Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi
yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara
tersebut.Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang,
stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Di
Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitasharga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi.Bank Sentral
menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan
jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak
maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen antara lain namun tidak
terbatas pada base money, suku bunga, giro wajib minimum mencoba
menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup
untuk menggerakkan roda perekonomian (low/zero inflation), dengan
mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang
yang beredar terlalu banyak maka bank sentral dengan menggunakan
instrumen dan otoritas yang dimilikinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Bank Indonesia?
2. Bagaimanakedudukan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara?
3. Bagaimanahubungan kerja sama Internasional yang dilakukan Bank
Indonesia?
4. Apa tujuan dan tugas Bank Indonesia?
5. Apa peranan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi?
6. Apa Operasi Pasar Terbuka itu?
7. Apa Kliring Bank Indonesia itu?
1.3 Tujuan
1.

Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bank Indonesia

2.

Untuk mengetahui bagaimanakedudukan Bank Indonesia sebagai Lembaga


Negara
3. Untuk mengetahui bagaimanahubungan kerja sama Internasional yang
dilakukan Bank Indonesia
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan tugas Bank Indonesia
5. Untuk mengetahui apa peranan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi
6. Untuk mengetahui apa Operasi Pasar Terbuka itu
7. Untuk mengetahui apa kliring Bank Indonesia itu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bank Indonesia
Sejarah Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya UU No. 11/1953
tentang Penetapan UU Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953. Dalam
melaksanakan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia dipimpin oleh
Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasihat. Kebijaksanaan moneter Bank
Indonesia ditetapkan oleh Dewan Moneter, meski tanggung jawabnya berada
di tangan pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada
masa awal Orde Baru landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No.
13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu Bank Indonesia berfungsi
sebagai bank sentral dan pembantu pemerintah dalam pembangunan
dengan menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Namun pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi moneter menerpa
Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam macet,
dan banyak utang luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai langkah telah
ditempuh, mulai dari pengetatan moneter hingga beberapa program
pemulihan IMF yang diperoleh melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada
tahun 1998. Namun akhirnya masa suram tersebut dapat terlewati.
Perekonomian makin membaik seiring dengan kondisi politik yang stabil
pada masa reformasi. Dan tahun 1999 merupakan tonggak bersejarah bagi
Bank Indonesia dengan dikeluarkannya UU No.23/1999 tentang Bank

Indonesia dan telah diubah dengan UU No. 3/2004. Dalam UU ini Bank
Indonesia ditetapkan sebagai lembaga tinggi negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sesuai UU tersebut, Bank Indonesia
diwajibkan untuk menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai
landasan bagi perencanaan dan pengendalian moneter. Selain itu, utang luar
negeri berhasil dijadwalkan kembali dan kerja sama dengan IMF diakhiri
melalui Post Program Monitoring (PPM) pada 2004.
Dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur
Senior, dan sekurang-kurangnya 4 orang atau sebanyak 7 Deputi Gubernur
dengan Gubernur sebagai pemimpin Dewan Gubernur. Dewan Gubernur
mewakili Bank Indonesia di dalam dan di luar pengadilan yang diwakili oleh
Gubernur.
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior dipilih dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Sedangkan Deputi Gubernur dipilih oleh
Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Untuk bisa
menjadi anggota Dewan Gubernur harus berkewarganegaraan Indonesia,
memiliki akhlak dan moral yang tinggi, serta memiliki keahlian dan
pengalaman di bidang ekonomi, keuangan, perbankan dan hukum.
2.2 Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara
Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan
Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar
dengan lembaga tinggi negara seperti DPR, BPK, dan MA. Kedudukan Bank
Indonesia juga tidak sama dengan Kementrian karena kedudukan Bank
Indonesia berada diluar pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus
tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien.
Meskipun

Bank

Indonesia

berkedudukan

sebagai

lembaga

negara

independen, dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia mempunyai

hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, pemerintah, dan
pihak lainnya.
Dalam hal hubungan keuangan dengan pemerintah, Bank Indonesia
membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat utang negara guna
membiayai APBN tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat utang
negara tersebut. Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir pemerintah
yang menata usahakan rekening Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas
permintaan pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri atas nama
pemerintah Indonesia. Namun, agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia
benar-benar terfokus dan agar efektivitas pengendalian moneter tidak
terganggu, pemberian kredit kepada Pemerintah guna mengatasi deficit
spending yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan UU
yang lama kini tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia.
Meskipun

Bank

Indonesia

merupakan

lembaga

negara

yang

independen, tetapi tetap diperlukan koordinasi yang bersifat konsultatif


dengan pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara
keseluruhan.

