Anda di halaman 1dari 189

PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG

(DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP


HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
(Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh
SOFIYAH
NIM : 103016327172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
(DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
(Kuasi Eksperimen di SMP Islamiyah Ciputat, Tangerang Selatan)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh
SOFIYAH
NIM : 103016327172

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Zulfiani, M. Pd.

Erina Hertanti, M. Si.

NIP. 19760309 200501 2 002

NIP. 19720419 199903 2 002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi berjudul : "Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)


Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa", oleh : Sofiyah, NIM : 103016327172,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada,
03 Sepetember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh Gelar Sarjana S.1 (S.Pd.) dalam Bidang Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Jakarta,

September 2010

Panitia Ujian Munaqasyah


Tanggal

Tanda Tangan

....................

..........................

....................

..........................

....................

..........................

....................

..........................

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc.


NIP. 19700209 20003 2 001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd.


NIP. 19790510 200604 2 001
Penguji I

Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si.


NIP. 19540310 198803 1 001
Penguji II

Drs. Hasian Pohan, S. Pd. M. Si


NIP. 130 805 861
Mengetahui,
Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.


NIP. 19571005 198703 1 003

LEMBAR UJI REFERENSI


Dosen Pembimbing
I
II

No.

Footnote

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan


Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa
ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA, artikel
ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruhpembelajaran-fisika-dengan.html
Skripsi : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan
Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian
Tugas, artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsipembelajaran-fisika-dengan.html
Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung
(Direct Instruction), artikel ini diakses pada tanggal 09
April
2010
dari
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/mod
el-pengajaran-langsung.html
Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan
Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi
Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada
Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di
MA Muallimat NW Pancor, artikel ini diakses pada
tangggal
09
Agustus
2010
di
http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html), h.
17
Daniel Muijs dan David Reynold, Effective Teaching;
Evidence and Practice, 2nd Edition, (London : SAGE
Publication, Ltd, 2005), h. 29

BAB I

BAB II
1
2
3

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan


Praktek, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007),
h.26
Depdiknas, Pedoman Pengembangan Tugas Akhir
Semester Sains Teknologi dan Masyarakat, (Jakarta :
Depdiknas, 2002), h. 18
Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning,
artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari
http://xpresiriau.com/teroka/artikel-tulisan-pendidikan/
teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning/

Trianto, Op. Cit., h. 27

Ibid., h. 28

Ibid.,

Ibid.,

Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta


: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 124

Trianto, Op. Cit., h. 29

10

Baharuddin, Op. Cit., h. 127

11

Trianto, Op. Cit., h. 30

12

Ibid.,

13

Ibid., h. 30

14

Anwar Holil, Teori Pembelajaran Sosial, artikel ini diakses


pada
tanggal
9
Agustus
2010
di
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-pembelajaransosial.html.

15

Ibid.,

16

S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya :


Unesa-University Press, 2000), h. 13

17

Ibid.,h. 14

18

Ibid., h. 15

19

Trianto, Op. Cit., h.. 33

20

Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung


(Direct Instruction), artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei
2010
di
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model
-pengajaran-langsung-direct.html

21

Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang


Lingkup Pengajaran Langsung, artikel ini diakses pada
tanggal
24
Mei
2010
di
http://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57

22

Ibid.,

23

Muhammad Faiq Dzaki, Op. Cit.,

24

S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 6

25

Ibid., h. 3

26

Hari Van Java, Model Pembelajaran Langsung (Direct


atau Directive Instruction), artikel ini diakses pada tanggal
13 Mei 2010 di http://educationforourcountry.com/modelpembelajaran-langsung.

27

Baharuddin, Op. Cit., h. 97

28

Ibid., h. 98

29

S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 5

30

Ibid., h. 7

31

Ibid., h. 8

32

Anwar Holil, Model Pengajaran Langsung, artikel ini


diakses
pada
tanggal
24
Mei
2010
di
http://anwarholil.blogspot.com/ 2009/01/model-pengajaranlangsung.html

33

S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 8-9

34

S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 17

35

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja


Rosdakarya, 2005), h. 90

36

Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar,


(Pustekkom,
Jurnal
Teknodik,
Edisi
No.
1/VII/Oktober/2003), h. 188

37

Ibid.,

38

Sri Esti W. Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :


Gramedia, 2006), h. 412

39

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,


(Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 164-165

40

Tatang M. Amirin, Taksonomi Bloom Versi Baru, artikelini


diakses
pada
tanggal
9
Agustus
2010
di
http://tatangmanguny. ordpress.com/ 001/01/19/taksonomibloom-versi-baru/)

41

Ibid.,

42

Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 117

43

Ibid., h. 118

44

Ella Yulaelawati, Psikologi Pendidikan Kurikulum dan


Pembelajaran, (Bandung : Pakar Raya, 2004), h. 60

45

Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 119

46

Tatang M. Amirin, Op. Cit.,

47

48

49

I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan


Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas
Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar
Lampung, artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di
http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/modelpembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstualuntuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajarfisika-siswa-sman-13-bandar-lampung/.
Sidik Purnomo, Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui
Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa
Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun
Ajaran 2007/2008, artikel ini diakses pada tanggal 02
Agustus
2010
di
http://digilib.uinsuka.ac.id/download.php?id=2161
A. Grummy W, dkk., Laporan Penelitian LPTK :
Pengembangan Model Pengajaran Langsung (MPL) pada
Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin
FT UNESA, (Surabaya : FT Unesa, 2004), h.14

50

Ibid., h. 15

51

S. Kardi dan Muh. Nur, Op. Cit., h. 17

52

Hernawan Tri Prasetyo, Efektivitas Metode Pembelajaran


Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer
terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi
Redoks, artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di
http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitasmetode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai

BAB III
1

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan


Kualitatif, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 98

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2001), h.


161 dan h. 168

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta :


RajaGrafindo Persada, 2002), h. 7

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan


(Edisi Revisi), (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), h. 79, h.
100-101, h. 208, dan h. 213

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, cet. ke-12,


(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), h. 264

Sudjana, Op. Cit., h. 466-467,h. 261-263

BAB IV

Nurman, Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI),


artikel ini diakses
pada tanggal 24 Mei 2010 di
http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/modelpembelajaran-direct-instruction-di/.

Hernawan Tri Prasetyo, Efektivitas Metode Pembelajaran


Direct Instruction yang disertai dengan Media Komputer
terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi
Redoks, artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di
http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitasmetode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai.

S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya :


Unesa-University Press, 2000), h. 17

Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan


Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi
Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada
Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di
MA Muallimat NW Pancor, artikel ini diakses pada
tangggal
09
Agustus
2010
di
;
http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html), h. 66

ABSTRAK
SOFIYAH (103016327172). Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
Instruction)Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi Program Studi
Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pengajaran
langsung (Direct Instruction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep
cahaya. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen
dengan rancangan nonequivalent control. Penelitian dilaksanakan di SMP
Islamiyah Ciputat pada tanggal 24 Mei hingga 12 Juni 2010. Penelitian ini
dilakukan di kelas VIII-1 (menggunakan model direct instruction) dan kelas VIII2 (menggunakan model konvensional). Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan
teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes objektif dengan
bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya
sebanyak 40 butir soal. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan
adalah Uji Liliefors untuk uji normalitas, Uji Bartlett untuk uji homogenitas dan
Uji t (t-test) untuk uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung (Direct Instruction)
terhadap hasil belajar fisika siswa. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji
hipotesis terhadap hasil posttest kedua kelas. Hasil yang diperoleh adalah nilai
thitung adalah 6,76 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk dk 58 adalah sebesar
2,00. Terlihat bahwa nilai t tabel < t hitung atau t tabel < t hitung adalah -2,00 < 6,76
atau 2,00 < 6,76.
Kata kunci : hasil belajar fisika, model pengajaran langsung.

ABSTRACT
SOFIYAH (103016327172). The Influence of Direct Instruction Models to
Result Learn The Student Physics. S1 thesis of Physics Education Department,
Faculty of Tarbiya and Teaching Training, State Islamic university of Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models
to result learn the student physics in the light concepts. Research method is used
quasi experiment with the nonequivalent control group design. An experiment in
SMP Islamiyah Ciputat at May 24th June 12th of 2010. The research was done in
VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional
models). Defining these two classes as sample based on purposive sampling
technique. Instrument these was used in the research is test instrument that is
multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40
items. In this research, the analysis technique used is Liliefors test to test the
normality, Bartlett test to test the homogenity, and t-test to there are significant
affect of DI to student achievement. Based on result of the analysis, get conclusion
that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the
student physics. The conclusion is based on result of statictical test of analysis test
of hypotesis in both of posttest result of classes. The result get is, t0 price is 6,76
and ttable price in degree of significance 5% for the dk of 58 is 2,00. Can be seen
that t tabel < t hitung or t tabel < t hitung price is -2,00 < 6,76 or 2,00 < 6,76.

Keywords

: physics subject achievement, Direct Instruction.

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara, para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada :
1. Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail, yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil. Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti, M. Si.,
Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Para dosen Prodi Pendidikan Fisika, yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insaninsan akademis menjadi pribadi yang beriman, berakhlak dan berwawasan.

iii

6. Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut.
7. Mas dan Mbakku A. Komar, Istirochah, Syaiful Azis, A. Chaeron, Choiriyah,
Nurchasanah, Cholifah, A. Ichsan, dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003,
khusus Febi, Reni, Te Fina, Te Upie, Liana, Nurokhman, Masamah, dan
Ucie.
9. Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan.

Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak. Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta,

Agustus 2010 M
Ramadhan 1431 H

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

i
ii
iii
v
vii
viii
x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
B. Identifikasi Masalah ......................................................................
C. Pembatasan Masalah .....................................................................
D. Perumusan Masalah.......................................................................
E. Tujuan Penelitian...........................................................................
F. Manfaat Penelitian.........................................................................

1
5
5
5
6
6

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, PENGAJUAN


HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis .............................................................................
1. Teori Belajar Konstruktivisme.................................................
a. Konstruktivisme Sosial Vygotsky......................................
2. Teori Pembelajaran Sosial .......................................................
a. Pemodelan (Modelling)......................................................
b. Penguatan Diri (Self-Regulatuin) .......................................
3. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI) ..............
a. Pengertian Direct Instruction.............................................
b. Ciri-ciri Direct Instruction .................................................
c. Tujuan Direct Instruction ..................................................
d. Sintaks Direct Instruction ..................................................
e. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan ....................
f. Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction....................
4. Hakikat Hasil Belajar Siswa.....................................................
a. Pengertian Belajar ..............................................................
b. Pengertian Hasil Belajar.....................................................
B. Hasil Penelitian yang Relevan.......................................................
C. Kerangka Pikir...............................................................................
D. Pengajuan Hipotesis ......................................................................

7
7
8
10
10
13
13
13
16
16
17
22
22
23
23
25
30
32
35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................

36

B.
C.
D.
E.
F.

Metode Penelitian .........................................................................


Populasi dan Sampel .....................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
Instrumen Penelitian .....................................................................
Teknik Analisis Data .....................................................................

36
37
37
38
43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Data.......................................................................................
B. Hasil Analisis Data.........................................................................
C. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................
D. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian........................................

49
53
56
59

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran .............................................................................................

61
61

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 34


Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................... 50
Gambar 4.2. Diagram Batang Skor Hasil Belajar Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................... 52

vii

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Direct Instruction ................................................................. 18


Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design ....................................................... 36
Tabel 3. 2 Kriteria Validitas ............................................................................... 39
Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas ........................................................................... 40
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ............................................................. 41
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ..................................................... 42
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 43
Tabel 4.1. Hasil Penelitian Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................................ 51
Tabel 4.2. Hasil Penelitian Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................................. 53
Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ................................................... 53
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data Posttest .................................................... 54
Tabel 4.5. Kesimpulan Uji Normalitas ............................................................... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ................................................. 55

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penghitungan Mean, Median, Modus,


dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Kontrol ............................................. 65
Lampiran 2. Penghitungan Mean, Median, Modus,
dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Kontrol ............................................ 68
Lampiran 3. Penghitungan Mean, Median, Modus,
dan Simpangan Baku Skor Pretest Kelas Eksperimen ...................................... 71
Lampiran 4. Penghitungan Mean, Median, Modus,
dan Simpangan Baku Skor Posttest Kelas Ekeperimen ..................................... 74
Lampiran 5. Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest Kelas Kontrol ................................................................................ 77
Lampiran 6. Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest Kelas Kontrol................................................................................ 80
Lampiran 7. Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Pretest Kelas Eksperimen .......................................................................... 83
Lampiran 8. Proses Penghitungan Uji Normalitas
Skor Posttest Kelas Eksperimen ......................................................................... 86
Lampiran 9. Penghitungan Uji Homogenitas Data Pretest ................................ 89
Lampiran 10. Penghitungan Uji Homogenitas Data Posttest ........................... 91
Lampiran 11. Penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest .................................... 93
Lampiran 12. Penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest ................................... 95
Lampiran 13. Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen..................... 97
Lampiran 14. Penghitungan Mean, Median, Modus,
dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Kontrol ............................................. 98
Lampiran 15. Penghitungan Mean, Median, Modus,
dan Simpangan Baku N-Gain pada Kelas Eksperimen....................................... 101
Lampiran 16. Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain
Kelas Kontrol ..................................................................................................... 104
Lampiran 17. Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain
Kelas Eksperimen .............................................................................................. 107
Lampiran 18. Penghitungan Homogenitas N-Gain............................................. 110
Lampiran 19. Penghitungan Uji Hipotesis N-Gain
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................................................................. 112

