
penurunan kesadaran dan kejang.

Universitas Sumatera Utara

2) Hiponatremia kronik
Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat yaitu
lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti
penurunan kesadaran dan kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya
ringan seperti lemas atau mengantuk.
d. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif.
Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan
larutan NaCl 0.9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia
juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran
terganggu atau gangguan mental) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
e. Isonatremia
Isonatremia adalah suatu keadaan patologis yang tidak menyebabkan
gangguan pada kadar natrium di dalam plasma (osmolalitas plasma tetap berada
dalam keadaan normal). Menurut Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI ( 2007) keadaan seperti ini dapat dijumpai pada :
1) Turunnya kadar Na tubuh total diikuti oleh berkurangnya air tubuh total dalam
jumlah seimbang. Terjadi karena pemberian diuretik jangka panjang atau pada
beberapa kondisi seperti muntah, diare, perdarahan dan thrid space sequestration.
2) Kondisi normal (steady state).
3) Peningkatan Na tubuh total diimbangi oleh peningkatan air tubuh total. Terjadi
pada pemberian natrium isotonik berlebihan (hipervolemia).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Gangguan Keseimbangan Air dan Kalium


Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3.5-5 mEq/L. Bila kadar
kalium kurang dari 3.5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih
dari 5 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan
kelainan fatal listrik jantung yang disebut sebagai aritmia, kelebihan ion kalium darah
akan menyebabkan gangguan berupa menurunnya potensial trans-membran sel.
Kekurangan ion kalium ini menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
a. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai. Penyebab
hipokalemia

dapat

dibagi

sebagai

berikut

(Unit

Pendidikan

Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007) :


1) Asupan Kalium Kurang
Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari. Hipokalemia akibat
asupan kalium kurang biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada
pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan
berat

badan

(Unit

Pendidikan

Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian

Berkelanjutan FKUI, 2007).


2) Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau keringat.
Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar bersama
bikarbonat (asidosis metabolik). Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui
ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretik. Pengeluaran kalium berlebihan

Universitas Sumatera Utara

melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang
panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit Pendidikan KedokteranPengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
3) Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian
insulin, peningkatan aktivitas beta-andrenergik, paralisis periodik hipokalemik,
hipotermia. Defisit ion kalium tergantung pada lamanya kontak dengan penyebab
dan konsentrasi ion kalium serum (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada hipokalemia yaitu keletihan,
kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah, ileus, parestesia,
peningkatan efek digitalis, penurunan konsentrasi urin (mis; poliuria) (Horne, 2001).
b. Hiperkalemia
Istilah hiperkalemia digunakan bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5
mEq/L. Dalam keadaan normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya
mekanisme adaptasi oleh tubuh. Hiperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya
kalium dari intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal
(Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI,
2007).
2.4. Minuman Isotonik
Minuman isotonik adalah minuman yang mempunyai tekanan osmotik sama
dengan tekanan darah manusia. Dengan demikian, minuman ini dapat secara cepat
diserap tubuh setelah diminum. Dalam beberapa tahun terakhir ini, minuman unuk

Universitas Sumatera Utara

olahragawan atau isotonik berkembang dengan pesat sejalan dengan kebutuhan


kegiatan olahraga yang semakin ramai. Pada prinsipnya minuman isotonik ini
dirancang untuk mencegah dehidrasi serta untuk memberikan energi yang dapat
digunakan dengan cepat (Winarti, 2006).
Ide pertama munculnya minuman ini berasal dari para dokter yang sering
melakukan operasi. Pada saat mereka susah mengambil makanan dan minuman untuk
konsumsinya, para dokter dan paramedis ini sering menggunakan cairan infus sebagai
minumannya. Dengan minum cairan tersebut, stamina dan kebugarannya bisa pulih
kembali. Lalu mengapa tidak diproduksi saja cairan infus untuk dikonsumsi secara
luas. Dari situlah akhirnya muncul ide untuk menghasilkan minuman yang
komposisinya sama dengan cairan infus. Namun, karena cairan infus itu tidak enak,
akhirnya minuman isotonik tersebut dimodifikasi dengan berbagai bahan perasa yang
membuatnya enak dan disukai konsumen (Werdyaningsih, 2009).
Sebuah minuman dikatakan isotonik jika dia mempunyai osmolaritasnya
sekitar 250 mOsm/L-340 mOsm/L. Kandungan dalam minuman isotonik adalah
elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-), sedangkan kandungan gula cukup rendah hanya
6%-7% per 100 mL nya (rata-rata = kurang lebih 26 kkal/100 mL, kebutuhan orang
dewasa = kurang lebih 2.100 kkal/hari). Gula dalam hal ini dibutuhkan untuk
membantu mempercepat penyerapan elektrolit, dan sudah tentu kandungan yang
terbanyak adalah air (Anonim, 2008).
Pertimbangan yang penting dalam membuat formulasi minuman isotonik ini
harus mempunyai sifat-sifat mengosongkan perut dengan cepat dan penyerapan yang
tinggi dalam usus. Kedua sifat ini dapat mempengaruhi fungsi jantung serta mengatur

