Anda di halaman 1dari 14

JMS Vol. 5 No. 1, hal.

9 - 22 April 2000

Metode Seismik Dalam Usaha Pendeteksian


Reservoir Minyak Dan Gas Bumi
(Penerapan Metode AVO)
Awali Priyono
Program Studi Geofisika
Jurusan Geofisika & Meteorologi
FMIPA - ITB
Diterima tanggal 29 Agustus 1999, disetujui untuk dipublikasikan 2 Maret 2000

Abstrak
Dalam paper ini akan disampaikan kajian metode AVO (Amplitude Versus OffSet) sebagai alat deteksi keberadaan hidrokarbon. Kajian dilakukan pada reservoir
batuan karbonat dan batuan pasir. AVO analisis dalam bentuk range limited off-set
menunjukkan bahwa batuan karbonat kering, air atau gas pada batuan karbonat yang
porous dapat dikenali dengan baik dari respon amplitudonya. Karena harga Poisson's
ratio antara air dan gas pada reservoir batuan karbonat relatip kecil, maka diperlukan
kehati-hatian dalam analisisnya. Pengkajian pada reservoir batuan pasir menunjukkan
bahwa respon AVO tidak bergantung dari tingkat saturasi gas, hal tersebut berbeda untuk
tingkat saturasi minyak. Pemodelan mundur dengan Damp Approximation Inverse (DAI)
dari respon AVO memberikan ketelitian yang cukup baik, sehingga sangat membantu
dalam estimasi parameter elastis batuan seperti Poisson's ratio dan modulus Young,
dalam kaitannya dengan karakterisasi reservoir.
Kata kunci : reservoir, hidrokarbon, AVO
Abstract
In this paper, a study of AVO (Amplitude Versus Off-Set) technique as hydrocarbon
detection will be presented. The study have been carried out in the carbonate and
sandstone reservoirs. AVO analysis, as showed in the range limited off set, indicates that
dry carbonate, water or gas in the carbonate reservoir can be recognized from their
amplitude responses. The difference in Poisson's ratio value between water and gas in the
carbonate reservoir is relative small, therefore care must be taken in the analysis. The
study shows that, in the case of sandstone reservoar, the AVO response does not depend on
the gas saturation, but this is not the case for oil saturation. AVO inversion using Damp
Approximation Inverse (DAI) gives good accuracy, therefore this method is very helpful in
estimating the elastic parameters such as Poisson's ratio and modulus Young in relation to
reservoir characterization.
Keywords : reservoir, hydrocarbon, AVO

10

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

1. Pendahuluan
Selain mampu memetakan dimensi suatu perangkap minyak dan gas bumi, metode
seismik mampu memetakan variasi sifat fisik batuan dengan pendekatan kecepatan
penjalarannya. Dengan berkembangnya teknologi akuisisi dan pengolahan data,
memungkinkan sinyal refleksi dan transmisi dapat direkam dan diproses secara akurat,
sehingga informasi yang dibawanya sangat membantu dalam penafsiran sifat fisik batuan
bawah permukaan. Dalam tulisan ini akan dikaji beberapa masalah yang berkaitan dengan
pendeteksian reservoir minyak dan gas bumi dengan mengkaji perilaku sinyal refleksi dari
reservoir batuan karbonat dan batuan pasir. Metode yang digunakan adalah metode AVO
(Amplitude Versus Off-Set), yang dikembangkan oleh Aki Richard1), Hilterman2), dan
Shuey3) dan lain-lain.
Pada tulisan ini pengkajian terutama dilakukan pada batuan karbonat, oleh karena
kebanyakan penelitian dilakukan pada reservoir batuan pasir, seperti dilakukan oleh
Ostrander4), Fatti dkk.5), Rutherford dan William6) dan lainnya. Untuk memahami sifat
fisik reservoir, akan diuji metode Damp Approximation Inverse (DAI), sebelum diterapkan
pada data riil.