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fisika sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar siswa menguasai konsep-konsep IPA dan mampu
menerapkan memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam teknologi. 1 Artinya bahwa pembelajaran fisika harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing)
tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk berbuat
(learning to do), mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep
tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.
Agar kegiatan pembelajaran Fisika dapat sesuai dengan

apa yang

diharapkan, maka sejak dini harus dikembangkan keterampilan siswa untuk


dapat membuktikan dan menghubungkan suatu konsep dengan konsep lain.
Keterampilan tersebut dapat dikembangkan baik dengan cara kegiatan
demonstrasi, percobaan, ataupun melalui praktikum atau eksperimen di
laboratorium. Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang dalam
pelaksanaan pembelajarannya diperlukan banyak keterampilan mendasar,
yaitu

mengobservasi

atau

mengamati,

menghitung,

mengukur,

mengklasifikasi, dan berpresentasi. 2 Hal tersebut bertujuan meningkatkan


keterampilan mendasar siswa untuk dapat memahami proses penemuan suatu
konsep.
Namun kenyataanya, pembelajaran Fisika hanya menekankan pada
aspek penguasaan konsep. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pelaksanaan
latihan keterampilan bagi siswa, sehingga learning to do dalam pembelajaran
1

Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan


Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA, (Tersedia :
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.html. Diakses
pada tanggal 09 April 2010)
2
Skripsi : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas, (Tersedia :
http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi -pembelajaran-fisika-dengan.html. Diakses pada
tanggal 09 April 2010)

belum tercapai. Sebagian besar pembelajaran Fisika dilakukan dengan model


pengajaran konvensional, sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan
untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah guru
dituntut untuk memilih model yang sesuai dengan konsep yang akan
disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai
dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping
itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap (sintaks)
yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain mempunyai perbedaan. Oleh karena itu guru perlu
menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran
sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan. 3
Pada pelajaran fisika kelas VIII, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, terdapat konsep cahaya. Dalam konsep cahaya, siswa dituntut
untuk mampu menerapkan optika tentang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa. Pada konsep cahaya terdapat tingkat kerumitan
berpikir. Pertama, tingkat paling bawah berupa informasi faktual, yaitu
pengetahuan deklaratif sederhana atau pengetahuan tentang sesuatu, seperti
pengetahuan tentang cahaya atau rumus-rumus cermin atau lensa.
Kedua, Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu pengetahuan
prosedural atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, seperti
melakukan percobaan untuk mengetahui arah rambatan cahaya. Oleh sebab
itu, pengajaran yang menekankan pada pengetahuan berbuat (learning to do)
dengan meragakan atau menirukan kembali yang dilakukan oleh guru sangat
penting agar dapat memahami konsep tersebut.
3

Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia :


http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung.html.
Diakses
pada tanggal 09 April 2010)

Pengajaran alternatif yang sesuai pada konsep tersebut adalah mencoba


menerapkan model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI). Model
pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) adalah suatu model pengajaran
yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model
pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah.
Pada kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran sangat dominan, maka
guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Proses belajar mengajar model Direct Instruction dapat berbentuk
ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Dalam
menggunakan Direct Instruction, seorang guru juga dapat mengkaitkan
dengan diskusi kelas dan belajar kooperatif. Sebagaimana dikemukakan oleh
Kardi, bahwa seorang guru dapat menggunakan Direct Instruction untuk
mengajarkan materi atau keterampilan baru dengan diskusi kelompok. Hal
tersebut bertujuan untuk melatih siswa berpikir, menerapkan keterampilan
yang baru diperolehnya, serta membangun pemahamannya sendiri tentang
materi pembelajaran 4 .
Model Direct Instruction menuntut dan membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar. Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian pada
tahun 1996 oleh Reynold dan Farell yang merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional. Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report. Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan Singapura. Para penulis laporan ini menemukan fakta bahwa salah
satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar siswa di kedua Negara
itu adalah penggunaan pengajaran interaktif whole-class yang merupakan
salah satu faktor utama Direct Instruction (DI). 5

Muh. Makhrus, Laporan Penelitian Dosen Muda : Pengembangan Kompetensi


Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung
pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Muallimat NW Pancor,
(STKIP Hamzanwadi Selong : 2007), h. 17
5
Daniel Muijs dan David Reynold, Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd Edition,
(London : SAGE Publication, Ltd, 2005), h. 29

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian


eksperimen yang berjudul : Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct
Instruction/DI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika.
2. Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do).
3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika.
4. Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya.
5. Rendahnya hasil belajar fisika siswa.

C. Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup

pada

tingkatan

C1

hafalan

(recall),

C2

pemahaman

(comprehension), C3 penerapan (application), dan C4 analisis (analysis).


2. Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction).

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika, dapat mengurangi kebosanan, dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika.

BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks,

mengecek

informasi

dengan

aturan-aturan

lama

dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. 1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya. 2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai
pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran.
Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h.26
2
Depdiknas, Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat, (Jakarta : Depdiknas, 2002), h. 18

didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.
Berpijak dari uraian di atas, maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna.
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. 3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri. 4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya.
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat,
mendengar,

mencium,

menjamah,

dan

merasakannya.

Hal

ini

menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman


seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. 5

a. Konstruktivisme Sosial Vygotsky


Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam
psikologi perkembangan. Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Menurut
Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh
seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.
Dalam belajar, zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih
antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa. Singkatnya,
3
4
5

Trianto, Op. Cit., h. 28


Ibid.,
Ibid.,

perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi


antara seseorang dengan lingkungan sosial. 6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan
mengajarkan materi pembiasan cahaya, siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya, seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus, siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan
pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu, maka dalam menyampaikan materi
hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa, di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa
tersebut. 7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran, kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya. 8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan

masalah

ke

dalam

langkah-langkah

pemecahan,

memberikan contoh, ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa


tumbuh

mandiri.

Contoh

dalam

pembelajaran

adalah

pada

pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan


cahaya, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen, atau
bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya. 9

Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008),

Trianto, Op. Cit., h. 29


Baharuddin, Op. Cit., h. 127
Trianto, Op. Cit., h. 30

h. 124
8
9

10

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan.


Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD
mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri. 10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu
belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

2. Teori Pembelajaran Sosial


Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori
ini juga disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan perilaku.
Teori pembelajaran sosial menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental internal. Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), yang merupakan salah
satu langkah penting dalam Direct Instruction. 11
a. Pemodelan (Modelling)
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain. Ada
dua pembelajaran melalui pengamatan (observational learning).
Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain atau Vicarious Conditioning. Apabila
seorang siswa melihat siswa lain dipuji atau ditegur gurunya karena
melakukan sesuatu perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain yang
melihat peristiwa itu memodifikasi perilakunya seolah-olah dia sendiri
10
11

Ibid.,
Ibid., h. 30

11

yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement. 12
Kedua, pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan. Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung, tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model. 13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian, retensi, produksi, dan motivasi.
1) Atensi (Perhatian)
Menurut

hasil

penelitian

Bandura,

pengamat

dapat

memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut


jelas dan tidak terlampau kompleks. Dari segi model Direct
Instruction, pengetahuan tersebut dapat

diberikan

pada

awal

pembelajaran, yaitu : 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa.
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan, lalu diajarakan secara terpisah.
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi

dengan

pengalaman-pengalaman

sebelumnya,

yang

bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami

12

Ibid.,
Ibid.,
14
Ibid., h. 27
13

12

hal

tersebut

mengajar

dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut :

memanfaaatkan

langsung

untuk

15

a) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal


siswa, pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingka
keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu
yang telah diketahui, dan dapat dilakukannya.
b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, pengajara
dapat menyediakan periode latihan, yang memungkinkan siswa
mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun
mental.
3) Produksi
Memberikan kesempatan praktek kepada siswa melakukan
kegiatan/keterampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang
sangat penting. Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa
pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan. Terutama pada awal
pembelajaran, umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin, positif
dan korektif. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pengajar yang
menggunakan model Direct Instruction ialah melalui pemodelan
korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut : 16
a) Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru,
pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada
aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar, lalu
mengidentifikasi

adanya

keterampilan

bagian

yang

masih

menimbulkan permasalahan.
b) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah, pertama kali
pengajar perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar, kemudian
siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya.
4) Motivasi
15
16

Ibid.,
Ibid., h.27-28

13

Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui


pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh
penguatan pada saat meniru suatu model, maka ia akan lebih
termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat, dan memproduksi
perilaku itu. Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan
pembelajaran. Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak
mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan. Di dalam kelas,
tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas
pujian atau angka yang baik. 17

b. Penguatan Diri (Self-Regulation)


Konsep penting lainnya dalam belajar pengamatan adalah
pengaturan diri (self Relugation). Menurut bandura bahwa manusia
mengamati perilakunya sendiri, mempertimbangkan perilaku itu
terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian memberikan
penguatan (reinforcement) atau dengan hukuman (punishment)
terhadap dirinya sendiri. Untuk dapat membuat pertimbanganpertimbangan ini, seseorang harus mempunyai harapan tentang
penampilan sendiri. Penguatan dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara langsung dan dialami oleh orang lain, menentukan sejauh mana
perilaku yang baru itu akan ditampilkan. 18

3. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI)


a. Pengertian Direct Instruction
Dalam terjemahan bahasa Indonesia, Direct Instruction atau
directive instruction adalah pembelajaran langsung. Dalam pendidikan,
model ini sering disebut dengan Model Pengajaran Langsung (MPL).
Menurut Arends,
17

A. Grummy W, dkk., Laporan Penelitian LPTK : Pengembangan Model Pengajaran


Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA,
(Surabaya : FT UNESA, 2004), h. 10
18
Muh. Mahkrus, dkk., Op. Cit., h. 28

14

A teaching model that is aimed at helping student learn basic


skills and knowledge that can be taught in step-by-step fashion.
For our purposes here, the model is labeled the direct instruction
model. 19
Menurutnya, model yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi
tahap adalah model pengajaran langsung (Direct Instruction).
Keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek
kognitif maupun psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang
merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih
kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah
besar informasi yang akan diterimanya, mereka harus menguasai
terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan
merangkum isi materi bacaan. Sebelum siswa dapat berpikir secara
kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan
dengan logika, membuat referensi dari data, dan mengenal
ketidakobyektifan dalam presentasi. 20
Dalam pelaksanaannya, guru mempunyai peran tanggung jawab
untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan
kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik. 21
Menurut Arends, yaitu :
The direct instruction model was specifically designed to
promote student learning of procedural knowledge and

19

Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia :


http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-direct.html)
20
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung,
(Tersedia : http://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57)
21
Ibid.,

15

declarative knowledge that is well structured and can be taught


in a step-by-step fashion. 22
Arends menyatakan bahwa model Direct Instruction didesain
secara khusus untuk membantu proses pengajaran siswa pada
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, serta dapat
dilakukan secara tahap demi tahap.
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu,
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. 23 Proses pembelajaran dengan model
pengajaran

langsung

ini

diharapkan

pemahaman

pengetahuan

deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan keterampilan dasar dan


keterampilan akademik siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction
secara sistematis menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan
hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap. 24
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction
adalah model pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam
mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung
kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur. Model pengajaran
langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan
belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran
yang diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh
dapat meningkat dengan baik pula.

22

Muhammad Faiq Dzaki, Op. Cit.,


S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 6
24
Muh. Mahkrus, dkk., Op. Cit., h. 16
23

16

b. Ciri-ciri Direct Instruction


Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa


termasuk prosedur penilaian hasil belajar

Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan


agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil.

c. Tujuan Direct Instruction


Beberapa

peneliti

menggunakan

pembelajaran

langsung

bertujuan untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru


banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah
kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa dengan latihanlatihan terbimbing.
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan
dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang
dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam
belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan
tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung
dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan
berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai
penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat
menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar,
peragaan, dsb.
Menurut Arends, bahwa para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan katakata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, contohnya siswa akan dapat
menyebutkan sifat-sifat cahaya. Pengetahuan prosedural adalah

17

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, contohnya siswa


akan dapat membuktikan hukum pemantulan cahaya ketika melakukan
percobaan dengan cermin datar. Sering kali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan prasyarat berupa pengetahuan deklaratif. Para
guru selalu menghendaki agar siswanya memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut, supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

d. Sintaks Direct Instruction


Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan
pembelajaran langsung, yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan latar
belakang

dan

menginformasikan

pentingnya

materi

pengetahuan

pembelajaran,
secara

(2)

bertahap

guru
atau

mendemonstrasikan secara benar, (3) guru membimbing pelatihan


awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama
dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS, (4)
guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran
pekerjaannya sambil memberi umpan balik, (5) guru memberikan
kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bentuk tugas. 25 Secara
sistematis dapat dilihat pada tabel 2.1. 26

25
26

Muh. Makhrus, dkk., Op. Cit., h. 18


S. Kardi dan Moh. Nur, Op.Ccit, h. 8

18

Tabel 2.1
Sintaks Direct Instruction
Fase

Tingkah Laku Guru


Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran,
informasi
latar
Menyampaikan
tujuan
dan belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa
mempersiapkan siswa
untuk belajar.
Guru
mendemonstrasikan
Fase 2
keterampilan dengan benar, atau
menyajikan informasi tahap demi
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan tahap
Guru merencanakan dan memberi
Fase 3
bimbingan pelatihan awal
Membimbing pelatihan
Mencek apakah siswa telah berhasil
Fase 4
melakukan tugas dengan baik,
Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik
memberikan umpan balik
Guru mempersiapkan kesempatan
Fase 5
melakukan
pelatihan
lanjutan,
Memberikan kesempatan untuk dengan perhatian khusus pada
pelatihan lanjutan dan penerapan penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Fase 1

Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara


detail seperti berikut: 27
1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
a) Menjelaskan Tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru
mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswasiswanya
melalui

rangkuman

rencana

pembelajaran

dengan

cara

menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi


tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya,
27

Anwar Holil, Model Pengajaran Langsung, (Tersedia : http://anwarholil.blogspot.com/


2009/01/model-pengajaran-langsung.html)

19

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan


demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran
dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.
b) Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan
mengingatkan

kembali

pada

hasil

belajar

yang

telah

dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang


akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan
sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok
pelajaran yang lalu.
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti
langkah-langkah demonstrasi yang efektif.

a) Menyampaikan informasi dengan jelas


Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru
kepada

siswa

dapat

dicapai

melalui

perencanaan

dan

pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan


presentasi

guru

harus

menganalisis

keterampilan

yang

kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan


dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi
selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasi/presentasi adalah: (1) kejelasan tujuan
dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik,
arahan)

pada

satu

waktu

tertentu

dan

menghindari

penyimpangan dari pokok bahasan/LKS; (2) presentasi


selangkah demi selangkah; (3) prosedur spesifik dan kongkret,
yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau

20

berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang


untuk poin-poin yang sulit; (4) pengecekan untuk pemahaman
siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin
sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa
yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan
ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan
penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa.
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa
sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan
terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun
yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan
terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar.
Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya.
3) Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara

guru

mempersiapkan

dan

melaksanakan

pelatihan

terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat


meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar,
dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada
situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut :
a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna.

