Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Hadits
Hadits menurut istilah syara ialah apa-apa yang berasal dari Rosulullah SAW
berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan
Lafadz As-sunnah dalam ilmu fiqih dipakai untuk :
a. Sesuatu yang diperintahkan, tetapi bukan wajib.
b. Sesuatu yang bukan bidah apabila dikatakan perbuatan itu meniru-niru
sunnah. Artinya ia sesuai dengan perbuatan Nabi SAW.
Apabila dikatakan Perbuatan itu bidah. Artinya ia menyalahi perbuatan
Nabi SAW. atau tidak pernah dikerjakan oleh beliau.
B. Kedudukan sunnah sebagai sumber hokum
Sunnah merupakan sumber hukum yang kedua dalam islam sesudah Alquran. Semua ulama sependapat bahwa sunnah Rasulullah SAW. menjadi
hujjah (adil) dalam soal-soal agama. Dan merupakan salah satu dalil hukum
disampin Al-quran dan dalil-dalil hukum lainnya yang akan kita pelajari. Hal
ini berdasarkan firman Allah :
Apa-apa yang diberikan rasul kepada maka terimalah ia dan apa-apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (Surat Al-Hasyr. Ayat 7)
Jadi sunnah dilihat dari segi untuk berhujjah berada pada kedudukan sesudah
Al-quran. Artinya seorang mujtahid tidak kembali kepada sunnah dalam
membahas hukum sesuatu kejadian, kecuali setelah dia tidak memperoleh
hukum kejadian tersebut dalam Al-quran.
Adapun dilihat dari segi hukum-hukum yang ada dalam sunnah dalam
hubungannya dengan Al-quran maka sunnah tidak melampaui tiga keadaan :
1. Mengakui dan menguatkan suatu hukum yang tersebut dalam Al-quran
sehingga hukum itu mempunyai dua sumber yaitu ayat yang menetapkannya
dan sunnah yang menguatkannya. Misalnya perintah mendirikan sholat,
mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadlan, menunaikan ibadah haji. Dari
larangan mempersekutukan Allah, memberi kesaksian palsu, menyakiti ibu
bapak, membunuh tanpa hak dan sebagainya.
2. Menjelaskan Al-quran, yaitu menafsirkan yang mujmal, mengaitkan yang
mutlak atau mengkhususkan yang umum. Allah SWT berfirman :
Dan kami telah turunkan kepadamu Al-quran, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka .
(Surat An-nahl ayat 44)
Misalnya Al-quran memperintahkan mendirikan sholat, mengeluarkan zakat,
menunaikan zakat, menunaikan haji dan tidak memerincikan rakaat, kadar
zakat dan manasik haji. Sunnah amaliyah (perbuatan nabi) dan sunnah
Anatacyber.blogspot.com (@henggalukgita)

Page 1

qauliyah (sabda nabi) yang memerincikan perintah yang mujmal (global) itu.
3. Menerapkan suatu hukum yang tidak tersebut dalam Al-quran. Maka
hukum ini ditetapkan dengan sunnah dan tidak ada dalilnya dalam Al-quran.
Misalnya diharamkan mengumpulkan antara seorang perempuan dengan
bibinya menjadi istri seseorang dan apa yang tersebut dalam hadits. Haram
karena hubungan persusuan apa-apa yang haram karena keturunan
C. Macam-macam sunnah
Sunnah terjadi kedalam beberapa macam diantaranya :
1. Sunnah Qauliyah ( ) yaitu sunnah yang menrupakan ucapan Nabi tentang
suatu hukum atau keadaan. Seperti sabdanya :
sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak
yang mulia
2. Sunnah Filiyah ( ), yaitu sunnah yang merupakan perbuatan sholatl, haji
dan sebagainya.
3. Sunnah Taqririyah ( ), yaitu persetujuan Nabi baik dengan lisan atau diam
terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan orang dihadapannya.
Persetujuan Nabi itu, menunjukkan perbuatan itu boleh dilakukan. Misalnya
orang yang makan biawak (dobbun) dihadapan Nabi, sedang beliau diam
melihatnya.
4. Sunnah Hammiyah ( ), yaitu cita-cita nabi untuk mengerjakan sesuatu
tetap belum sempat mengerjakannya sampai beliau wafat. Misalnya, tak
akan seorang yang berkata kepada Nabi tentang puasa hari Asyura (tanggal
10 Muharram) bahwa hari itu yang diagungkan oleh orang yahudi, beliau
bersabda :
Demi jika aku sampai hidup tahun depan, sungguh aku akan berpuasa
tanggal sembilan, artinya beserta hari Asyura. (H. R. Ahmad dan Muslim)
Selain itu isyarat beliau dengan jari-jarinya, tentang jumlah bulan ramadhan
dan surat beliau kepada petugas-petugasnya tentang perincian kadar zakat.
D. Sanad dari sunnah
Yang dimaksud dengan sanad ialah ururat orang-orang yang menerima
sunnah, angkatan demi angkatan, sampai kepada Rasulullah. Misalnya : dari
si A, dari si B, dari C, dari si D. bawha Rasulullah bersabda
Melihat kepada sanadnya, sunnah dibagi ke dalam 3 bagian. Yaitu : sunnah
mutawatir, sunnah masyhur, dan sunnah ahad.
1. Sunnah Mutawatir
Sunnah mutawatir ialah :
apa-apa yang dari Rasulullah oleh sekelompok orang yang menurut adat
tidak mungkin anggota-anggotanya bersepakat untuk berdusta. Karena
banyaknya amanah. Berbeda pandangannya da lingkungannya. Kemudian
Anatacyber.blogspot.com (@henggalukgita)

Page 2

dari kelompok ini diriwayatkan pula oleh kelompok, diriwayatkan pula oleh
kelompok lain yang sama keadaannya. Begitulah seterusnya sehigga sampai
kepada kita
Yang termasuk bagian ini ialah sunnah-sunnah amaliyah, seperti praktek Nabi
dalam mengerjakan shalat, puasa, haji, azan dan sebagainya yang diterima
dari Nabi oleh khalayak ramai dengan menyaksikannya atau
mendengarkannya.
Adapun sunnah Qauliyah sedikit sekali yang mutawatir, diantara sunnah
Qauliyah yang mutawatir ialah :
Barang siapa berdusta dengan sengaja terhadapku, maka
hendaklah dia mengambil tempatnya dalam neraka
2. Sunnah Masyhur
Sunnah masyhur ialah :
apa-apa yang diriwayatkan dari Rasulullah oleh seorang atau dua orang atau
sejumlah sahabat yang tidak sampai batas mutawatir kemudian dari perawi
atau perawi-perawi ini diriwayatkan oleh kelompok mutawatir dan dari
kelompok ini oleh kelompok mutawatir pula, demikian sehingga sampai
kepada kita
Yang termasuk bagian ini ialah sebagian diriwayatkan oleh Abu Bakar, Umar
bin Khattab dan Abdullah bin Masud, kemudian dari salah seorang mereka ini
diriwayatkan oleh kelompok mutawatir ,
Perbedaan sunnah mutawatir dan sunnah masyhur ialah :
- Sunnah muawatir : setiap angkatan dari silsilah sanadnya terdiri dari
kelompok mutawatir.
- Sunnah masyhur : angkatan pertama dari silsilah sanadnya bukan kelompok
dari mutawatir tetapi angkatan-angkatan selanjutnya terdiri dari kelompok
mutawatir.
3. Sunnah Ahad
Sunnah ahad ialah :
Apa-apa yang diriwayatkan dari Rasulullah oleh pribadi-pribadi yang tidak
sampai jumlah mutawatir, kemudian diriwayatkan dari perawi ini oleh
(perawi) seperti itu pula. Demikianlah seterusnyan sehingga sampai kepada
kita.
Sebagian besar hadits-hadits yang dibukukan oleh kitab-kitab hadits
termasuk bagian ini dan dinamakan khobar wahid ( ) atau khabar ahad ( ) .
E. Sunnah dari segi wurud dan dlilalahnya
Dilihat dari wurud atau datang dari nabi, sunnah dapat dibagi tida pula yaitu :

Anatacyber.blogspot.com (@henggalukgita)

Page 3

1.Qathiyatul wurud dari nabi ( ) artinya secara yakin dapat di pastikan bahwa
sunnah betul-betul dari Rasulullah, yang termasuk dalam kelompok ini adalah
sunnah mutawatir.
2. Qathiyatul wurud dari sahabat ( ) yang termasuk kelompok ini adalah
sunnah masyhur, ia tidak qathiyatul wurud dari nabi karena angkatan
pertama dari sanadnya tidak sampai batas jumlah muatawari.
Ulama hanafiyah berpendapat sunnah masyhur sama derajatnya dengan
sunnah mutawatir karena itu sunnah masyhur menurut mereka dapat
menghususkan ayat al-quran yang umum dan mengaitkan ayatnya yang
mutlak. Karena itu menurut madzhab mereka sunnah masyhur kedudukannya
antara sunnah mutawatir dan khabar wahid.
3. Zhanniyatul wurud dari nabi ( ) karena sanadnya tidak meyakinkan bahwa
ia datang dari nabi, yang termasuk kelompok ini adalah sunnah ahad.
Adapun dilihat dari segi dlilalahnya, maka setiap sunnah dari ketiga bagian
diatas mempunyai kemungkinan.
a. Mempunyai dlilalah yang qathI apabila nashnya tiak mungkin ditawilkan.
b. Mempunyai dlilalah yang zhanni apabila nashnya mungkin ditakwilkan.
F. Sejarah singkat dari sunnah
Sejarah secara ringkas in kami bagi ke dalam beberapa masa, agar lebih
mudah memahminya dan mengingatnya masa-masa itu adalah sebagai
berikut :
Masa Rasulullah SAW
Di atas telah diketahui, bahwa kedudukan sunnah adalah menguatkan
apa-apa yang telah tersebut dalam Al-quran, menjelaskan dan
menetapkan hukum yang belum (tidak) tersebut dalam Al-quran.
Semua sunnah ini diterima diingat dan dihafalkan oleh para sahabat nabi,
hanya perhatian mereka untuk menghafal sunnah qauliyah (hadits) itu
kurang dibandingkan dengan perhatian untuk menghafalkan Al-quran.
Demikianlah keadaannya sampai nabi Muhammad berpulan ke
rahmatullah.
Masa pembesar-pembesar sahabat
Pada masa pembesar-pembesar sahabat atau masa khulafaurrasyidin,
keadaan sunnah qauliyah (hadits) masih kurang perhatian untuk
menghafalnya dan meriwayatkannya. Kadang-kadang disana sini timbul
perhatian dan keinginan untuk meriwayatkan sunnah, tetapi hal semacam
itu dicegah bahkan khalifah Umar bin Khattab pernah menghukum
Abdullah bin Masud, Abu Darda dan Abu Maud al-anshari. Seraya berkata
kepada mereka; kemu terlalu banyak meriwayatkan haditsdari Rasulullah
SAW.

Anatacyber.blogspot.com (@henggalukgita)

