Anda di halaman 1dari 30

1.

MM art coxae

1.1Makroskopis

Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa
Enarthrosis Spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata.
Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia
berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan
akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian
posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal
colum femoris adalah di luar capsula articularis.
Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:
1) Ligamentum
iliofemorale
yang
berfungsi
mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat
rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang
pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan
kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.
2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah
rotasi interna.
3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi,
ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu diperkuat juga oleh
Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum
capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.
Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,
sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar
dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam
gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur,
berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan
dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada
paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap
acetabulum.
Articulatio coxae termasuk articulatio inferioris liberi.
Tulang
: antara caput humeri dan acetabulum
Jenis sendi
: Spheroidea
Penguat sendi
:
Terdapat tulang rawan pada facies lunata
Terdapat kelenjar havers pada acetabuli
Ligamentum iliofemorale :
untuk mempertahankan
art.coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur dan
mencegah batang badan berputar kebelakang pada saat
berdiri, mengurangi kebutuhan kontraksi otot saat posisi
tegak
Ligamentum ishciofemoralis : mencegah rotasi interna

Ligamentum pubofemorale : mencegah abduksi, ekstensi


dan rotasi externa.
Ligamnetum transversum acetabuli dan ligamnetum
capitisfemoris
Capsula articularis dari lingkar acetabulum ke linea
intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

http://www.tk.de/rochelexikon/pics/s02240.006-3.jpg

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian
proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi
pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi
tempat perlekatan otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni
permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea
aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris.
Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah
pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat
sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus
lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

1.2mikroskopik

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh
matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai
osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan
tulang spongiosa. Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang
terdiri atas serat kolagen yang tersimpan dalam lapisan lapisan
tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang spongiosa terdiri
atas daerah yang saling berhubungan seperti anyaman dan tidak
padat. Celah-celah diantaranya diisi oleh sumsum tulang. Ruang
diantara trabekula berisi sumsum tulang merah. Pada trabekula
yang tebal dapat terlihat osteon.

http://media.opencurriculum.org/articles_manual/ck12_biology/theskeletal-system/5.png

Gambar. Pembagian daerah tulang


Tulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis. Diaphyisis lebih
banyak disusun oleh tulang kompakta, sedangkan bagian epiphysis lebih banyak
disusun oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).

Gambar. Struktur Tulang

Gambar. Tulang Kompakta


Tulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum
yakni :
1. Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas periosteum
dan endosteum.
2. System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar tulang
kompakta. Lapisan lamellar 4-20 tersusun secara konsentris
disekitar ruang vascular.
3. System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel lamel,
secara garis besar membentuk segitiga dan segiempat.
Pada tulang kompakta juga terdapat kanal Havers, kanal Volkman, lacuna dan
kanalikuli.

Osteoclast

Gambar. Tulang Spongiosa


Sel-sel pada tulang spongiosa adalah :
a. Osteoblast
Osteoblast berperan dalam kalsifikasi, mensintesis dan
menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast dapat
mensekresi matriks organk tulang dengan bantuan vit.C.
Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan
tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang
saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek. Gambaran

mikroskopisnya adalah sitoplasma biru, banyak apparatus golgi,


alkali phosphate ,dll.

http://o.quizlet.com/i/Hi0RxO1ygDFZRIxUNtyAFg_m.jpg

b. Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan
tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks
tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang yang
disalurkan melalui kanalikuli. Osteosit berada di dalam lacuna dan
dapat berhubungan dengan osteosit lain dengan gap junction.

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_04.jpg

c. Osteoclast
Osteoclast adalah sel fagosit yang mempunyai kemampuan
mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Osteoclast
mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoclast ini
berasal dari deretan sel monosit makrofag. Aktifitas osteoclast akan
meningkat dengan adanya hormone parathyroid dan dapat
dihambar oleh calcitonin.