21

b) Berikan

pelatihan

sampai

benar-benar

menguasai

konsep/keterampilan yang dipelajari.


c) Hati-hati

terhadap

kelebihan

dan

kelemahan

latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi


(distributed practiced).
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang
kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik
kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik
efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:
a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan.
b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik.
c) Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud.
d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.
f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan
bagaimana melakukannya dengan benar.
g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan
bukan pada hasil.
h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri,
dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri.
5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa
sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah
pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri,
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri. Pekerjaan rumah diberikan
berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya.

22

d. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan


Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara
seksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh
guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor.
Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

e. Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction


Model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) dirancang
secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi selangkah.
Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau dimodelkan dengan
selangkah demi selangkah akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
ini dilihat dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian
Stalling, dkk menunjukkan bahwa guru yang mengorganisasikan
kelasnya

yang

memungkinkan

berlangsungnya

pembelajaran

terstruktur menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil


belajar yang tinggi pula. Adapun kelemahan model pengajaran
langsung adalah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial

23

atau kreativitas, proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang


abstrak. 28

4. Hakikat Hasil Belajar Siswa


a. Definisi Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage
(1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisme
berubah perilakunya.

Cronbach

mendefinisikan

belajar

adalah

"learning is shown by a change in behavior as a result of experience"


(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa
learning is to observe, to read, to imitate, to try something
themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk
mengamati,

membaca,

meniru,

mencoba

sendiri

sesuatu,

mendengarkan, mengikuti arahan). 29


Adapun Geoch, menegaskan bahwa "learning is a change in
performance as result of practice." (belajar adalah suatu perubahan di
dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik). Kemudian, menurut Ratna
Willis Dahar, 30 "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang
diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku
perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab
dasar dalam belajar: (1) pada tingkat emosional yang paling primitif,
terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus
tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi
pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh
kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam
28

Muh. Makhrus, dkk., Op. Cit., h. 29


Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang.
(Tersedia: http://library.um.ac.id/
images/stories/lptk/suw1209/Content%20Penerapan%20Model%20Siklus%20Belajar%20LC5E%
20untuk%20meningkatkan%20Motivasi%20dan%20Prestasi%20belajar%20Fisika%20Siswa%20
Kelas%20VIIIA%20SMP%20Negeri%208%20Malang%20Tahun%20Ajaran%202008%202009.p
df), [27 Januari 2010]
30
Ibid.,
29

24

ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana


para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidangbidang studi, (2) belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini
banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat
menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar stereotipe-stereotipe,
(3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar
pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant,
(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadiankejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita
mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar
observasional, (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita
melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan
insight, belajar menyelami pengertian.
Akhirnya, Depdiknas mendefinisikan 'belajar' sebagai proses
membangun

makna/pemahaman

terhadap

informasi

dan/atau

pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan


sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. 31 Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan
pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa,
yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
31

Ibid.,

25

pengalaman. Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang


berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individunya yang khas, seperti minat,
intelegensi, perhatian, bakat dan sebaginya. Perubahan perilaku akibat
kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki penguasaan
terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajarmengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.32
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa
membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir,
berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru;
baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun
pengalaman sosial.

b. Definisi Hasil Belajar


Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi
(finished goods). 33
Siswa yang melakukan kegiatan belajar, akan terjadi proses
berpikir yang melibatkan kegiatan mental. Dalam kegiatan mental,
terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima
sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang diberikan. Oleh karena itu, hasil belajar diartikan adalah sebagai
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif
32

Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, (Pustekkom, Jurnal Teknodik, Edisi
No. 1/VII/Oktober/2003. Tersedia : http.//www.pustekkom.go.id/teknodik/t12/isi.htm#5#5)[19
Januari 2010]
33
Ibid.,

26

maupun psikomotorik. Pada pembelajaran Fisika, penilaian hasil


belajar diukur melalui ulangan, penugasan, penilaian kinerja
(performance assesment), penilaian hasil karya (product assesment),
atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang
dinilai. 34
Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar fisika siswa yang
akan diukur adalah pada ranah kognitif yang mencakup aspek
mengingat/C1 (remembering), aspek memahami/C2 (understanding),
aspek aplikasi/C3 (applying), dan aspek menganalisis/C4 (analyzing).
Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria
tertentu, yaitu : 35
1. Aspek Mengingat/C1 (Remembering)
Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah
materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan, maka
kategori yang relevan yaitu ingatan (remember). Ingatan termasuk
dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk dalam
pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta, konseptual,
prosedural, atau metakognitif, atau gabungannya. Untuk mencapai
kemampuan mengingat, maka siswa harus melalui tahap :
-

Mengenal

(Recognizing),

mengenal

bertujuan

untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada. Dalam


kesadaran, siswa mencari informasi yang ada. Saat informasi
baru datang, siswa harus menentukan bahwa informasi yang
diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan.
-

Memanggil kembali (Recalling), termasuk dalam pengetahuan


dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat. Soal

34

Moh. Nurudin, perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction, (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi
Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38
35
Triyoga, Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi
ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas
VII, (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung, 2010), h. 13-18

27

ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat


dicari dengan mudah pada buku atau catatan.
2. Aspek Memahami/C2 (Understanding)
Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya
mengetahui, mengingat tetapi juga harus mengerti. Memahami
berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
-

Interpretasi (Interpreting), terjadi ketika seorang siswa dapat


mengubah informasi dari satu representasi ke representasi
lainnya. Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat diagram
fasor.

Exemplifying, menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari


sebuah konsep atau prinsip. Terjadi ketika siswa diberikan
sebuah contoh khusus dari sebuah konsep umum. Menerangkan
dengan

contoh

(exemplifying)

termasuk

dalam

proses

identifikasi dalam mendefinisikan keistimewaan-keistiewaan


dari konsep umum dan menggunakannya untuk memilih
sebuah contoh khusus.
-

Mengklasifikasikan

(Classifying),

terjadi

ketika

siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori.


Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang
cocok

dari

contoh

khusus

dan

konsep

dasar.

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus dan


mengharuskan

siswa

untuk

menemukan

konsep-

konsep/prinsip-prinsip dasar.
-

Meringkas (Summarizing), merangkum gambaran umum atau


poin-poin

penting.

Meringkas

termasuk

dalam

sebuah

informasi yang membangun, seperti pengertian sebuah


fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat ringkasannya.

28

Inferensi (Inferring), menggambarkan kesimpulan-kesimpulan


sementara secara logis dari informasi yang disajikan. Inferensi
terjadi ketika siswa dapat meringkas sebuah konsep yang
dikerjakan

dengan

menghitung

satu

set

contoh

yang

menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal yang penting


dengan menuliskan hubungan di antara semuanya.
-

Membandingkan (Comparing), mencari hubungan antara dua


ide, objek, dan sejenisnya. Dalam membandingkan, ketika
informasi baru diberikan, siswa mendeteksi hubungannya
dengan pengetahuan yang memang sudah ada. Contohnya
membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air
mengalir yan melewati sebuah pipa.

Menjelaskan (Explaining), terjasi ketika seorang siswa dapat


membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat
pada sebuah sistem. Beberapa tugas dapat digunakan dalam
menilai kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk
pendapat, perbaikan masalah, perancangan kembali, prediksi.

3. Aspek Mengaplikasikan/C3 (Applying)


Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret.
Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan atau
prosedur, metode umum dan juga dalam bentuk prinsip, ide dan
teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan. Sementara
menurut Arikunto, soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan

siswa

dalam

mengaplikasikan

(menerapkan)

pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau


persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan
keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat.
-

Melaksanakan (Executing), secara rutin siswa membawa


sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah
dikenalnya. Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk
yang cukup untuk menggunakan prosedur/cara yang dipilih.

29

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat


diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik. Contohnya
mengukur

panjang

atau

diameter

suatu

benda

dapat

menggunakan mistar, jangka sorong atau mikrometer sekrup.


-

Implementasi (Implementing), digunakan saat siswa memilih


dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang
belum dikenal. Implementasi juga berarti menjalankan prosedur
berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya
menggunakan

Hukum

Newton

II

pada

situasi

yang

memungkinkan).
4. Aspek Menganalisis/C4 (Analyzing)
Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktorfaktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
-

Membedakan (Differentiating), menentukan ciri-ciri yang


relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan.
Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan
atau tugas pilihan. Dalam tanggapan, siswa diberikan beberapa
bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian
mana yang penting.

Mengorganisasikan

(Organizing),

yaitu

mengidentifiaksi

sebuah elemen dalam komunikasi dan menyadari bagaimana


mereka bersatu dalam struktur yang sama dalam suatu
pengelompokkan. Siswa membuat hubungan yang sistematik
dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan.
-

Melengkapi

(Attributing),

terjadi

ketika

siswa

dapat

menentukan ide utama, dugaan, nilai-nilai atau tujuan utama.


Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa
memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh

30

penulis untuk interpretasi. Siswa mencari untuk memahami


pengertian materi yang diberikan juga termasuk sebua
perluasan dasar untuk menduga suatu tujuan atau ide utama
dengan

kata

lain

menentukan

sebuah

segi

pandang,

penyimpangan, harga, atau tujuan dasar materi yang disajikan.


Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar fisika
adalah hasil penilaian pada ranah kognitif yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran Fisika.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model
pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan
Distrik di SMAN 13 Bandarlampung, menunjukkan bahwa dengan
menerapkan DI pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat.
Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 21,2%,
kemudian mengalami peningkatan menjadi 160% pada siklus II dan
menjadi 265% pada siklus III. Begitu pula dengan tingkatan penguasaan
konsep yang meningkat dari 63.0 pada siklus I menjadi 69,1 pada siklus II,
dan mencapai nilai 79,4 pada siklus III. Peningkatan juga dialami oleh
hasil belajar siswa, dimana pada siklus I diperoleh 74,73 kemudian
meningkat menjadi 79,13 pada siklus II dan menjadi 87,03 pada siklus
III. 36
2. Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis. Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri

36

I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk


Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung,
(Tersedia : http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-langsung-denganpendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswasman-13-bandar-lampung/)

31

Gondowulung Bantul Yogyakarta. Menurut peningkatan aktivitas dan


hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran. 37
3. Penelitian oleh Good, Grows dkk., antara 1972-1973 tentang keefektifan
guru dan prestasi yang dicapai siswa. Mereka menyimpulkan bahwa
keefektifan guru sangat terkait dengan kelompok-kelompok tingkah laku
yang mengikutinya. Jadi betapa eratnya tingkah laku ini berkorespondensi
dengan tingkah laku guru yang dibutuhkan untuk pembelajaran
langsung. 38
4. Penelitian

tahun

1974

yang

dilakukan

Stalling

dan

Kaskowiz,

menunjukkan bahwa pentingnya waktu dalam tahap-tahap pembelajaran


dan menunjang secara empirik penggunaan pembelajaran langsung.
Penelitian ini dilakukan di kelas 1 dan kelas 3 pada proyek ini para peneliti
melakukan pengamatan dengan bebrapa pendekatan pragmatik. Beberapa
guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal,
sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang lebih
informal yang berkaitan dengan gerakan sekolah yang terbuka pada saat
itu. 39
5. Penelitian yang dilakukan Stalling dan koleganya tahun 1970-an,
menunjukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan
dengan baik di mana pengalaman pembelajaran yang terstruktur paling
sering teramati, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi (Timetask-rations) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang
menggunakan pendekatan kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi
terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
menggunakan prosedur pembelajaran langsung. 40

37

Sidik Purnomo, Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs
Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008, (Tersedia : http://digilib.uinsuka.ac.id/download.php?id=2161)
38
A. Grummy W, dkk., Op. Cit., h. 14
39
Ibid., h. 15
40
S. Kardi dan Muh. Nur, Op. Cit., h. 17

32

C. Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP, siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat. Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu). Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif. Oleh sebab itu, kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut.
Namun kenyataannya, tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi. Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut. Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan, sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja.
Untuk mengatasi hal di atas, model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI). Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered. Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan,
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan.

33

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik,


maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan konsep materi yang diajarkan. Dalam menerapkan perangkat
pembelajaran tersebut, guru harus dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran langsung.
Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan, yaitu : 1) penyampaian tujuan
pembelajaran; 2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan; 3)
memberi latihan terbimbing; 4) mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik; dan 5) pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.
Dengan demikian, penerapan model pengajaran langsung (Direct
Instruction/DI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang
kondusif, dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

34

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :


Rendahnya Hasil Belajar

Hanya menekankan
pada penguasaan
konsep

Kurangnya penguasaan
keterampilan dasar yang
dimiliki siswa

Penggunaan model
pengajaran konvensional
yang tidak sesuai dengan
konsep materi yang
diajarkan

Menggunakan model yang


sesuai dengan konsep fisika

Pengetahuan deklaratif

Pengetahuan prosedural

Model Pengajaran langsung


(Direct Instruction/DI)
(proses pembelajaran secara
tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil belajar


Fisika siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct


Instruction/DI) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

35

D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0

= Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct


Instruction/DI) terhadap hasil belajar Fisika siswa.

Ha

= Terdapat

pengaruh

model

pengajaran

langsung

Instruction/DI) terhadap hasil belajar Fisika siswa.