Koordinasi

diperlukan

pada

perbankan,

dan

sidang

antara
kabinet

keuangan

yang

Bank

Indonesia

yang

dengan

membahas

berkaitan

dengan

pemerintah

masalah

ekonomi,

tugas-tugas

Bank

Indonesia. Dalam sidang kabinet tersebut pemerintah dapat meminta


pendapat Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga dapat memberi
masukan, pendapat, serta pertimbangan kepada pemerintah mengenai
rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas
dan wewenangnya. Dan pemerintah juga dapat menghadiri rapat Dewan
Gubernur Bank Indonesia dengan hak Bank Indonesia tetapi tanpa hak suara.
Oleh karena itu, implementasi independensi justru sangat dipengaruhi oleh
kemantapan hubungan kerja yang proporsional antara Bank Indonesia dan
pemerintah

serta

lembaga-lembaga

terkait

lainnya,

dengan

berlandaskan pembagian tugas dan wewenang masing-masing.

tetap

Pada pasal 4 ayat (3) disebutkan bahwa Bank Indonesia merupakan


badan hukum, maksudnya badan hukum disini meliputi badan hukum publik
dan badan hukum perdata. Sebagai badan hukum publik, Bank Indonesia
berwenang menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat
luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai badan
hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak atas nama sendiri di dalam
dan diluar pengadilan. Penegasan Bank Indonesia sebagai badan hukum ini
diperlukan agar terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam
mengelola kekayaan sendiri terlepas dari APBN.
2.3 Hubungan Kerja Sama Internasional yang Dilakukan Bank
Indonesia
Bank Indonesia menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga
internasional bertujuan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
Bank Indonesia dan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi,
moneter, maupun perbankan. Bentuk kerjasama yang dilakukan, antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing


Penyelesaian transaksi lintas negara
Hubungan koresponden
Tukar menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan tugastugas bank sentral
Pelatihan dan penelitiandi bidang moneter dan sistem pembayaran

2.4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia


Dalam UU BI secara tegas dinyatakan dalam pasal 7 bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
yang merupakan single objective Bank Indonesia. Kestabilan nilai rupiah
yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang
tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain.

Tujuan Bank Indonesia dalam bentuk single objective ini dimaksudkan


untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai dan batasan tanggung jawab
yang harus dipikul oleh Bank Indonesia. Hal ini berbeda dengan tujuan Bank
Indonesia dalam UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral yang
dirumuskan secara umum yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat. Ketidak
tegasan perumusan tersebut menimbulkan implikasi antara lain peran Bank
Indonesia sebagai otoritas tidak jelas dan tidak terfokus bahkan timbul
konflik karena antara tugas menjaga kestabilan nilai rupiah dengan tugas
mendorong pertumbuhan sering kali tidak dapat berjalan bersamaan. Di
samping itu, ketidak jelasan tujuan juga menjadikan tanggung jawab
terhadap kebijakan yang diambil tidak jelas.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga
pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah:
a.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai
rupiah, pasal 10 UU BI menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki
kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan
sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan

1.
2.
3.
4.
b.

pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain:


Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing
Penetapan tingkat diskonto
Penetapan cadangan wajib minimum
Pengaturan kredit atau pembiayaan
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia berwenang untuk

melaksanakan dan memberikan persetujuan

dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran,

mewajibkan

penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan


kegiatannya,

serta menetapkan penggunaan alat pembayaran. Agar

penyelenggaraan jasa sistem pembayaran

oleh pihak lain memenuhi

persyaratan, khususnya persyaratan keamanan dan efisiensi. Kewajiban


penyampaian laporan berlaku bagi setiap penyelenggara jasa sistem

pembayaran, agar Bank Indonesia dapat memantau penyelenggaraan sistem


pembayaran.
c.