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_05.jpg

d. Sel osteoprogenitor

Osteoprogenitor merupakan sel induk tulang. Osteoprogenitor


berperan sebagai bone repair dan pembentukan callus.
Osteoprogenitor
mempunyai
sifat
multipoten
yaitu
bisa
berdiferensiasi menjadi osteoblast, fibroblast, chondroblast, dan sel
lemak.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat
dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan
terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan
dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar
tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago
merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan
pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
a. Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh
substansi tulang.
b. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel
tulang.
c. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi .
d. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
Articulatio coxae merupakan sendi diartrosis. Pada jenis sendi
ini permukaan sendi dari tulang ditutupi tulang rawan hialin yang
dibungkus dalam simpai sendi. Simpai sendi ini terdiri atas lapis
fibrosa luar dari jaringan ikat padat yang menyatu dengan
periosteum tulang. Lapis dalamnya adalah lapisan sinovial. Jaringan
ikat pada sinovial langsung berhubungan dengan cairan sinovial
dalam rongga sendi.
Pada permukaan atau di dekatnya ditemukan sel mirip
fibroblas yang menghasilkan kolagen, proteoglikan,dan komponen
lain dari interstitium; sel makrofag yang membersihkan debris
akibat aus dari sendi. Bisa terdapat limfosit pada lapisan yang lebih
dalam.
Pendarahan sampai ujung os femur pada Art.Coxae dibentuk oleh tiga kelompok besar:

Cincin arteri Ekstracapsuler yang berada pada dasar collum femoris.


Terdiri dari arteri circumleksa femoral medialis dan arteri
circumfleksa femoral lateralis yang menjalar secara anterio maupun
posterior.

Percabangan dari cincin arteri ascenden menjalar ke atas


berada pada permukaan collum femoris sepanjang
intertrochanterica.

Arteri pada Ligamentum teres dan pembuluh darah metafisial


inferior bergabung membentuk pembuluh darah epifisial. Sehingga

yang
linea

terbentuknya pembuluh cincin kedua sebagai pemasok darah pada


caput femori
Pada fraktur collum femoris sering terjadi terganggunya aliran darah ke caput femori.
Pembuluh darah Retinacular superior dan pembuluh epifisial merupakan sumber terpenting
untuk suplai darah. Pada fraktur terbuka dapat menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya
termasuk pembuluh darah dan sinovial.

1.3Kinesiologi

2. Articulatio coxae
Tulang
: Antara caput femoris dan
acetabulum
Jenis sendi
: Enarthrosis spheroidea
Penguat sendi :Terdapat tulang rawan
pada facies lunata, kelenjar Havers
terdapat pada acetabulum
Ligamentum iliofemorale yang berfungsi
mempertahankan art. coxae tetap extensi,
menghambat rotasi femur, mencegah
batang badan berputar ke belakang pada
waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan
posisi regak.
Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.
Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi
externa.
Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan
Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.
Capsula articularis: membentang dari lingkaran acetabulum ke linea intertrochanterica
dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi:
Fleksi : m. iliopsoas, m. pectinus, m. rectus femoris, m. adductor longus, m. adductor
brevis, m. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata
Ekstensi : m. gluteus maximus, m. semitendinosis, m. semimembranosus, m. biceps
femoris caput longum, m. adductor magnus pars posterior

Abduksi
:m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. pirirformis, m. sartorius,
m. tensor fasciae lata
Adduksi
: m. adductor magnus, m. adductor longus, m. adductor brevis, m.
gracilis, m. pectineus, m. obturator externus, m. quadratus femoris
Rotasi medialis
: m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. tensor fasciae
latae, m. adductor magnus (pars posterior)
Rotasi lateralis
: m. piriformis, m. obturator internus, mm. gameli, m. obturator
externus, m. quadratus femoris, m. gluteus maximus dan mm. adductores.
Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat
fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os. coxae menyebar ke
latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea introchanterica
bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira-kira
sebesar jari di aytas crista introchanterica. Oleh karena itu, bagian lateral dan distal
belakang colum femoris adalah di luar capsula articularis. Sehubungan dengan itu
fraktur colum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.

2. MM Fraktur
2.1Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (trauma)
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis, atau tulang rawan sendi.
Ditentukan oleh umur. Pada anak-anak tulang lebih flexible dan tidak gampang patah.
Semakin tua, tulang akan menjadi semakin rapuh.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000).
Fraktur collum femoris adalah fraktur intrakapsuler yg terjadi di femur proximal pd daerah yg
berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proximal daerah
intertrochanter .