(Direct

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang, dan
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester II tahun ajaran 20092010.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen, dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design. 1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok. Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct Instruction/DI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi. Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya. Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan, setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan. Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok

Pre Test

Perlakuan

Post Test

Y1

XE

Y2

Y1

XC

Y2

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada, 2008), h. 98

36

37

Keterangan :
E

: Kelas eksperimen

: Kelas kontrol

Y1

: Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

Y2

: Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol

XE

: Perlakuan model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) pada


kelas eksperimen

XC

: Perlakuan model konvensional dengan metode diskusi pada kelas


kontrol

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data. 2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII semester II SMP Islamiyah Ciputat. Sampel merupakan bagian dari
populasi. 3 Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling
atau

sampling

pertimbangan,

yaitu

pengambilan

sampel

dilakukan

berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti.4 Dalam


penelitian ini, sampel yang diambil adalah kelas eksperimen yaitu kelas yang
dalam pembelajarannya diterapkan model pengajaran langsung (Direct
Instruction/DI) dan kelas kontrol adalah model konvensional dengan metode
diskusi.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengelompokkan secara logis dari dua
atau lebih atribut dari objek yang diteliti. 5 Dalam penelitian ini terdapat
2

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian ; dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004), h. 23
3
Ibid.,
4
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2001), h. 168
5
Rakim, Pengertian Variabel, [Tersedia : http://rakim-ytk.blogspot.com/2008/06/
pengertian-variabel.html] [20 Juli 2010]

38

dua variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct Instruction/DI). Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa.

2. Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika. Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest). Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan, sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika. Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan. Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif, dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas. Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options). Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran,
dan daya pembeda. Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut, maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan.

a. Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (pbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut 6 :
6

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2001), h. 79

39

pbi =

M p Mt
St

p
q

Keterangan :
pbi : Koefisien korelasi biserial
Mp

: Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya

Mt

: Rerata skor total

St

: Standar deviasi dari skor total

: Proporsi siswa yang menjawab benar


p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa

: Proporsi siswa yang menjawab salah


(q=1p)
Tabel 3. 2 Kriteria Validitas
No.

Rentang Nilai

Kriteria

1.

0,800 1,000

Sangat tinggi

2.

0,600 0,800

Tinggi

3.

0,400 0,600

Cukup

4.

0,200 0,400

Rendah

5.

0,000 0,200

Sangat rendah

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada


Lampiran 22. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data
bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 26 soal yang dinyatakan
valid. Diantara 26 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali
berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini.

40

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20. Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut7 :
2
n S pq
r11 =

S2
n 1

Keterangan

r11 : Reliabilitas secara keseluruhan


p

: Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

: Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q


n

: Banyak item

: Standar deviasi dari tes


Nilai

korelasi

reliabilitas

yang

sudah

diperoleh

kemudian

dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah :


Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas
No.

Rentang Nilai

Kriteria

1.

0,90 1,00

Tinggi sekali

2.

0,70 0,90

Tinggi

3.

0,40 0,70

Cukup

4.

0,20 0,40

Rendah

5.

0,00 0,20

Kecil

Perhitungan nilai reliabiltas ini terdapat pada lampiran 23 bersama


dengan uji validitas. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa
nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,71. Nilai ini termasuk kategori
tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian ini.

Ibid., h. 100-101

41

c. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang, atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus 8 :

P=
Keterangan

B
JS

: Indeks Kesukaran

: Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah seluruh peserta tes

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran


No.

Rentang Nilai

Kriteria

1.

0,70 1,00

Mudah

2.

0,30 0,70

Sedang

3.

0,00 0,30

Sukar

Perhitungan pemenuhan kriteria ini terdapat pada Lampiran 25.


Kriteria soal yang dianggap layak untuk digunakan adalah soal yang
memiliki derajat kesukaran sedang atau mudah.

d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah. Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut 9 :
D=

Ibid., h. 208
Ibid., h. 213

B A BB

= PA PB
JA JB

42

Keterangan

: Daya pembeda

BA

: Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB

: Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat

JA

: Jumlah peserta kelompok atas

JB

: Jumlah peserta kelompok bawah

PA =

BA
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
JA

PB =

BB
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda


No.

Rentang Nilai

Kriteria

1.

0,00 0,20

Jelek

2.

0,20 0,40

Cukup

3.

0,40 0,70

Baik

4.

0,70 1,00

Baik Sekali

Perhitungan daya pembeda ini terdapa pada Lampiran 26. kriteria


soal yang layak digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda yang
baik sekali, baik, atau cukup.
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 25 soal. Pemilihan 25 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 3.6 kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian.

43

Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Standar Kompetensi
dan Kompetensi
Dasar
SK : Memahami
konsep
dan
penerapan
getaran,
gelombang dan
optika
dalam
produk
teknologi
sehari-hari
KD

: Menyelidik
sifat-sifat
cahaya
dan
hubungannya
dengan
berbagai
bentuk cermin
dan lensa

Aspek Kognitif
Indikator
Melakukan percobaan
untuk
menunjukkan
sifat-sifat perambatan
cahaya
Menjelaskan
hukum
yang
pemantulan
diperoleh
melalui
percobaan
Mendeskripsikan proses
pembentukan dan sifatsifat bayangan pada
cermin datar, cermin
cekung, dan cermin
cembung
Menjelaskan
hukum
pembiasan
yang
diperoleh
melalui
percobaan
Mendeskripsikan proses
pembentukan dan sifatsifat bayangan pada
lensa cekung dan lensa
cembung

Jumlah

Jumlah

C1

C2

C3

C4

1,2*

3*,6*

4*,7*

8*,9

9*,15

10*,
12

11*,
13*

14*,
16*

18*,
20

17,
19*

22*,
24

21*,
23

25,
27*

26*,
30

28*,
29

31*,
32

33*,
36*

34*,
35

39*,
40

37,
38*

10

10

10

10

40

Catatan : tanda (*) adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t,
yakni tes statistik yang dipergunakan untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisi/perlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
memperbandingkan rata-rata (Mean) kedua kelompok/perlakuan itu. 10
Sebelum dilakukan uji-t, analisis data diawali dengan langkah-langkah
berikut :

10

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, cet. ke-12, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 264

44

1. Uji Prasyarat Analisis


a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas
dalam penelitian ini adalah uji Lilliefors.
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut : 11
1) Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data berdistribusi tidak normal
2) Menentukan harga L0
a) Pengamatan X1, X2, X3, ...., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,
....., Zn dengan menggunakan rumus :

Zi =

Xi X
S

Dimana :
Zi = bilangan baku
X

= rata-rata

= Simpangan Baku (Standar Deviasi)

b) Untuk setiap bilangan baku, dengan menggunakan distribusi


normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ..., Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi),
maka :
S(Zi) = banyaknya Z1, Z2, Z3, , Zn yang Zi
n
d) Hitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya.
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0
11

Sudjana, Op. Cit., h. 466-467

45

Contoh : Tabel perhitungan untuk uji Lilliefors :


Xi

Zi

F(Zi)

S(Zi)

F(Zi) S(Zi)

Keterangan :
Z

= bilangan baku

Xi

= data

F(Zi)

= peluang Z Zi

S(Zi)

i
= proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
n
terkecil

3) Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 0,05.
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
5) Kesimpulan

b. Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett.
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 12
1) Hipotesis
H0 = 12 = 22 = 32 = n2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria

12

02 t2 = tolak H0

, 02 : Nilai hitung

02 < t2 = terima H0

, t

Ibid., h.261-263

: Nilai tabel

46

3) Melakukan perhitungan dengan tabel bantu


Contoh : Tabel perhitungan untuk Uji Homogenitas
Kelompok

dk (n-1)

S21

Log S21

dk (n-1).Log S21

Jumlah
S21 = kuadrat standar deviasi
Dengan :

Sgabungan =

(n1 1) S 21
(n 1)

Menghitung Log S2
Menghitung nilai B = log S2 (ni 1) , B = nilai Bartlett
Menghitung nilai 02 :

02 ={ ln 10 (B - (ni -1)log Si)},


dengan (ni 1) log Si = dk(n-1). Log Si2
Sehingga :

02 = ln 10 { B - dk. Log Si2 }


4) Kesimpulan

2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test).
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini.
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 0,05 dengan tes dua pihak. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :

47

X1 X 2

t=
S

S=

Dimana :

1
1
+
n1 n2

(n1 1)S12 + (n2 1)S 22


(n1 + n2 ) 2

Keterangan :
t

: Hasil hitung distribusi t

X1 : Skor rata-rata kelas eksperimen


X2 : Skor rata-rata kelas kontrol
S12 : Nilai deviasi kelas eksperimen
S 22 : Nilai deviasi kelas kontrol
S

: Nilai deviasi gabungan

n1

: Banyaknya data kelas eksperimen

n2

: Banyaknya data kelas kontrol


dk = n 1

Langkah selanjutnya adalah :


a. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus :
Dk = (n1 1) + (n2 1)
b. Menentukan nilai t-tabel
c. Menguji hipotesis
Jika : t tabel t hitung t

tabel

= Terima Ho, Tolak Ha

t tabel < t hitung atau t tabel < t hitung = Terima Ha, Tolak Ho
Hipotesis Statistik :

H 0 : a = b
H a : a b

48

3. Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji n-gain adalah selisih nilai pretest dan nilai posttest. Melakukan
pengujian n-gain bertujuan untuk mengetahui signifikansi hasil belajar
siswa dan dapat menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan. Uji n-gain dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N-Gain (g)

nilai posttest - nilai pretest


nilai maksimum - nilai pretest

dengan kategorisasi perolehan berikut ini :


a. g-tinggi

nilai G 0,070

b. g-sedang :

nilai 0,030 G < 0,30

c. g-rendah :

nilai G < 0,30

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh. Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas. Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, median, modus, dan nilai
standar deviasi serta nilai varians.
1. Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 4.1, diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29, 30-35, dan 36-41. Untuk kelas eksperimen, dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut.
Tetapi, terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pada rentang skor 48-53, perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang, sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang. Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja, sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol, yaitu sebanyak 12 orang. Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65, jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang, sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa.

49

50

14

Banyaknya Siswa

12
10
8

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

4
2
0
24-29

30-35

36-41

42-47

48-53

54-59

60-65

Skor Hasil Belajar

Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Hasil Belajar


Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian, terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen. Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal, yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru.
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24, nilai ratarata ( X ) sebesar 50,9; median (Me) sebesar 41; modus (Mo) sebesar 52,2;
standar deviasi (SD) sebesar 8,02 dan varians (S2) sebesar 64,32. Untuk
hasil pretest kelas eksperimen, memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44, nilai rata-rata ( X ) sebesar 53,6; median (Me) sebesar 46,75;
modus (Mo) sebesar 59,7; standar deviasi (SD) sebesar 4,9 dan varians
(S2) sebesar 24,01. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4.1.

51

Tabel 4.1
Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data

Pretest Kelas
Eksperimen

Pretest Kelas
Kontrol

Nilai maksimum
Nilai minimum
Mean ( X )
Median (Me)
Modus (Mo)
Standar Deviasi (SD)
Varians (S2)

60
44
53,6
46,75
59,7
4,9
24,01

60
24
50,9
41
52,2
8,02
64,32

2. Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen


Ditinjau dari gambar 4.2, berdasarkan jumlah siswa kedua kelas yaitu
masing-masing sebanyak 30 orang, diperoleh bahwa siswa yang berada
direntang skor 20-26 adalah sebanyak 1 orang untuk kelas kontrol,
sedangkan kelas eksperimen tidak ada siswa yang memperoleh skor
direntang tersebut. Tetapi untuk rentang skor 27-33 terdapat siswa
sebanyak 1 orang pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol
melebihi kelas eksperimen yaitu sebanyak 4 orang.
Siswa kelas kontrol diperoleh sebanyak 9 orang siswa yang berada
direntang skor 34-40, sedangkan kelas eksperimen

tidak ada yang

memperoleh skor direntang tersebut. Untuk rentang skor 41-47, siswa


kelas kontrol diperoleh sebanyak 7 orang, sedangkan siswa kelas
eksperimen diperoleh sebanyak 1 orang saja. Pada kelas kontrol, siswa
yang memperoleh skor direntang 48-54 adalah sebanyak 2 orang saja,
sedangkan perbandingan siswa yang memperoleh skor direntang tersebut
pada kelas eksperimen tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol yaitu
sebanyak 1 orang saja.
Dalam kelas kontrol, jumlah siswa yang memperoleh skor direntang
55-61 adalah sebanyak 2 orang. Untuk kelas eksperimen, siswa yang
memperoleh skor direntang tersebut sebanyak 3 orang. Pada rentang skor
62-68, terjadi perbedaan yang sangat jauh antara jumlah siswa kelas

52

eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk kelas kontrol, siswa yang


memperoleh skor direntang tersebut adalah sebanyak 5 orang, sedangkan
jumlah siswa pada kelas eksperimen adalah sebanyak 15 orang siswa.
Untuk rentang skor 69-75 dan 76-82, siswa kelas eksperimen yang
diperoleh adalah sebanyak 3 dan 6 orang siswa dan untuk siswa kelas
kontrol, tidak memperoleh skor pada rentang tersebut.
16

Banyaknya Siswa

14
12
10

Kelas Kontrol

Kelas
Eksperimen

6
4
2
0
20-26

27-33

34-40

41-47

48-54

55-61

62-68

69-75

76-82

Skor Hasil Belajar

Gambar 4.2 Diagram Batang Skor Hasil Belajar


Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dengan demikian, pengetahuan akhir (posttest) yang diperoleh para
siswa di kelas eksperimen sangat besar, rata-rata memperoleh skor 62
sampai skor 68. Jadi, dapat dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen
mengalami peningkatan pengetahuan, maka hasil belajar siswa pun juga
meningkat dengan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari

posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 20,
nilai rata-rata ( X ) sebesar 44,23; median (Me) sebesar 32,5; modus (Mo)
sebesar 38,5; standar deviasi (SD) sebesar 12,26 dan varians (S2) sebesar
150,31. Untuk hasil perhitungan dari posttest kelas eksperimen diperoleh
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32, nilai rata-rata ( X ) sebesar 63,7;
median (Me) sebesar 55,3; modus (Mo) sebesar 63; standar deviasi (SD)

53

sebesar 9,96 dan varians (S2) sebesar 99,20. Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4. Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data

Nilai maksimum
Nilai minimum
Mean ( X )
Median (Me)
Modus (Mo)
Standar Deviasi (SD)
Varians (S2)

Posttest Kelas
Eksperimen

Posttest Kelas
Kontrol

80
32
63,7
55,3
63
9,96
99,20

68
20
44,23
32,5
38,5
12,26
150,31

3. Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian.
Tabel 4.3
Rekapituasi Data Hasil Penelitian
Data

Nilai
maksimum
Nilai minimum
Mean ( X )
Standar
Deviasi (SD)
Varians (S2)

Kelas Eksperimen
Pretest
Posttest

Kelas Kontrol
Pretest
Posttest

60

80

60

68

44
53,6

32
63,7

24
50,9

20
44,23

4,9

9,96

8,02

12,26

24,01

99,20

64,32

150,31

B. Hasil Analisis Data


Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang
dianalisis adalah pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar. Oleh

54

karena itu, yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai

posttest yang diperoleh dari kedua kelas. Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya.
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
a. Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors,
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas. Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal, dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) < Ltabel, diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Kelas

Kelas

Eksperiman

Kontrol

Jumlah Sampel (N)

30

30

Rata-rata (Mean)

63,7

44,23

Standar Deviasi (SD)

9,96

2,26

Lo hitung

0,1453

0,1413

L tabel

0,161

0,161

No.