Mengatur dan mengawasi Bank


Dalam mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan
peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan
usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan
memberikan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia
berwenang

menetapkan

ketentuan-ketentuan

perbankan

dengan

menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.Berkaitan dengan kewenangan di


bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank
Indonesia

juga

dapat

memberikan

izin

pembukaan,

penutupan

dan

pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan


kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan usaha tertentu.Di bidang pengawasan, Bank Indonesia
melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan
langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun
sewaktu-waktu bila diperlukan.Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh
bank.

2.5 Peranan Bank Indonesia Dalam Pengendalian Inflasi


Dalam UU RI No. 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia pada salah
satu pasalnya di sebutkan bahwa bank Indonesia adalah lembaga Negara
yang Independent. Independent di artikan sebagai lembaga Negara yang
bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lainya.Selanjutnya
dalam pasal 9 dinyatakan bahwa pihak lain di larang melakukan segala
bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas bank Indonesia, dan
demikian pula bank Indonesia wajib menolak dan/atau mengabaikan segala

bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka melaksanakan


tugasnya.
Perlu di ketahui juga bahwa tujuan dari bank Indonesia saat ini adalah
mencapai dan memelihara kestabank Indonesia nilai rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut bank indonesi mempunyai 3 tugas utama, yaitu menetapkan
dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
system pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank, dalam rangka
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut, bank Indonesia
berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan
sasaran laju imflasi yang di tetapkan.
Hal lain yang perlu di pahami adalah bahwa kestabilan nilai rupiah
tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi
tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor
yang mempengaruhi imflasi dapat menjadi di bagi 2 macam, yaitu tekanan
imflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal
ini, bank Indonesia hanya memiliki kemampua untuk memengaruhi tekanan
inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi
penawaran (bencana alam, musim kemarau, distribusi tidak lancer, dan lainlain) sepenuhnya berada di luar pengendalian bank Indonesia. Oleh karena
itu, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan
stabil, diperlukan adanya kerja sama dan komitmen dari seluruh pelaku
ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.

Strategi yang di gunakan oleh bank indoneia dalam mencapai sasaran


imflasi yang rendah adalah :
1.

Mengaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan

moneter bank Indonesia.


2.
Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter bank Indonesia.
3.
Mengindentifikasi variable yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi.
4.
Memformulasikan respons kebijakan moneter bank Indonesia.

5.

Dapat di tambahkan bahwa laju inflasi yang di peroleh dari indeks harga
konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti (core/ underlying
inflation) sebagai sasaran opersional.
Di dalam opersionalnya, bank Indonesia tidak menggunakan inflasi IHK
sebagai acuan dalam
mengambil

kebijakan

moneter,

namun

menggunakan

inflasi

inti,

penggunaan inflasi inti sebagai sasaran operasional di karenakan inflasi inti


dapat memberikan sinyal yang tepat dalam memformulasikan kebijakan
moneter. Sebagai contoh, dalam hal terjadi penggunaan permintaan (demam
shock) yang mengakibatkan inflasi tinggi, respons bank sentral

akan

mengetatkan uang beredar sehingga tingkat inflasi dapat di tekan.


Di

samping

itu,

kebijakan

akan

tersebut

dapat

juga

untuk

menyusuaikan kembali pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang sesuai


dengan kapasitas perekonomian. Sebaliknya, jika inflasi meningkat karena
terjadi gangguan penurunan di sisi peawaran (supply side), misalnya
kenaikan harga makanan karena musim kering maka kebijakan uang ketat
bank Indonesia justru dapat memperburuk tingkat harga dan pertumbuhan
ekonomi.
Dalam Pasal 58 UU Bank Indonesia yang baru di sebut di atas bahwa
bank Indonesia wajib menyampaikan imformasi kepada masyarakat secara
terbuka melalui media massa pada setiap awal tahun anggaran yang antara
lain memuat rencana kebijakan dan penetapan sasaran sasaran laju inflasi
serta perkembangan ekonomi dan keuangan. Atas dasar hal tersebut, maka
bank Indonesia akan mengumumkan sasaran inflasi untuk jangka waktu
antara 2-3 tahun ke depan,

dalam jangka menengah dan panjang, laju

inflasi di harapkan dapat di tekan sekitar 5%. Dalam jangka pendek, angka
inflasi di pertahankan

di bawah single digit. Namun demikian, berbagai

kebijakan penyesuaian harga barang yang di kendalikan dapat memberikan


tekanan inflasi secara signifikan.

Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia


sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia
mempunyai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk
mencapai tujuan tersebut bank Indonesia memiliki beberapa tugas pokok,
Yaitu :
1.
2.
3.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,


Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, dan
Mengatur dan mengawasi bank.
Terkait

pelaksanaan

tugas

pokok

dalam

melaksanakan kebijakan moneter, memiliki

menetapkan

dan

kewenangan antara lain

menetapkan dan menggunakan instrumens moneter berupa tetapi tidak


terbatas pada :
1.
2.
3.
4.

Operasi pasar terbuka,


Penetapan tingkat diskonto,
Penetapan giro wajib minimum, dan
Pengatuaran kredit
Penggunaan

instrumen di atas di lakukan berdasarkan prinsip

konvensional (system bunga). Pengendalian moneter melalui operasi pasar


terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang di lakukan bank
Indonesia dengan bank atau pihak lain

yang di tetapkan

oleh bank

Indonesia. Kegiatan pasar terbuka terdiri dari :


1.

Operasi pasar terbuka dalam rupiah, meliputi penerbitan SBI Sertifikat


bank Indonesia, jual beli surat berharga dalam rupiah antara lain SBI dan
surat Utang Negara, Penyediaan fasilitas simpanan bank Indonesia dalam

rupiah, (Fine tune Operation) Penitipan dana dengan prinsip wadiah dan
2.
Operasi pasar terbuka dalam valas yaitu jual beli valas terhadap rupiah
antara lain dalam bentuk spot, forward, dan swap.
Dengan kegiatan operasi pasar terbuka tersebut, Bank Indonesia
memengaruhi likuiditas perbankan (melalui ekspansi dan kontraksi moneter)

untuk mencapai target operasional kebijakn moniter, berupa target kuantitas


uang

primer

pendek.untuk

atu

komponennya,

mencapai

atau

sasaran-sasaran

suku

bangsa

moneter,

pasar

bank

jangka

Indonesia

mempunyai funsi sebagai lender of the last resort melalui pemberian kredit
atau pembiyaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek, yang dijamin dengan angunan yang
berkualitas tinggi dan mudah dicairkan, yang selanjutnya di sebut fasilitas
pendanaan jangka pendek (FPJP).
2.6 Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang di
lakukan oleh bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka
pengendalian moneter.Kegiatan tersebut dapat bersifat kontraksi (menyerap
likuiditas perbankan) maupun ekspansi (menambah likuiditas perbankan).
Operasi pasar terbuka di lakukan dengan tujuan untuk mencapai target
operasional kebijakan moneter dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran akhir kebijakan bank Indonesia.
Instrumens Operasi Pasar Terbuka
Instrumen operasi pasar terbuka dikelompokkan berdasarkan waktu
pelaksaan operasi pasar terbuka yang dapat di akukan secara regular dan
nonreguler.

Gambar . Sistem dan Mekanisme Kerja OPT

1.Instrumen Operasi Pasar Terbuka Reguler

Instrumen Operasi Pasar Terbuka Reguler terdiri dari penerbitan SBI,


FASBI, Sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI), Reverse Repo SUN (RRSUN),
dan SBI repurchase agreement (SBI Repo).
a)

Penerbitan SBI
SBI adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek dalam mata uang rupiah yang di terbitkan oleh bank Indonesia
dengan system diskonto. SBI di terbitkan Bank Indonesia tanpa warkat
(scripless) dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya di catat dalam
sarana bank Indonesia BI-SSSS. SBI di terbitkan bank Indonesia dalam jangka
waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil
sebesar Rp 1 Juta. Saat ini bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1
bulan dan 3 bulan.Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan
sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan.

b)

FASBI
FASBI adalah fasilitas penempatan dana milik bank umum dalam rupiah di
bank Indonesia. FASBI disediakan secara harian oleh bank Indonesia dengan
jangka waktu penempatan dana bank antara 1 hari (Overnite) sampai dengai
14 hari. Penempatan dana minimal pada FASBI ditetapkan berdasarkan
diskresi bank Indonesia.
FASBI dilakukan tanpa warkat, dan bukti kepemilikan tercatat dalam sarana
BI-SSSS. Penyelesaian transaksi FASBI dilakukan pada hari yang sama (same
day settlement).

c)

