Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS MASALAH

1. Batuk Dodi selalu timbul pada malam hari


Akib (2006) dan Sundaru & Sukamto (2014) menyatakan bahwa batuk-batuk yang
selalu timbul pada malam hari merupakan salah satu gejala klinis dari penyakit asma
bronkial.
Hetzel & Clark (1979), Chen & Chai (1982) dan Lopes et al. (1983) menyatakan
bahwa banyak faktor berperan bersama-sama dalam menjadikan gejala asma sering kambuh
di malam hari. Faktor penyebab yang diyakini memberikan kontribusi dalam mencetuskan
gejala asma pada malam hari antara lain, ritme sirkardian, pengaktifan sekresi sel mastoleh
alergen, pengaruh tidur, perubahan sekresi saluran nafas, posisi berbaring, GERD
(Gastroesophageal Reflux Disorder), dan perubahan suhu.
Batuk disebabkan karena berbagi ransagan, antara lain:
a

Inflamasi :

contohnya

karena

edema

mukosa

dengan

sekret

trakeobronkial yang banyak.


Mekanik : terjadi karena benda asing yang masuk dalam saluran nafas

dan aspirasi post nasal drip, retensi sekret bronkopulmonal.


Suhu
: biasanya yang berpengaruh dalam batuk yaitu suhu. Suhu
dimalam hari lebih meningkatkan resiko untuk batuk karena, ada beberapa
orang yang memang sensitif terhadap suhu. Selain itu juga ada karena

polutan udara seperti asap rokok dan kendaraan bermotor.


Psikogenik: batuk juga sering idjumpai pada perokok dan bisa
menyebabkan batuk kronik.
Mekanisme batuk:

suhu dingin

irama sirkardian
tubuh*

saraf parasimpatis
dominan

proses detoksifikasi
saluran pernafasan
ditangkap reseptor
batuk
diteruskan oleh serabut saraf afferen

dibawa ke pusat batuk


serabut saraf efferen kirim rangsang
ke efektor

otot laring, trachea, intercostalis kontraksi

glotis menutup & udara dlm paru tertekan

glotis terbuka mendadak

udara keluar

batuk
* Irama sirkardian adalah suatu irama yang menetap dalam tubuh kita. Mengapa
irama sirkardian bisa mempengaruhi bauk? Karena pada saat pukul 03.00-05.00 kadar
kortisol dalam tubuh kita berkurang. Kortisol menjaga agar saluran pernafasan kita
tetap terbuka, apabila kadar kortisol turun, saluran pernafasan bisa terganggu dan bisa
menyebabkan batuk. Selain itu, pada pukul 03.00-05.00 merupakan waktu untuk
proses detoksifikasi dari saluran pernafasan. (Somantri, 2007)

3. Dodi sering bersin dan nasal kongesti pagi hari ketika kedinginan
Menurut Sugiarto, Takumansang & Pelealu (2006) terjadinya sering bersin dan
nasal kongesti pagi hari ketika kedinginan adalah gejala khas dari rinitis. Udara dingin dapat
menyebabkan degranulasi sel mast dan basofil pada permukaaan mukosa, sehingga terjadi
peningkatan level mediator seperti histamin, prostaglandin (PGD2), kinin, dan N- -tosyl-Larginin methyl ester (TAME), yang menimbulkan gejala rinitis.
Sundaru & Sukamto (2014) menyatakan bahwa sekitar 70-80% pasien asma
mempunyai gejala rinitis. Sehingga gejala rinitis yang terjadi pada pasien semakin
menguatkan penegakan diagnosis pada pasien yaitu asma bronkial.
Bersin adalah suatu refleks yang terjadi apabila ada suatu benda asing yang masuk ke
dalam saluran pernafasan atas khususnya. Bersin biasanya dikaitkan dengan rhinitis alergi.
Rhinitis alergi adalah suatu inflamasi akibat reaksi alergik pada pasien atopik yang
sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya mediator
kimia ketika terjadi paparan ulang alergen spesifik tersebut.
Mekanisme bersin:
polusi udara,
pajanan udara
dingin dll

menyebabkan
bersin, gatal &
vasodilatasi

permeabilitas
vaskuler -->

masuk ke
hidung

direspon
sistem saraf
otonom

nasal kongesti
& edema lokal

mengenai
sistem
mukosilia

ditangkap
reseptor
histamin

iritasi di
daerah
mukosa

mediator
inflamasi
keluar

(World Health Organization, 2001)