Statistik

Berdasarkan hasil diatas, dengan menggunakan pengujian pada taraf


kepercayaan ( = 0,05), maka uji normalitas pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen

dapat

disimpulkan

dengan

tabel

4.5.

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 8.

Penghitungan

55

Tabel 4.5
Kesimpulan Uji Normalitas
No.
1
2

Data

Nilai
Lohitung

Nilai
Ltabel

0,1413

0,161

0,1453

0,161

Posttest Kelas
Kontrol
Posttest Kelas
Eksperimen

Kesimpulan
Berdistribusi
normal
Berdistribusi
normal

b. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji

Bartlett. Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan


tertentu. Sampel dinyatakan homogen apabila 2 hitung < 2 tabel, sebaliknya
jika 2 hitung > 2 tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen. Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 4.6
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No.

Statistik

Nilai

S2 eksperimen

99,20

S2 kontrol

150,30

S2 gabungan

124,75

2 hitung

1,25

2 tabel

3,84

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan ( = 0,05). Dari tabel


tersebut dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas berasal dari
populasi yang homogen, karena

hitung

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.

< 2

tabel.

Penghitungan

56

2. Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas, dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen. Oleh karena itu, untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis.

Pengujian

hipotesis

tersebut

diperoleh

dengan

cara

menggunakan rumus uji-t. Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai


berikut :

X1 X 2

t=
S

1
1
+
n1 n2

Untuk hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada lampiran 12.


Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa nilai thitung adalah sebesar
6,76 dan nilai ttabel diperoleh dengan menggunakan taraf signifikan 0,05
adalah sebesar 2,00.
Dengan demikian, untuk kriteria pengujian pada hasil perhitungan
tersebut didapat bahwa t

tabel

< t

hitung

atau

tabel

< t

hitung

-2,00 < 6,76 atau 2,00 < 6,76 artinya terima Ha, tolak Ho. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (direct instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep cahaya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian, yaitu bahwa


besar thitung diperoleh sebesar 6,76 dan besar ttabel pada taraf signifikan 0,05
adalah sebesar 2,00. Hasil pengujian tersebut dihubungkan dengan hipotesis
pengujian dua arah, yaitu -2,00 < 6,76 atau 2,00 < 6,76 artinya terima Ha,
tolak Ho. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pengajaran langsung
(Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hasil belajar yang
diperoleh kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI) mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat

57

dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (63,7) > nilai rata-rata
posttest kontrol (44,23).
Model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered. Meskipun demikian, kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu. Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah, sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa.
Menurut Arends, direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. 1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo, bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 3,4936 >
ttabel = 1,67. 2
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif. Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, tetapi metode diskusi hanya

Nurman,
Pengajaran
Langsung
(Direct
Instruction/DI),
(Tersedia
:
http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/) [24 Mei
2010]
2
Hernawan Tri Prasetyo, Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks,
(Tersedia
:
http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitas-metode-pembelajaran-directinstruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]

58

menekankan pada penguasaan berpikir (kognitif) dan berinteraksi (afektif)


melalui pengalaman mental dan pengalaman sosial.
Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan direct
instruction lebih lengkap dalam memperoleh pengetahuan baik secara
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Pengetahuan tersebut
diperoleh

melalui

pengalaman

mental

(kognitif),

pengalaman

fisik

(psikomotorik), dan pengalaman sosial (afektif).


Direct instruction secara sistematis menuntut dan membantu siswa
untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing tahap demi tahap. Hal
ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan
koleganya, menyatakan bahwa guru yang menggunakan pengajaran langsung
menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih
tinggi pula. 3
Pada umumnya, penggunaan model-model pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Berbeda halnya dengan hasil temuan pada penelitian ini, yaitu
pada penggunaan model konvensional rata-rata yang diperoleh untuk
pengetahuan awal siswa (pretest) 50,9 lebih besar daripada pengetahuan akhir
siswa (posttest) 44,23. Hal ini disebabkan karena siswa yang menggunakan
model konvensional berupa metode diskusi saat menjawab soal posttest yaitu
dengan mereka-reka jawaban dan pemberian soal diberikan pada saat jam
terakhir pelajaran, sehingga siswa merasa sudah bosan dan soal yang diberikan
dijawab dengan terburu-buru.
Temuan-temuan yang lain dalam penelitian ini, adalah ketidakcocokan
pemilihan metode dengan konsep yang diajarkan oleh guru membuat
pencapaian pemahaman siswa pada kelas kontrol kurang optimal. Hal ini tidak
selaras dengan pencapaian suatu tujuan pembelajaran, karena tercapainya
tujuan

pembelajaran

ditentukan

oleh

ketepatan

penggunaan

model

pembelajaran agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal. Selain
3

S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unesa-University Press,


2000), h. 17

59

itu, respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang.
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa,
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif.
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 63,7 >
nilai rata-rata pretest 53,6. Singkatnya, siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian
tugas. 4
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

D. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan


keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut :
1. Penentuan sampel ditentukan oleh guru di sekolah, peneliti tidak memiliki
otoritas penuh karena sudah dalam pertimbangan guru.
2. Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol,

pretest lebih besar daripada

posttest. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol berkategori
rendah dalam pencapaian penguasaan materi, sehingga rendahnya
pengetahuan dalam menjawab soal.

Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan Kompetensi Merancang dan


Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok
Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Muallimat NW Pancor, (Tersedia ;
http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html) [09 Agustus 2010], h. 66

60

3. Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk.
4. Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi, yaitu
untuk

mengetahui

ketercapaian

proses

menggunakan model direct instruction.

belajar

mengajar

dalam

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian ini


adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada siswa kelas VIII SMP Islamiyah
Ciputat. Untuk hasil pengujian hipotesis, terdapat pengaruh yang signifikan
antara model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil
belajar Fisika siswa. Hal ini terlihat pada keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh model direct instruction.

B. Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika, diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif. Dengan demikian, model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas.

61

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M. Taksonomi Bloom Versi Baru. Artikel ini diakses pada tanggal
9
Agustus
2010
di
http://tatangmanguny.wordpress.com/
001/01/19/taksonomi-bloom-versi-baru/.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta :
PT. Bumi Aksara, 2001.
Baharuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2008.
Depdiknas. Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat. Jakarta : Depdiknas, 2002.
Distrik, I Wayan. Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual
untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika
SMAN 13 Bandar Lampung. Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei
2010
di
http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/modelpembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untukmeningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman13-bandar-lampung/.
Djiwandono, Sri Esti W. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia, 2006.
Dkk, A. Grummy W. Laporan Penelitian LPTK : Pengembangan Model
Pengajaran Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif
di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA. Surabaya : FT Unesa, 2004.
Dzaki, Muhammad Faiq. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction).
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/modelpengajaran-langsung.html.
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
Holil, Anwar. Teori Pembelajaran Sosial. Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teoripembelajaran-sosial.html.
____________ Model Pengajaran Langsung. Artikel ini diakses pada tanggal 24
Mei
2010
di
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/modelpengajaran-langsung.html.

62

63

Java, Hari Van. Model Pembelajaran Langsung (Direct atau Directive


Instruction). Artikel ini diakses pada tanggal 13 Mei 2010 di
http://educationforourcountry.com/model-pembelajaran-langsung.
Kardi, S. dan Moh. Nur. Pengajaran Langsung. Surabaya : Unesa-University
Press, 2000.
Makhrus, Muh. dan Satutik Rahayu. Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran
Langsung pada Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak
di MA Muallimat NW Pancor. Artikel ini diakses pada tangggal 09
Agustus 2010 di http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html.
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran
Langsung. Artikel ini diakses pada tanggal 24 Mei 2010 di
http://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57.
Muijs, Daniel dan David Reynold. Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd
Edition. London : SAGE Publication, Ltd, 2005.
Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi
Pemberian Tugas. Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi-pembelajaran-fisikadengan.html.
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA.
Artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaranfisika-dengan.html.
Prasetyo, Hernawan Tri. Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa
pada Materi Reaksi Redoks. Artikel ini diakses pada tanggal 02
Agustus 2010 di http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitasmetode-pembelajaran-direct-instruction-yang-disertai.
Purnomo, Sidik. Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction
Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun
Ajaran 2007/2008. artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di
http://digilib.uinsuka.ac.id/download.php?id=2161.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-12. Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2003.

64

Sudjana. Metoda Statistik Cet. Ke-6. Bandung : Tarsito, 2001


Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian Cet. Ke-13. Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2002.
Susanti, Rini. Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar. Pustekkom : Jurnal
Teknodik. Edisi No. 12/VII/Oktober/2003 diakses pada tanggal 19
Januari
2010
dari
http://www.pustekkom.go.id/Teknodik/t12/isi.htm#5#5.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher, 2007.
Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning. Artikel ini diakses pada
tanggal 19 Maret 2010 dari http://xpresiriau.com/teroka/artikeltulisan-pendidikan/ teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning/.
Yulaelawati, Ella. Psikologi Pendidikan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung
: Pakar Raya, 2004.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sofiyah, lahir di Tangerang 28 Juni 1985, putra dari


pasangan Bapak Abdul Azis Ismail dan Ibu Chilafiyah. Saat ini
tinggal di Jl. Tanah Seratus RT. 003. RW. 02 Sudimara Jaya
Kec. Ciledug Kab. Tangerang-Banten 15151 (Telp. 0217336262).
Pendidikan Dasar ditamatkan tahun 1999 di SDN
Sudimara Timur IV, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SLTP Fatahillah Ciledug dan lulus tahun
2001, pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2003
di SMU Muhammadiyah 1 Tangerang. Pada 03 September 2010, telah lulus dari
Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Program Studi Pendidikan Fisika.

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kelas
Jenis Tes
Jumlah Soal

Lampiran 21

INSTRUMEN TES
: Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa
: Cahaya
: VIII (Delapan)
: Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban
: 40 soal

A. Kisi-kisi Instrumen Tes


No
1
2
3
4
5

Indikator

Submateri

Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat


perambatan cahaya
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh
melalui percobaan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat
bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh
melalui percobaan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat
bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung

Perambatan
Cahaya
Hukum
Pemantulan

Jumlah

C1

Aspek Kognitif
C2
C3

C4

1,2

3,6

4,7

5,8

9,15

10,12

11,13

14,16

22,24

21,23

17,19

Jumlah

Cermin

18,20

Hukum
Pembiasan

25,27

26,30

28,29

31,32

Lensa

33,36

34,35

39,40

38,37

10

10

10

10

40

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Standar
Kompetensi
Memahami
konsep
dan
penerapan
getaran,
gelombang
dan
optika
dalam produk
teknologi
sehari-hari

Kompetensi
Dasar

Aspek Kognitif
Submateri

Indikator Soal
C1

Menyelidik
1. Perambatan 1. Menjelaskan pengertian cahaya
sifat-sifat
cahaya
cahaya
dan
2. Menjelaskan sifat-sifat cahaya
hubungannya
dengan
berbagai
3. Membedakan sinar-sinar cahaya
bentuk cermin
dan lensa

2. Menemukan
cahaya

proses

hukum

terjadinya

C4

1,2

4,8

5,6,7

11,15

pemantulan

3. Membedakan pemantulan teratur dan


pemantulan tidak teratur

C3

4. Mengamati perambatan cahaya dan


peristiwa terbentuknya bayang-bayang
umbra dan penumbra
2. Pemantulan 1. Mengamati
pemantulan
cahaya

C2

Nomor
soal

12,14,
16
9,10,
13

3. Cermin

1. Membedakan bayangan nyata dan


bayangan maya

18

2. Menjelaskan proses pembentukan dan


sifat-sifat bayangan pada cermin datar

3. Menjelaskan proses pembentukan dan


sifat-sifat bayangan pada cermin
cekung dan cermin cembung

5. Menyebutkan manfaat cermin cekung


dan cermin cembung dalam kehidupan
sehari-hari

1. Menjelaskan pengertian pembiasan

4. Mengamati peristiwa pemantulan


sempurna dalam kehidupan sehari-hari

19,21,2
3

24

20

25,27,
26

2. Mengamati arah perambatan cahaya


yang melewati dua medium
3. Menentukan indeks bias suatu medium

17,22

4. Menjelaskan hubungan antara jarak


benda, jarak bayangan, dan jarak
fokus pada cermin

4. Pembiasan
cahaya

32

28,29

2
1

31

5. Lensa

1. Menjelaskan pengertian lensa

33

37,38

3. Menjelaskan proses pembentukan dan


sifat-sifat bayangan pada lensa
cembung

35

4. Menyebutkan manfaat lensa cembung


dan lensa cekung dalam kehidupan
sehari-hari

6. Menjelaskan hubungan antara jarak


benda, jarak bayangan, dan jarak fokus
pada lensa.

