Page 1
disebut grid (Gambar4.20). Grid berarti kisi-kisi yang bersilangan tegak lurus satu dengan
lainnya membentuk pola yang teratur. Berdasarkan pola yang dibentuk serta arah penyaluran
pembebanan atau gayanya, maka sistem rangka umumnya terdiri atas dua macam yaitu: sistem
rangka dengan bentang satu arah (one way spanning) dan bentang dua arah (two way spanning).
Bentuk grid persegi panjang menggunakan sistem bentang satu arah, dengan penyaluran gaya ke
arah bentang yang pendek. Sedangkan untuk pola grid yang cenderung bujursangkar maka
penyaluran gaya terjadi ke arah kedua sisinya, maka sistem struktur yang digunakan adalah
sistem bentang dua arah. Aksi struktur dua arah dapat diperoleh jika perbandingan
dimensi bentang panjang dengan bentang pendek lebih kecil dari 1,5.
Page 2
Sistem Unibat
Sistem Nodus
Sistem NS Space Truss
c). Struktur Permukaan Bidang
Struktur permukaan bidang termasuk juga struktur form-active biasanya digunakan pada keadaan
khusus dengan persyaratan struktur dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Struktur-struktur
permukaan bidang pada umumnya menggunakan material-material khusus yang dapat
mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dengan ketebalan yang minimum. Beberapa jenis struktur
ini antara lain:
macam struktur ini berbeda dalam hal titik hubung, dimana titik hubung ini bersifat kaku pada
rangka dan tidak kaku pada struktur post and beam. Gambar 4.25 menunjukkan jenisjenis
struktur rangka dan perbedaannya dengan struktur post and beam.
Page 6
dan kolom semula 900, setelah titik hubung berotasi, sudut akan tetap 900. Besar rotasi titik
hubung tergantung pada kekakuan relatif antara balok dan kolom. Bila kolom semakin relative
kaku terhadap balok, maka kolom lebih mendekati sifat jepit terhadap ujung balok, sehingga
rotasi titik hubung semakin kecil. Bagaimanapun rotasi selalu terjadi walaupun besarannya relatif
kecil. Jadi kondisi ujung balok pada struktur rangka kaku terletak di antara kondisi ujung jepit
(tidak ada rotasi sama sekali) dan kondisi ujung sendi-sendi (bebas berotasi). Begitu pula halnya
dengan ujung atas kolom. Perilaku yang dijelaskan di atas secara umum berarti bahwa balok
pada sistem rangka kaku yang memikul beban vertikal dapat didesain lebih kecil daripada balok
pada sistem post and beam. Sedangkan kolom pada struktur rangka kaku harus didesain lebih
besar dibandingkan dengan kolom pada struktur post and beam, karena pada struktur rangka
kaku ada kombinasi momen lentur dan gaya aksial. Sedangkan pada struktur post and beam
hanya terjadi gaya aksial. Ukuran relatif kolom akan semakin dipengaruhi bila tekuk juga
ditinjau. Hal ini dikarenakan kolom pada struktur rangka mempunyai tahanan ujung, sedangkan
kolom pada post and beam tidak mempunyai tahanan ujung. Perbedaan lain antara struktur
rangka kaku adanya reaksi horisontal pada struktur rangka kaku. Sementara pada struktur post
and beam tidak ada. Pondasi untuk rangka harus didesain untuk memikul gaya dorong horisontal
yang ditimbulkan oleh beban vertikal. Pada struktur post and beam yang dibebani vertikal, tidak
ada gaya dorong horisontal, jadi tidak ada reaksi horisontal. Dengan demikian, pondasi struktur
post and beam relatif lebih sederhana dibandingkan pondasi untuk struktur rangka.
c). Beban Horisontal
Perilaku struktur post and beam dan struktur rangka terhadap beban horisontal sangat berbeda.