2. Metode AVO Untuk Pendeteksian Reservoir Minyak dan Gas Bumi dengan
Metode AVO
Prinsip dasar metode AVO (Amplitude Versus Off-Set) adalah adanya perubahan
koefisien refleksi terhadap sudut datang atau jarak (off-set) antara sumber gangguan dan
penerima. Pengamatan data dilapangan menunjukkan bahwa amplitudo sinyal terpantul
tidak selalu berkurang terhadap jarak pengukuran, karena koefisien refleksi selain
dipengaruhi kontras sifat dan jenis batuan, juga sangat dipengaruhi jenis, kandungan fluida
dalam batuan.
Sesuai dengan uji data dan pemodelan dalam studi ini pendekatan Shuey3) akan
digunakan, dimana koefisien refleksi dirumuskan sebagai :

R (

) R 0 + A 0 R 0 +

1 Vp

sin 2 +
tan 2 sin 2
2
2 Vp
(1 )

(1)

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

R0

1 Vp
+
2 Vp

A 0 = B 2(1 + B)
B=

11

(2)

1 2
1

(3)

Vp Vp

(4)

Vp Vp +

dengan :
Vp : rata-rata kecepatan gelombang P
antar lapisan
Vp : perbedaan kecepatan gelombang P
antar lapisan

: perbedaan densitas antar lapisan

: rata-rata Poisson Ratio antar lapisan

: perbedaan Poisson Ratio antar lapisan

: sudut datang

: rata-rata densitas antar lapisan

2.1. Studi kasus pada reservoir batuan karbonat


2.1.1. Respon AVO
Berikut akan diperlihatkan studi kasus AVO pada batuan karbonat dari fasies reef
built up. Maksud dari studi ini adalah mengkaji perilaku respon AVO sekaligus menguji
model dalam usaha pemahaman terhadap sifat fisik reservoir.
Untuk tujuan ini digunakan kasus dari tiga sumur pemboran yang telah diketahui
sebagai sumur kering, reservoir air dan reservoir gas masing-masing dilalui lintasan
seismik yang akan digunakan dalam studi ini. Sebelum dilakukan analisis AVO data
diproses untuk mendapatkan preserve amplitude yang terbebas dari pengaruh sinyal yang
tidak diinginkan. Untuk melihat perubahan amplitudo dibuat range limited offset dalam
bentuk penampang stack offsett jarak dekat dan jauh, seperti diperlihatkan pada gambar
2.1, 2.2, dan 2.3.. Dari gambar-gambar tersebut terlihat jelas bahwa data seismik yang
melalui batuan karbonat kering, air dan gas dalam batuan karbonat memiliki respon yang
berbeda.
Pada batuan karbonat kering perubahan/pengurangan amplitudo tidak terlalu drastis
dan masih menunjukkan polaritas yang sama. Pada reservoir yang terisi air terjadi
pengurangan amplitudo lebih kuat namun masih menunjukkan polaritas yang sama.
Sedangkan untuk reservoir gas terjadi pengurangan amplitudo lebih kuat dan amplitudo

12

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

mendekati nol pada offset jauh atau bahkan hampir terjadi pembalikan polaritas. Dengan
demikian terlihat jelas pada kasus ini bahwa batuan karbonat kering, air dan gas dalam
reservoir karbonat dapat dicirikan dengan perubahan amplitudo terhadap off-set.
Untuk mendapatkan nilai parameter elastis batuan dibuat pemodelan maju
didasarkan atas persamaan (1). Data kecepatan gelombang P dan densitas digunakan data
loging sumur yang dilewati lintasan seismik yang disebutkan diatas. Data sumur ini juga
dipakai untuk melakukan koreksi terhadap respon AVO pada zero - off set (normal
incidence). Kecepatan gelombang S tidak dilakukan pengukuran, sehingga Vs atau (Vp/Vs)
dicari atas dasar "trial and error", sampai terjadi kecocokan antara data dan model. Hasil
pemodelan menunjukkan bahwa batuan gamping kering sesuai dengan harga Vp/Vs = 1.90,
reservoir air dan reservoir gas masing-masing Vp/Vs = 1.80 dan 1.75, yang ekivalen dengan
nilai Poisson's ratio = 0.3080, 0.2767 dan 0.2555.

a)

b)