34

2. Membedakan lensa cekung dan lensa


cembung

5. Menjelaskan proses pembentukan dan


sifat-sifat bayangan pada lensa cekung

30

5. Menjelaskan peristiwa fatamorgana

36

39,40

B. Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang Diukur


Indikator

Submateri

Melakukan
Perambatan
percobaan untuk Cahaya
menunjukkan sifatsifat perambatan
cahaya

Butir Soal
1. Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya, kecuali

a. Matahari
b. Kunang-kunang
c. Bintang
d. Bulan
2. Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang
a. Lurus
b. Longitudinal
c. Elektromagnetik
d. Udara
3. Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari, sehingga
pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu. Hal itu
karena sinar gelombang cahaya
a. Memerlukan medium
b. Tidak dapat dibiaskan
c. Merambat dengan arah tak tentu
d. Dapat dipantulkan

Kunci
Jawaban

Aspek
Kognitif

B*

C1

C1

C2

4. Perhatikan gambar di bawah ini :

a.
b.
c.
d.
5.

C3

C*

C4

Lilin mengeluarkan cahaya


Lilin sebagai benda cahaya
Sinar merambat lurus
Sinar keluar dari lilin

Beberapa percobaan :
1. Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan
2. Lampu yang disorotkan pada kaca bening
3. Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan.
4. Sendok yang dimasukkan ke dalam air
Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah ...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

6. Bayangan terjadi akibat


a. Cahaya merambat lurus dan mengenai banda
cahaya
b. Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak
cahaya
c. Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda
cahaya
d. Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak
cahaya

tembus
tembus
tembus

C2

C3

tembus

7.
x

Pada gambar di atas, huruf x adalah ruang


a. Bayang-bayangan
b. Bayangan
c. Umbra
d. Penumbra

8. Perhatikan gambar di bawah ini :

1.

4.
A

C4

C1

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah


Pilihan Sinar sejajar
Divergen Konvergen
a.
1
3
2
b.
1
4
3
c.
2
3
4
d.
3
4
2

Menjelaskan
Hukum
hukum pemantulan Pemantulan
yang
diperoleh
melalui percobaan

9. Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan


halus adalah pemantulan
a. Sejajar
b. Teratur

c. Difus
d. Baur
10. Akibat pemantulan beraturan
a. Menyilaukan
b. Teduh
c. Gersang
d. Redup

C2

C3

11. Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan


cahaya

a.

b.

c.

d.

12. Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul, maka sinar
pantulnya
a. Mendekati garis normal
b. Menjauhi garis normal
c. Berimpit dengan garis normal
d. Tidak berimpit dengan garis normal

C*

C2

C3

C4

13. Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur

a.

c.

b.

d.

14. Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke


cebuah cermin. Besar sudut datang dan sudut pantul adalah ...

Sudut
Sudut
datang
pantul
a.
40o
40o
b.
40o
50o
c.
50o
40o
d.
60o
50o
15. Sinar datang adalah
a. Sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda
b. Sinar yang datang pada permukaan benda
c. Sinar yang datang oleh permukaan benda
d. Sinar yang datang dari permukaan benda

B*

C1

C4

16. Perhatikan gambar di bawah ini!

Kesimpulannya adalah
a. Besar sudut datang = sudut pantul
b. Sinar datang sejajar dengan cermin
c. Besar sinar datang = sudut datang
d. Sudut datang = 90o

Mendeskripsikan
Cermin
proses
pembentukan dan
sifat-sifat
bayangan
pada
cermin
datar,
cermin
cekung,
dan
cermin
cembung

17. Sifat bayangan pada cermin datar yaitu


a. Maya
b. Tegak
c. Sama besar
d. Maya, tegak, sama besar
18. Terdapat dua jenis bayangan yaitu
a. Nyata dan maya
b. Baur dan teratur
c. Terang dan gelap
d. Pendek dan tinggi
19. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalah
a. Maya
b. Tegak
c. Maya, tegak dan diperkecil
d. Diperkecil
20. Yang tepat digunakan untuk spion kendaraan adalah
a. Cermin datar
b. Cermin cekung
c. Cermin cembung
d. Lensa cekung
21. Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah
terbalik, tegak, diperkecil. Jika dilukiskan pada gambar yang
benar adalah

D*

C2

C1

C2

C*

C1

C4

a.

b.

c.

d.

22. Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh


tubuhnya di depan cermin datar, tinggi cermin yang
diperlukan minimal
a. 160 cm
b. 80 cm
c. 60 cm
d. 40 cm

C3

D*

C4

B*

C3

23.

Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung pada


gambar di atas adalah
a. Nyata, terbalik
b. Nyata, diperkecil
c. Maya, terbalik
d. Maya, tegak, diperbesar
24. Sebuah benda terletak 30 cm di depan cermin cekung jika
jarak bayangan 60 cm, maka jarak titik fokus adalah
a. 12 cm
b. 20 cm
c. 50 cm
d. 60 cm

Menjelaskan
Hukum
hukum pembiasan Pembiasan
yang
diperoleh
berdasarkan
percobaan

25. Refraksi disebut juga dengan


a. Pemantulan cahaya
b. Pembelokkan cahaya
c. Pembiasan cahaya
e. Perambatan cahaya
26. Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak
pada kedudukan sesungguhnya. Hal itu disebabkan oleh
peristiwa
a. Pemantulan
b. Dispersi
c. Pembiasan
d. Interferensi
27. Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya
menembus dua medium yang berbeda disebut
a. Pembiasan cahaya
b. Pemantulan cahaya
c. Perambatan cahaya
d. Pembelokkan cahaya
28. Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat
cahaya dalam ruang hampa, maka nilai indeks bias zat adalah

a. C = n/Cn
b. n = C/Cn
c. n = C x Cn
d. Cn = C x n

C*

C1

C2

C1

C3

29. Cepat rambat di ruang hampa 3 x 108 m/s sedangkan di air


2,3 x 108 m/s, maka indeks bias air adalah
a. 6,9 x 1016
b. 0,7
c. 7 x 108
d. 1,3
30. Berikut ini adalah yang bukan
fatamorgana
a. Peristiwa penguraian warna
b. Peristiwa pembiasan cahaya
c. Peristiwa pemantulan sempurna
d. Peristiwa alami

proses

D*

C3

A*

C2

C4

terjadinya

31. Beberapa peristiwa :


1. fatamorgana
2. pelangi
3. pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air
4. dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya
yang termasuk pemantulan sempurna adalah
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1

32. Diantara lukisan pembiasan cahaya pada kaca tebal di bawah


ini, manakah yang paling tepat?

a.

b.
D

c.

C4

d.

Mendeskripsikan
Lensa
proses
pembentukan dan
sifat-sifat
bayangan
pada
lensa cembung dan
lensa cekung

33. Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung


dinamakan
a. Lensa
b. Cermin
c. Kacamata
d. Spion
34. Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah
a. Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya
b. Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya
c. Mengumpulkan dan meluruskan cahaya
d. Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
35. Manfaat dari lensa digunakan pada :
1. mikroskop
3. kamera
2. kacamata
4. kaca pembesar
Lensa cembung dimanfaatkan pada benda
a. 1,3,4
b. 1,2,3
c. 2,3
d. 2,4

C1

C2

A*

C2

36. Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa


cekung,
a. Tegak
b. Positif
c. Maya
d. Diperkecil

C1

C*

C4

37. Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm,
maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa
cembung adalah

a.

b.

c.

d.

38.

D
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada
gambar di atas adalah
a. Sejati, tegak
b. Sejati, terbalik
c. Maya, diperkecil
d. Maya, tegak, diperkecil

C4

39. Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm


sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa, maka titik
fokus adalah
a. 5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 20 cm
40. Rumus menentukan daya/kekuatan pada lensa jika f titik
fokus satuannya centimeter
a. f = 10/P
b. P = 10 x f
c. F = 100 x P
d. P = 100/f

C3

D*

C3

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kelas
Jenis Tes
Jumlah Soal

Lampiran 27

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


: Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa
: Cahaya
: VIII (Delapan)
: Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban
: 40 soal

A. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar


No
1
2
3
4
5

Indikator

Submateri

Melakukan percobaan untuk menunjukkan


sifat-sifat perambatan cahaya
Menjelaskan hukum pemantulan yang
diperoleh melalui percobaan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin
cekung, dan cermin cembung
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh
melalui percobaan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan
sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan
lensa cembung

Perambatan
Cahaya
Hukum
Pemantulan

Jumlah

C1

Aspek Kognitif
C2
C3

C4

Jumlah

3,6

4,7

10

11,13

14, 16

Cermin

18

19

22

21

Hukum
Pembiasan

27

26

28

31

Lensa

33, 36

34

39

38

25

B. Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang Diukur


Indikator

Submateri

Melakukan
Perambatan
percobaan untuk Cahaya
menunjukkan sifatsifat perambatan
cahaya

Butir Soal
1.

2.

3.

Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang


a. Lurus
b. Longitudinal
c. Elektromagnetik
d. Udara
Cermin diarahkan sedemikian rupa ke arah matahari, sehingga
pantulan sinar matahari mengenai dinding rumahmu. Hal itu
karena sinar gelombang cahaya
a. Memerlukan medium
b. Tidak dapat dibiaskan
c. Merambat dengan arah tak tentu
d. Dapat dipantulkan

Kunci
Jawaban

Aspek
Kognitif

C1

C2

C3

Perhatikan gambar di bawah ini :

a. Lilin mengeluarkan cahaya


b. Lilin sebagai benda cahaya

c. Sinar merambat lurus


d. Sinar keluar dari lilin
4.

Bayangan terjadi akibat


a. Cahaya merambat lurus dan mengenai banda
cahaya
b. Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak
cahaya
c. Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda
cahaya
d. Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak
cahaya

tembus
tembus
tembus

C2

C3

tembus

5.
x

Pada gambar di atas, huruf x adalah ruang


a. Bayang-bayangan
b. Bayangan
c. Umbra
d. Penumbra

6.

Menjelaskan
Hukum
hukum pemantulan Pemantulan
yang
diperoleh
melalui percobaan

7.

Perhatikan gambar di bawah ini :

1.

4.

Jenis berkas sinar yang tepat menurut gambar itu adalah


Pilihan Sinar sejajar
Divergen Konvergen
a.
1
3
2
b.
1
4
3
c.
2
3
4
d.
3
4
2
Pemantulan yang disebabkan oleh sinar datang ke permukaan
halus adalah pemantulan
a. Sejajar
b. Teratur
c. Difus
d. Baur

C4

C1

8.

9.

Akibat pemantulan beraturan


a. Menyilaukan
b. Teduh
c. Gersang
d. Redup

C2

C3

C3

Gambar manakah yang menunjukkan hukum pemantulan


teratur
a.

b.

c.

d.

10. Gambar manakah yang menunjukkan pemantulan teratur

a.

c.

b.

d.

11. Gambar menunjukkan sebuah sinar cahaya yang diarahkan ke


cebuah cermin. Besar sudut datang dan sudut pantul adalah ...

a.
b.
c.
d.

Sudut
datang
40o
40o
50o
60o

Sudut
pantul
40o
50o
40o
50o

C4

12. Perhatikan gambar di bawah ini!

C4

C1

C2

C4

Kesimpulannya adalah
a. Besar sudut datang = sudut pantul
b. Sinar datang sejajar dengan cermin
c. Besar sinar datang = sudut datang
d. Sudut datang = 90o
Mendeskripsikan
Cermin
proses
pembentukan dan
sifat-sifat
bayangan
pada
cermin
datar,
cermin
cekung,
dan
cermin
cembung

13. Terdapat dua jenis bayangan yaitu


a. Nyata dan maya
b. Baur dan teratur
c. Terang dan gelap
d. Pendek dan tinggi
14. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalah
a. Maya
b. Tegak
c. Maya, tegak dan diperkecil
d. Diperkecil
15. Bayangan yang dihasilkan pada cermin cekung adalah
terbalik, tegak, diperkecil. Jika dilukiskan pada gambar yang

benar adalah

a.

b.

c.

d.

16. Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh


tubuhnya di depan cermin datar, tinggi cermin yang
diperlukan minimal
a. 160 cm
b. 80 cm
c. 60 cm
d. 40 cm
Menjelaskan
Hukum
hukum pembiasan Pembiasan
yang
diperoleh
berdasarkan
percobaan

17. Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak


pada kedudukan sesungguhnya. Hal itu disebabkan oleh
peristiwa
a. Pemantulan
b. Dispersi
c. Pembiasan
d. Interferensi
18. Pembelokkan arah rambatan cahaya pada saat cahaya
menembus dua medium yang berbeda disebut
a. Pembiasan cahaya
b. Pemantulan cahaya
c. Perambatan cahaya
d. Pembelokkan cahaya
19. Diketahui Cn = cepat rambat dalam zat dan C = cepat rambat
cahaya dalam ruang hampa, maka nilai indeks bias zat adalah

a. C = n/Cn
b. n = C/Cn

C3

C2

C1

C3

c. n = C x Cn
d. Cn = C x n
20. Beberapa peristiwa :
1. fatamorgana
2. pelangi
3. pensil terlihat tampak membengkok di dalam gelas yang
berisi air
4. dasar kolam yang airnya bening lebih dangkal daripada
kedalaman sebenarnya
yang termasuk pemantulan sempurna adalah
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
Mendeskripsikan
Lensa
proses
pembentukan dan
sifat-sifat
bayangan
pada
lensa cembung dan
lensa cekung

21. Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung


dinamakan
a. Lensa
b. Cermin
c. Kacamata
d. Spion
22. Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah
a. Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya
b. Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya
c. Mengumpulkan dan meluruskan cahaya
d. Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya

C4

C1

C2

23. Sifat bayangan benda yang tidak


cekung,
a. Tegak
b. Positif
c. Maya
d. Diperkecil

dihasilkan oleh lensa

C1

C4

C3

24.

Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada


gambar di atas adalah
a. Sejati, tegak
b. Sejati, terbalik
c. Maya, diperkecil
d. Maya, tegak, diperkecil
25. Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm
sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa, maka titik
fokus adalah
a. 5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 20 cm

Lampiran 1

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
1. Data Pretest Kelas Kontrol
24

32

36

44

44

44

48

48

48

48

52

52

52

52

52

52

52

52

52

56

56

56

56

56

56

56

56

60

60

60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24.
2. Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R)

= Xmax Xmin
= 60 24
= 36

3. Banyaknya Kelas Interval


Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,47
= 1 + 4,85
= 5,85
6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7.

4. Menentukan Panjang Kelas Kontrol


Panjang Kelas (P)

R
K

36
7

= 5,14
6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
5. Tabel Distribusi
Kelas
Interval
24 - 29
30 - 35
36 - 41
42 - 47
48 - 53
54 - 59
60 - 65

Batas
Kelas
23,5
29,5
35,5
41,5
47,5
53,5
59,5

Nilai Tengah
(Xi)
26,5
32,5
38,5
44,5
50,5
56,5
62,5

Frekuensi
(fi)
1
1
1
3
13
8
3

Jumlah ()

Frekuensi
Kumulatif
1
2
3
6
19
27
30

Xi2
702,25
1056,25
1482,25
1980,25
2550,25
3192,25
3906,25

6. Menentukan Harga Mean ( x )


=

f x i 1527
=
= 50 ,9
f
30

7. Menentukan Harga Median (Me)


Me

Me

Me

Me

1 n fk

b + p 2

1 30 27
47 ,5 + 7 2
13

15 27
47 ,5 + 7

13
47 ,5 6 ,5

Me

41

fi . Xi2

26,5
702,25
32,5 1056,25
38,5 1482,25
133,5 5940,75
656,5 33153,25
452
25538
187,5 11718,75

1527 79591,5

30

fi . Xi

8. Menentukan Modus (Mo)


M

b1

b + p
b
b
+
2
1
10
47 , 5 + 7

10 + 5
47 , 5 + 4 , 7

52 , 2

9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku


=

n fi. Xi 2 ( fi. Xi )
n(n 1)

SD

30(79591,5) (1527 )
30(30 1)

SD

2387745 2331729
870

SD

56016
870

SD

64,4

SD

= 8,02

SD

Lampiran 2

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku


Skor Tes Belajar Fisika pada Kelas Kontrol

1. Data Posttest Kelas Kontrol


20

24

32

32

32

36

36

40

40

40

40

40

40

40

44

44

48

48

48

48

48

52

52

56

60

64

64

64

64

68

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20.
2. Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R)

= Xmax Xmin
= 68 20
= 48

3. Banyaknya Kelas Interval


Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,47
= 1 + 4,85
= 5,85
6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7.

4. Menentukan Panjang Kelas Kontrol


Panjang Kelas (P)

R
K

48
7

= 6,86
7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7.
5. Tabel Distribusi
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kelas Batas Nilai Tengah


Interval Kelas
(Xi)
20 - 26 19,5
23
27 - 33 26,5
30
34 - 40 33,5
37
41 - 47 40,5
44
48 - 54 47,5
51
55 - 61 54,5
58
62 - 68 61,5
65

Frekuensi
(fi)
1
4
9
7
2
2
5

Jumlah ()

Frekuensi
Kumulatif
1
5
14
21
23
25
30

30

6. Menentukan Harga Mean ( x )


x =

f xi 1327
=
= 44,23
f
30

7. Menentukan Harga Median (Me)

Me

1 n fk

= b + p 2

1 30 23

= 40,5 + 7 2

15 23
= 40,5 + 7

7
= 40,5 8

Me

= 32,5

Me

Me
Me

Xi2

fi . Xi

fi . Xi2

529
900
1369
1936
2601
3364
4225

23
120
333
308
102
116
325

529
3600
12321
13552
5202
6728
21125

1327

63057

8. Menentukan Modus (Mo)


M

b1
b + p
b1 + b 2
5
33 , 5 + 7
5+ 2
33 , 5 + 5

38 , 5

9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku


SD

n fi. Xi 2 ( fi. Xi )
n(n 1)

SD

30(63057) (1327 )
30(30 1)

SD

1891710 1760929
870

SD

130781
870

SD

150,23

SD

= 12,26

Lampiran 3

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku


Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1. Data Pretest Kelas Eksperimen


44

44

44

48

48

48

48

52

52

52

52

52

52

52

56

56

56

56

56

56

56

56

56

56

56

56

60

60

60

60

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44.
2. Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R)

= Xmax Xmin
= 60 44
= 16

3. Banyaknya Kelas Interval


Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,47
= 1 + 4,85
= 5,85
6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7.

4. Menentukan Panjang Kelas Kontrol


Panjang Kelas (P)

R
K

17
6

= 2,28
3
Sehingga panjang kelasnya adalah 3.
5. Tabel Distribusi
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kelas Batas Nilai Tengah


Interval Kelas
(Xi)
45
44 - 46 43,5
47 - 49 46,5
48
51
50 - 52 49,5
53 - 55 52,5
54
57
56 - 58 55,5
60
59 - 61 58,5
62 - 64 61,5
63

Frekuensi
(fi)
3
4
7
0
12
4
0

Jumlah ()

Frekuensi
Kumulatif
3
7
14
14
26
30
30

30

6. Menentukan Harga Mean ( x )


f x i 1608
=
= 53.6
f
30

x =

7. Menentukan Harga Median (Me)


Me

Me

Me

Me

1 n fk

b + p 2

1 30 30

55,5 + 7 2

12

15 30
55,5 + 7

12
55,5 8,75

Me

46,75

Xi

2025
2304
2601
2916
3249
3600
3969

fi . Xi

fi . Xi

135
192
357
0
684
240
0

6075
9216
18207
0
38988
14400
0

1608

86886

8. Menentukan Modus (Mo)


M

b1

b + p
b
+
b
2
1
12
55 , 5 + 7

12 + 8
55 , 5 + 4 , 2

59 , 7

9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku


=

n fi. Xi 2 ( fi. Xi )
n(n 1)

SD

30(86886) (1608)
30(30 1)

SD

2606580 2585664
870

SD

20916
870

SD

24,04

SD

SD

4,9

Lampiran 4

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku


Skor Tes Hasil Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

1. Data Posttest Kelas Eksperimen


32

44

48

56

56

56

64

64

64

64

64

68

68

68

68

68

68

68

68

68

68

72

72

72

76

76

76

76

76

80

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32.
2. Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R)

= Xmax Xmin
= 80 32
= 48

3. Banyaknya Kelas Interval


Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,47
= 1 + 4,85
= 5,85
6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7.

4. Menentukan Panjang Kelas Kontrol


Panjang Kelas (P)

R
K

48
7

= 6,86
7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7.
5. Tabel Distribusi
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kelas Batas Nilai Tengah


Interval Kelas
(Xi)
35
32 - 38 31,5
39 - 45 38,5
42
49
46 - 52 45,5
53 - 59 52,5
56
63
60 - 66 59,5
70
67 - 73 66,5
74 - 80 73,5
77

Frekuensi
(fi)
1
1
1
3
15
3
6

Jumlah ()

Frekuensi
Kumulatif
1
2
3
6
21
24
30

30

6. Menentukan Harga Mean ( x )


f x i 1911
=
= 63,7
f
30

x =

7. Menentukan Harga Median (Me)


1 n fk

b + p 2

1 30 24

59,5 + 7 2

15

15 24
59,5 + 7

15
59,5 4,2

Me

Me

Me

Me

Me

= 55,3

Xi

1225
1764
2401
3136
3969
4900
5929

fi . Xi

fi . Xi

35
42
49
168
945
210
462

1225
1764
2401
9408
59535
14700
35574

1911

124607

8. Menentukan Modus (Mo)

Mo

b1

= b + p
b
b
+
2
1
12
= 59,5 + 7

12 + 12
= 59,5 + 3,5

Mo

= 63

Mo
Mo

9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku


SD =

n fi. Xi 2 ( fi. Xi )
n(n 1)

SD =

30(124607 ) (1911)
30(30 1)

SD =

3738210 3651921
870

SD =

86289
870

SD =

99,18

SD = 9,96

Lampiran 5

Proses Penghitungan Uji Normalitas


Skor Pretest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :


a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Zi

Xi X
S

Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata

S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
S (Z i )

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,......, Z n yang Z i


n

4) Menghitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih.

c. Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05.
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan :
Nilai Rata-rata ( X )

= 50,9

Simpangan Baku (S) = 8,02


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Data (Xi)
24
32
36
44
44
44
48
48
48
48
52
52
52
52
52
52
52
52
52
56
56
56
56
56
56
56
60
60
60
60

Zi
-3,35
-2,36
-1,86
-0,86
-0,86
-0,86
-0,36
-0,36
-0,36
-0,36
0,137
0,137
0,137
0,137
0,137
0,137
0,137
0,137
0,137
0,636
0,636
0,636
0,636
0,636
0,636
0,636
1,135
1,135
1,135
1,135

F(Zi)
0,0004
0,0091
0,0314
0,1949
0,1949
0,1949
0,3594
0,3594
0,3594
0,3594
0,5557
0,5557
0,5557
0,5557
0,5557
0,5557
0,5557
0,5557
0,5557
0,7389
0,7389
0,7389
0,7389
0,7389
0,7389
0,7389
0,8729
0,8729
0,8729
0,8729

S(Zi) [F(Zi) - S(Zi)


0,0333
0,0329
0,0667
0,0576
0,1
0,0686
0,2
0,0051
0,2
0,0051
0,2
0,0051
0,3333
0,0261
0,3333
0,0261
0,3333
0,0261
0,3333
0,0261
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,6333
0,0776
0,8667
0,1278
0,8667
0,1278
0,8667
0,1278
0,8667
0,1278
0,8667
0,1278
0,8667
0,1278
0,8667
0,1278
1
0,1271
1
0,1271
1
0,1271
1
0,1271

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [0,1278].
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
0,05 yaitu 0,161.
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah :
Tolak H0, jika L0 > Ltabel
Terima H0, jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1278 < 0,161. hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal.

Lampiran 6

Proses Penghitungan Uji Normalitas


Skor Posttest pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :


a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Zi

Xi X
S

Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata

S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
S (Z i )

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,......, Z n yang Z i


n

4) Menghitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih.

c. Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05.
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan :
Nilai Rata-rata ( X )

= 44,23

Simpangan Baku (S) = 12,26


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Data (Xi)
20
24
32
32
32
36
36
40
40
40
40
40
40
40
44
44
48
48
48
48
48
52
52
56
60
64
64
64
64
68

Zi
-1.98
-1.65
-1
-1
-1
-0.67
-0.67
-0.35
-0.35
-0.35
-0.35
-0.35
-0.35
-0.35
-0.02
-0.02
0.308
0.308
0.308
0.308
0.308
0.634
0.634
0.96
1.286
1.613
1.613
1.613
1.613
1.939

F(Zi)
0.0239
0.0495
0.1587
0.1587
0.1587
0.2514
0.2514
0.3632
0.3632
0.3632
0.3632
0.3632
0.3632
0.3632
0.492
0.492
0.6217
0.6217
0.6217
0.6217
0.6217
0.7357
0.7357
0.8315
0.9015
0.9463
0.9463
0.9463
0.9463
0.9738

S(Zi)
0.0333
0.0667
0.3
0.3
0.3
0.2333
0.2333
0.4667
0.4667
0.4667
0.4667
0.4667
0.4667
0.4667
0.5333
0.5333
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7667
0.7667
0.8
0.8333
0.9667
0.9667
0.9667
0.9667
1

[F(Zi) - S(Zi)]
0.0094
0.0172
0.1413
0.1413
0.1413
0.0181
0.0181
0.1035
0.1035
0.1035
0.1035
0.1035
0.1035
0.1035
0.0413
0.0413
0.0783
0.0783
0.0783
0.0783
0.0783
0.031
0.031
0.0315
0.0682
0.0204
0.0204
0.0204
0.0204
0.0262

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [0,1413].
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
0,05 yaitu 0,161.
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah :
Tolak H0, jika L0 > Ltabel
Terima H0, jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1413 < 0,161. hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal.

Lampiran 7

Proses Penghitungan Uji Normalitas


Skor Pretest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :


a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Zi

Xi X
S

Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata

S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
S (Z i )

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,......, Z n yang Z i


n

4) Menghitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih.

c. Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05.
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan :
Nilai Rata-rata ( X )

= 53,6

Simpangan Baku (S) = 4,9


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Data (Xi)
44
44
44
48
48
48
48
52
52
52
52
52
52
52
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
60
60
60
60

Zi
-1,94
-1,94
-1,94
-1,09
-1,09
-1,09
-1,09
-0,23
-0,23
-0,23
-0,23
-0,23
-0,23
-0,23
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
0,617
1,468
1,468
1,468
1,468

F(Zi)
0,0262
0,0262
0,0262
0,1379
0,1379
0,1379
0,1379
0,409
0,409
0,409
0,409
0,409
0,409
0,409
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,7324
0,9292
0,9292
0,9292
0,9292

S(Zi)
0,1
0,1
0,1
0,2333
0,2333
0,2333
0,2333
0,4667
0,4667
0,4667
0,4667
0,4667
0,4667
0,4667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
0,8667
1
1
1
1

[F(Zi) - S(Zi)]
0,0738
0,0738
0,0738
0,0954
0,0954
0,0954
0,0954
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,1343
0,0708
0,0708
0,0708
0,0708

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [0,1343].
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
0,05 yaitu 0,161.
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah :
Tolak H0, jika L0 > Ltabel
Terima H0, jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1343 < 0,161. hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal.