Struktur post and beam dapat dikatakan hamper tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk
memikul beban horisontal. Adanya sedikit kemampuan, pada umumnya hanyalah karena berat
sendiri dari tiang / kolom (post), atau adanya kontribusi elemen lain, misalnya dinding penutup
yang berfungsi sebagai bracing. Tetapi perlu diingat bahwa kemampuan memikul beban
horisontal pada struktur post and beam ini sangat kecil. Sehingga struktur post and beam tidak
dapat digunakan untuk memikul beban horisontal seperti beban gempa dan angin. Sebaliknya,
pada struktur rangka timbul lentur, gaya geser dan gaya aksial pada semua elemen, balok
maupun kolom. Momen lentur yang diakibatkan oleh beban lateral (angin dan gempa) seringkali
mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung. Dengan demikian, ukuran elemen
struktur di bagian yang dekat dengan titik hubung pada umumnya dibuat besar atau diperkuat
bila gaya lateralnya cukup besar. Rangka kaku dapat diterapkan pada gedung besar maupun
kecil. Secara umum, semakin tinggi gedung, maka akan semakin besar pula momen dan gayagaya pada setiap elemen struktur. Kolom terbawah pada gedung bertingkat banyak pada
umumnya memikul gaya aksial dan momen lentur terbesar. Bila beban lateral itu sudah sangat
besar, maka umumnya diperlukan kontribusi elemen struktur lainnya untuk memikul, misalnya
dengan menggunakan pengekang (bracing) atau dinding geser (shear walls).
d). Kekakuan Relatif Balok dan Kolom
Pada setiap struktur statis tak tentu, termasuk juga rangka (frame), besar momen dan gaya
internal tergantung pada karakteristik relatif antara elemen-elemen strukturnya. Kolom yang
lebih kaku akan memikul beban horisontal lebih besar. Sehingga tidak dapat digunakan asumsi
bahwa reaksi horisontal sama besar. Momen yang lebih besar akan timbul pada kolom yang
memikul beban horisontal lebih besar (kolom yang lebih kaku). Perbedaan kekakuan relatif
antara balok dan kolom juga mempengaruhi momen akibat beban vertikal. Semakin kaku kolom,
maka momen yang timbul akan lebih besar daripada kolom yang relatif kurang kaku terhadap
Page 7
balok. Untuk struktur yang kolomnya relatif lebih kakudan struktur post and beam sebagai
respon terhadap beban vertikal adalah terhadap balok, momen negatif pada ujung balok yang
bertemu dengan kolom kaku akan membesar sementara momen positifnya berkurang. Efek
variasi kekakuan tersebut seperti pada Gambar 4.26 .
(a) Struktur pelengkung tiga sendi. Momen negatif besar terjadi pada balok.
(b) Struktur post and beam. Momen positif besar terjadi pada balok.
(c) Kolom tidak menahan rotasi pada ujung
(d) Rangka dengan kolom sangat fleksibel dan balok kaku. Kolom fleksibel memberikan sedikit
tahanan thdp rotasi, sehingga balok berlaku seperti sendi.
(e) Rangka dengan kekakuan balok & kolom normal. Kolom dpt memberi tahanan rotasi, shg
terjadi rotsi titik hubung.
(f) Rangka dengan kolom sangat kaku & balok fleksibel.
(g) Kolom dpt memberi tahanan rotasi cukup besar, shg bersifat jepit thdp ujung balok.
(a). Struktur pelengkung tiga sendi. Momen
negatif besar terjadi pada balok.
(b). Struktur post and beam. Momen positif
besar terjadi pada balok.
(c). Kolom tidak menahan rotasi pada ujung
(d). Rangka dengan kolom sangat fleksibel dan
balok kaku. Kolom fleksibel memberikan sedikit
tahanan thdp rotasi, sehingga balok berlaku
seperti sendi.
(e). Rangka dengan kekakuan balok & kolom
normal. Kolom dapat memberi tahanan rotasi,
sehingga terjadi rotsi titik hubung.
Gambar 4.26. Efek variasi kekakuan relatif balok dan kolom terhadap
momen dan gaya internal pada struktur rangka kaku
Sumber: Schodek, 1999
Page 8
Page 9
sebanding dengan jarak horisontal kolom tersebut ke pusat berat semua kolom di tingkat
tersebut. Metode analisis lain yang lebih eksak adalah menggunakan perhitungan berbantuan
komputer. Walaupun dianggap kurang eksak, metode kantilever sampai saat ini masih
digunakan, terutama untuk memperlajari perilaku struktur bertingkat banyak.