8. Hubungan riwayat penyakit dahulu dan penyakit Dodi sekarang


Mcfadden (2014) dan Wilson (2014) menyatakan bahwa riwayat penyakit dahulu
berupa eczema dapat menyebabkan terjadinya penyakit asma. Menurut Paramita (2012) pada
eczema (dermatitis atopi) memiliki Imunoglobulin E (IgE) yang tinggi yang menyebabkan
tubuh bereaksi terhadap zat asing seperti serbuk sari, spora jamur, debu rumah dan
sebagainya. Sehingga pemajanan terhadap alergen tersebut merupakan salah satu faktor
pencetus terjadinya asma (Sundaru & Sukamto, 2014). Selanjutnya Akib (2002) menyatakan
bahwa gejala mengi pada asma mempunyai predisposisi dermatitis atopi dan peningkatan
kadar IgE. Sehingga riwayat penyakit dahulu berupa eczema sangat erat hubungannya dengan
terjangkitnya penyakit sekarang asma.
11. Dodi mengalami sesak napas disertai mengi
Menurut Sundaru & Sukamto (2014) pada gejala asma terjadi penyempitan saluran
napas, dimana penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,
sedang maupun kecil. Pada penyempitan saluran napas yang kecil mengakibatkan terjadinya
gejala batuk dan sesak napas, sedangkan penyempitan pada saluran napas besar
mengakibatkan terjadinya gejala mengi. Oleh karena itu, dengan terjadinya penyempitan pada
saluran napas kecil maupun besar, mengakibatkan pasien mengalami sesak napas yang
disertai mengi.
Sesak nafas bisa terjadi karena adanya penyempitan dari saluran pernafasan akibat
adanya suatu inflamasi seperti pada pasien asma.
Mekanisme:

(Makmuri, 2008)

9. Interpretasi anamnesis dan pemeriksaan fisik


Anamnesis :
1. Keluhan utama :
Sesak napas disertai mengi, batuk-batuk (selalu timbul dimalam hari).
2. Keluhan penyerta :
Demam ringan, sering bersin dan nasal kongesti pagi hari ketika kedinginan
3. Riwayat penyakit :
Eczema
Kulit kering sejak lahir
Tidak mempunyai alergi makanan dan obat-obatan
4. Riwayat penyakit keluarga :
Kakaknya menderita asma
5. Riwayat lingkungan rumah
Tidak ada perokok
Tidak ada hewan peliharaan
Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital :
Suhu 37,8C
Nadi 110x/menit
RR 25x/menit
TD 100/60
Oxigen saturation 95% in room air
2. Mata jernih, mokosa nasal sembab
tidak ada discharge
3. Ada multiple small nodes teraba di
leher bagian atas
4. AP diameter meningkat, hipersonor
pada perkusi, ronkhi dan wheezing
terdengar keras padaauskulasi,
terdapat retraksi suprasternal
5. Jantung regular, tidak ada murmur
6. Kulit kering tidak ada inflamasi

Interpretasi
Abnormal/demam ringan
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Mokosa nasal sembab abnormal
Abnormal
Abnormal

Normal
Normal

Berdasarkan interpretasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka pasien
tersebut diduga menderita penyakit Asma Bronkial (Sundaru & Sukamto, 2014; Mcfadden,
2014; Wilson, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Chen, W.Y. & Chai, H. (1982). Airway cooling and nocturnal asthma. Chext, 81, 675-680.
Mcfadden, E.R. (2014). Penyakit Asma. In. K.J. Isselbacher, E. Braunwald, J.B. Martin, A.S.
Fauci and D.L. Kasper (Eds). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume
3. Edisi 13. (pp. 1311-1318). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sugiarto, J., Takumansang, D. & Pelealu, M. (2006). Eosinofil mukosa
hidung sebagai uji dignostik rinitis alergi pada anak. Sari Pediatri,
7(4), 194-199.
Sundaru, H. & Sukamto. (2014). Asma Bronkial. In. S. Setiati, I. Alwi, A.W. Sudoyo, M.
Simadibrata, B. Setiyohadi dan A.F. Syam (Eds.). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid 1.
Edisi VI. (pp.478-488). Jakarta : Interna Publishing.
Wilson, L.M. (2014). Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan. In. Sylvia A. Price and
Lorraine M. Wilson (Eds). Patifisiologi, Konsep Klinis Proses-Prosesn Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. (pp. 783-795). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai