id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2014 akan menjadi tahun yang bersejarah bagi Indonesia. Pernyataan
ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah, mengingat pada tahun ini bangsa kita
akan menyelenggarakan hajat besar yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali.
Peristiwa yang sering disebut sebagai pesta demokrasi ini memberikan
kesempatan kepada warga negara untuk menyalurkan aspirasi mereka dan
menentukan arah jalannya pemerintahan untuk lima tahun ke depan. Pemilihan
Umum alias Pemilu yang dilaksanakan secara rutin setiap lima tahun sekali
merupakan salah satu ciri dari sistem pemerintahan demokrasi yang dianut oleh
Indonesia.
Mengutip pernyataan Mayo dalam bukunya Introduction to Democratic
Theory tentang berbagai macam nilai dalam sebuah demokrasi, salah satunya
adalah mengenai pergantian pemimipin yang dijelaskan sebagai berikut. Salah
satu nilai yang mendasari demokrasi adalah Menyelenggarakan pergantian
pimpinan secara teratur (orderly succession of rules), pergantian atas dasar
keturunan atau dengan jalan mengangkat diri sendiri, ataupun melalui coup detat
dianggap tidak wajar dalam suatu demokrasi.1
Nilai tersebut kemudian menjadi ciri khas dari sebuah sistem demokrasi.
Seperti yang dikatakan Budiardjo:
1
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
KPU disusutkan menjadi 11 orang saja yang berasal dari kalangan LSM dan
akademisi. Anggota KPU kedua ini bertugas untuk periode tahun 2001 2007
yang diangkat secara langsung oleh presiden kala itu, yaitu Alm. Abdurahman
Wahid (Gus Dur).
Pada tahun 2007, DPR RI mengeluarkan Undang Undang No. 22 tahun
2007 tentang penyelenggaraan pemilu. Dalam peraturan perundang undang ini
diatur mengenai penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh suatu
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat
nasional mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai
penyelenggara Pemilihan Umum mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga yang
menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan
tertentu. Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan
Umum bebas dari pengaruh pihak mana pun. Dalam undang undang ini juga
diatur mengenai perubahan keanggotaan KPU, yang sebelumnya berjumlah 11
orang kemudian sejak tahun 2007 dirubah menjadi sebanyak tujuh orang saja.
Peraturan tersebut kemudian disempurnakan kembali melalui UU No. 15
tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Berdasarakan peraturan
tersebut, keanggotaan KPU berjumlah tujuh orang untuk KPU Nasional / Pusat
dan masing masing lima orang untuk KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
Dengan catatan tambahan keanggotaan KPU harus meliputi keterwakilan
perempuan sebesar 30%. KPU Nasional yang bertanggung jawab terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
pelaksanaan Pemilu 2014 dilantik dengan landasan UU tersebut oleh Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 April 2012.
Partisipasi politik merupakan perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi
kondisi politik di negaranya. Partisipasi politik seringkali dimaknai sebagai
tindakan yang positif. Namun menurut padangangan beberapa ahli, tindakan
tindakan berbentuk kekerasan juga sebagai bagian dari partisipasi politik.
Pendapat tersebut nampaknya juga diamini oleh Teorell et al. yang menyatakan
bahwa segala macam tindakan yang ditujukan untuk melawan kepentingan politik,
sosial, ekonomi, media ataupun elitnya dapat dikategorikan sebagai partisipasi
politik.3 Menurut rilis data yang diperoleh dari Litbang Kompas, partisipasi politik
masyarakat dalam Pemilu terus menunjukkan trend penurunan. Seperti yang dapat
dilihat pada grafik di bawah ini, masyarakat semakin lama menjadi semakin apatis
terhadap pelaksanaan Pemilu.