Gambar 2.1. a) Respon AVO dengan offset 117 927 m (atas), b) Respon AVO dengan
offset 927 1677 m (bawah) (pada batuan karbonat kering)

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

13

a)

b)
Gambar 2.2 a) Respon AVO dengan offset 500 1250 m (atas) b) Respon AVO dengan
offset 1250 2000 m( Bawah) (pada reservoir air batuan karbonat)

a)

b)
Gambar 2.3 a) Respon AVO dengan offset 230 1120 m (atas) b) Respon AVO dengan
offset 1120 2000 m( Bawah) (pada reservoir gas batuan karbonat)

14

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

Dengan demikian kwantitas nilai Vp/Vs yang berarti juga harga Poisson's Ratio dari data
tersebut diatas dapat membedakan antara batuan karbonat kering, reservoir air dan
reservoir gas. Walaupun demikian beda nilai Poisson's ratio untuk reservoir air dan gas
sangat berdekatan, sehingga sulit dibedakan. Hal ini sangat berbeda dengan reservoir batu
pasir dimana harga Poisson's ratio untuk gas relatip rendah, yaitu berkisar antara 0.1 - 0.15.
Perbedaan harga Poisson's ratio pada reservoir batuan pasir dan reservoir batuan karbonat,
diperkirakan disebabkan perbedaan hubungan matrik dalam batuan. Hubungan yang
bersifat intergranular pada batuan pasir menyebabkan fluida yang ada didalamnya
berpengaruh terhadap kecepatan gelombang P maupun gelombang S, yang berarti
mempengaruhi harga Poisson's rationya. Sedangkan hubungan matrik yang bersifat moldic
dan vogular pada batuan karbonat menyebabkan kecilnya pengaruh fluida terhadap
penjalaran gelombang P maupun S. Hal tersebut merupakan alasan kenapa deteksi pada
reservoir karbonat lebih sulit dibandingkan dengan reservoir batuan pasir. Respon AVO
dari data yang diekstraksi dari gambar 2.1, 2.2 dan 2.3 nomor CDP1696, CDP1747 dan
CDP1711 dan hasil pemodelan maju diperlihatkan pada gambar 2.4a dan 2.4b.

Gambar 2.4.a. Respon AVO pada batuan karbonat kering dan reservoir air pada batuan
karbonat dari data dan model

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

15

Gambar 2.4.b. Respon AVO pada batuan karbonat kering dan reservoir gas pada batuan
karbonat dari data dan model

2.1.2. Inversi AVO


Inversi disini dilakukan selain menguji metodenya juga dimaksudkan untuk

menguji data riil yang telah dibahas diatas untuk mendapatkan nilai parameter elastis,
khususnya Poisson's ratio dan modulus Young dalam kaitannya dengan estimasi porositas.
Metode inversi yang digunakan pada tulisan ini adalah metode DAI (Damp
Approximation Inverse) yang dimaksudkan untuk mencari parameter fisis yang terkandung

pada persamaan (1), dengan cara meminimkan beda rata-rata kwadrat antara nilai data dan
model. Metode DAI adalah merupakan penggabungan dari metode Marquardt dan metode
singular trancation, dimana nilai redaman dipilih seoptimal mungkin agar solusi yang
dihasilkan merupakan robust solution7).
Langkah awal dalam penerapan prinsip inversi adalah mengekspansi persamaan (1)
dalam deret Taylor dengan mengabaikan orde kedua dan seterusnya, sehingga persamaan
tersebut menjadi :
k R
j
(m ) j
R i = R i +

j=1 b j

(5)

16

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

dengan :
Ri : koefisien refleksi data observasi ke i

(Ri/bj) : diferensial partial R ke i terhadap

Ri0 : koefisien refleksi model awal data ke i

parameter model ke - j.
i

: 1, 2, 3, , M

b0 : parameter model awal

: 1, 2, 3, , N

m : b - bo

: jumlah data

: jumlah parameter model

: parameter yang akan dicari

Persamaan (5) dapat ditulis sebagai :


d' = J m

(6)

dengan :
d'

= Ri - Ri0

= matrik Jacobi yang elemen-elemennya merupakan diferential partial R


terhadap masing-masing parameter model.