2.2Etiologi

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang
baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di
terima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru
mulai latihan lari

Fraktur pada regio femur sering disebabkan oleh beberapa faktor :


Osteoporosis
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi (seperti terpeleset di kamar
mandi)
Trauma memuntir
Trauma yang hebat
Jatuh dari tempat yang tinggi
Trauma langsung
Trauma angulasi
Tekanan varus/valgus
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai
kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi
akibat :
a Peristiwa trauma tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba
dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan,
penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan
sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan
fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tidak langsung tulang dapat mengalami
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu;
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
Kekuatan dapat berupa :
1 Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
2 Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan
fraktur melintang
3 Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian
melintang tetapi disertai fragmen kupu kupu berbentuk segitiga
yang terpisah
4 Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang
menyebabkan fraktur obliq pendek
5 Penarikan dimana tendon atau ligamen benar benar menarik
tulang sampai terpisah
b

Tekanan yang berulang ulang


Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang ulang.

Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)


Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit paget )

Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2001) penyebab fraktur dapat


dibagi menjadi tiga yaitu :
Cidera Traumatik
Cidera traumatic pada tulang dapat di sebakan oleh :
Cedera langsung bearti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintangdan kerusakan pada kulit diatasnya.
Cedera tidak langsung bearti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progesif.
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang
progesif, lambat dan nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan oleh kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.3klasifikasi
Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan hubungan dengan udara bebas
1. Fraktur tertutup: tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar atau bagian eksternal tubuh.
2. Fraktur terbuka: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dibagi
menjadi 3 derajat, yaitu :
Deraj
at
I

Luka

II

> 2 cm , kontusi oto di sekitarnya

Fraktur

< 2 cm, Keruskan jaringan lunak sedikit, Sederhana, dislokasi


tidak ada tanda luka remuk. Kontaminasi ringan minimal
minimal
Dislokasi
jelas

fragmen

III

Luka lebar, hilangnya jaringan Kominutif, segmental,


disekitarnya
fragmen tulang ada
yang hilang

b. Komplit dan tidak komplit


1.Fraktur complete
: Bila garis patah
melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
2.Fraktur incomplete : Bila garis patah tidak
melalui seluruh penampang tulang
3.Hairline fracture
: Patah retak rambut
4.Buckle fracture/ Torus fracture
:
Bila
terjadi lipatan dari korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
Biasanya pada distal radius anak-anak.
5.Greenstick fracture :
Fraktur
tidak
sempurna, korteks tulangnya sebagian
masih utuh, demikian juga periosteumnya.
Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini
akan
segera
sembuh
dan
segera
mengalami remodelling ke bentuk fungsi
normal.

c.Sudut patah
1.Fraktur transversal : Garis patahnya tegak
lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Pada fraktur semacam ini, segmensegmen tulang yang patah direposisi/
direduksi kembali ke tempatnya semula.

2.Farktur oblik : Garis patahnya membentuk


sudut. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
3.Fraktur spira : Akibat trauma rotasi. Garis
patah tulang membentuk spiral. Fraktur
cenderung cepat sembuh.
d. Jumlah garis patah
1.Fraktur kominutif
: Garis patah lebih dari
1 dan saling berhubungan.
2.Fraktur segmental
: Garis patah lebih dari
1 tetapi tidak saling berhubungan.
3.Fraktur multiple
: Garis patah lebih dari
1 tetapi pada tulang yang berlainan.
e. Trauma
1.Fraktur kompresi
: 2 tulang menumbuk
tulang ke-3 yang berada diantaranya.
2.Fraktur avulse : Trauma tarikan, suatu
fragmen tulang pada tempat insersi
tendon ataupun ligamen.
3.Fraktur spiral
f. Bergeser dan tidak bergeser
1.Fraktur undisplaced : Garis patah komplit
tetapi ke-2 fragmen tidak bergeser,
periosteumnya masih utuh.
2.Fraktur displaced
: Terjadi pergeseran
fragmen-fragmen
fraktur
yang
juga
disebut lokasi fragmen.

