Inflamasi :
contohnya
karena
edema
mukosa
dengan
sekret
suhu dingin
irama sirkardian
tubuh*
saraf parasimpatis
dominan
proses detoksifikasi
saluran pernafasan
ditangkap reseptor
batuk
diteruskan oleh serabut saraf afferen
udara keluar
batuk
* Irama sirkardian adalah suatu irama yang menetap dalam tubuh kita. Mengapa
irama sirkardian bisa mempengaruhi bauk? Karena pada saat pukul 03.00-05.00 kadar
kortisol dalam tubuh kita berkurang. Kortisol menjaga agar saluran pernafasan kita
tetap terbuka, apabila kadar kortisol turun, saluran pernafasan bisa terganggu dan bisa
menyebabkan batuk. Selain itu, pada pukul 03.00-05.00 merupakan waktu untuk
proses detoksifikasi dari saluran pernafasan. (Somantri, 2007)
3. Dodi sering bersin dan nasal kongesti pagi hari ketika kedinginan
Menurut Sugiarto, Takumansang & Pelealu (2006) terjadinya sering bersin dan
nasal kongesti pagi hari ketika kedinginan adalah gejala khas dari rinitis. Udara dingin dapat
menyebabkan degranulasi sel mast dan basofil pada permukaaan mukosa, sehingga terjadi
peningkatan level mediator seperti histamin, prostaglandin (PGD2), kinin, dan N- -tosyl-Larginin methyl ester (TAME), yang menimbulkan gejala rinitis.
Sundaru & Sukamto (2014) menyatakan bahwa sekitar 70-80% pasien asma
mempunyai gejala rinitis. Sehingga gejala rinitis yang terjadi pada pasien semakin
menguatkan penegakan diagnosis pada pasien yaitu asma bronkial.
Bersin adalah suatu refleks yang terjadi apabila ada suatu benda asing yang masuk ke
dalam saluran pernafasan atas khususnya. Bersin biasanya dikaitkan dengan rhinitis alergi.
Rhinitis alergi adalah suatu inflamasi akibat reaksi alergik pada pasien atopik yang
sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya mediator
kimia ketika terjadi paparan ulang alergen spesifik tersebut.
Mekanisme bersin:
polusi udara,
pajanan udara
dingin dll
menyebabkan
bersin, gatal &
vasodilatasi
permeabilitas
vaskuler -->
masuk ke
hidung
direspon
sistem saraf
otonom
nasal kongesti
& edema lokal
mengenai
sistem
mukosilia
ditangkap
reseptor
histamin
iritasi di
daerah
mukosa
mediator
inflamasi
keluar
(Makmuri, 2008)
Interpretasi
Abnormal/demam ringan
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Mokosa nasal sembab abnormal
Abnormal
Abnormal
Normal
Normal
Berdasarkan interpretasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka pasien
tersebut diduga menderita penyakit Asma Bronkial (Sundaru & Sukamto, 2014; Mcfadden,
2014; Wilson, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Chen, W.Y. & Chai, H. (1982). Airway cooling and nocturnal asthma. Chext, 81, 675-680.
Mcfadden, E.R. (2014). Penyakit Asma. In. K.J. Isselbacher, E. Braunwald, J.B. Martin, A.S.
Fauci and D.L. Kasper (Eds). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume
3. Edisi 13. (pp. 1311-1318). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sugiarto, J., Takumansang, D. & Pelealu, M. (2006). Eosinofil mukosa
hidung sebagai uji dignostik rinitis alergi pada anak. Sari Pediatri,
7(4), 194-199.
Sundaru, H. & Sukamto. (2014). Asma Bronkial. In. S. Setiati, I. Alwi, A.W. Sudoyo, M.
Simadibrata, B. Setiyohadi dan A.F. Syam (Eds.). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid 1.
Edisi VI. (pp.478-488). Jakarta : Interna Publishing.
Wilson, L.M. (2014). Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan. In. Sylvia A. Price and
Lorraine M. Wilson (Eds). Patifisiologi, Konsep Klinis Proses-Prosesn Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. (pp. 783-795). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.