Page 10
Page 11
Page 13
untuk mengatasinya adalah dengan memakai knee braces. Titik hubung perletakannya biasanya
berupa sendi.
4. Analisis Struktur Plat dan Grid
Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya
relatif kecil dibandingkan dengan dimensidimensi lainya. Beban yang umum bekerja pada plat
mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu di seluruh tepinya atau hanya
pada titiktitik tertentu, misalnya oleh kolom-kolom, atau bahkan campuran antar tumpuan
menerus dan tumpuan titik. Kondisi tumpuan bisa berbentuk sederhana atau jepit. Adanya
kemungkinan variasi kondisi tumpuan menyebabkan plat dapat digunakan untuk berbagai
keadaan. Rangka ruang (sebenarnya merupakan rangka batang) yang terdiri dari elemen-elemen
pendek kaku berpola segitiga yang disusun secara tiga dimensi dan membentuk struktur
permukaan bidang kaku yang besar dengan ketebalan relatif tipis adalah struktur yang analog
dengan plat. Struktur Grid juga merupakan suatu contoh analogi lain dari struktur plat. Struktur
grid bidang secara khas terdiri dari elemen-elemen linier kaku panjang seperti balok atau rangka
batang, dimana batang-batang tepi atas dan bawah terletak sejajar. Titik hubungnya bersifat
kaku. Distribusi momen dan geser pada struktur seperti ini dapat merupakan distribusi yang
terjadi pad plat monolit. Pada umumnya grid berbutir kasar lebih baik memikul beban terpusat.
Sedangkan plat dan rangka ruang dengan banyak elemen struktur kecil cenderung lebih cocok
untuk memikul beban terdistribusi merata. Beberapa skema bentuk struktur plat, rangka ruang
dan grid seperti pada Gambar 4.32.
Beban Merata
struktur plat berperilaku hampir sama dengan struktur grid. Perbedaannya adalah bahwa pada
struktur plat, berbagi aksi terjadi secara kontinu melalui bidang slab, bukan hanya pada titik-titik
tumpuan. Plat tersebut dapat dibayangkan sebagai sederetan jalur balok yang berdekatan dengan
lebar satu satuan dan terhubung satu sama lain di seluruh bagian panjangnya. Gambar 4.33
mengilustrasikan struktur plat satu arah.
Beban Terpusat
Plat yang memikul beban terpusat berperilaku lebih rumit. Plat tersebut dapat dibayangkan
sebagai sederetan jalur balok yang berdekatan dengan lebar satu satuan dan terhubung satu sama
lain di seluruh bagian panjangnya. Karena adanya beban yang diterima oleh jalur balok, maka
balok cenderung berdefleksi ke bawah. Kecenderungan itu dikurangi dengan adanya hubungan
antara jalurjalur tersebut. Torsi juga terjadi pada jalur tersebut. Pada jalur yang semakin jauh dari
jalur dimana beban terpusat bekerja, torsi dan geser yang terjadi akan semakin berkurang di jalur
yang mendekati tepi plat. Hal ini berarti momen internal juga berkurang. Jumlah total reaksi
harus sama dengan beban total yang bekerja pada seluruh arah vertikal. Jumlah momen tahanan
internal yang terdistribusi di seluruh sisi plat juga harus sama dengan momen eksternal total. Hal
ini didasarkan atas tinjauan keseimbangan dasar.
Plat Berusuk
Plat berusuk adalah sistem gabungan balok-slab. Apabila slab mempunyai kekakuan yang relatif
kaku, maka keseluruhan susunan ini akan berperilaku sebagai slab satu arah (Gambar 4.34),
bukan balok-balok sejajar. Slab transveral dianggap sebagai plat satu arah menerus di atas balok.
Momen negatif akan terjadipada slab di atas balok.
Page 15
Hal ini karena balok yang lebih pendek akan lebih kaku. Kedua balok
tersebut akan mengalami defleksi yang sama di titik pertemuannya karena
keduanya dihubungkan pada titik tersebut. Agar defleksi kedua balok itu
sama, maka diperlukan gaya lebih besar pada balok yang lebih pendek.
Dengan demikian, balok yang lebih pendek akan memikul bagian beban
yang lebih besar. Besar relatif dari beban yang dipikul pada struktur grid
saling tegak lurus, dan bergantung pada sifat fisis dan dimensi elemenelemen
grid tersebut (Gambar 4.36).
Page 17
Gambar 4.37. Sistem Slab dengan Balok Dua Arah dan Sistem Wafel
Sumber: Schodek, 1999
Page 18
Solusinya adalah dengan menggunakan drop panel, yaitu plat dengan penebalan setempat.
Alternatif lain, luas geser dapat diperbesar dengan memperbesar ukuran plat. Hal ini dapat
dilakukan secara lokal dengan menggunakan kepala kolom (column capitals). Semakin besar
kepala kolom, maka akan semakin besar pula luas geser plat. Plat yang menggunakan kepala
kolom seperti ini biasanya disebut plat datar (flat slab). (Gambar 4.38)
Page 19
Page 21
Page 22
Dengan mengetahui berbagai variasi sistem rangka, maka dapat memudahkan pembuatan model
sistem rangka bertingkat banyak. Untuk struktur tiga dimensi yang lebih rumit yang melibatkan
interaksi berbagai sistem struktur, model yang sederhana sangat berguna dalam tahap
preliminary design dan untuk komputasi. Model ini harus dapat mempresentasikan perilaku dari
tiap elemen rangka dan efeknya terhadap keseluruhan struktur. Berikut ini akan dibahas tentang
beberapa sistem rangka sebagai struktur untuk konstruksi bangunan berlantai banyak.
a). Rangka Momen (Moment Frames)
Suatu rangka momen memperoleh kekakuan lateral terutama dari tekukan kaku dari elemen
rangka yang saling dihubungkan dengan sambungan kaku. Sambungan ini harus didesain
sedemikian rupa sehingga punya cukup kekuatan dan kekakuan, serta punya kecenderungan
deformasi minimal. Deformasi yang akan terjadi harus diusahakan seminimal mungkin
berpengaruh terhadap distribusi gaya internal dan momen dalam struktur atau dalam keselutuhan
deformasi rangka. Suatu rangka kaku tanpa pengekang (unbraced) harus mampu memikul beban
lateral tanpa mengandalkan sistem bracing tambahan untuk stabilitasnya. Rangka itu
sendiri harus tahan terhadap gaya-gaya rencana, meliputi beban dan gaya lateral. Disamping itu,
rangka juga harus mempunyai cukup kekakuan lateral untuk menahan goyangan bila dibebani
gaya horisontal dari angina dan gempa. Walaupun secara detail, sambungan kaku mempunyai
nilai ekonomis struktur yang rendah, namun rangka kaku tanpa pengekang menunjukkan kinerja
yang lebih baik dalam merespon beban dan gempa. Dari sudut pandang arsitektural, akan banyak
keuntungan bila tidak digunakan sistem bracing triangulasi atau sisitem dinding solid pada
bangunan.
b) Rangka Sederhana
Page 23
dari struktur utama. Suatu rangka dapat diklasifikasikan sebagai rangka berpengaku (braced) bila
tahanan terhadap goyangan disediakan oleh sistem bracing sebagai respon terhadap beban lateral,
dimana pengekang tersebut mempunyai cukup kekakuan dan dapat secara akurat merespon
beban horisontal. Rangka dapat diklasifikasikan sebagai rangka berpengekang (braced) bila
sistem bracing mampu mereduksi geser horisontal lebih dari 80%.
e). Sway Frame dan Un-sway Frame
Suatu rangka dapat diklasifikasikan sebagai un-sway frame bila respon terhadap gaya
horisontal dalam bidang cukup kaku untuk menghindari terjadinya tambahan gaya internal dan
momen dari pergeseran horizontal tersebut. Dalam desain rangka bangunan berlantai banyak,
perlu untuk memisahkan kolom dari rangka dan memperlakukan stabilitas dari kolom dan rangka
sebagai masalah yang berbeda. Untuk kolom dalam rangka berpengaku, diasumsikan bahwa
kolom dibatasi pada ujung-ujungnya dari geser horisontal, sehingga pada ujung kolom hanya
dikenai momen dan beban aksial yang diteruskan oleh rangka. Selanjutnya diasumsikan bahwa
rangka sebagai sistem bracing memenuhi stabilitas secara keseluruhan dan tidak mempengaruhi
perilaku kolom. Pada desain sway frame, kolom dan rangka saling berinteraksi satu sama
lainnya. Sehingga pada desain sway frame, harus dipertimbangkan bahwa rangka merupakan
menjadi bagian atau merupakan keseluruhan struktur bangunan tersebut.