Dengan mendekomposisikan matrik J dengan metode Singular Value Decomposition


(SVD), dan dengan menambahkan matrik diagonal yang elemen-elemennya merupakan
faktor bobot atau faktor redaman, maka persamaan (6) dapat dituliskan sebagai :
[ m = VW 1 U T T d' ]

(7)

dimana U, W dan V adalah matrik hasil dekomposisi dari matrik J. U dan V berupa matrik
ortogonal, sedangkan W adalah matrik diagonal dengan elemen-elemennya berupa nilai
eigen (w1, w2, .., wn), dimana w1 > w2 > w3, , wn. T adalah matrik diagonal, yang
elemen-elemennya merupakan faktor redaman tj, yang didefinisikan sebagai :
tj =

(k

k 2j
2
j

+ 2

(8)

dengan :

kj =

wj

(w )

(9)

max

wj adalah elemen ke j dari matrik W, adalah nilai ambang relatip variasi parameter
model dan adalah bilangan bulat. Relatip ambang didefinisikan sebagai :

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

wmin
wmax

17

(10)

dengan wmin adalah nilai eigen minimum yang tidak nol.


Pencarian solusi parameter didasarkan proses iterasi untuk mendapatkan kecocokan
data pengamatan dengan hasil perhitungan.
Perhitungan dimulai dengan memberikan nilai awal dari parameter model dengan
nilai = 1. Bila belum tercapai konvergensi nilai ditambah satu, dan ini dapat berulang
sampai nilai = 4. Bila sampai nilai = 4 belum tercapai konvergensi, maka nilai eigen
yang lebih besar dari wmin dari nilai eigen pada iterasi sebelumnya dipilih untuk
perhitungan baru. Jika lebih besar dari 0.2 proses dihentikan (tidak konvergen). Proses
dihentikan apabila sudah tercapai pada penghentian iterasi, yaitu jumlah akar kwadrat ratarata dari selisih data lapangan dan dengan data perhitungan lebih kecil dari bilangan
tertentu, misalnya 10-4.
Dengan metode DAI faktor redaman ditentukan secara otomatis dengan
menggunakan nilai eigen dari matrik Jacobian sehingga semua informasi yang terkandung
dalam data digunakan pada waktu pencarian solusi. Sesuai dengan kasus dalam studi ini
parameter yang dicari adalah nilai dari Poisson's ratio, sedangkan parameter masukan yang
digunakan adalah kecepatan gelombang P dan densitas setiap lapisan. Pemecahan
dilakukan dengan cara iterasi secara otomatis untuk mencapai konvergensi antara data dan
model.
Hasil uji sintetik menunjukkan bahwa teknik inversi dengan metode DAI
memberikan ketelitian yang cukup baik. Hasil simulasi menunjukkan bahwa solusi akan
optimum apabila nilai tebakan awal tidak terlalu menyimpang dengan parameter model
yang sebenarnya.
Hasil inversi terhadap data yang telah dibahas diatas mendapatkan nilai Poisson's
ratio untuk batuan shale (sebagai cap rock) berkisar antara 0.3502 - 0.3533, sedangkan
batuan karbonat kering, reservoir air dan gas pada batuan karbonat masing-masing
diperoleh harga Poisson Ratio 0.3081, 0.2721 dan 0.2575. Harga-harga ini mendekati hasil
dari pemodelan maju yang telah dibahas sebelumnya. Respon AVO dari data dan
pemodelan mundur diperlihatkan pada gambar 2.5a dan 2.5b.

18

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

Gambar 2.5a Respon AVO dari data dan hasil inversi dengan metode DAI pada batuan
karbonat kering dan reservoir air

Gambar 2.5b Respon AVO dari data dan hasil inversi dengan metode DAI pada batuan
karbonat kering dan reservoir gas

2.2. Respon AVO pada batuan pasir


Untuk melihat perbandingan respon AVO pada batuan karbonat, berikut akan

diperlihatkan hasil pemodelan maju respon AVO pada batuan pasir. Pemodelan dibuat atas

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

19

dasar masukan dari data log sumur (gelombang P, gelombang S dan densitas) dengan
reservoir air, minyak dan gas.