Joakim Ekman, Erik Amna, Human Affairs, Political Participation and Civic
Engagement: Towards A New Typology, (Vol 22: 2012), hal. 286
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Gambar 1.1
Grafik Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilu 1999 - 2009
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2014/02/28/jangan-golput-jadilahpemilih-cerdas-635439.html
Berdasarkan grafik tersebut, partisipasi politik masyarakat yang paling rendah
nampak pada pelaksanaan Pemilu Legislatif 2009. Tingkat golput dalam
pelaksanaan Pemilu tersebut menembus angka 29,04%, yang artinya hanya
terdapat 70,96% masyarakat yang berpartisipasi dalam Pemilu. Angka tersebut
menurun dari partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2004 yang mencapai
angka 84,07%. Tingginya angka golput dalam Pemilu Legislatif 2009 juga
dirasakan di Kota Surakarta. Pada pelaksanaannya, dari 393.750 pemilih yang
terdaftar, hanya terdapat 281.798 orang yang menggunakan hak pilih. Berangkat
dari angka tersebut maka diperoleh tingkat partisipasi politik masyarakat pada
Pemilu Legislatif 2009 di Surakarta adalah sebesar 71,57%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
4
5
Pawito, Pemilihan Umum Legislatif 2009 dan Media Massa, (Surakarta:2012), hal.69
Ibid., hal.70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilu serta
mengoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan Pemilu.
KPU memiliki tanggung jawab penuh untuk mengawal proses jalannya
Pemilu mulai dari awal persiapan, penyelenggaraan hingga pada proses
penghitungan suara dan penentuan pemenang Pemilu. Berkaitan dengan masalah
golput, tanggung jawab KPU adalah untuk memastikan masyarakat ikut
berpartisipasi memberikan suara dalam Pemilu seperti yang tercantum dalam poin
p berikut ini: KPU memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan sosialisasi
penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang
KPU kepada masyarakat;
Untuk mendukung pelaksanaan tanggung jawab tersebut, dikeluarkan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 23 tahun 2013 tentang
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum. Peraturan ini mengatur segala
macam yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum.
Mulai dari tanggung jawab KPU sampai bentuk bentuk partisipasi masyarakat
yang dapat dilakukan untuk menyemarakkan gelaran Pemilu.
Dalam PKPU No. 23 tahun 2013 pasal 4 dan 5 dijabarkan secara rinci
wewenang dan tanggung jawab KPU dalam pelaksanaan Pemilu 2014. Pada pasal
4, dituliskan bahwa KPU mempunyai wewenang untuk mengatur ruang lingkup
pelibatan masyarakat, mengatur pihak yang dapat berpartisipasi dalam Pemilu dan
juga berhak untuk menolak ataupun menerima partisipasi orang, kelompok atau
lembaga dalam Pemilu. Sementara dalam pasal 5, KPU disebutkan memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Wawancara dengan Setyo Budiarto, Kasubag Teknis dan Hubmas KPU Kota Surakarta
pada tanggal 28 Februari 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Legislatif 2014.
Strategi
komunikasi tersebut tentunya tidak hanya asal dibuat, melainkan melalui berbagai
pertimbangan dan riset yang mendalam mengenai kondisi masyarakat sasaran.
Dengan merancang strategi komunikasi ini, diharapkan masyarakat dapat menjadi
lebih paham mengenai pentingnya mempergunakan hak pilih dalam Pemilu,
sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk berpartisipasi dalam
perhelatan tersebut.
Aspek komunikasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah dari segi
komunikator, pesan, saluran dan efek kepada masyarakat. Menurut Lasswell,
komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. 7
Untuk
menjadi
komunikator
tidak
terdapat
batasan.