Page 4

Dalam marasil Ibnu Malikah diterangkan bahwa khalifah Abu Bakar


melarang orang meriwayatkan hadits dari Rasulullah dan berkata kamu
meriwayatkan hadits yang kamu berselisih lagi oleh sebab itu janganlah
kamu riwayatkan satupun dari hadits Rasulullah. Itu jika seseorang
mengatakan : untuk menyelesaikan sesuatu hukum masalah diantara kita
ada kitabullah (al-quran), maka halalkanlah apa yang dihalalkannya dan
haramkanlah apa yang diharamkannya.
Menurut riwayat Kurazhah bin Kaab, ketika khalifah Umar melepaskannya
beserta rombongan untuk bertugas ke irak. Beliau berpesan kamu akan
mendatangi penduduk negeri yang amat besar perhatiannya terhadapt Alquran, maka janganlah kamu alihkan perhatian mereka kepada hadits.
Pentingkanlah al-quran dan kurangilah meriwayatkan hadits Rasulullah
dan saya tetap berkenan kepadamu.
Sesampainya Kurazhah beserta rombongannya ke irak mereka dihujani
dengan permintaan; Riwayatkanlah hadits kepada kami, Kurazhah
menjawab; khalifah Umar melarang kami meriyatkan hadits.
Pernah terpikirkan oleh khalifah Umar untuk membukukan hadits-hadits
Rasulullah SAW. beliau bermusyawarah dengan sahabat-sahabat lain
untuk maksud itu dan memohon petunjuk kepada Allah. Sampai berada
suatu hari beliau berkata kepada sahabat lainnya : sebagaimana kamu
telah ketahui saya bermaksud membukukan sunnah Rasulullah SAW.
Kemudian saya teringat kepada ahli kitab, mereka menulis beberapa kita
disampin kitabullah lalu perhatian mereka tertumpah kepada kitab-kitab
itu dan meninggalkan kitabullah. Demi Allah saya tidak mencampur
kitabullah dengan sesuatu hadits Rasulullah SAW.
Khalifah Ali bin Abi Thalib baru menerima hadits yang diriwayatkan orang
setelah beliau menyumpahkan perawinya atas kebenaran riwayatnya.
Khalifah Abu Bakar baru menerima sebuah hadits, apabila riwayatnya
disaksikan kebenarannya.
Larangan yang keras untuk meriwayatkan hadits dan ketelitian yang
tinggi dalam menerima sebuah hadits yang diriwayatkan orang pada
masa khulafaurrasyidin adalah untuk menjaga :
1. Jangan sampai perhatian kaum muslimin tetumpah kepada hadits
sehingga mereka mengabaikan al-quran.
2. Jangan sampai tercampur adukkan antara ayat-ayat al-quran dengan
hadits Rasulullah.
3. Jangan sampai mulut-mulut usil membuat hadits-hadits palsu, lalu
dikatakannya dari Rasulullah.
Keadaan tersebut di atas menyebabkan sedikitknya riwayat hadits kecuali
bila ada suatu kejadian yang menghendaki penjelasan hadits, itu pun baru
diterima setelah ada dua orang saksi yang mengakui kepastian
riwayatnya dari Rasulullah.

Anatacyber.blogspot.com (@henggalukgita)

Page 5

- Penyampaian hadits nabi


Hadits, penampung sunnah nabi, memuat kebutuhan dasar kaum
muslimin individu dan komunitas. Dalam bab ini, kita akan mencoba
membuat sketsa kegiatan penyampian hadits, meluskiskan cara-cara yang
digunakan untuk mengajarkan, mempelajari dan memeliharanya, serta
faktor yang membantu sahabat dalam tugas mereka.
- Pengajaran hadits oleh Nabi SAW
Metode yang digunakan Nabi untuk mengajarkan haditsnya dapat dibagi 3
kategori.
1. Lisan
2. Tulisan
3. Peragaan praktis
a. Metode lisan
Nabi SAW adalah guru bagi sunnahnya, untuk memudahkan hafalan dan
pengertian. Beliau biasa mengulangi hal-hal penting sampai tiga kali.
b. Metode tulisan
Seluruh surat Rasulullah kepada raja, penguasa, kepala suku dan
gubernur muslim dapat dimasukkan katagori ini.
c. Metode peragaan praktis
Sepanjang menyangkut peragaan praktis, Nabi mengajari metode wudhu,
shalat, puasa, haji dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA :
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/05/hadits-sebagai-metodelogisumber-hukum.html

Anatacyber.blogspot.com (@henggalukgita)

Page 6

Anda mungkin juga menyukai