Anda di halaman 1dari 3

Diplomasi di Era Renaissance

Eka Wachyu Septianingrum


HI-C / 201410360311127
Diplomasi adalah seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat)
yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Menurut kamus bahasa Indonesia,
Diplomasi adalah urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di
negara lain. Pada essai ini, penulis akan membahas tentang diplomasi pada zaman
Renaissance yang telah banyak diadopsi oleh dunia modern saat ini.
Sebelum muncullnya zaman Renaissance, Eropa dikenal dengan Zaman Kegelapan
(Dark Ages) atau Abad Pertengahan (Middle Ages). Pada periode tersebut segala prestasi
kemanusiaan yang pernah dicapai oleh Eropa rusak atau hilang. Masa Renaissance ini
bermula dari abad ke-14 hingga sekitar abad ke-17. Pada era Renaissance inilah mulai lahir
cikal bakal diplomasi setelah masa kelahiran kembali di wilayah Eropa.
Era Renaissance membawa pengaruh yang cukup berarti dalam dunia diplomasi.
Penguasa Eropa mulai mengirimkan wakilnya untuk tinggal di negeri asing untuk
mengumpulkan informasi dan sekaligus mewakili negara untuk mengikuti keiatan negara
yang ditempatinya. Jika dibandingkan dengan abad pertengahan sebelumnya, mereka hanya
mengirimkan wakilnya dalam waktu singkat.
Diplomasi modern pertama kali berkembang dan terbentuk di negara-kota Italia. Pada
era Renaissance, Italia merubah struktur pemerintahan yang berupa kerajaan menjadi kembali
ke bentuk negara-kota. Dengan masing-masing negara-kota yang tidak dapat memenuhi
segala kepentingannya sendiri, maka muncul lah rasa ketergantungan antar negara-kota yang
berpengaruh pada sistem diplomasi yang berkembang saat ini. Praktik diplomasi ini menjadi
salah satu agenda tetap pemerintah Italia saat itu. Pada masa ini dikirim seorang utusan untuk
menetap di negara lain dengan tugasnya mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dan
sekaligus mewakili negara asal dalam kegiatan yang ada di negara yang ditempatinya.
Negara-kota di Italia pada saat itu memperkenalkan adanya residen duta besar yang kemudian
mulai menyebar ke kawasan Eropa bagian lainnya. Pengiriman duta besar pertama kali
dilakukan pada pertengahan abad ke-15 oleh Francesco Sforza, seorang Duke of Milan, yang
mengirimkan wakilnya ke Florence, Genoa, Naples, dan Venesia. Selain itu, bangsa Venesia
juga memiliki peranan penting bagi perkembangan diplomasi di Italy. Bangsa Venesia
menciptakan sistem diplomasi yang terorganisir dengan memelihara beberapa arsip mereka

dengan baik. Melalui laporan berkala, para duta besar Venesia di luar negeri tetap
terinformasi tentang kejadian-kejadian di dalam maupun luar negeri. Hingga bangsa Venesia
menyadari bahwa para wakil mereka di negara lain tidak akan berfungsi dengan semestinya
apabila mereka tidak secara rutin diberi informasi baru. Lalu semenjak itu berbagai Negara
mulai mengikuti dan mendirikan kedutaan mereka di Negara-negara lain. Diplomasi seperti
ini perlahan-lahan mulai menyebar ke Eropa Utara seperti di Perancis dan Spanyol.
Cara Perancis berkontribusi dalam praktik diplomasi adalah dengan menyempurnakan
kekurangan-kekurangan pada sistem diplomasi yang digunakan Italia yaitu dengan cara
mengirim utusan permanen dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara yang
bersangkutan, serta diperlukan adanya rasa saling percaya antara negara yang terkait dan
diperkuat dengan perjanjian. Dibandingkan dengan sistem diplomasi di Italia pada abad
pertengahan yang mengirim utusannya untuk memenuhi kepentingan negara-kota-nya. Di
Perancis juga terdapat instruksi tertulis yang khusus diberikan kepada para duta besar sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Berbeda dengan sistem diplomasi Italy dan
Perancis, Spanyol lebih mempraktikan diplomasinya dengan cara memanfaatkan konflik yang
terjadi antar kerajaan Cestile dan Aragon yaitu melalui cara kekeluargaan, yang dilakukan
dengan cara menikahkan sang Ratu dan Raja dari kedua pihak, yaitu Ratu Isabella I dari
Cestile dan Raja Ferdinand II dari Aragon. Hingga konflik itu meredam dan mereka kembali
bersatu, akan tetapi begitu terciptalah aturan baru, berupa pemberlakuan agama Kristen
secara meluas. Menyebabkan para Muslim minoritas di wilayah Granada menjadi cukup
terancam, sehingga dikirimkanlah utusan khalifah untuk melakukan negosiasi, dengan tujuan
guna melindungi hak-hak dan kepentingan Muslim minoritas yang ada di Granad. Terlihat
pada masa itu bahwa kaum bangsawan/borjuis dan pemuka agama memiliki peran penting
dalam perkembangan praktik diplomasinya. Spanyol juga telah memberlakukann pengizinan
pemberian hadiah atau cinderamata yang diberikan kepada diplomat oleh negara lain yang
sebelumnya hal tersebut dilarang pada zaman Yunani Kuno. Seorang diplomat dipilih
berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimilki. Syarat yang paling penting adalah
pengetahuan tentang hukum Romawi. Sedangkan syarat lainya seperti, menggunakan bahasa
Latin yang juga merupakan bahasa umum. Dari diplomasi pada masa setelah Renaissance,
seorang diplomat sudah bisa bernegosiasi dengan mengatasnamakan penguasa utama.
komunikasi yang dilakukan.
Perlindungan diplomat atau duta besar sudah ada dari zaman sebelumnya. Di Era
Renaissance ini, perlindungan yang diberikan adalah dengan jaminan keamanan bagi mereka

untuk terlindungi dari penangkapan atau perlakuan yang merugikan mereka di luar negeri.
Namun, tetap tidak menutup kemungkinan adanya hukuman bagi Duta Besar yang
melakukan kesalahan misalnya seperti praktek-praktek licik (tetap tidak boleh walaupun hal
itu ditujukan untuk kepentingan Negara) ataupun menerima suap atau korupsi. Hukuman
yang diberikan berdasarkan UU yang berlaku di Negara yang dikunjungi seperti dipenjara
atau dikenai denda.

Sumber:
http://www.kompasiana.com/wahyu_setyaningsih/sejarah-renaissance_55007ea581331197...
http://helmi-akbar-fisip13.web.unair.ac.id/kategori_isi-52947-(SOH202)%20Sejarah%20...

Anda mungkin juga menyukai