Kenyamanan Thermal & Penghematan Energi
Kenyamanan Thermal & Penghematan Energi
Figure 1 Efek rumah kaca dapat meningkatkan suhu Bumi akbipat terperangkapnya sebagian panas radiasi matahari di atmosefer
Sumber: AdaptNSW,2015 [online] <http://www.climatechange.environment.nsw.gov.au/~/media/NARCLim/Images/unepgrnhs.jpg?la=en>
1
Peningkatan jumlah gas rumah kaca di atmosfer telah menyebabkan peningkatan efek
rumah kaca sekitar sepuluh kali dari panas yang dihasilkan matahari1. Perubahan iklim yang
disebabkan oleh kegiatan manusia ini menjadi perhatian khusus karena sangat berpengaruh
dalam kenaikan suhu lingkungan. Nantinya ini dapat berdampak cukup signifikan terhadap aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang menjadi kunci keberlanjutan kehidupan ini.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal
Perubahan iklim secara global dapat menyebabkan kenaikan temperatur, peningkatan
intensitas hujan, perubahan kelembaban dan tekanan serta perubahan arah angin2. Perubahanperubahan tersebut akan berdampak pada periode musim hujan dan kemarau yang sulit untuk
diprediksi ke depananya.
Dalam konteks dampak perubahan iklim secara lokal, aktivitas manusia sangat
berpengaruh dalam peningkatan suhu lingkungan sekitarnya, khususnya pada kawasan perkotaan
yang terdapat berbagai kegiatan pemenuhan kebutuhan serta mobilitas masyarakat yang padat.
Kondisi fisik kota-kota di Indonesia yang umumnya masih renggang satu sama lainnya (sprawl),
menyebabkan masyarakat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dalam memenuhi
kebutuhan memerlukan moda transportasi yang praktis, yang umumnya merupakan kendaraan
pribadi akibat dari belum adanya transportasi publik yang mumpuni. Emisi gas buang dari
kendaraan bermotor yang digunakan masyarakat untuk berpindah ke antar tempat, memberikan
kontribusi yang tidak sedikit terhadap iklim mikro dan mempengaruhi kenyamanan thermal kota.
Material bangunan yang menjadi wadah masyarakat untuk beraktivitas juga menjadi hal
yang perlu diperhatikan, karena pemilihan material bangunan yang salah dapat menyebabkan
1
peningkatan efek rumah kaca serta temperatur kawasan. Kawasan perkotaan yang umumnya
menjadi pusat komersial dan bisnis (Central
Business District) dari kawasan yang
hirarkinya lebih tinggi memiliki karakteristik
bangunan yang terkesan lebih modern e.g.
bangunan tinggi (high-rise building) yang
menggunakan kaca sebagai tutupan
dindingnya. Penggunaan material kaca sebagai
tutupan dinding ini dapat menjadi pemicu efek
Figure 2 Efek rumah kaca konversi gelombang pendek sinar
matahari menjadi gelombang panjang dan terperangkap dalam
bangunan
Sumber: Pinterest, 2015 [online] <https://s-media-cacheak0.pinimg.com/736x/65/17/4c/65174c82d28db13dac60945dc61
c2efc.jpg>
sesampainya di dalam ruang, dan ini tidak dapat ditransmisikan kembali keluar dinding kaca,
yang akhirnya menyebabkan akumulasi panas dalam bangunan3.
Keberadaan pengkondisi udara (AC) juga sering kita jumpai di bangunan kawasan
perkotaan. Ini menjadi counter-measure dari peningkatan panas akibat dinding kaca yang
digunakan. Namun, tidak sedikit bangunan yang dilengkapi AC dengan tujuan memberi kesan
mewah/luxury, padahal dengan menggunakan AC menyebabkan energi yang diperlukan untuk
proses pendinginan menjadi lebih besar, karena panas yang dibuang menjadi lebih besar akibat
akumulasi panas dalam bangunan sebagai akumulasi efek rumah kaca tersebut3.
3
Tri H. Karyono. 1995. Arsitektur dan Energi. Harian KOMPAS 21 September 1995
Penggunaan green roof dan green wall dapat menjadi opsi yang paling disarankan, karena selain
menjadi penetralisir polusi udara perkotaan, juga dapat menstabilkan suhu lingkungan.
4
Paul Kirshen, Ph.D. 2015. Mitigation vs. Adaptation for Climate Change. Tufts University [online course]
<The Biology of Water and Health - Sustainable Interventions>
Mitigasi lainnya adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sehingga polusi dan
emisi gas buang kendaraan dapat diminimalisir. Mitigasi ini memerlukan peran pemerintah untuk
dapat terlaksana, dengan cara menyediakan pelayanan transportasi yang nyaman dan terintegrasi
sehingga masyarakat dapat beralih dari kendaraan pribadi.
Upaya adaptasi yang dapat dilakukan, terutama untuk kawasan perkotaan yang lahannya
terbatas adalah menambah jumlah pohon peneduh dan ruang terbuka hijau, Penanaman pohon
menjadi solusi dengan multiple-benefit, karena selain pohon berfungsi sebagai penghasil oksigen,
pohon juga berperan sebagai penyerap CO2 dan SO2 dalam udara serta radiasi panas matahari
akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesa dan penguapan5.
5
Tri H. Karyono. 1996. Antisipasi Arsitek dalam memodifikasi Iklim Melalui Karya Arsitektur. Makala
dalam Seminar Dies Natalis Universitas Trisakti, Jakarta
Referensi
AdaptNSW. 2015. Causes Of Climate Change. [online]
<http://www.climatechange.environment.nsw.gov.au/About-climate-change-inNSW/Causes-of-climate-change>
Canada's Action on Climate Change. 2013. Causes of Climate Change. [online]
<http://www.climatechange.gc.ca/default.asp?lang=en&n=65CD73F4-1>
Paul Kirshen, Ph.D. 2015. Global Warming vs. Climate Change. Tufts University [online course]
<The Biology of Water and Health - Sustainable Interventions>
Paul Kirshen, Ph.D. 2015. Mitigation vs. Adaptation for Climate Change. Tufts University
[online course] <The Biology of Water and Health - Sustainable Interventions>
PT. Indonesia Green Wall. 2015. Vertical Gardening, Solusi Hijau Ibu Kota. [online]
<http://www.indogreenwall.com/id/index.php/liputan/79-vertical-gardening-solusi-hijauibu-kota>
Tri H. Karyono. 1999. Arsitektur: Kemapanan, Pendidikan, Kenyamanan dan Penghematan
Energi. Jakarta: PT. Catur Libra Optima