PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi
atas otitis mediasupuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki
bentuk akut dan kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media
supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media
tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva.1
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh
bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun
virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung
sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.1
Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.1
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun
bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi
terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan
letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran
napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh
karena system imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna.1
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada
saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media
berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis
media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga
kali atau lebih.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang
tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum
berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan
inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan
oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna. Dinding anterior ini
terutama berperan sebagai muara tuba Eustachius. 6
Kavum timpani terdiri dari tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus
dan stapes, dua otot yaitu muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, saraf
korda timpani dan saraf pleksus timpanikus. 6
Saraf korda timpani merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke
kavum timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan
posterior. Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang
berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui
ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan
lidah bagian anterior. Saraf pleksus timpanikus berasal dari n. timpani cabang dari
nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari
pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna. 4
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm
berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9
bulan adalah 17,5 mm. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi,
drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga
tengah. 4
2.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli. 1
4
peradangan. Hal-hal yang menyebabkan sumbatan pada muara tuba antara lain,
infeksi saluran pernafasan, alergi, perubahan tekanan udara tiba-tiba, tumor, dan
pemasangan tampon yang menyumbat muara tuba.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas juga merupakan salah satu faktor
penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik,
seperti
Streptococcus
hemoliticus,
Haemophilus
Influenzae
(27%),
berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat,
pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.1
2.2.5 Stadium
OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada gambaran membran
timpani yang diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium oklusi, stadium
hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.1
Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran retraksi membran
timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara.
Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan
otitis media serosa virus. terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang
berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati
dengan memberikan antibiotik.1
Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema pada
membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar terlihat. diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam
darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Bila alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak diberikan
ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin
4x40 mg/kgBB/hari.1
Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen di kavum timpani
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
tambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang
lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Selain
antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat
berkurang. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.1
Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang
dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan
daya tahan tubuh baik.1
2.2.6 Diagnosis
2.2.6.1 Anamnesis
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di
dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang
dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh
di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA
ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi), anak gelisah
dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang
anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur
dengan tenang.1
Pada penelitian dikatakan bahwa anak-anak dengan OMA biasanya hadir
dengan riwayat onset yang cepat dan gejala seperti otalgia, rewel pada bayi atau
balita, otorrhea, dan/atau demam6,8. Dalam sebuah survei di antara 354 anak-anak
yang mengunjungi dokter untuk penyakit pernapasan, demam, sakit telinga, dan
menangis yang berlebihan sering didapatkan dengan OMA (90%). Namun, gejala
ini juga terdapat pada anak tanpa OMA (72%). Gejala lain dari infeksi virus
pernapasan atas, seperti batuk dan hidung tersumbat, sering mendahului atau
menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja
tidak bisa untuk menilai adanya OMA, terutama pada anak muda.8
2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan
inflamasi diperlukan untuk menegakkan diagnosis dengan pasti. Untuk melihat
membran timpani dengan baik adalah penting bahwa serumen yang menutupi
membran timpani harus dibersihkan dan dengan pencahayaan yang memadai.
Temuan pada otoskop menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan
OMA telah didefinisikan dengan baik. Penonjolan (bulging) dari membran
timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif tertinggi untuk kehadiran
OMA. Penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA.9
9
11
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.M
Umur
: 21 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal datang
: 13 Oktober 2015
No.RM
: 313204
II. ANAMNESIS
Anamnesis
: Autoanamnesis
Keluhan Utama
12
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu
: 37,4C
Nafas
: 22 x/ menit
Nadi
: 90 x/ menit
Status lokalis
Telinga
Bagian
Preaurikula
Aurikula
Retroaurikula
Palpasi
Auris
Kelainan
Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma
Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Nyeri
pergerakan
aurikula
Nyeri tekan tragus
13
Dextra
-
Sinistra
-
Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Canalis Acustikus
Edema
Externa
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
Warna
Membrana
Timpani
Intak
Retraksi
Refleks cahaya
Perforasi
Tenang
-
Tenang
+ (keruh)
-
putih keabuabuan
(+)
(-)
(+)
(-)
Hiperemis
Hidung
Rhinoskopi
Cavum nasi kanan
anterior
Mukosa hidung
Hiperemis (+), sekret
(+), massa (-)
Septum nasi
Deviasi (-), dislokasi (-)
Konka
inferior Edema (+), hiperemis
dan media
(+)
Meatus
inferior Polip (-)
dan media
(-)
(+)
(+)
(-)
Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Mulut
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Keterangan
Tenang
Bersih, basah,gerakan normal kesegala
arah
Tenang, simetris
Caries (-)
Simetris
(-)
14
Tonsil
Faring
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan
Tenang
T1 T1
Normal - Normal
(-/-)
(-/-)
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Tenang
(-)
(-)
Maksilofasial
Bentuk
: Simetris
Nyeri tekan
: Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa
: Tidak ada
IV. DIAGNOSIS BANDING
V. DIAGNOSIS
Otitis media akut stadium supurasi auris sinistra
VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI
Pemberian antibiotik
Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau
sefalosporin. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari,
atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
15
Pemberian analgesik
Asam Mefenamat 3x500mg/hari
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar
terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada
cairan yang menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan
terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara avue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar
membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil
dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran
posteroinferior.
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
ad bonam
Quo ad functionam
ad bonam
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien
perempuan, usia 21 tahun datang ke poli THT RSMP dengan keluhan nyeri pada
telinga kiri sejak 3 hari sebelum berobat ke rumah sakit. Nyeri dirasakan di telinga
bagian dalam dan terasa semakin hebat. Os juga mengeluh telinga berdengung dan
adanya penurunan fungsi pendengaran. Riwayat demam disertai batuk dan pilek
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os.
Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher
disangkal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik membran timpani sinistra didapatkan
edema yang hebat pada mukosa telinga tengah terbentuknya eksudat yang purulen
di kavum timpani, membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien
didiagnosis menderita Otitis Media Akut Stadium Supurasi.
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh
bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun
virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung
sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi
gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu,
analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar
terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang
menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan
pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak
harus tenang dan dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik.
Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di
kuadran posteroinferior.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI,
2007: 10-14, 65-74.
2. Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2004.
Available
at
http://pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full.html
3.
19