Komunikator bisa berwujud pada seorang individu, sekelompok orang dan bahkan
organisasi sekalipun. Asalkan mereka berusaha menyampaikan pesan untuk orang
lain dengan tujuan apapun mereka sudah dapat dikategorikan sebagai
komunikator. Dalam hal ini, KPU adalah pihak yang merumuskan pesan untuk
dikomunikasikan kepada masyarakat. Sehingga benar adanya jikalau KPU
digolongkan sebagai komunikator dalam konteks ini. Peneliti akan meneliti peran
KPU baik dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proses komunikasi. Selain
itu peneliti juga akan melihat pesan pesan apa yang berusaha untuk disampaikan
kepada masyarakat beserta dengan saluran yang digunakan. Terakhir, peneliti juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
akan melihat apakah serangkaian pesan dan saluran yang digunakan tersebut
mampu memberikan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan oleh KPU.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, dirumuskan masalah yang akan menjadi bahan
penelitian yaitu: Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan Komisi
Pemilihan Umum Kota Surakarta dalam mensosialisasikan Pemilu Legislatif
2014?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk: Mengetahui strategi komunikasi yang
digunakan Komisi Pemilihan Umum Kota Surakarta dalam mensosialisasikan
Pemilu Legislatif 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Tercapainya tujuan penelitian di atas akan memberikan penjelasan
berkaitan
dengan
strategi komunikasi
KPU
Kota
Surakarta
untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
E. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Fungsi Komunikasi
William I. Gorden, seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana memaparkan
sedikitnya terdapat empat fungsi komunikasi yang saling terkait. Fungsi tersebut
adalah:8
a. Komunikasi sosial
Komunikasi sosial meliputi fungsi komunikasi dalam rangka pembentukan
jati diri manusia. Dalam kerangka komunikasi sosial, komunikasi berfungsi
sebagai sarana aktualisasi diri dan membangun konsep diri.
b. Komunikasi ekspresif
Komunikasi ekspresif memiliki artian komunikasi yang digunakan oleh
manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka, baik itu
melalui komunikasi verbal maupun juga komunikasi non verbal.
c. Komunikasi ritual
Komunikasi ritual merupakan fungsi komunikasi yang digunakan dalam
upacara upacara adat dan keagamaan tertentu.
d. Komunikasi instrumental
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
dapat
beranekaragam,
mulai dengan
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
ialah
kemampuan
memahami
pesan
secara
cermat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
pendengarnya. 14
Dalam
penyampaiannya,
komunikator
12
Roy M. Berko, Andrew D. Wolvin & Darlyn R. Wolvin, Communicating: A Social and
Career Focus, USA: 1998, hal. 223.
13
Ibid., hal. 277.
14
Ibid., hal. 355.
15
Ibid., hal. 375.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
apa yang tengah mereka hadapi. Perbedaan jenis audiens akan berdampak
pada perbedaan cara menyampaikan pesan, seperti berikut:16
(i) Receptive audience
Audiens jenis ini adalah mereka yang sudah terlebih dahulu menyetujui
dan menerima ide ide atau gagasan yang akan disampaikan oleh
komunikator. Akan tetapi komunikator tidak lantas bisa dengan mudah
menyepelekan audiens ini. Komunikator memiliki tugas untuk membuat
audiens semakin yakin dengan gagasan komunikator. Komunikator dapat
melakukan beberapa cara, seperti dengan mengidentifikasi audiens terlebih
dahulu. Komunikator sebaiknya mampu menemukan persamaan antara
dirinya dengan audiens dan menonjolkan persamaan tersebut dalam proses
komunikasi. Kedua adalah dengan menyampaikan pesan secara langsung
dan gamblang. Jikalau komunikator ingin audiens melakukan suatu aksi,
nyatakan secara langsung apa yang harus audiens lakukan dan minta
mereka menunjukkan secara langsung dukungan terhadap gagasan yang
disampaikan. Ketiga, komunikator lebih baik menekankan pada daya tarik
emosional. Alih alih membeberkan argumen secara mendetail, lebih baik
komunikator menggerakan audiens dari segi emosional mereka.