SWBI
SWBI merupakan intrumen pendukung operasi pasar terbuka dalam rangka
kontraksi moneter secara harian berupa penepatan dana jangka pendek
bank syariah di bank Indonesia berdasarkan prinsip wadiah.
SWBI berjangka waktu 7, 14, dan 28 hari. Jumlah dana yang di tempatkan
paling kurang Rp500 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp50 juta. Bank
Indonesia dapat memberikan bonos atau SWBI yang besarnya ditentukan
berdasarkan dikresi bank Indonesia.

d)

RR-SUN
RR-SUN Merupakan transaksi pembelian SUN milik bank Indonesia oleh bank
dengan perjanjian untuk menjual kembali kepada bank Indonesia sesuai
dengan harga dan jangka waktu yang telah disepakati. Jenis SUN yang di
gunakan dapat berupa obligasi Negara (ON) maupun surat perbendeharaan
Negara (SPN), Transaksi RR-SUN dilakukan dengan jangka waktu (tenor) 1
bulan dan 3 bulan.
Metode lelang RR-SUN dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu : (1).
Variable rate tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dan
reverse repo rate ) (2). Fixed rate tender (peserta lelang mengajukan

e)

penawaran kuantitas dengan RR-rate yang di tetapkan oleh bank Indonesia.


SBI Repo
SBI Repo Adalah transaksi penjualan SBI secara bersyarat oleh bank kepada
bank Indonesia dengan persyaratan kewajiban pembelian kembali sesuai
dengan harga dan jangka waktu yang di sepakati.Repo merupakan instrumen
kebijakan moneter yang bersifat ekspansif.
Saat ini, jumlah maksimal surat berharga milik bank yang dapat direpokan
adalah 50% dari Nilai SBI. Penyelesaian transaksi Repo di lakukan pada hari
yang sama(same day dattlement).

2.Instrumen Operasi Pasar Terbuka Non Reguler


Instrumen operasi pasar terbuka non regular terdiri dari : Fine Tune
Operation, Meliputi Fine tune ekspansi dan Fine tune kontraksi : Outright
beli /jual SUN ; dan sterilisasi penjualan/penjualan valas.

FTO
FTO adalah instrument operasi pasar terbuka untuk menambah/mengurangi
likuiditas jangka pendek dalam rangka menstabilkan gejolak suku bunga di
PUAB.
Transaksi FTO dilakukan dengan mekanisme lelang melalui sarana bank
Indonesia SSSS, dapat mengunakan metode fixed rite tender/Variable rate

tende. Penyelesaian FTO melalui saran BI-RTGS pada tanggal transaksi


dengan prinsip Delivery Versus Payment.

Outright Jual/Beli SUN


Outright jual/beli SUN adalah instrument kontraksi/ekspansi moneter yan
bersifat permanen yang underlying berupa SUN yang berjangka waktu lebih
dari 1 tahun. Transaksi dapat di lakukan dengan mekanisme lelang atau
nonlelang.

Sterilisasi Penjualan/Pembelian Valuta Asing


Sterilisasi Penjualan/Pembelian USD atau valas lainya dengan menggunakan
rupiah yang dimaksudkan untuk mengurangi/menambah jumlah rupiah yang
beredar.
3.Peserta Operasi Pasar Terbuka
Peserta operasi pasar terbuka terdiri dari bank, Lembaga perantaran,
dan pihak lain yang di tetapkan oleh bank Indonesia. Lembaga perantaran
yang di maksud antara lain pialang pasar uang, pialang pasar modal, dan
primary dealer, sedangkan yang di maksud pihak lain adalah badan hokum
nonbank, badan lainnya, dan perorangan.
Di lihat dari cara pengajuan penawaran, peserta operasi pasar terbuka
dapat di golongkan sebagai peserta langsung dan peserta tidak langsung.
Peserta langsung yaitu peserta yang mengajukan penawaran langsung ke
bank

Indonesia,

sedangkan

peserta

tidak

langsung

mengajukan

melakukan

penyelesaian

penawarannya melalui lembaga perantara.

