Anda di halaman 1dari 2

Berjabat Tangan Setelah Sholat

Mengucapkan salam dan berjabat tangan kepada sesama Muslim adalah perkara yang terpuji dan
disukai dalam Islam. Dengan perbuatan ini hati kaum Muslimin dapat saling bersatu dan berkasih
sayang di antara mereka. Namun apa yang terjadi jika perbuatan terpuji ini dilakukan tidak pada
tempat yang semestinya? Tidak ada kebaikan yang didapat bahkan pelanggaran syariatlah yang
terjadi.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam beliau bersabda, "Apabila salah
seorang dari kalian bertemu dengan saudaranya maka ucapkanlah salam padanya. (Kemudian) jika
pohon, tembok, atau batu menghalangi keduanya dan kemudian bertemu lagi maka salamlah juga
padanya." (HR. Abu Dawud)
Pada hadits ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan seorang Muslim mengucapkan
salam kepada saudaranya yang Muslim jika menjumpainya. Karena salam dapat menggalang
persatuan, menghilangkan rasa benci, dan mendatangkan cinta.
Tidak dibedakan dalam mengucapkan salam tersebut antara orang yang berada di dalam ataupun di
luar masjid. Bahkan sunnah menunjukkan disyariatkannya mengucapkan salam kepada orang yang
berada di dalam masjid, baik ketika shalat maupun tidak.
Dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam keluar menuju
Quba dan shalat di sana. Lalu datang orang-orang Anshar kemudian mereka mengucapkan salam
kepadanya sedangkan beliau sedang shalat. Dia (Ibnu Umar) berkata, Lalu saya bertanya kepada
Bilal, "Bagaimana kamu lihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab salam mereka ketika
mereka mengucapkan salam kepadanya padahal dia sedang shalat?" Ibnu Umar berkata, Bilal
berkata, "Begini, sambil membentangkan telapak tangannya." Begitu pula Ja'far bin 'Aun
membentangkan tangannya dan menjadikan telapak tangannya di bawah sedangkan punggungnya di
atas." (HR. Abu Dawud).
Dalil disyariatkannya mengucapkan salam setelah shalat di masjid adalah hadits tentang orang yang
buruk shalatnya, hadits yang terkenal (masyhur) dari Abu Hurairah :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam masuk ke masjid. Lalu seseorang masuk dan shalat. Kemudian
dia datang lalu mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Maka Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab salamnya seraya berkata : "Kembalilah shalat karena
sesungguhnya kamu belum shalat!" Maka orang itu kembali lalu shalat sebagaimana dia telah shalat
sebelumnya. Kemudian dia datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Hal itu dia lakukan tiga
kali. (HR. Bukhari, Muslim, dan selainnya)
"Hadits ini menjadi dalil disyariatkannya mengucapkan salam kepada orang di dalam masjid
sebagaimana juga hadits tentang ucapan salam orang-orang Anshar kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam di Masjid Quba sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya.
Jadi salam dan berjabat tangan dilakukan ketika datang atau hendak berpisah walaupun hanya
sebentar. Sama saja apakah di dalam Masjid atau di luar masjid.
Al 'Izzu bin Abdussalam berkata, "Jabat tangan setelah shalat Shubuh dan Ashar termasuk bid'ah
kecuali bagi yang baru datang dan bertemu dengan orang yang menjabat tangannya sebelum shalat.
Maka sesungguhnya jabat tangan disyaratkan tatkala datang. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
berdzikir setelah shalat dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan dan beristighfar tiga kali kemudian
berpaling.
Madzhab Hanafi, Syafi'i dan Maliki menyatakan dengan tegas tentang makruhnya (tidak disukai) jabat
tangan setelah shalat dalam segala hal karena para sahabat tidak saling berjabat tangan setelah
shalat dan bahwasanya perbuatan itu termasuk kebiasaan-kebiasaan Rafidlah."
Ibnu Hajar berkata, "Apa yang dikerjakan manusia berupa jabat tangan setelah shalat lima waktu
adalah perkara yang dibenci, tidak ada landasannya dalam syariat."
Sebagai penutup harus diperingatkan bahwa tidak boleh bagi seorang Muslim memutuskan tasbih
(dzikir) saudaranya yang Muslim kecuali dengan sebab syar'i. Namun demikian bukanlah termasuk

hikmah jika kita menolak bersalaman dengan tangan yang sudah terulur kepada kita, karena ini
merupakan sikap yang kasar yang tidak dikenal dalam Islam. Akan tetapi ambillah tangannya dengan
lemah lembut dan jelaskan kepadanya kebid'ahan jabat tangan ini yang diada-adakan manusia.
Betapa banyak orang yang terpikat dengan nasihat dan dia orang yang pantas dinasihati. Hanya saja
ketidaktahuan telah menjerumuskannya kepada perbuatan menyelisihi sunnah. Maka wajib atas ulama
dan penuntut ilmu menjelaskannya dengan baik. Wallahu A'lam bishawwab.

Anda mungkin juga menyukai