Gambar 2.6. Respon AVO pada batuan pasir kering dan reservoir terisi air, minyak dan gas
pada batuan pasir.
Selain akan diperlihatkan respon AVO dengan jenis fluida yang berbeda, akan
diperlihatkan pula pengaruh saturasi terhadap respon tersebut. Dari gambar 2.6 terlihat
bahwa respon AVO pada batuan pasir kering memiliki kemiripan dengan pada batuan
karbonat kering, seperti diperlihatkan pada gambar 2.4, dimana amplitudo menurun pada
off-set dekat dan kemudian meninggi pada sudut datang lebih besar dari 400. Pada batuan
pasir porous yang terisi fluida, amplitudo masih menurun pada sudut datang lebih besar
dari 400, sedangkan pada batuan karbonat meninggi. Hal yang menarik disini adalah
kaitannya dengan tingkat saturasi, dimana variasi saturasi gas 20%, 30%, 40% dan 50%
memperlihatkan respon yang hampir sama, baik dari segi trend maupun kwantitas respon,
sedangkan saturasi minyak dengan prosentasi yang sama memperlihatkan respon yang
relatip berbeda dari segi kwantitas. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa prediksi
potensial kandungan gas dengan metode AVO lebih sulit. Gambar 2.7a dan 2.7b
memperlihatkan respon AVO pada reservoir minyak dan gas dengan tingkat saturasi yang
berbeda.

20

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

Gambar 2.7.a. Respon AVO dari reservoir yang terisi minyak dengan saturasi minyak
20%, 30%, 40% dan 50%

Gambar 2.7.b. Respon AVO dari reservoir yang terisi gas dengan saturasi gas 20%, 30%,
40% dan 50%

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

21

Hal yang dikemukakan diatas adalah respon AVO untuk reservoir batuan pasir
dengan kasus low accustic impedance, untuk kasus hight accustic impedance diperlukan
pengkajian tersendiri.

3. Kesimpulan

1. Hasil analisis data dalam bentuk range limited off set terlihat bahwa batuan karbonat
kering, reservoir batuan karbonat yang terisi fluida air maupun gas dapat dikenali
dengan baik dari respon amplitudonya. Walaupun demikian diperlukan kehati-hatian
untuk membedakan jenis fluidanya disebabkan kecilnya perbedaan nilai Poisson's
ratio-nya.

2. Pemodelan mundur dengan menggunakan Damp Approximation Inverse sangat


membantu pada estimasi parameter elastis batuan, seperti Poisson's ratio dan modulus
Young, sehingga dapat membantu pada penaksiran sifat batuan maupun fluida

reservoir.
3. Pemodelan AVO pada batuan pasir menunjukkan bahwa tingkat saturasi gas tidak
banyak mempengaruhi respon AVO, sedangkan tingkat saturasi minyak relatif masih
dapat dibedakan.
Daftar Pustaka

1.

Aki, K. I. And P. G. Richard, Quantitative Seismology, W. H. Freeman and CO.


(1980)

2.

Hilterman, F., Is Avo the seismic signature of lithology, The Leading Edge of
Exploration, 191,15 22 (1983).

3.

Shuey, R.T, A Simplification of Zeoppritz equation, Geophysics, 50, 609 614


(1985).

4.

Ostrander, W.J, Plane - wave reflection coefisient for gas sands at non normal angles
of incidence, Geophysics, 49, 1673-1698 (1984).

5.

Fatti, J. L., et al, Detection of gas in sand stone reservoir using AVO analysis: A 3-D
seismic case history using the Geostack technique, Geophysics, 59,1362-1376 (1994).

22

JMS Vol. 5 No. 1, April 2000

6.

Rutherford, S. R. and H. W. William, AVO in gas sand, Geophysics, 54, 680-688


(1989).

7.

Rao, B.N., Rama Krisna, P., and Mark Deyuhu, A., Some Aspects in inversion of
potential field data : A damp approximate inverse approach, Applied Geophysics, 32,
219 233 (1994).

Anda mungkin juga menyukai