Page 25
Secara fisik instalasi-instalasi ini sebagian besar merupakan jalur-jalur panjang, baik pada arah
horisontal maupun pada arah vertikalnya. Dan di dalam perancangan bangunan jalur-jalur ini
menuntut disediakannya ruang/tempat/lokasi yang secara kuantitas cukup, dan secara kualitas
memenuhi syarat, baik syarat teknis maupun syarat pemeliharaan dan perbaikan.
Di dalam perancangannya, seringkali jalur instalasi ini ditempatkan pada satu zona dengan jalur
sirkulasi, baik yang berada dalam jalur vertikal maupun yang berada pada jalur horisontal. Pada
lajur vertikal yang ditempatkan pada satu zona disebut core, dan pada jalur horisontal sering kita
lihat berada sejalan dengan jalur-jalur koridor yang menjalar di dalam bangunan yang
bersangkutan.
MEKANIKAL DALAM POSISI LANTAI
1. Ruang Equipment bawah
Ruang M&E
Ruang bahan bakar
Alternatif ruang chiller
Alternatif ruang fan room
2. Elemen typikal pada core
Suply udara dan aliran balik vertikal
Page 26
Jalur cairan
Jalur pipa-pipa plumbing
Jalur lift
Jalur tangga
3. Ruang Equipment Atas
Cooling tower
Chiller equipment
Central fan room
Tanki air
Rumah lift
Berdasarkan arah pelayanannya, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
LAYAN HORISONTAL
Cara dasar untuk mengakomodasikan elemen utility gedung yang terletak secara horisontal.
1. Penggunaan sistem yang membentang satu arah yang secara alami sudah mempunyai
ruang-ruang sejajar, elemen-elemen yang yang tegak lurus dengan arah yang
membentang tentu saja sulit dibuat.
Kitab dapat saja membuat perubahan bentuk secara lokal dari bahan struktur dasar untuk
mengakomodasikan hal tersebut. Hal ini sering dilakukan apabila elemen-elemen yang akan
diakomodasikan tidak banyak dan berdimensi kecil.
Page 27
3. Untuk mengakomodasikan elemen layan horosantal pada sistem satu maupun dua arah
adalah dengan melewatkannya dibawah sistem struktural primer dan membiarkannya
terbuka atau tertutup oleh selubung atau plafon. Cara demikan sangat efisien menurut
tinjauan konstruksi, tetapi tinggi total gedung menjadi bertambah.
LAYAN VERTIKAL
Banyak sistem struktural yang dapat didisain untuk mrngakomodasikan penetrasi minor untuk
elemen fungsional dan layan vertikal tanpa ada kesulitan.
Untuk penetrasi yang lebih besar, misalnya tangga perlu ada rangka lokal khusus tanpa harus
mengubah sistem struktural dasarnya. Salah satu cara untuk menangani situasi dimana banyak
penetrasi vertikal, yang diperlukan adalah : dengan mengelompokan fungsi khusus ke dalam
cluster dan mendisain struktur itu untuk mangakomodasikan cluster tersebut.
Page 28
Hal ini sering dilakukan untuk elemen vertikal dimana elemen tersebut dikelompokan kedalam
unit inti (core) yang cocok dengan bentang struktural tertentu. Keuntungan dari melakukan hal
ini adalah : bahan struktural umum dilokasi lain tidak terganggu dan dapat berfungsi secara
efisien. Hal ini merupakan cara umum pada struktur gedung bertingkat tinggi
Cara yang menggunakan clustre seringkali tidak dapat memenuhi persyaratan fungsional dari
elemen-elemen layan ( misal untuk bangunan hotel dan apartemen). Banyak elemen yang harus
didistribusikan di seluruh gedung, misalnya sistem pemanasan, pengaliran udara, pengkondisian
udara atau sistem pemipaan.