Terbagi atas:
- Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah
sumbu dan overlapping.
-

Dislokasi
ad
axim:
pergeseran
yang
membentuk sudut.
Dislokasi
ad
latus:
pergeseran di mana kedua
fragmen saling menjauh.

2.4Patologi
2.5Manifestasi klinis

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
obat.
Deformitas ada 4 yaitu :

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penonjolan yang abnormal


Angulasi
Rotasi
Pemendekan
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm.
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.
Spasme otot involunter dekat fraktur
Kehilangan sensasi karena putusnya saraf atau terjadi pendarahan.
Syok hipovolemik.

Manifestasi Klinis Fraktur Femur


Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang paling sering terjadi terutama pada
usia lanjut karena jatuh. Fraktur tersebut tidak sembuh dengan mudah sehingga menyebabkan
penurunan suplai darah pada caput femoris. Terjadi syok hebat dan pada fraktur tertutup, dan
fat emboli sering ditemukan. Kaki berotasi keluar, memendek dan deformitas. Paha
membengkak dan memar. Patah pada daerah ini menimbulkan pendarahan yang cukup
banyak. Penderita biasanya tidak hanya nyeri bahkan tidak bisa bangun. Hal ini terjadi karena
ketidakstabilan fraktur.
Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekka
deformitas, krepitus pembengkakan local dan perubahan warna. Nyeri terus menerus dan
bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai
fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
a) Setelah terjadi fraktur, bagian bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas yang bisa
diketahui dengan ekstermitas normal.
Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah
tempat fraktur.
b) Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus
akibat gesekan antara fragmen satu dgn yang lainnya.
c) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur
2.6. diagnosis dan diagnosis banding
Penegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma/jatuh yang diikuti nyeri
pinggul, pada pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan
fleksi, eksorotasi dan abduksi. Pada atlet yang mengalami nyeri pinggul
namun masih dapat berjalan pemeriksaan dimulai dengan riwayat rinci
dan pemeriksaan fisik. Dokter harus menanyakan apakah gejala yang
muncul terkait dengan olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat latihan
fisik harus diperoleh dan perubahan dalam tingkat aktivitas, alat bantu,
tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.
Adanya riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita.
Amenore sering dikaitkan dengan penurunan kadar serum estrogen.
Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan penurunan massa tulang.
Trias yang dijumpai pada wanita bisa berupa amenore, osteoporosis, dan
makan teratur banyak mempengaruhi perempuan aktif. Tanda dan gejala
pada perempuan meliputi fatigue, anemia, depresi, intoleransi dingin,
erosi enamel gigi. Dokter harus mencurigai adanya fraktur dan memahami
tanda-tanda yang mungkin dari para atlet wanita, terutama mencatat
fraktur yang tidak biasa terjadi dari trauma minimal. Sebagian besar atlet
menggambarkan timbulnya rasa sakit selama 2-3 minggu, dimana dapat
dijumpai perubahan dalam pelatihan atau penggunaan peralatan latihan.
Biasanya, pelari meningkatkan jarak tempuh mereka atau intensitas, atau
penggunaan sepatu lari. dokter harus bertanya tentang latihan individu dan
jarak tempuh.
Pasien biasanya melaporkan riwayat pinggul tiba-tiba, nyeri di
selangkangan, atau nyeri lutut yang memburuk dengan olahraga.
Karakteristik dari fraktur adalah riwayat sakit setempat yang berkaitan
dengan latihan yang meningkat dan berkurang dengan aktivitas dan baik
dengan istirahat atau dengan aktivitas yang kurang. Nyeri semakin parah
dengan pelatihan lanjutan. Rasa sakit berasal dari aktivitas berulang, dan
berkurang dengan istirahat.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum penderita secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering . basah
- Adanya tanda- tanda perdarahan
Palpasi ( feel )
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan
- Krepitasi
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengukur
adanya perbedaan panjang tungkai
Move ( pergerakan )
Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada
daerah yang mengalami trauma.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur,


harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.


Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan
yang normal)
Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
Foto Rontgen
Pada proyeksi AP kadang tidak jelas
ditemukan adanya fraktur pada kasus yang
impacted,
untuk
ini
diperlukan
pemerikasaan tambahan proyeksi axial.
Pergeseran
dinilai
melalui
bentuk
bayangan tulang yang abnormal dan
tingkat ketidakcocokan garis trabekular
pada kaput femoris dan ujung leher femur.
Penilaian ini penting karena fraktur yang
terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I
dan II Garden ) dapat membaik setelah
fiksasi internal, sementara fraktur yang
bergeser sering mengalami non union dan
nekrosisavaskular.
Radiografi foto polos secara tradisional
telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur
tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap
patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur
dapat menunjukkan tegangan fraktur. Radiografi mungkin menunjukkan
garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis
fraktur. Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut
Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior
leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.
Bone Scanning
Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau
infeksi.Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang,
tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan
bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.
Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul.
Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72
jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan
dalam waktu 24 jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan
MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi
oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh
Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien
dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan
hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi
fraktur collum femur.
2 Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
Darah rutin,
Faktor pembekuan darah,
Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan
operasi),
Urinalisa,
Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin
untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi
Arteriografi femoralis yaitu pemeriksaan radiografi untuk
memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah dengan
memasukkan kontras media positif. ( Glenda J. Bryan ).
Indikasi Pemeriksaan
Arterosklerosis Obliterans
Disebabkan oleh oklusi kronis pada arteri. Penimbunan lemak
dan jaringan fibrosa dalam arteri secara progresif
mempersempit lumen arteri sehingga jumlah darah yang
mengalir ke jaringan yang terletak diluar lesi berkurang.
Aneurisma
Pelebaran pembuluh arteri. Aneurisma dapat terjadi pada aorta
atau cabang arteri perifer.
Trauma Arteri
Biasanya disebabkan oleh luka yang cukup luas pada jaringan
lunak, fraktur,dll.
Arteriovenosus Malformasi
Penyakit ini biasanya ditandai dengan pembesaran pada
tungkai. Malformasi
terdiri atas tiga jenis yaitu hubungan
langsung antara arteri dan vena pada
arteriola,
malformasi yang timbul pada kapiler dan malformasi pada
vena.
Artritis
Peradangan yang terjadi pada pembuluh darah arteri.
Neoplasma
Pertumbuhan jaringan baru yang abnormal, seperti tumor.
Kontra Indikasi

Alergi terhadap kontras media


Kelainan jantung

Kontras Media
Conray 280 ( Glenda J. Bryan )
Kontras media yang digunakan berjenis water soluble organik
iodine compounds dengan konsentrasi bahan antara 50% sampai 76%.
Jumlah kontras media yang dipunksi sebanyak 20 ml sampai 30 ml
untuk satu proyeksi arteriografi femoralis dengan kecepatan
penyuntikan 8 sampai ml/s dan 40 ml- 60 ml untuk proyeksi bilateral
dengan kecepatan penyuntikan mencapai 10 sampai 15 ml/s.
Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan Arteriografi Femoralis dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu :
1 Persiapan Pasien
Pasien puasa kurang lebih 5 jam sebelum dimulainya
pemeriksaan.
Mencukur rambut pada daerah yang akan dilakukan punksi
( pada daerah inguinal atau lipatan paha dan pubis ).
Pasien diwajibkan mixie sebelum pemeriksaan dimulai.
2 Premedikasi
Pemasukan bahan kontras ke dalam pembuluh darah akan
menyebabkan rasa sakit selama pemeriksaan dilakukan, sehingga
diperlukan premedikasi untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Jika
dilakukan anastesi lokal maka harus diberikan omnopon dan
scopolamine.
3 Posisi Pasien
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan jarijari kaki diputar 30 ke dalam.
Kedua tumit sedikit dijauhkan agar mudah untuk diputar.
Variasi posisi pasien juga dapat dilakukan untuk mendukung
penglihatan yang lebih baik pada daerah poplitea dan cabangcabangnya.
4 Metode Pemasukan Bahan Kontras
Penyuntikan secara langsung (direct puncture)
Common femoral artery kanan merupakan arteri yang paling
sering dijadikan akses puncture oleh karena lumen yang cukup
besar, pulsasi yang teraba lebih superficial, terdapat caput
femoris di bagian profunda sehingga mudah dilakukan penekanan
arteri untuk menghindari hematoma dan komplikasi lebih lanjut.
Kateterisasi teknik seldinger
Pada pemeriksaan arteriografi femoralis, punksi dilakukan
setelah anestesi lokal pada daerah lipat paha (inguinal) dengan
jarum no.18. Bila canul telah berada di dalam lumen arteri, maka
dimasukkan guide wire melalui jarum seldinger ke dalam lumen
arteri. Pemasukkan guide wire dilakukan di bawah kontrol
fluoroskopi dan diarahkan ke bifurkartio aorta abdominalis
( lumbal dua atau lumbal tiga ). Kemudian jarum atau canul