(ii) Neutral audience
Kebanyakan
audiens
yang
ditemui
oleh
komunikator
dapat
Steven A. Beebe, Susan J. Beebe & Diana K. Ivy, Communication: Principles for A
Lifetime, USA: 2011, hal. 438-440.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
ini, tantangan terbesar adalah membuat mereka tertarik pada pesan yang
kita sampaikan. Untuk menghadapi audiens jenis ini, komunikator harus
membuka presentasi yang ia sampaikan dengan sesuatu yang mampu
mencuri perhatian audiens. Tahap pembukaan ini sangat penting, karena
berpengaruh pada tingkat perhatian audiens pada saat penyampaian pesan
nantinya. Kedua, komunikator sebaiknya mengacu pada kepercayaan dan
perhatian yang berlaku secara universal. Ketiga, tunjukkan kepada audiens
bahwa apa yang disampaikan akan berpengaruh tidak hanya pada mereka
sendiri tapi juga kepada orang orang yang mereka sayangi. Terakhir
meskipun sudah melakukan yang terbaik, komunikator tetap harus realistis
dengan target yang ada.
(iii) Unreceptive audience
Audiens jenis ini sedikit sulit untuk dihadapi oleh komunikator.
Sedari awal mereka sudah kurang menerima komunikasi yang akan
dilakukan. Kondisi ini dapat dipicu oleh dua aspek. Terdapat kemungkinan
audiens tidak menyukai komunikator yang menyampaikan pesan. Jikalau
kondisi itu yang terjadi, maka satu satunya cara yang dapat digunakan
adalah untuk meningkatkan kredibilitas komunikator. Sementara, apabila
audiens tidak setuju dengan pesan yang disampaikan ada beberapa cara
yang dapat dipakai. Pertama, jangan memberitahukan secara gamblang
maksud komunikasi saat itu adalah untuk mengubah pendapat mereka.
Kedua, komunikator sebaiknya mengacu pada kepercayaan dan perhatian
yang berlaku secara universal. Ketiga, kemukakan argumen yang paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
khalayak
luas,
namun
komunikasi
bermedia
memiliki
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
satu
tujuan
dasar
komunikasi
adalah
untuk
membangun
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
perilaku
mereka.
Serta
tidak
ketinggalan
komunikator
harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
disebabkan
oleh
gangguan
lingkungan
terhadap
proses
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
2. Strategi Komunikasi
Secara sederhana, strategi dapat diartikan sebagai perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.20 Atau dengan kata lain
strategi adalah serangkaian usaha yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok
orang maupun instansi yang meliputi kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang
terukur dan terarah untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Selain itu, strategi juga dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,
tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana
organisasi itu, apa yang dikerjakan, mengapa organisasi melakukannya. 21
Berdasarkan definisi strategi yang dikemukakan oleh Bryson diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa strategi merupakan bentuk perluasan dari misi
organisasi yang bersangkutan. Strategi merupakan langkah langkah nyata yang
diturunkan dari misi perusahaan untuk mengatasi permasalahan permasalahan
yang dihadapi. Secara bersamaan strategi juga berkorelasi dengan misi
perusahaan, mengingat strategi merupakan salah satu instrumen yang diperlukan
perusahaan untuk mencapai tujuan.
Dari gambaran mengenai komunikasi di bagian sebelumnya, didapatkan
sebuah fakta bahwa tidak semua proses komunikasi bisa berhasil berlangsung dan
menghasilkan dampak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka penyusunan
20
21
hal. 189.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
planning)
dan
manajemen
komunikasi
(communication
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
23
20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Kedekatan
secara
sosial
antara
opinion
leader
dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
24
yang meliputi:
(i) Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak, yang meliputi:
Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan, Kemampuan
khalayak untuk menerima pesan pesan lewat media yang digunakan,
Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata yang digunakan.
(ii) Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai nilai dan norma
norma kelompok dan masyarakat yang ada.
(iii) Situasi dimana khalayak itu berada.