Page 29
Ruang antara balok-balok sejajar dan kolom rangkap dicadangkan untuk alat-alat mekanis dari
elemen beton pracetak.
Pada kasus lain dimana daerah antara terdapat lapisan layan diantara lantai, dapat digunakan
apabila intesitas layan atau permintaan fleksibilitas memang menghendakinya. Elemen-elemen
layan dapat keluar dari daerah antara ke lantai diatasnya atau dibawahnya di lokasi-lokasi yang
diperlukan. Perubahan dan modifikasi juga dapat dilakukan tanpa harus mengganggu kegiatan
fungsional. Suatu solusi struktural yang memanfaatkan tinggi penuh daerah antara seringkali,
tetapi tidak selalu menguntungkan. Secara umum, cara-cara sangat mahal digunakan hanya bila
sistem mekanis dalam gedung sangat komplek, misalnya rumah sakit. (gbr 12.23)
UTILITY TYPES OF HIGH RISE BUILDING
1. TRANSPORTASI DALAM BANGUNAN
Suatu gedung tinggi memerlukan suatu alat angkut/transportasi untuk memberikan suatu
kenyamanan dalam berlalu lalang di dalam gedung. Dari arah pelayanannya alat transportasi
dapat dibedakan :
a. Horisontal, berupa conveyor
b. Miring, berupa escalator
c. Vertikal, berupa elevator
ELEVATOR
Elevator sering disebut lift adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam
suatu gedung yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk gedung yang tingginya lebih dari 4 lantai.
Cara untuk meletakaan beberapa lift dalam satu gedung, dapat dipasang berdampingan atau
berhadapan, tetapi kalau dipasang berdampingan lebih dari 3 lift sebaiknya dipasang berhadapan.
Kalau dipasang berhadapan perlu diperhatikan jarak antar lift yang berhadapan, diatur sesuai
dengan fungsi dan kegunaan dari bangunan tersebut.
Page 30
MACAM LIFT :
a. Lift Penumpang Tertutup
Suatu lift penumpang dengan ukuran, berat dan kecepatan tertentu sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya. Interior disesuaikan dengan kebutuhan standart atau sesuai dengan
keinginan pemilik bangunan.
b. Lift Penumpang transparan
Suatu lift penumpang yang interiornya satu bidang atau lebih berupa kaca tembus supaya
dapat menikmati pemandangan luar.
c. Lift untuk Rumah Sakit
Page 31
Karena fungsinya mengangkut orang sakit, ukuran lift biasanya memanjang dan pintu
dapat dibuat 2 arah/ 2 pintu. Interior disesuaikan dengan fungsinya.
d. Lift untuk Kebakaran/Barang
Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lift, kecepatan berangkat dan berhentinya lift harus
tanpa sentakan yang mengganggu penumpang, sehingga kecepatan dan berat akan menentukan
kenikmatan dalam menggunakan lift.
SISTIM ZONE PADA GEDUNG TINGGI
MULTI ZONE SYSTEM
Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, orang berusaha memperkecil volume gedung yang
dipergunakan untuk sirkulasi vertikal, terutama dalam gedung tinggi lebih dari 20 lantai.
Juga untuk memperpendek waktu perjalanan bolak-balik lift dengan memperpendek waktu
menunggu lift terutama di lantai dasar. Untuk tujuan ini orang melakukan zoning lift artinya
pembagian kerja kelompok-kelompok lift, misalnya 4 lift melayani lantai 1-15, 4 lift melayani
lantai 16-30, jadi tidak berhenti di lantai 1-15.
Karena ada kelompok 4 lift yang tidak berhenti di lantai 1-15 maka dalam tabung-tabungnya
tidak diadakan lubang pintu keluar, ini merupakan penghematan biaya sirkulasi vertikal.
Page 32
Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah lantai mendekati 100 lantai atau lebih perlu
diadakan penghematan volume inti gedung dengan mengadakan zoning pelayanan elevator
ditambah lobby-lobby antara (skylobby) yang dapat dicapai dari lantai dasar dengan lift-lift
express yang langsung menuju skylobby-skylobby tersebut.