dicabut secara perlahan-lahan dan hati-hati agar guide wire tidak


tercabut. Daerah punksi ditekan agar tidak terjadi hematom.
Kateter dimasukkan melalui guide wire sampai ke daerah
pembuluh yang dikehendaki dibawah kontrol fluoroskopi. Guide
wire dicabut selanjutnya dimasukkan bahan kontras (tes kontras)
ke dalam kateter untuk melihat apakah kateter sudah berada
didalam pembuluh darah yang diinginkan.
5 Perawatan Pasien
Pada akhir pemeriksaan kateter dan introduccer sheet dicabut.
Tekan bekas suntikan sampai pendarahan berhenti.
Setelah terjadi pendarahan, bekas punksi diberi plester.
Pasien bed rest selama 24 jam dan harus tetap dikontrol tekanan
darah dan nadi selam 15 menit selama 4 jam pertama dan
setelahnya dilakukan 4 jam sekali selama 24 jam.
Suhu tubu dan denyut nadi dicatat tiap 4 jam sekali selama 24
jam setelah pemeriksaan arteriografi femoralis.
Setelah 24 jam, plester pada daerah bekas punksi bisa dilepas.

Diagnosis Banding
Fraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut :
Osteitis Pubis
Slipped Capital Femoral Epiphysis
Snapping Hip Syndrome

2.6 tata laksana


1 Terapi farmakologi
Penanganan fraktur batang femur ditangani dengan cara :
A Antibiotik
Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka misalnya pada
fraktur corpus femur. Luka pada fraktur terbuka harus segera diberi
antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena terkena benda
dari luar atau luka yang kotor dan jaringan lunak banyak yang
rusak, sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk melalui
luka tersebut.
Contoh antiobiotik yang diberikan yaitu :
a Penisilin G
Obat untuk terapi tetanus (C.tetani), perlu ditambahkan toksoid
tetanus dan imunoglobulin tetanus (ATS) sebab Penisilin G
hanya tertuju pada pembasmian mikroorganisme vegetatif saja
b Tetrasiklin
Obat ini merupakan pengganti apabila tidak ada Penisilin G
c Kombinasi benzilpenisilin dan flukloksasilin tiap 6 jam selama
48 jam
d Gentamisin atau metronidazol
Mencegah dari bakteri gram negative
B Analgesik dan Anti inflamasi Non-Steroid (AINS)
Dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah proses
terjadinya inflamasi pada pasien. Contoh obat jenis analgesik dan
Anti-Inflamasi Non-Steroid(AINS) diantaranya ibuprofen,
salisilat, salisilamid, diflunisial, dan para amino fenol
(parasetamol)
2

Terapi non-farmakologi
Prinsip-Prinsip Pengobatan Fraktur :
a Jangan membuat keadaan lebih buruk
Beberapa fraktur terjadi akibat trauma disebabkan oleh pengobatan
yang diberikan disebut iatrogenik
b Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat
Perlu ditetapkan apakah fraktur tersebut merupakan jenis fraktur
tertutup atau terbuka
c Seleksi pengobatan untuk tujuan khusus
Menghilangkan nyeri : terjadi karena adanya trauma pada
jaringan lunak dan akan bertambah nyeri bila ada pergeseran