Dengan melakukan riset terhadap publik terlebih dahulu, komunikator
akan memiliki gambaran mengenai khalayak sasaran. Selain itu, proses
penyusunan pesan dan strategi selanjutnya menjadi lebih mudah mengingat
sudah terdapat acuan mengenai apa yang harus dan tidak harus untuk
dilakukan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sasaran.
b. Menyusun pesan
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah mengenal khalayak
adalah menyusun pesan yang dikomunikasikan. Penyusunan dilakukan baik
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
untuk materi maupun pengemasan pesan yang akan disampaikan. Salah satu
hal penting yang perlu dimengerti oleh komunikator adalah bahwa dalam
kesehariannya komunikan tidak hanya menerima pesan dari satu sumber saja.
Terdapat banyak komunikator komunikator lain yang juga berusaha
menyampaikan
pesan
kepada
mereka.
Sehingga
jika
komunikator
( perhatian )
( minat )
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
masyarakat,
bukan
berarti
setelah
itu
kita
tidak
perlu
memperhatikan isi dan susunan pesan yang kita bawakan. Selanjutnya kita
harus mengolah pesan sedemikian rupa sehingga mampu menarik minat
masyarakat. Baik itu dengan memaparkan keuntungan keuntungan maupun
menceritakan kerugian yang akan dihadapi apabila tidak bertindak sesuai
dengan pesan yang kita sampaikan.
D : Desire
( hasrat )
( tindakan )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
28
Ibid, h. 74.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
(vi) Kursif
Metode kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan menggunakan jalan
pemaksaan. Masyarakat tidak diberikan pilihan lain selain mengikuti dan
menerima gagasan yang disampaikan.32
d. Seleksi dan penggunaan media
Tahap terakhir dalam menyusun sebuah strategi komunikasi adalah dengan
melakukan seleksi media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Media
yang digunakan haruslah diseleksi sedemikian rupa berdasarkan karakteristik
pesan yang akan disampaikan dan khalayak sasaran. Selain itu perlu juga
dipertimbangkan kelebihan dan kelemahan media yang bersangkutan.
Etos Komunikator
Empat tahap penyusunan strategi di atas telah menjelaskan secara gamblang
apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan efektifitas strategi komunikasi.
Baik dari segi khalayak, pesan, metode, sampai kepada media penyampai pesan
dan gagasan. Semua faktor tersebut saling berkaitan untuk menciptakan strategi
komunikasi yang efektif. Akan tetapi masih ada satu hal yang tidak boleh
diabaikan dalam keberhasilan strategi komunikasi. Faktor tersebut tidak lain
adalah dari segi komunikator itu sendiri. Anwar Arifin menggolongkan
komunikator sebagai kedudukan yang paling tinggi dalam sebuah strategi
32
Ibid., hal. 77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
dapat
menimbulkan
rasa
kepercayaan
pada
khalayak
yang
mendengarkan.
c. Ketulusan (sincerity)
Komunikator harus mampu memberikan kesan kepada khalayak bahwa ia
tulus dalam perkataan dan perbuatan yang disampaikannya.
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
d. Kepercayaan (confidence)
Komunikator harus mampu menguasai diri dan situasi secara sempurna.
e. Ketenangan (poise)
Komunikator harus mampu bersikap tenang di hadapan khalayak. Dengan
begitu ia menunjukkan bahwa ia merupakan seseorang yang berkualitas dan
pengalaman.
f. Keramahan (friendship)
Komunikator yang mampu menunjukkan keramahan terhadap khalayak
dapat memunculkan rasa simpati dari khalayak
g. Kesederhanaan (moderation)
Komunikator
harus
mampu
menyampaikan
pesan
dan
3. Sosialisasi
Menurut kacamata Sosiologi, sosialisasi didefinisikan sebagai proses dalam
diri seseorang ketika mereka belajar mengenai nilai dan norma yang terdapat
dalam masyarakat, sehingga mereka mampu memainkan peran masing masing
dengan tepat dalam masyarakat (socialization is the process through which
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
36
37
Richard T. Schaefer, Sociology: A Brief Introduction, (New York: 2007), hal. 96.
