Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
09700308
Demam Berdarah Dengue
dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor
nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang
memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam
berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau
seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.
Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa,
demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
A. Demam berdarah (klasik)
Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia
pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya
ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam
tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan
muntah, serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
dan penurunan keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat
diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan
pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing
berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
B. Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala
seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam
tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran
hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh
limfa, pendarahan dibawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan,
trombositopenia, dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada
pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus
membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah. Fase
kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh
yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan
darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh
dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan
kematian.
C. Sindrom Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan
mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah
klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh
darah, pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya
setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah
tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada
anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk
kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama
pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat] Durasi syok itu sendiri sangat
cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat
sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan
tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh,
ditandai dengan tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
Gambaran Klinis
1. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 7 hari.
2. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2 7 hari. Panas dapat turun
pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak
turun.
3. Tanda-tanda perdarahan
o
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji
Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi
perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva,
Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering sulit
dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.
o
Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Uji
Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif
test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari pertama demam
terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga
dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri
(Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10
atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,52,5 cm) di lengan bawah bagian
depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).
5. Renjatan (syok)
o
Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki
6. Trombositopeni
o
Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang
Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
ada tidaknya antibodi terhadap virus dengue di tubuh pasien, menghitung titer antibodi terhadap
virus dengue, dan penghitungan sel darah lengkap (sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit). Selain itu, uji laboratorium lain yang dapat dilakukan adalah uji inhibisi
hemaglutinasi, uji ELISA, dan reaksi berantai polimerase reverse transcriptase untuk
mendeteksi antigen, antibodi, atau asam nukleat spesifik terhadap virus dengue. Uji-uji tersebut
dapat memakan waktu beberapa hari. Uji ELISA dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
interaksi antigen dan antibodi terhadap virus dengue.
Pencegahan
Pengasapan atau fogging bermanfaat membunuh nyamuk Aedes dewasa untuk mencegah
penyebaran demam berdarah. Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit
ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol
keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang
tepat, yaitu:
Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor
nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas,
aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian
bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik
nyamuk. Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
Selain itu oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang
mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian
tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di
luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam
berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah.
Pengobatan
Obat yang mengandung acetaminofen, misalnya tilenol, sangat disarankan bagi penderita
demam berdarah untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam. Sampai saat ini belum ada
obat spesifik bagi penderita demam berdarah. Banyak orang yang sembuh dari penyakit ini
dalam jangka waktu 2 minggu Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam
berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau
elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang
mengandung acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam
serta banyak istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan
sodium naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam
berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit,
pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat
pendarahan yang terjadi.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat
simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi
nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna
bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama
penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol
ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.