Memperoleh posisi yang lebih baik dari fragmen


Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang
d Bersifat realistik dan praktis
e Menyesuaikan pengobatan sesuai dengan penderita (umur, jenis
fraktur, komplikasi)
Prinsip umum pengobatan fraktur. Ada empat prinsip pengobatan
fraktur:
A Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan:
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan
B Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi
yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan
reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi
normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas,
serta perubahan osteoartritis di kemudian hari. Posisi yang baik
adalah :
Alignment yang sempurna
Aposisi yang sempurna
C Retention; imobilisasi fraktur
D Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin
Penatalaksanaan Awal
Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan :
1

2
3

Pertolongan pertama
Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih,
steril dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena
agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum
ambulans datang.
Penilaian klinis
Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh
darah atau saraf
Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang
dengan keadaan syok, sehingga diperlukan resusitasi berupa
cairan infus atau transfusi darah serta obat-obat anti nyeri.

Terapi pada Fraktur Terbuka

Banyak pasien dengan fraktur terbuka mengalami cidera ganda dan


syok hebat. Bagi mereka, terapi di tempat seperti pada prinsip diatas
merupakan hal penting. Semua fraktur terbuka, tak peduli seberapa
ringannya harus dianggap terkontaminasi karena itu penting untuk
mencegahnya dari infeksi.
Untuk hal ini, ada beberapa hal yang penting :
1 Pembalutan luka dengan segera
2 Profilaksis antibiotik
3 Debridemen luka sedini mungkin
Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati misalnya kulit,
Fasia, Otot mati (makanan bagi bakteri), vaskuler, nervous, Tendon
dan tulang
4 Stabilisasi fraktur
a Penutupan luka
Pada luka setelah debridemen, dapat ditutup dengan dijahit,
atau dengan cangkokan kulit.
b Perawatan setelahnya
Tungkai ditinggikan di atas tempat tidur, jika luka dibiarkan
terbuka, periksa setelah 5-7 hari, jika terjadi toksemia atau
septikemia dilakukan drainase.
Tindakan terhadap fraktur terbuka:
a Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta
pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.
b Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta
tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam
waktu kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)
c penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.
Perawatan fraktur leher femur tergantung pada usia pasien. Pada
anak-anak di bawah usia 16 tahun dengan fraktur undisplaced dan
berdampak patah tulang dapat ditangani dengan gips atau traksi.
Untuk mendeteksi dislokasi, pemeriksaan Roentgen sangat penting
pada setiap minggu selama satu bulan. Jika fraktur terdapat dislokasi
maka harus tetap dilakukan pembedahan dengan pin atau sekrup.
Antara umur16 sampai 60 tahun (orang yang aktif dengan deposit
tulang baik) dengan patah leher femur baik yang tidak ada dislokasi
dan ada dislokasi tetap dilakukan fiksasi dengan sekrup pinggul
dinamis (Kompresi platewith plat) atau beberapa sekrup.

Gambar
8.1.
Dynamic
hip
screw
Fraktur impaksi dapat dirawat dengan istirahat dan traksi untuk
beberapa minggu diikuti dengan latihan yang lembut.Jika bagian
fraktur terpisah maka operasi dilakukan.
Di luar usia 60 tahun (orang yang kuang aktif atau dengan deposit
tulang yang sedikit) semua patah leher femur undisplaced dan
dislokasi dilakukan perawatan dengan pemindahan kepala femoralis
dan penggantian dengan prostesis (ujung atas femur tulang buatan)
seperti Austin Moore atau bipolar. Fraktur impaksi dirawat sama
dengan sebelumnya.

Gambar 8.2. Prosthesis Austin Moore


Berikut foto sinar x menunjukkan fraktur leher femur pada anak lakilaki berusia 13 tahun.Foto pertama diambil 20 hari setelah
fraktur.Anda dapat melihat rekahan dislokasi.Foto selanjutnya diambil
1 hari setelah pembedahan memperbaiki fraktur dengan sekrup.Foto
yang paling bawah menunjukkan fraktur bersatu setelah 2 bulan.

Gambar 8.3. pemasangan sekrup pada fraktur leher femur

Gambar 8.4. Penyatuan fraktur


Berikut foto seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun yang datang
berobat 1 bulan setelah mempertahankan fraktur leher femur
dislokasi. Foto pertama menunjukkan fraktur. Dia berhasil dioperasi
dengan osteotomy valgus (berbentuk baji memotong tulang) dan
fiksasi dari fraktur dengan plat samping dan sekrup.Foto kedua
diambil 2 bulan setelahnya.Sekarang memungkinkan pasien untuk
berjalan dengan bantalan berat parsial pada ekstremitas. Foto ketiga
diambil lima bulan setelah operasi. Sekarang fraktur telah bersatu. (8)

Gambar 8.5. Fraktur dan 2 bulan setelah pemasangan sekrup

Gambar 8.6.Lima bulan setelah pemasangan sekrup

Pengobatan fraktur tertutup bisa konservatif dan operatif.


1 Terapi konservatif
a Proteksi saja
b Imobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips
pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
d Traksi, untuk reposisi secara perlahan
2 Terapi operatif
a Reposisi terbuka, fiksasi interna
b Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi
eksterna.

Tata laksana fraktur collum femoris

Penangangan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil


adalah reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan pin
yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur. Bila tidak dapat
dilakukan pembedahan ini, cara konservatif yang terbaik adalah
mobilisasi langsunf dengan pemberian anestesi intraartikuler dan
menggunakan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk
psedoartrisus yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bias
berjalan dengan sedikit pemendekan dan sedikit rasa sakit yang dapat
ditahan.Terapi operatif dianjurkan pada orang lanjut usia berupa
penggantian kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur
diikuti dengan mobilisasi dini pascabedah

2.7 komplikasi
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
penanganan
fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik .
1 Komplikasi umum Syok karena perdarahan ataupun oleh karena
nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasan.Ketiga
macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama
pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi
gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi
umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT),
tetanus atau gas gangren
2 Komplikasi Lokal
a Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu
pasca trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu
minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.
Pada Tulang
Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau
tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat
menimbulkan delayed union atau bahkan non union.
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif
yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi
yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago
sendi dan berakhir dengan degenerasi
Pada Jaringan lunak
Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit
superfisial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup
kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik
Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang
oleh gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang
tebal pada daerah-daerah yang menonjol
Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif
otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang
robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang.
Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup
lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley &
Solomon,1993).
Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus
menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung
pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti
spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan
nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi

dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah


sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh
darah tersebut terlepas dan terjadi trombus.
Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangantorniquet
dapat terjadi sindromecrush. Pembuluh vena yang putus perlu
dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi
(Apley & Solomon, 1993).
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra
kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah
sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya.
Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada
pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu
aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat
tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang
nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur
volkmann. Gejala klinisnya adalah 5P yaitu Pain (nyeri),
Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut nadi hilang) dan
Paralisis.
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),
aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka
dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley &
Solomon,1993).
Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunionatau nonunion. Pada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara
normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan
sklerosis pada ujung-ujung fraktur, Terapi konservatif selama 6 bulan
bila gagal dilakukan Osteotomi. Lebih 20 minggu dilakukan cancellus
grafting (12-16 minggu)
Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
- Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses
penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan
fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan
koreksi fiksasi dan bone grafting.
- Tipe II (atrophic non union)disebut juga sendi palsu(pseudoartrosis)
terdapat jaringansinovial sebagai kapsul sendi beserta ronggasinovial
yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun
dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi
periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen
fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,implant atau gips yang

tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang


(fraktur patologis)
Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .
- Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed
union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota
gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi
tulang berupa osteoporosis dan atropi otot ronggasinovial yang berisi
cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan
imobilisasi lama.
- Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler,
perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon.
Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan
melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan
periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita
dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).
1

Prognosis
Pada umumnya fraktur femur lebih besar / sering di derita oleh laki-laki
dewasa dan laki-laki muda / pada pria dari apada kaum wanita karena
faktor aktivitas yang lebih banyak dilakukan. Dan biasanya untuk laki-laki
dewasa di akibatkan oleh adanya kecelakan / trauma lansung seperti
kecelakan pada kendaraan bermotor / karena adanya benturan yang keras /
jatuh dari ketinggian. Kemudian fraktur (femur) biasanya juga di alami
oleh kaum gerontik karena faktor patologik.

Anda mungkin juga menyukai