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: 2011), hal. 159.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
c. Sosialisasi Ekualitas
Sosialisasi ekualitas merupakan proses sosialisasi yang didasari oleh
kesamaan dan kerja sama antara pihak yang melakukan sosialisasi dengan
sasaran sosialisasi. Dalam sosialisasi ini, kedua pihak memiliki hubungan
yang sederajat, sehingga tidak dapat dilakukan proses sosialisasi dengan
paksaan yang memanfaatkan kewenangan atau otoritas yang dimiliki satu
pihak. Melainkan proses sosialisasi dibangun dengan mengajak sasaran untuk
memiliki hubungan kerja sama secara koordinatif dan kooperatif.
Dalam penelitian ini tipe sosialisasi yang akan menjadi fokus perhatian
adalah sosialisasi ekualitas. Dimana dalam sosialisasi yang tidak menerapkan
prinsip reward and punishment, serta tidak melakukan pemaksaan bagi
masyarakat. Sosialisasi yang dilakuaka hanya memberikan anjuran kepada
masyarakat dan mengharapkan adanya kerja sama dari masyarakat.
Robert Lawang, membagi tahapan sosialisasi menjadi dua garis besar, yakni
sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer terjadi ketika manusia masih
berada pada usia balita. Keluarga adalah yang memiliki pengaruh paling besar
dalam tahap sosialisasi primer manusia. Dalam tahap ini, seorang individu akan
diberikan pengetahuan mengenai pola pola kelakuan yang bersifat mendasar.
Setelah lepas dari tahap sosialisasi primer, maka seorang individu akan berada
dalam tahap sosialisasi sekunder. Pada sosialisasi sekunder ini, proses sosialisasi
juga akan dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. Sosialisasi sekunder dapat terus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
lembaga
pendidikan
38
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
hubungan signifikan antara sumber informasi dan latar belakang sosio demografis
dengan partisipasi politik.
Dalam penelitian tersebut, Herwindya menggunakan jenis penelitian
deskriptif eksplanatif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang
mendeskripsikan secara terperinci mengenai kondisi riil yang terjadi di lapangan.
Sementara penelitian eksplanatif lebih mengarah pada studi lanjutan mengenai
hubungan sebab akibat dari penelitian deskriptif. Metodologi yang digunakan
adalah multiple research strategies yang merupakan gabungan antara metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan survei, wawancara dan
observasi sebagai sarana pengumpulan data.
Populasi dalam penelitian tersebut meliputi seluruh warga Kecamatan
Karanggede yang terdaftar dalam DPT Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun
2008 sebanyak 36.143 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan metode
quota sampling dan available convenience sampling sebanyak 75 orang warga
Kecamatan Karanggede. Teknik analisis menggunakan analisis stasistik chi
square yang diperkuat dengan analisis data hasil wawancara dan observasi.
Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa tokoh masyarakat
merupakan sumber informasi yang paling mempengaruhi partisipasi politik
masyarakat pedesaan. Selain itu partisipasi politik juga banyak dipengaruhi oleh
tetangga dan media massa. Ditambah, komunikasi politik dalam bentuk
kampanye, iklan, baliho, banner, spanduk dan media massa turut mempengaruhi
preferensi masyarakat dalam mengambil keputusan memilih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Ditambah berlakunya
prinsip
relationship level, yaitu faktor relasi yang mempermudah proses komunikasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
untuk
menerima
kritik
juga
keterbatasan
commit to user
biaya
dan
SDM.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan salah satu hajat besar bagi bangsa
Indonesia. Namun yang sangat menjadi perhatian adalah tingkat partisipasi politik
masyarakat yang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Banyak
hal ditengarai dapat menjadi faktor pemicu penurunan angka partisipasi politik
masyarakat.
Salah
satunya
adalah
kurangnya
sosialisasi
mengenai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian studi kasus kualitatif.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai
sesuatu atau kejadian. Sementara jenis penelitian studi kasus dapat didefinisikan
sebagai: Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program
atau suatu situasi sosial. Peneliti berupaya menelaah sebanyak mungkin data
mengenai subyek yang diteliti. 40
Definisi tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh J. Nisbet & J.