2.7 Kliring Bank Indonesia


Kecendrungan

pelaku

ekonomi

dalam

transaksi perekonomian menggunakan dana yang di simpan di rekening


bank melalui proses kliring dan penyelesaian akhir (settlement) di bank

sentral (Bank Indonesia) antara lain di sebabkan oleh adanya beberapa


keunggulan pembayaran dengan menggunakan alat lalu lintas giral di
bandingkan dengan uang tunai, antara lain dengan factor efektivitas,
efisiensi, dan keamanan.
Sebagai mana di ketahui dalam UU No. 23 Tahun 1999 Tanggal 17 Mei
1999 tentang bank Indonesia (UU BI), di sebutkan bahwa tujuan bank
Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.Dalam
rangka mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran tersebut
bank Indonesia berwenang untuk :

Melaksanakan

dan

memberikan

persetujuan

penyelenggaraan jasa system pembayaran.


Mewajibkan penyelenggara jasa

menyampaikan laporan tentang kegiatannya dan,


Menetapkan penggunaan alat pembayaran

system

dan

izin

pembayaran

atas
untuk

Penyelenggaraan kliring antar bank tersebut di maksudkan untuk


mempermudah cara pembayaran dalam upaya memperlancar transaksi
perekonomian dengan perantaraan perbankan (Bank peseta kliring) dan
bank Indonesia yang bertindak sebagai penyelenggara kliring. Dengan
adanya kliring di harapkan penggunaan alat-alat lalu lintas pembayaran giral
di masyarakat dapat meningkat sehingga otomatis akan meningkatkan
simpanan dana masyarakat di bank yang dapat dipergunakan oleh bank
untuk membianyai sektor-sektor produktif di masyarakat.
Secara umum mamfaat yang dapat di tari dari berbagai pihak yang
terkait

dengan

berbagai

system

pembayaran

dengan

adanya

penyelenggaraan klirin g untuk transaksi antar bank di maksud adalah :


1.

Bagi

masyarakat,

memberikan

alternatif

dalam

melakukan

pembayaran (transfer of value) yang efektif, efesien, dan aman.

suatu

2.

Bagi bank merupakan salah satu advantage service kepada nasabah,


menjadi feebased income, juga dapat menjadi salah satu upaya dalam

3.
4.

melakukan dana.
Bagi nasabah untuk kepentingan fortfolio fund
Bagi bank sentral sebagai menyelenggara, dapat secara cepat dan akurat
mengetahui kundisi keuangan suatu bank maupun transaksi-transaksi yang
terjadi di masyarakat, baik antar nasabah bank maupun antar bank sehingga
dapat menentukan kebijakan-kebijakanya secara lebih akurat dan tepat.
Kegiatan Kegiatan Dalam Kliring
Penyelenggaran kliring lokal terdiri dari 2 bagian yang meliputi kliring
penyerahan, dan kliring pengambilan yang merupakan satu kesatuan siklus
kliring.

1.

Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan adalah

bagian

dari

suatu

siklus

kliring

guna

memperhitungkan warkat dan atau/ DKE yang di sampaikan oleh peserta.


Dalam kliring penyerahan peserta kliring akan menyerahkan warkatwarkat/DKE kliringnya baik warkat /DKE debit maupun warkat/DKE keluar
(outward clearing) serta menerima warkat/DKE

debet maupun kredit dari

penyelenggara/ peserta lawan transaksinya (Lazimnya di sebut warkat/DKE


masuk (inward clearing).
2.

Kliring Pengambilan
Kliring pengambilan adalah

bagian

dari

suatu

siklus

kliring

guna

memperhitungkan warkat atau DKE debet kliring penyerahan yang ditolak


berdasarkan alasan yang di tetapakn dalam ketentuan bank Indonesia atau
karena tidak sesuai dengan tujuan dan persyaratan penerbitan. Untuk
warkat cek dan bilyet Giro, sesuai angka IV dalam surat edaran bank
Indonesia No. 2/10/DASP tanggal 8 juni 2000 perihal tata usaha penarikan
a)
b)
c)

cek/bilyet Giro kosong, terdapat 17 alasan penolakan cek/bilyat giro yaitu :


Saldo tidak cukup
Rekening telah di tutup
Persyaratan formal cek/bilyet giro tidak di penuhi

d)
e)

Tanggal bilyet giro belum sampai


Cek di tarik kembali oeh penarik setelah berkhirnya tanggal waktu

pengunjukkan.
f)
Bilyet giro di batalkan oleh penarik setelah berakhirnya tenggang waktu
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
3.