Universitas Sumatera Utara

suhu tubuh, sehingga dengan demikian meningkatkan kinerja olahraganya. Kedua


sifat ini ditentukan oleh jumlah dan jenis karbohidrat yang terkandung dalam
minuman isotonik serta faktor-faktor lainnya. Karena karbohidrat pada kadar kurang
dari 5 % tidak cukup memberikan kalori untuk meningkatkan efisiensi olahraga dan
lebih dari 10 % mencegah pengosongan perut, maka minuman isotonik sebaiknya
mengandung 6 % sampai 8 % karbohidrat. Glukosa, maltodekstrin, dan sukrosa yang
dapat menstimulasi penyerapan cairan umumnya adalah pemanis yang digunakan
dalam minuman isotonik. Sedangkan fruktosa tidak digunakan dalam formulasi
karena lambat penyerapannya (Fardiaz, 1996).
2.5. Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak (Arya, 2010). Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Universitas Sumatera Utara

Batas Usia Remaja Menurut Kartono (2005), dibagi tiga yaitu :


1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun
sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini
remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa
remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh
keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan
pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada
dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain
itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
4. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan
keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya.
Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang
baru ditemukannya.

Universitas Sumatera Utara

2.6. Perilaku
Pengertian perilaku menurut Notoatmodjo (1993) dapat dibatasi sebagai
keadaan jiwa (pendapat, berfikir, bersikap dsb) untuk memberikan respon terhadap
situasi di luar subjek tersebut, dimana respon tersebut dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan).
Perilaku menurut Mantra (1994) adalah merupakan respon (tanggapan)
individu terhadap stimulasi (rangsangan) baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya dan dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
1. Perilaku ideal
Merupakan perilaku yang dapat diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan
oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan
masalah.
2. Perilaku pada saat ini
Merupakan perilaku yang dilaksanakan saat ini yang diidentifikasi melalui
observasi dan wawancara dilapangan, kemudian dianalisis, dan dikaitkan dengan
perilaku ideal serta dicari jawaban mengapa mereka berperilaku seperti itu pada
saat ini.
3. Perilaku yang diharapkan
Merupakan perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran atu sering
disebut sebagai behavior yang akan dituju dalam pelaksanaan suatu program.
2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Universitas Sumatera Utara

panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2.6.2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Menurut Marat (1981), ciri-ciri sikap adalah:
a. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam
hubungan dengan objek tertentu.
b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap
suatu kelompok.
c. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat pula juga berupa kumpulan dari
hal-hal tersebut.
d. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan,
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari
(Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak
lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan
dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).
Pada umumnya sikap seseorang akan positif apabila pengetahuan tentang
sesuatu hal positif pula, begitu pula sebaliknya. Namun selain pengetahuan, sikap
juga dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengalaman masa lalu, keadaan
sosial budaya termasuk norma atau nilai di lingkungan keluarga maupun masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
2.6.3. Tindakan
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya
suatu tindakan (perbuatan yang nyata) dibutuhkan pendukung atau kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya
hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang
menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo,
2003).
Siswa SMA yang secara usia tergolong periode remaja (13 sampai dengan
18 tahun) memiliki ciri-ciri perilaku yang menonjol terutama terlihat pada perilaku
sosialnya. Dalam masa tersebut teman sebaya memiliki arti yang sangat penting. Pada
periode remaja pandangan orang-orang sekitarnya serat pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa (Irwanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep


Menurut Rogers (1974) sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi 6 proses berurutan: awareness, interest, evaluation,
trial, dan adoption. Pada proses awareness orang tersebut sudah mengetahui terlebih
dahulu objek. Kemudian dilanjutkan dengan proses interest dan evaluation dimana
sikap sudah mulai timbul dan berkembang. Pada proses trial dan adoption subjek
telah mencoba bertindak dan berperilaku baru.
Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi
tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Sebagai contoh seorang siswa telah mendengarkan informasi mengenai minuman
isotonik. Pengetahuan ini akan membuat siswa tersebut berpikir bagaimana apabila
dia mengkonsumsi minuman isotonik tersebut. Kemudian siswa tersebut berniat akan
mengkonsumsi minuman isotonik tersebut. Niat siswa tersebut dapat dikatakan
sebagai sikap. Selanjutnya niat siswa tersebut diputuskannya secara nyata melalui
tindakannya dengan mengkonsumsi atau tidak minuman isotonik tersebut.
Pengetahuan dan sikap siswa sangat mempengaruhi tindakannya terhadap
minuman isotonik berelektrolit. Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan
dalam kaitannya dengan suatu kegiatan tidak dapat dipisahkan. Adanya pengetahuan
tentang suatu hal akan menyebabkan orang tersebut memiliki sikap yang positif,
kemudian akan mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu tindakan.
Adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (bertahan lama).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, maka secara singkat kerangka konsep dalam


penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Pengetahuan siswa SMA
tentang minuman isotonik
berelektrolit

Sikap siswa SMA


terhadap minuman
isotonik berelektrolit

Tindakan siswa SMA dalam


mengkonsumsi
minuman
isotonik berelektrolit

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai