Suhendrayatna
1. Pengertian Fluidisasi
Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padatan dengan fluida
baik cair maupun gas. Metoda ini diharapkan butiran padatan memiliki sifat seperti fluida
dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel
padat berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke
atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas
hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat
akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut
unggun diam atau fixed bed. Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada
Gambar 1a.
Unggun
diam (A)
Unggun
terfluidakan
(B)
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini
masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak
dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan
menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan
untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi
ini dapat dilihat pada Gambar 1b. Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam
banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran
padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas),
pelapisan plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran,
proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi,
adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
Bahan Kuliah OTK-2 (Fluidisasi)
(6) Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel
padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan
pada Gambar 6.
(7) Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada Gambar 7.
Bahan Kuliah OTK-2 (Fluidisasi)
(4)
2.
terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini
terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Hilang Tekanan (Pressure Drop)
Aspek utama yang akan ditinjau adalah mengetahui besarnya hilang tekan
(pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai
arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi
yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan
terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam,
terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
2.1
dimana:
P/L
gc
................................... (1)
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun) dihitung
berdasarkan korelasi berikut:
................................. (2)
sehingga persamaan tersebut menjadi:
Atau
............... (3)
................... (4)
dimana k adalah konstanta fludisasi dan k=36 k (Tabel 1). Persamaan ini kemudian
diturunkan lagi oleh Kozeny (1927) dengan mengasumsikan bahwa unggun zat padat
tersebut adalah ekivalen dengan satu kumpulan saluran-saluran lurus yang paralel yang
mempunyai luas permukaan dalam total dan volume dalam total masing-masing sama
dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya.
Harga konstanta k diperoleh beberapa peneliti berbeda-beda seperti ditunjukkan pada
Tabel 1 berikut:
No.
1
2
3
k
150
180
200
Untuk aliran turbulen, persamaan tersebut tidak dapat digunakan lagi sehingga Ergun
menurunkan rumus yang lain (1952) dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai
gabungan dari viscous losses dan kinetic energy loss.
losses energy
........ (5)
......................... (6)
b. aliran turbulen (Re>1000), viscous losses dapat diabaikan, sehingga:
................. (7)
2.2
.......... (8)
dimana f adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini,
dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida sehingga terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya seret dan gaya apung dari fluida di
sekelilingnya:
Atau
[hilang tekan pada unggun] x [luas penampang] = [volume unggun] x [fraksi zat padat] x
[densitas zat padat densitas fluida]
.............................. (9)
................................ (10)
3.
(11)
Untuk keadaan ekstrem, yaitu:
1. aliran laminer (Re<20), kecepatan fluidisasi minimumnya adalah:
.. (12)
2. aliran turbulen (Re>1000), kecepatan fluidisasi minimumnya adalah
Beberapa persamaan lain untuk menghitung harga Umf dapat dilihat di dalam pustaka.
Bahan Kuliah OTK-2 (Fluidisasi)
Garis A-B dalam grafik menunjukkan hilang tekan pada daerah unggun diam (porositas
unggun = 0). Garis B-C menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan. Garis
D-E menunjukkan hilang tekan dalam daerajh unggun diam pada waktu menurunkan
kecepatan alir fluida. Harga penurunan tekanannya, untuk kecepatan aliran fluida
tertentu, sedikit lebih rendah dari pada harga penurunan tekanan pada saat awal
operasi.
Penyimpangan dari keadaan ideal
1. Interlock
Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya
terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah
saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat
partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena
adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya
(interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (P) sesaat sebelum fluidisasi
terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada Gambar 9, terjadi pada awal fluidisasi
saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.
2. Fluidisasi heterogen (aggregative fluidization)
Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel
padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk suatu
agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen atau aggregative
fluidization. Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah karena timbulnya:
a. penggelembungan (bubbling), ditunjukkan pada Gambar 10a,
b. penorakan (slugging), ditunjukkan pada Gambar 10b,
c. saluran-saluran fluida yang terpisahkan (chanelling), ditunjukkan pada Gambar 10c,
(A)
(B)
Gambar 10 Tiga jenis agregative fluidization
(C)
Bentuk Partikel
Di dalam persamaan-persamaan yang telah diturunkan sebelumnya partikelpartikel padatnya dianggap sebagai butiran-butiran yang berbentuk bola dengan
diameter rata-rata dp. Untuk partikel-partikel yang mempunyai bentuk lain, harus
Bahan Kuliah OTK-2 (Fluidisasi)
diadakan suatu koreksi yang menyatakan bentuk sebenarnya partikel yang ditinjau.
Faktor koreksi ini disebut sebagai faktor bentuk atau derajat kebolaan suatu partikel
yang didefinisikan sebagai:
.......... (14)
Derajat kebolaan (s) bisa dipakai langsung dalam persamaan-persamaan terdahulu
dengan mengganti dp menjadi s.dp, sehingga persamaan Ergun dapat ditulis menjadi:
.... (15)
dimana s = 1 untuk partikel berbentuk bola
s < 1 untuk partikel berbentuk bola
5.3
Diameter Partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan. Prosedur
penentuan dan perhitungan bisa dilihat dalam pustaka ke-1 (dalam Daftar Pustaka)
halaman 67 sampai 69 atau pustaka ke-3 (dalam Daftar Pustaka) halaman 61. Prosedur
perhitungannya dapat dilihat pada Bagian V.4 Rancangan Percobaan, Contoh Data dan
Langkah Perhitungan.