penawaratandan
Sudah kedaluarsa
Coretan/perubahan tidak ditaerai nda tangani oleh pemilik
Bea materai belum di lunasi
Tanda tangan tidak cocok dengan spicement
Stempel kliring tidak ada
Stempel kliring sesuai dengan bank penerima
Endorsement pada cek atas nama atau cek atas order tidak ada
Warkat di blokir pembayarannya (SKK terlampir)
Rekening di blokir oleh instansi yang berwenang
Warkat bukan untuk kami
Perhitungan/encode tidk sesuai dengan nominal yang sebenarnya
Retur Warkat Kredit
Dalam hal terdapat warkat kredit dan atau DKE kredit yang tidak dapat di
perhitungkan ke rekening nasabah penerima, misalnya karena adanya
kesalahan pengisian sandi, peserta, nomor rekening, atau jumlah nominal
maka penolakannya wajib di lakukan melalui kliring berikutnya segera
setelah diketahui adanya kesalahan dimaksud dan tidak melalui kliring
pengembalian.
SISTEM KLIRING
Saat

ini

penyelenggaraan

kliring

local

Indonesia

di

lakukan

menggunakan 4 macam system kliring yaitu :

Sistem Manual
Sistem manual adalah system penyelenggara kliring local yang dalam
pelaksaan perhitungan, pembuatatn bilyet saldo kliring serta pemilahan
warkat secara manual oleh setiap peserta.pada proses system manual,
perhitungan kliring akan didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh
peserta kliring. Pelaksaan funsi-funsi kliring seluruhnya di lakukan secara
manual, dan cirri-ciri sebagai berikut :

1.

Perhitungan kliring dan pemilahan/penyampaian warkat dilakukan oleh

2.
3.

semua peserta.
Pembuatan dan pencocokan rincian daftar warkat kliring
Penyusunan neraca kliring penyerahan dan pengembalian gabungan

4.
5.
6.
7.

dilakukan oleh penyelenggara


Identitas peserta menggunakan nomor urut kelompok
Menggunakan warkat baku
Kesalahan perhitungan lebih sering terjadi
Memiliki wakil peserta sekurang kurangnya 2 orang yang mempunyai
kewenangan untuk membuat, mengubah, dan menandatangani daftar
warkat kliring penyerahan/pengambilan dan mencamtumkan nama jelas
sebagai tanda terima pada daftar warkat kliring penyerahan/pengambilan
yang di terima dari peseta lain.

Sistem Semi Otomi


Sistem semi otomi, yaitu siste penyelenggaraan kliring local yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring di lakukan
secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual dari
peserta. Pada proses system semi otomatisasi, perhitungan kliring akan
didasarkan pada DKE yang di buat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat
yang dikliringkan. Pelaksaan funsi-funsi kliring seluruhnya di lakukan dengan

1.

menggunakan sarana computer, dan cirri-ciri sebagai berikut :


Peserta merekam data setiap lembar warkat yang akan di kliringkan ke

2.
3.
4.
5.

dalam disket
Perhitungan kliring dilakukan oleh penyelenggara di bantu computer
Pembuatan daftar kliring oleh peserta
Rekapitulasi, neraca, dan bilyet saldo klirig di buat oleh penyelenggara
Perhitungan baik oleh penyelenggara maaupun oleh peserta di bantu

6.
7.
8.

computer
Identitas peserta menggunakan sandi bank
Penyampaian warkat melibatkan oleh semua pihak
Menggunkan warkat baku namun dengan standar kertas sekuriti yang

9.

lebih rendah di bandingkan system otomasi dan elektronik


Kesalahan perhitungan dapat di minimalkan

Sistem Otomasi

Sistem otomasi yaitu system penyelenggaraan kliring lokal yang dalam


pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan
warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi. Pada proses system
otomasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada warkat yang di buat oleh
peserta kliring sesuai dengan warkat

yang dikliringkan oleh peserta

kliring.Pelaksanaan funsi-funsi kliring seperti pemilahan dan perhitungan


warkat di bantu oleh mesin baca pilah (reader-sorter) dengan langkahlangkah sebagai berikut :
1.
Pemilahan warkat, penyesuaian, dan pengecekan warkat, dilakukan oleh
2.

penyelenggara
Laporan kliring di buat dan di cetak oleh penyelenggara menggunakan

3.
4.
5.

mesin baca pilah (reader-sorter) dan computer mainframe


Distribusi warkat dilakukan oleh penyelenggara
Identitas peserta meggunakan sandi bank
Hasil perhitungan kliring lebih cepat dan akurat dibandingkan dengan

system manual dan SOKL


6.
Informasi hasil kliring dapat lebih cepat di ketahui oleh peserta kliring
dengan menggunakan fasilitas system informasi kliring jarak jauh dan pusat
informasi pasar uang (khusus KP Jakarta ) yang dapat di akses secara online.

Sistem Kliring Nasional


Sistem kliring nasional bank indionesia(SKNBI) adalah system kliring bank
Indonesia yang meiiputi kliring debit dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional. Penyelenggaraan SKNBI tunduk pada
peraturan bank Indonesia No. 7/18/PBI/2005 tentang system kliring nasional
bank Indonesia tanggal 22 juli 2005. Pelaksanan implementasi SKNBI untuk
wilayah kliring lainya akan dilaksanakan secara bertahap sampai dengan
tahun 2007.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Sistem kliring nasioal bank Indonesia atau SKNBI adalah system kliring
bank Indonesia yang meliputi kliring debit dan kredit yang penyelesaian
akhirnya di lakukan secara nasional.

Prinsip Umum SKNBI


1.
2.
3.

Penyelenggaran kliring terdiri dari kegiatan kliring debit dan kredit


Dasar perhitungan kliring pada SKNBI adlah data keuangan elektronik
Penyampaian DKE oleh peserta kepada penyelenggara dapat dilakukan

secara online atau offline


4.
Bank wajib melakukan pendanaan awal (prefund) sebelum mengikuti
5.

kegiatan kliring debit atau kredit


Jumlah minimum prefund yang harus di setorkan oleh bank pada kliring

6.

kredit adalah Rp1 (satu rupiah).


Terdapat bank yang tidak dapat memenuhi kewajiban pendanaan awal
(prefund), tidak dapat mengikuti kegiatan pada kliring debit dan kliring kredit
pada hari tersebut.
Karakteristik SKNBI
Penyelenggara
SKNBI diselenggarakan oleh :

1.

Penyelenggara kliring nasional yaitu unit kerja di kantor pusat bank


Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara

2.

nasional dan
Penyelenggara kliring lokal yaitu unit kerja di bank Indonesia dan bank
yang memperoleh persetujuan bank Indonesia untuk mengelola dan
menyelenggarakan SKNBI di suatu wiayah kliring tertentu.
Peserta
Setiap bank dapat menjadi peserta dalam menyelenggara SKNBI di suatu
wilayah kliring, dengan persyaratan sebagai berikut :

1.

Telah memperoleh izin usaha atau izin pembuka kantor dari bank

Indonesia
2.
Lokasi kantor bank memungkinkan kantor bank tersebut untuk mengikuti
penyelenggaraan SKNBI di lokal PKL secara tertib sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan
3.
Bank telah menandatangani perjanjian penggunaan SKNBI antara bank
Indonesia dengan bank sebagai peserta

4.

Kantor bank yang menjadi peserta akan menyediakan perangkat kliring,


antara lain meliputi perangkat TPK dan jaringan komunikasi data baik main
maupun backup.
Penyelengaraan
Penyelengaraan SKNBI terbagi menjadi 2 sub system, yaitu :

1.
a.

Kliring Debit
Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian, digunakan
untuk transfer debit antar bank yang di sertai dengan penyampaian fisik

b.

warkat debit, (Cek, bilyet, giro, nota debit dan lain-lain).


Penyelenggara debit dilakukan dengan cara lokal di setiap wilayah kliring

c.

oleh PKL
PKL, akan melakukan perhitungan kliring debit berdasarkan DKE debit

yang dikirim oleh peserta


d.
Hasil perhitungan kliring debit secara lokal tersebut selanjutnya di kirim ke
system sentral kliring untuk di perhitungkan secara nasional oleh PKL.
2.
a.

Kliring Kredit
Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa di sertai penyampaian

fisik warkat (paperless)


b.
Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh PKN
c.
Perhitungan kliring kredit dilakukan oleh PKN atas dasar DKE kredit yang
dikirim peserta.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah yang merupakan single objective Bank Indonesia. Kestabilan nilai
rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan
jasa yang tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga
pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah:
a.
b.
c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Mengatur dan mengawasi Bank

DAFTAR PUSTAKA
Latumaerissa Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba empat

Anda mungkin juga menyukai