parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita
pernah melahirkan / partus. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial
dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix,
dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri.
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa
berlapis, berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan ekskresi
uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus,
isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari, paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri
di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar
ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid
akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
3
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap
isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum
ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang
8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbedabeda pada setiap bagiannya.
1. Pars isthmica (proksimal/isthmus) : Merupakan bagian dengan lumen tersempit,
terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
2. Pars ampularis (medial/ampula) : Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah
ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
3. Pars infundibulum (distal) : Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae
abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan
membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping : Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel
germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
4
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Genitalia Wanita
Serviks
Serviks mempunyai serabut otot polos, namun terutama terdiri dari atas jaringan kolagen,
ditambah dengan elastin serta pembuluh darah. Peralihan serviks yang terutama yang berupa
jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama berupa jaringan muskuler, meskipun
umumnya mendadak namun bisa juga sedikit demi sedikit, sehingga terentang sepanjang 10
mm. Serviks yang berbentuk silinder pada nullipara panjangnya sekitar 3 cm dan diameter
2,5 cm.
Mukosa kanalis servikalis meskipun secara embriologis merupakan kelanjutan dari
endometrium, namun setelah mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga potongan
melintangnya menyerupai sarang tawon. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumnar
yang sangat tinggi, menempel pada membrana basalis yang tipis. Nukleus yang oval terletak
dekat dasar sel kolumner yang bagian atasnya terlihat agak jernih karena berisi mukus. Sel
sel ini mempunyai banyak silia. Terdapat banyak kelenjar servikalis yang memanjang dari
permukaan mukosa endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak
terdapat submukosa demikian, kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan sekret yang
kental dan lengket
Vagina
Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini berada
didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa berlapis tanpa
lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel mengandung glikogen
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut elastis membentuk
jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan sesekali, dan banyak
limfosit, bersama dengan leukosit granular, menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki
kelenjar, dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi dari leher rahim (servix).
Muskularis terdiri dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam
dan longitudinal di lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan serat
elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.Epitel skuamosa bertingkat
nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum germinativum),
diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum korneum).
Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan adiposa. Pada
orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar keringat dan
sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora terdiri dari
inti yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh epitel skuamosa berlapis yang
sangat menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia minora tidak terdapat
rambut, tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.
Klitoris
6
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup dalam
lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap. Ujung bebas
dari klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar clitoridis. Klitoris
dibungkus oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait dengan
banyak ujung saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena itu tidak
dilalui
oleh
uretra.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Mansjoer, et al (2001) mengklasifikasikan keputihan sebagai berikut:
a. Jernih berlendir banyak dan tidak berbau. Keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya
ovulasi, hiperesterogen, dan stress.
b. Berwarna seperti susu, kental, lengket, jumlanya sangat banyak dan tidak berbau.
Keputihan ini dapat disebabkan oleh karena adanya vaginitis
c. Berwarna coklat, encer seperti air, sangat banyak jumlahnya, dan lembab. Keputihan
ini terjadi akibat vaginitis, servisitis, stenosis serviks, endometeritis, dan neoplasma
pasca radiasi.
d. Berwarna abu-abu dengan garis darah, encer, jumlahnya sangat banyak dan berbau
busuk. Keputihan ini terjadi akibat adanya ulkus vagina, vaginitis, servisitis piogenik
(trauma pesarium), neoplasma ganas/jinak.
e. Jika hasil pemeriksaan fisik dan sediaan apus 2 kali berturut-turut negatif,
kemungkinan penyebabnya adalah vulvovaginitis psikosomatik.
f. Keputihan akibat adanya benda asing dengan infeksi sekunder misal tampon
penyebabnya adalah toxic shock syndrome.
g. Berwarna merah muda, terdapat serosa, banyak, dan tidak berbau. Keputihan ini
terjadi akibat infeksi bakteri non-spesifik, hiperesterogen hal ini dapat menyebabkan
vaginitis atrofi, dispareunia, gatal, vagina kering.
h. Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, saat buang air
kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh candida albicans.
i. Kuning kehijauan, berbusa, sangat banyak, gatal, berbau busuk, nyeri tekan di vulva
dan sekitar eritema vagina yang ptekie. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi trichomonas vaginalis.
j. Kuning, kental, sangat banyak, terasa panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi dapat
abses atau menjalar endometrium/salping. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi neisseria gonorrheae.
LO 2.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Keputihan
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik
dan patologik.
a. Keputihan fisiologik
Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur
kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dingding vagina. Kelelahan
fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan.
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan
pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan
yang patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada:
a. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; keputihan ini
dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
b. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
c. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelanjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
d. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres emosional, karena ada masalah dalam
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendah
ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun
maupun obat obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan
keputihan terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena
merupakan faktor yang sangat memperburuk terjadinya keputihan Diet
memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur. Dengan
makanan yang cukup gizi kita bisa membantu tubuh kita memerangi
infeksi dan mencegah keputihan vagina yang berlebihan. Hindari
makanan yang banyak mengandung karbohidrat dengan kadar gula tinggi
seperti tepung, sereal, dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang
berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang
bermanfaat yang tinggal di dalam vagina. Selaput lendir dinding vagina
mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula. Bakteri yang hidup di vagina
disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi asam laktat.
Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan
infeksi vagina. Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan
bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam
laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah
menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah
banyak.
c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun
untuk mencuci organ intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau
pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh celana. penyebab dari
keputihan, antara lain:
1. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab.
Celana dalam yang terbuat dari nilon tidak dapat menyerap keringat
sehingga menyebabkan kelembaban. Campuran keringat dan
sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga membuat
selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi
tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur candida dan bakteri
lain yang merugikan.
2. Penggunaan celana panjang yang ketat
10
12
Chlamydia trachomatis
e) Gardnerella vaginalis
Gardnerella vaginalis pada keadaan normal ditemukan dalam saluran pernapasan.
Namun, bakteri ini terdapat pada kira-kira 30% flora normal vagina wanita normal.
Organisme ini merupakan basil gram negatif yang biasanya ditemukan bersamaan
dengan keberadaan bakteri anaerob. Mungkin terjadi penularan melalui hubungan
seksual, karena 90% laki-laki terinfeksi.
Gardnerella vaginalis
f) Human papillomavirus
Salah satu anggota grup papilovirus, dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Virus
ini ditularkan secara seksual umumnya mengenai kedua pasangan dan menyerang
kelompok umur yang sama dengan penyakit lainnya. HPV diketahui sebagai penyebab
kanker kongenital, termasuk karsinoma serviks. Papillomavirus menggambarkan
konsep bahwa strain virus alamiah bisa berbeda dalam potensi onkogenik. Yang paling
sering di temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun beberapa kanker mengandung DNA
dari HPV tipe 31 atau tipe 45.
Human papillomavirus
kepada bayi yang baru lahir. Ini menimbulkan gambaran klinis yang berbeda pada
infeksi manusia.
mycoplasma hominis dan mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini
menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada
fluor albus pada vaginosis bacterial. Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang
menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada
perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang
sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan glukokortikoid
dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin. Hipotalamus bereaksi mengontrol
sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan dengan sekresi hormon peptida
termasuk vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Hormon peptida
ini berperan mengatur fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga
meningkat, stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang terdapat
pada neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang telah aktif akan
melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini sangat bermanfaat bagi
limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.
Penelitian dari Dasgupta (2003) melaporkan bahwa ada impuls langsung dari stressor yang
mengenai hipokampus yang diteruskan ke resptor estrogen di vagina melalu Nerve Pathway
khusus sehingga terjadi supresi estrogen yang berakibat pergeseran pH vagina.
LO 2.5. Memahami dan Menejelaskan Manifestasi Klinis Keputihan
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu
tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian
besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
a.
b.
c.
d.
e.
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuningkuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau
amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat
16
dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital tidak ada komplikasi yang serius.
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus.
Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
Manifestasi Klinis berdasarkan etiologi :
A. Keputihan Fisiologis : Cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, sekret bisa
sedikit atau cukup banyak
B. Patologis
a. Bakteri
1. Chlamydia trachomatis : Sekret serviks mukopulen dan ektopi, edema, rapuhnya
serviks
2. Gardnerella vaginalis : Banyak sekali discharge berwarna abu-abu, berbau amis, rasa
gatal atau terbakar biasanya minimal
3. Neisseria gonorheae : Infeksi daerah serviks (pada dewasa), vaginitis (pada masa
pubertas)
b. Jamur
Candida Albicans : Seperti keju lembut, tidak berbau, pengumpulan eksudat seperti
dadih berwarna keputihan dan sebagian agak melekat pada serviks dan mukosa vagina,
eritema dan edema vulva dan vagina
c. Protozoa
Trichomonas vaginalis : Lendir tipis, warna hijau kuning, kadang berbusa dan berbau
busuk
d. Virus
1. HPV (human papiloma virus) : Lesi papilomatosa yang meninggi, mudah dilihat
pada vulva, lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral,
imunosupresi
2. herpes simplex virus : Leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia, nyeri
pada genitalia, dysuria, perdarahan pervaginaan
LO 2.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Keputihan
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak
seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita,
penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.
Pemeriksaan Fisis dan Genital
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual
pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH
diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga
17
dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas
objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan
diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah
didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive dibanding
pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat
kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan
basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang
homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan
menggunakan nitrazine paper.
Test PAP,Smear
Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV (human papiloma virus) dan
prakanker serviks. Ketepatan sitologinya kurang lebih 90% pada dysplasia keras (karsinoma
in situ) dan 76% pada dysplasia ringan/sedang.Pap Smear merupakan tes skrining untuk
mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi
kanker.
Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan
penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang wanita. Penyebabnya yaitu
adanya perubahan gen mikroba seperti; virus HPV (human papilloma virus), radiasi atau
pencemaran bahan kimia. Kanker leher rahim stadium dini yang cepat ditangani dapat
sembuh 100%.
Alat yang dibutuhkan:
a. Formulir konsultasi sitologi
b. Spatula Ayre yang dimodifikasi atau cytobrush
c. Kaca benda atau gelas objek yang pada satu sisinya telah diberikan label
d. Speculum cocor bebek kering
e. Tabung berisi larutan fiksasi sediaan di kaca benda yaitu alkohol 95%
Cara pengambilan sediaan
a. Tuliskanlah data klinis pasien yang jelas pada lembar pemintaan konsultasi
b. Pasang speculum cocor bebek agar dapat melihat kedalam vagina sehingga tampak
terlihat serviks
c. Spatula dengan ujung pendek diusap 360 derajat pada permukaan serviks
d. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pinsil gelas
pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar
tidak terjadi kerusakan sel.
e. Spatula Ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa
mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada
permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisanya.
f. Masukan dalam larutan fiksasi alhokol 95%, lalu dikeringkan.
5. Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti
pada hasil kelas IV untuk konfirmasi.
Interpretasi dan Rekomendasi dari Jawaban Sitologi
a. Negatif. Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi
b. Inkonklusif. Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik, tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang menutupi. Ulang pemeriksaan
setelah diberikn pengobatan radang
19
20
Anti biotik
Clotrimazole : Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans. Efek samping: pemakaian
topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.
Tinidazole : Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas
infeksi Protozoa, Amuba.
Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu
minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa
dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah
vaginal tablet.
Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg
3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis. Diberikan 500 mg
2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk infeksi
Gardnerella vaginalis Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam
dan intoleransi terhadap alkohol. Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester
pertama kehamilan.
Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan
tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol
dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
Penisilin
1
Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
21
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin : Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan
sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
3
Gardnerella vaginalis
a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Neisseria gonorhoeae
a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im atau
c. Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
a. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7
hari
b. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Tiamfenikol 3,5 gram oral
d. Kanamisin 2 gram im
e. Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
a. Seftriaxon 250 mg im atau
b. Spektinomisin 2 mg im atau
c. Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
a. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
a. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
b. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
c. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
2. Non Farmakologi
Tindakan pencegahan keputihan yaitu dengan :
A. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok, dan alkohol serta dihindari stress berkepanjangan
B. Setia pada pasangan, hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
C. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi, dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaina celana terlalu ketat, biasakan untuk mengganti oembalut
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak
23
D. Biasakan membasuh dengan cairan yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang
E. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina
F. Hindari penggunaan bedak fakum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina.
G. Hindari pemakaian barang-barang yang memdahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi.
24