Watt. Studi kasus dalam pandangan mereka memiliki definisi sebagai sebuah
metodologi penelitian yang memanfaatkan berbagai teknik untuk menelaah dan
menganalisa data. Sehingga kemudian dapat dihasilkan gambaran dan keterangan
yang sejelas jelasnya mengenai suatu kejadian atau fenomena dalam
masyarakat.41
Robert K. Yin berpendapat bahwa:
Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang diselidiki, dan
40
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Secara teknis, studi kasus dapat didefinisikan sebagai sebuah inkuiri empiris
yang memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
a. Menyelidiki fenomena dalam kehidupan nyata
b. Batas batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas
c. Multi sumber bukti dimanfaatkan 43
Pendekatan penelitian dengan menggunakan studi kasus memang bukan hal
yang dapat dianggap baru. Banyak peneliti sudah menggunakan studi kasus dalam
penelitian mereka. Walaupun demikian, bukan berati semua penelitian tepat
menggunakan metode studi kasus. Pendekatan studi kasus paling tepat untuk
digunakan dalam penelitian seperti: siklus kehidupan seseorang, proses-proses
organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan
hubungan internasional dan kematangan industri-industri.44
Lincoln dan Guba, seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana menuturkan
bahwa pendekatan studi kasus memiliki beberapa keuntungan tersendiri, seperti:
a. Studi kasus merupakan saran utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan
pandangan subyek yang diteliti.
42
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (Jakarta, 2000), hal.1
Ibid. hal. 18.
44
Ibid. hal. 4.
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dengan responden.
d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga
keterpercayaan (trustworthiness).
e. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas.
f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.45
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
penelitian ini juga akan berfokus pada strategi komunikasi yang dilakukan oleh
KPU Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Selain itu peneliti juga akan menggunakan teknik sonowball sampling sebagai
teknik pengambilan sampel tambahan. Teknik snowball sampling digunakan
apabila peneliti tidak tahu siapa saja narasumber yang harus dipilih untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Peneliti tidak mengetahui kondisi dan struktur
masyarakat sasaran sehingga tidak dapat mengumpulkan data secara pasti.46
Berdasarkan dua teknik tersebut maka sampel yang akan diambil diantaranya
adalah:
(i) Ketua dan komisioner KPU Kota Surakarta.
(ii) Staff KPU Kota Surakarta yang terlibat dalam proses penyusunan strategi
komunikasi dan sosialisasi Pemilu 2014.
(iii) Lima orang relawan demokrasi kota Surakarta yang menangani 5 kelompok
masyarakat sasaran, yakni: pemilih pemula, wanita, kaum difabel, kelompok
agama dan kaum marjinal.
(iv) PPK Kecamatan Jebres, PPS Kelurahan Jebres dan PPS Kelurahan Sewu
(v) Lima orang yang mewakili lima kelompok masyarakat (pemilih pemula,
wanita, kaum difabel, kelompok agama dan kaum marjinal) yang menjadi sasaran
sosialisasi Pemilu 2014
3. Lokasi Penelitian
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Selain itu
faktor geografis
juga
menjadi
4. Sumber Data
Lexy J. Moleong, mengutip Loflan dan Lofland, membagi sumber data dalam
penelitian menjadi dua macam. Yakni sumber data utama dan sumber data
tambahan, dengan penjelasan sebagai berikut 47:
a. Sumber data utama
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan
tindakan 48. Yang dimaksud dengan kata kata dan tindakan adalah perkataan
maupun perilaku sumber yang diwawancarai atau diamati. Data tersebut biasanya
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman, pengambilan foto atau
video. Data utama dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan
dokumentasi wawancara dengan narasumber.49
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
50
Ibid.
Mulyana, Op. Cit., 2003.
52
Sutopo, Op. Cit., hal.58
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
(ii) Mengasumsikan bahwa tidak ada urutan tetap pertanyaan untuk semua
responden.
(iii) Memungkinkan responden membicarakan isu-isu penting yang tidak
terjadwal53
Sehingga tepat apabila penelitian ini menggunakan teknik wawancara
mendalam, mengingat akan digali mengenai proses penyusunan strategi
komunikasi dan proses sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU Kota Surakarta.
Berbeda dengan wawancara dalam penelitian kuantitatif, wawancara ini tidak
akan memiliki struktur yang ketat, sehingga dapat diperoleh kedalaman informasi
atas isu yang diteliti.
b. Studi Pustaka / Dokumen
Studi dokumen digunakan untuk mendapatkan data tambahan di luar
narasumber, seperti studi pustaka, hasil penelitian terkait, peraturan perundang
undangan, laporan kegiatan, foto maupun artikel yang terkait dengan kegiatan ini.
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan salah satu hajat besar bagi bangsa
Indonesia. Namun yang sangat menjadi perhatian adalah tingkat partisipasi politik
masyarakat yang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Banyak
hal ditengarai dapat menjadi faktor pemicu penurunan angka partisipasi politik
masyarakat.
Salah
satunya
adalah
kurangnya
sosialisasi
mengenai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian studi kasus kualitatif.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai
sesuatu atau kejadian. Sementara jenis penelitian studi kasus dapat didefinisikan
sebagai: Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program
atau suatu situasi sosial. Peneliti berupaya menelaah sebanyak mungkin data
mengenai subyek yang diteliti. 44
Definisi tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh J. Nisbet & J.
Watt. Studi kasus dalam pandangan mereka memiliki definisi sebagai sebuah
metodologi penelitian yang memanfaatkan berbagai teknik untuk menelaah dan
menganalisa data. Sehingga kemudian dapat dihasilkan gambaran dan keterangan
yang sejelas jelasnya mengenai suatu kejadian atau fenomena dalam
masyarakat.45
Robert K. Yin berpendapat bahwa:
Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila
peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang
40
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Secara teknis, studi kasus dapat didefinisikan sebagai sebuah inkuiri empiris
yang memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
a. Menyelidiki fenomena dalam kehidupan nyata
b. Batas batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas
c. Multi sumber bukti dimanfaatkan 47
Pendekatan penelitian dengan menggunakan studi kasus memang bukan hal
yang dapat dianggap baru. Banyak peneliti sudah menggunakan studi kasus dalam
penelitian mereka. Walaupun demikian, bukan berati semua penelitian tepat
menggunakan metode studi kasus. Pendekatan studi kasus paling tepat untuk
digunakan dalam penelitian seperti: siklus kehidupan seseorang, proses-proses
organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan
hubungan internasional dan kematangan industri-industri.48
Lincoln dan Guba, seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana menuturkan
bahwa pendekatan studi kasus memiliki beberapa keuntungan tersendiri, seperti:
a. Studi kasus merupakan saran utama bagi penelitian emik, yakni
menyajikan pandangan subyek yang diteliti.
b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dengan responden.
46
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (Jakarta, 2000), hal.1
Ibid. hal. 18.
48
Ibid. hal. 4.
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
3. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota
Surakarta. Lokasi penelitian ini dipertimbangkan mampu mewakili khalayak yang
merupakan objek penelitian.
Selain itu
faktor geografis
juga
menjadi
4. Sumber Data
Lexy J. Moleong, mengutip Loflan dan Lofland, membagi sumber data dalam
penelitian menjadi dua macam. Yakni sumber data utama dan sumber data
tambahan, dengan penjelasan sebagai berikut 51:
a. Sumber data utama
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan
tindakan 52. Yang dimaksud dengan kata kata dan tindakan adalah perkataan
maupun perilaku sumber yang diwawancarai atau diamati. Data tersebut
biasanya dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman, pengambilan
foto atau video. Data utama dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
dan dokumentasi wawancara dengan narasumber.53
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
54
Ibid.
Mulyana, Op. Cit., 2003.
56
Sutopo, Op. Cit., hal.58
57
Mulyana, Op. Cit.,
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
commit to user