5.4
Porositas Unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara
matematik bisa ditulis sebagai berikut:
dimana
= porositas unggun
Vu = volume unggun
Vp = volume partikel
Harga porositas unggun ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri butiran padat yang
membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain, porositas unggun merupakan
fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan partikel-partikelnya. Salah satu hasil
eksperimen yang menggambarkan pengaruh derajat kebolaan terhadap porositas
unggun diberikan oleh Brown dan diperlihatkan pada Gambar 11.
6.
10
Kecepatan minimum fluidisasi dapat ditentukan secara grafis dan teoritis. Teknik
grafis dapat dilakukan apabila tersedia kurva karakteristik fluidisasi. (antara log u
terhadap log P). Dengan menarik garis vertikal pada titik mulai konstannya log P atau
titik yang menunjukkan adanya fenomena interlock dapat diperpikrakan Umf. Karena
fluktuasi nilai dibanding kurva fluidisasi ideal, perkiraan ini kurang akurat. Supaya Umf
perkiraan mendekati nilai sebenarnya, penarikan garis pada titik konstan P dilakukan
saat kurva fluidisasi mengalurkan data kecepatan tinggi ke rendah. Diharapkan saat
kecepatan menurun fenomena interlock dapat dikurangi. Interlock menyebabkan partikel
menyatu (biasanya karena basah atau karena kelembaban udara) sehingga kecepatan
udara yang dibutuhkan untuk memfluidisasikan partikel tersebut juga bertambah besar.
Akibatnya umf yang teramati cenderung lebih tinggi daripada nilai sebenarnya.
7.
) untuk
'
v
mengangkat partikel-partikel pasir dan perhitungan fluidisasi maksimum ( ) yang
merupakan kecepatan maksimum fluidisasi bahan.
'
v mf
7.1
Fluidisasi Minimum
Laju fluida gas untuk menghasilkan fluidisasi minimum dihitung dengan
menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh Wen dan Yu (10). Pendekatan Wen-Yu
digunakan mengingat nilai fraksi kosong () dan faktor sperik () bahan tidak diketahui.
Dalam persamaan ini, nilai fraksi kosong () dan faktor sperik () bahan didekati
dengan menggunakan persamaan:
1 mf
1
11
14
3
3
s mf
s2 mf
dan
(16)
maka kecepatan minimum gas untuk mencapai fluidisasi adalah:
Bahan Kuliah OTK-2 (Fluidisasi)
11
d p u mf g
(7,2 10 )u
1,9 10
mf
1,137
d 3p g s g g
2
= (33,7 ) + 0,0408
1/ 2
33.7
= (33,7 ) + 0,0408
2
1,9 10 5
(17)
1/ 2
33.7
3,732 10 10 949,63
43,086 U mf = 1135,69 +
33,7
3,61 10 10
m
U mf = 0,28583
s
Jadi besar laju gas untuk mencapai fluidisasi minimum adalah 0,286 m/s.
Jika partikel pasir didekati sebagai pasir bulat, dengan faktor sperik () sebesar
0,86 dan fraksi kosong () sebesar 0,42 [Kunii, 1977], maka untuk partikel dengan
ukuran 20-30 mesh dengan laju linier gas pada kolom pengering sebesar 3 m/s, dengan
menggunakan persamaan Ergun diperoleh nilai Reynolds partikel sebesar:
d p ug g
Re p =
(1 ) g
1/ 2
7,2 10 4 3 1,13
(1 0,42) 1,845 10 5
Re p = 421,86
(regim transisi)
Jadi regim aliran partikel termasuk dalam regim transisi. Jika dilakukan perbandingan
antara laju gas aktual dengan laju gas minimum, diperoleh:
uf
3
=
= 10,5
k=
u mf 0,28583
Re p =
Jadi laju gas operasi aktual 10,5 kali laju gas minimum fluidisasi.
7.2
Fluidisasi Maksimum
Fluidisasi maksimum merupakan batas antara peristiwa terfluidisasinya partikel
padatan dengan peristiwa terbawanya partikel padatan tersebut (conveying). Untuk
bilangan Reynolds fluida gas (NRe,f) > 1000, digunakan persamaan empirik (9):
u 'f
9
u mf 1
(18)
Maka laju gas pada fluidisasi maksimum sebesar:
u 'f 9 u mf
( )
m
s
Jadi besar laju fluida gas pada fluidisasi maksimum adalah 2,574 m/s. Jika dibandingkan
dengan laju gas operasi aktual diperoleh:
m
3
uf
s
k= ' =
u f 2,574 m
s
Bahan Kuliah OTK-2 (Fluidisasi)
12
k = 1,165
Jadi operasi pengeringan dilakukan pada laju 1,165 kali laju gas pada fluidisasi
maksimum.
7.3
fluidisasi minimum
0,286
2,574
operasi
13