Skylobby berfungsi sebagai :
1. Lantai perpindahan untuk menuju lift-lift local dalam zone diatasnya.
2. Tempat berkumpul sementara (mengungsi) pada waktu ada keadaan darurat (kebakaran,
gempa bumi) sambil menunggu pertolongan.
3. Karena ada lift-lift lokal yang melayani zone-zone, maka diperlukan ruang mesin lift
langsung diatasnya.
Kebutuhan ruang mesin lift disatukan pula dengan kebutuhan ruang mesin AC, ruang mesinmesin pompa air, reservoir antara untuk persediaan air bersih dll.
Page 33
Ruang mesin tersebut berupa ruang beton tulang yang padat dan kokoh yang berfungsi pula
sebagai penghadang menjalarnya kebakaran keatas. Sedangkan skylobby-skylobby tersebut
terletak diatas ruang-ruang mesin yang kokoh tersebut.
Adanya ruang-ruang mesin antara tersebut juga sangat menghemat enerji listrik untuk
pemompaan air bersih, penghawaan mekanis dan AC dan penghematan rongga-rongga untuk
tabung-tabung instalasi listrik, AC maupun pemipaan.
Secara structural, ruang mesin yang kokoh tersebut, pasti dapat menambah ketahanan gedung
terhadap gaya-gaya horizontal akibat gempa ataupun angin.
2. LANDASAN HELIKOPTER
Gedung tinggi lebih dari 20 lantai, dianjurkan untuk membuat suatu landasan helicopter.
Landasan ini berfungsi sebagai tempat helicopter mendarat supaya dapat dengan mudah dan
cepat memberikan pertolongan apabila terjadi kecelakaan, seperti kebakaran atau terjebak di
ruang atas.
Oleh karena itu, landasan helicopter diatas bangunan tersebut harus mempunyai persyaratanpersyaratan sbb. :
Sudah diperhitungkan strukturnya untuk dapat menahan beban yang cukup besar dari
helicopter yang mendarat.
Mempunyai ukuran/radius tertentu dari macam helicopter yang sering digunakan, khususnya
dari dinas kebakaran atau kepolisian.
Page 34
Landasan harus berdiri paling atas, tidak boleh terganggu oleh pagar kabel-kebel penangkal
petir, antena dsb.
Untuk bangunan bertingkat tinggi, perlu disiapkan suatu alat untuk membersihkan kulit
bangunan dari debu-debu yang melekat pada bangunan tersebut. Alat itu disebut Gondola.
Gondola dipasang didinding setiap gedung bertingkat, sebagai tempat mengangkut orang yang
akan membersihkan dinding bangunan tersebut. Untuk bangunan yang tingginya kurang dari 5
lantai, digunakan alat lain selain gondola yang fungsinnya sama dengan gondola.
Cara Kerja Gondola :
a. Gondola dapat bergerak naik dan turun karena digerakkan oleh alat penggeral yang diatur
oleh penumpannya dari dalam kereta. Untuk menggerakan kekiri kekanan dilakukan
secara manual. Ketika kereta sampai dibawah, kemudian digeser dan tempat angkur
diatas tali dilepas dan dipindahkan ke angkur lainnya.
b. Gondola secara otomatis dapat digerakan dari dalam kereta untuk bergerak kekiri dan
kekanan, ke atas dan kebawah. Untuk menggerakkan ke samping diperlukan suatu alat di
atas yang bergerak dengan menggunakan rel. Alat ini memerlukan sumber tenaga.
Page 35
Kereta tempat orang bekerja berukuran untuk satu orang, dua orang atau tiga orang dan terbuat
dari bahan aluminium yang ringan. Kereta tersebut kalau tidak digunakan dapat disimpan
ditempat yang aman supaya tidak kena panas dan hujan.
Penggunaan Gondola.
Tipe gondola yang digunakan untuk membersihkan bangunan bagian luar disesuaikan dengan
tinggi bangunan dan berat dari gondola (termasuk tenaga pembersih dan segala
perlengkapannya)
Tinggi bangunan :
a. Kurang dari 100 m, kapasitasnya 200 kg.
b. Antara 100-150 m, kapasitasnya 200 kg.
c. Lebih dari 150 m, kapasitasnya 400-600 kg
Page 36