Lampiran 8

Proses Penghitungan Uji Normalitas


Skor Posttest pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :


a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Zi

Xi X
S

Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata

S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
S (Z i )

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,......, Z n yang Z i


n

4) Menghitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih.

c. Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05.
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan :
Nilai Rata-rata ( X )

= 63,7

Simpangan Baku (S) = 9,96


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Data (Xi)
32
44
48
56
56
56
64
64
64
64
64
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
72
72
72
76
76
76
76
76
80

Zi
-3,18
-1,98
-1,58
-0,77
-0,77
-0,77
0,03
0,03
0,03
0,03
0,03
0,432
0,432
0,432
0,432
0,432
0,432
0,432
0,432
0,432
0,432
0,833
0,833
0,833
1,235
1,235
1,235
1,235
1,235
1,637

F(Zi)
0,0007
0,0239
0,0571
0,2206
0,2206
0,2206
0,512
0,512
0,512
0,512
0,512
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,6664
0,7967
0,7967
0,7967
1,3907
1,3907
1,3907
1,3907
1,3907
0,9495

S(Zi)
0,0333
0,0667
0,1
0,2
0,2
0,2
0,3667
0,3667
0,3667
0,3667
0,3667
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,8
0,8
0,8
0,9667
0,9667
0,9667
0,9667
0,9667
1

[F(Zi) - S(Zi)]
0,0326
0,0428
0,0429
0,0206
0,0206
0,0206
0,1453
0,1453
0,1453
0,1453
0,1453
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0336
0,0033
0,0033
0,0033
0,424
0,424
0,424
0,424
0,424
0,0505

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [0,1453].
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
0,05 yaitu 0,161.
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah :
Tolak H0, jika L0 > Ltabel
Terima H0, jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1453 < 0,161. hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal.

Lampiran 9

Penghitungan Homogenitas Data Pretest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians,


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel
Eksperimen
Kontrol

db = (n-1)
29
29
58

S2
24,01
64,32

Log S2
1,38
1,81

1. Menghitung varians gabungan dengan rumus :


S

S2
S2
S

( n 1)1 S 12 + ( n 1)2 S 22
=
( n 1)1 + ( n 1)2

(29)24,01 + (29 )64,23

=
(29) + (29)

696,29 + 1862,67
58
2558,96
=
= 44,12
58

2. Log S2

= Log 44,12
= 1,64

3. B (Nilai Bartlett) =

Log S 2 (n 1)

= 1,64 x 58
= 95,12

(db). Log S2
40,02
52,49
92,51

4. Menghitung X2 Hitung
X2

X2

X2

(ln 10) {B (db ) Log S 2 }


2,3 (95,12 95,51)
2,3 ( 0,39) = 0,897

5. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel, untuk = 0,05 dengan derajat


kebebasan (db) = k 1 = 2 1 = 1 , sehingga X2 tabel = 3,84
6. Kriteria pengujian :
Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung < dari X2 tabel, maka data dinyatakan homogen
7. Kesimpulan :
Jadi, karena X2 hitung < X2 tabel yaitu -0,897 < 3,84
Maka data tersebut bersifat Homogen.

Lampiran 10

Penghitungan Homogenitas Data Posttest

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians,


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel
Eksperimen
Kontrol

db = (n-1)
29
29
58

S2
99,2016
150,3076

Log S2
1,9965
2,1769

1. Menghitung varians gabungan dengan rumus :

S2
S2
S

( n 1)1 S 12 + ( n 1)2 S 22
=
( n 1)1 + ( n 1)2

(29 )99,2016 + (29 )150,3076

=
(
)
(
)
+
29
29

2876,8464 + 4358,9204
=
58
7235,7668
=
= 124,7546
58

2. Log S2

= Log 124,7546
= 2,0961

3. B (Nilai Bartlett) =

Log S 2 (n 1)

= 2,0961 x 58
= 121,5713

(db). Log S2
57,8985
63,1301
121,0286

4. Menghitung X2 Hitung
X2

X2

X2

(ln 10) {B (db ) Log S 2 }


2,3 (121,5713 121,0286)
2,3 (0,5427 ) = 1,25

5. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel, untuk = 0,05 dengan derajat


kebebasan (db) = k 1 = 2 1 = 1 , sehingga X2 tabel = 3,84
6. Kriteria pengujian :
Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung < dari X2 tabel, maka data dinyatakan homogen
7. Kesimpulan :
Jadi, karena X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,25 < 3,84
Maka data tersebut bersifat Homogen.

Lampiran 11

Pengujian Hipotesis Pretest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui :


N1
X1
S12

= 30
= 53,6
= 24,01

N2
X2
S 22

= 30
= 50,9
= 64,32

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus :

X1 X 2

1
1
+
n1 n2

Menentukan Standar Deviasi Gabungan :

(n

1 )S 12 + (n 2 )S 22
(n 1 + n 2 ) 2

(29 ) 24 , 01 + (29 ) 64 , 32
(30 + 30 ) 2

696 , 29 + 1865 , 28
58

2561 , 57
58

44 ,165

6 , 646

Maka t adalah :
t

53,6 50,9
6,646

2,7
6,646

1
1
+
30 30

= 1,574

2
30

2,7
6,646(0,258)

2,7
1,715

Kesimpulan :
Kriteria Pengujian Hipotesis :
: t tabel t hitung t

Jika

tabel

= Terima Ho, Tolak Ha

t tabel < t hitung atau t tabel < t hitung = Terima Ha, Tolak Ho
Dimana : Ha : terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika
siswa.
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar
fisika siswa.
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1,574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 2,04. Karena kriteria pengujian adalah t tabel t
hitung

tabel

= 2,00 1,574 2,00 maka terima Ho dan tolak Ha. Dengan

demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung


(Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa.

Lampiran 12

Pengujian Hipotesis Posttest

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui :


= 30
= 63,7
= 99,2016

N1
X1
S12

N2
X2
S 22

= 30
= 44,23
= 150,3076

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus :


t

X1 X 2

1
1
+
n1 n2

Menentukan Standar Deviasi Gabungan :


S

( n 1 )1 S 2 + ( n 1 )2 S 22
( n 1 )1 + ( n 1 )2
(29 )99 , 2016 + (29 )150 ,3076
(29 ) + (29 )
1

2876 ,8464 + 4358 , 9204


58
7235 , 7668
=
58
11 ,1694

124 , 7546

Maka t adalah :
t

63,7 44,23
11,1694

19,47
11,1694

1
1
+
30 30

= 6,7564

2
30

19,47
11,1694(0,258)

19,47
2,8817

Kesimpulan :
Kriteria Pengujian Hipotesis :
Jika

: t tabel t hitung t

tabel

= Terima Ho, Tolak Ha

t tabel < t hitung atau t tabel < t hitung = Terima Ha, Tolak Ho
Dimana :

Ha : terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model


pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil
belajar fisika siswa.
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil
belajar fisika siswa.

Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 6,76 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 2,00. Karena kriteria pengujian adalah t tabel < t
hitung

atau t

tabel

<t

hitung

= -2,00 < 6,76 atau 2,00 < 6,76 maka terima Ha dan

tolak H0. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa.

Lampiran 13

Nilai Normal Gain(N-Gain) Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini :


N gain =

nilai posttest nilai pretest


nilai maksimum nilai pretest

Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut :


a. g-tinggi

: nilai G 0,70

b. g-sedang : nilai 0,30 G > 0,70


c. g-rendah : nilai G < 0,30
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Rsp
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD

Nilai
Pretest
52
48
52
52
44
56
32
56
48
48
52
48
58
56
52
56
60
56
52
24
44
52
52
56
44
56
56
52
60
36

Nilai
Posttest
36
48
40
32
36
40
32
52
32
40
40
48
40
48
40
68
44
24
44
20
64
48
60
64
52
48
40
64
56
64
1364

N-gain
Kontrol
-0.33
0
-0.25
-0.42
-0.14
-0.36
0
-0.09
-0.31
-0.15
-0.25
0
-0.43
-0.18
-0.25
0.27
-0.4
-0.73
-0.17
-0.05
0.36
-0.08
0.17
0.18
0.14
-0.18
-0.36
0.25
-0.1
0.44

Kategori

Rsp

rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
sedang
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
sedang

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD

Nilai
Pretest
52
60
56
52
44
52
56
52
44
56
52
48
44
56
56
56
56
48
60
56
52
56
52
52
60
60
48
56
56
56

Nilai
Posttest
56
56
64
64
64
68
64
68
32
68
76
72
56
68
68
80
76
68
68
48
76
44
72
76
64
68
76
68
68
72
1968

N-gain
Eksp
0.0833
-0.1
0.1818
0.25
0.3571
0.3333
0.1818
0.3333
-0.2143
0.2727
0.5
0.4615
0.2143
0.2727
0.2727
0.5455
0.4545
0.3846
0.2
-0.1818
0.5
-0.2727
0.4167
0.5
0.1
0.2
0.5385
0.2727
0.2727
0.3636

Kategori
rendah
rendah
rendah
rendah
sedang
sedang
rendah
sedang
rendah
sedang
sedang
sedang
rendah
rendah
rendah
sedang
sedang
sedang
rendah
rendah
sedang
rendah
sedang
sedang
rendah
rendah
sedang
rendah
rendah
sedang

Lampiran 14

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku


Normal Gain pada Kelas Kontrol

1. Data Normal Gain Kelas Kontrol


-0,73

-0,43

-0,42

-0,4

-0,36

-0,36

-0,33

-0,31

-0,25

-0,25

-0,25

-0,18

-0,18

-0,17

-0,15

-0,14

-0,1

-0,09

-0,08

-0,05

0,14

0,17

0,18

0,25

0,27

0,36

0,44

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 0,44 dan
nilai minimum (Xmin) adalah -0,73.
2. Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R)

= Xmax Xmin
= 0,44 (-0,73)
= 1,17

3. Banyaknya Kelas Interval


Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,47
= 1 + 4,85
= 5,85
6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7.

4. Menentukan Panjang Kelas Kontrol


Panjang Kelas (P)

R
K

1,17
7

= 0,167
0,17
Sehingga panjang kelasnya adalah 0,17.
5. Tabel Distribusi
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kelas
Interval
-0,73 - -0,57
-0,56 - -0,40
-0,39 - -0,23
-0,22 - -0,06
-0,05 - 0,11
0,12 - 0,28
0,29 - 0,45

Batas
Kelas

Nilai Tengah
(Xi)
-0,65
-0,48
-0,31
-0,14
0,03
0,2
0,37

-1,23
-1,06
-0,89
-0,72
-0,55
-0,38
-0,21

Frekuensi
(fi)
1
3
7
8
4
5
2

Jumlah ()

Frekuensi
Kumulatif
1
4
11
19
23
28
30

30

6. Menentukan Harga Mean ( x )


x =

f xi 3,52
=
= 0,117
f
30

7. Menentukan Harga Median (Me)

Me

1 n fk

= b + p 2

1 30 23

= 0,72 + 7 2

15 23
= 0,72 + 7

8
= 0,72 + (7)

Me

= 7,72

Me

Me
Me

Xi

0,4225
0,2304
0,0961
0,0196
0,0009
0,04
0,1369

fi . Xi

fi . Xi

-0,65
-1,44
-2,17
-1,12
0,12
1
0,74

0,4225
0,6912
0,6727
0,1568
0,0036
0,2
0,2738

-3,52 2,421

8. Menentukan Modus (Mo)


M

b1

b + p
b
b
+
2
1
1
0 , 72 + 7

1+ 4
0 , 72 + 1, 4

0 , 68

9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku


=

n fi. Xi 2 ( fi. Xi )
n(n 1)

SD

30(2,421) ( 3,52)
30(30 1)

SD

72,63 12,3904
870

SD

60,2396
870

SD

0,0692

SD

= 0,26

SD

Lampiran 15

Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku


Normal Gain pada Kelas Eksperimen

1. Data Normal Gain Kelas Eksperimen


-0,27

-0,21

-0,18

-0,1

0,08

0,1

0,18

0,18

0,2

0,2

0,21

0,25

0,27

0,27

0,27

0.27

0,27

0,33

0,33

0,33

0,36

0,36

0,38

0,42

0,46

0,5

0,5

0,5

0,54

0,55

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 0,55 dan
nilai minimum (Xmin) adalah -0,27.
2. Menentukan Rentang Kelas
Rentang Kelas (R)

= Xmax Xmin
= 0,55 (-0,27)
= 0,82

3. Banyaknya Kelas Interval


Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,47
= 1 + 4,85
= 5,85
6 atau 7
Sehingga banyaknya kelas adalah 7.

4. Menentukan Panjang Kelas Eksperimen


Panjang Kelas (P)

R
K

0,82
7

= 0,117
0,12
Sehingga panjang kelasnya adalah 0,12.
5. Tabel Distribusi
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kelas
Interval
-0,27 - -0,16
-0,15 - -0,04
-0,03 - 0,08
0,09 - 0,20
0,21 - 0,32
0,33 - 0,44
0,45 - 0,56

Batas
Kelas

Nilai Tengah
(Xi)
-0,22
-0,1
0,05
0,15
0,27
0,39
0,51

-0,77
-0,65
-0,53
-0,41
-0,29
-0,17
-0,05

Frekuensi
(fi)
3
1
1
5
7
7
6

Jumlah ()

Frekuensi
Kumulatif
3
4
5
10
17
24
30

30

6. Menentukan Harga Mean ( x )


x =

f xi 7,72
=
= 0,257 0,26
f
30

7. Menentukan Harga Median (Me)

Me

1 n fk

= b + p 2

1 30 24

= 0,29 + 7 2

15 24
= 0,29 + 7

7
= 0,29 + (9)

Me

Me

Me
Me

9,29

Xi

0,0484
0,01
0,0025
0,0225
0,0729
0,1521
0,2601

fi . Xi

fi . Xi

-0,66
-0,1
0,05
0,75
1,89
2,73
3,06

0,1452
0,01
0,0025
0,1125
0,5103
1,0647
1,5606

7,72

3,406

8. Menentukan Modus (Mo)


M

b1

b + p
b
b
+
2
1
2
0 , 29 + 7

2+0
0 , 29 + 7

6 , 71

9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku


SD =

n fi. Xi 2 ( fi. Xi )
n(n 1)

SD =

30(3,406) (7,72)
30(30 1)

SD =

102,18 59,5984
870

SD =

42,5816
870

SD =

0,0489

SD = 0,22

Lampiran 16

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Kontrol

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :


a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Zi

Xi X
S

Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata

S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
S (Z i )

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,......, Z n yang Z i


n

4) Menghitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih.

c. Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05.
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan :
Nilai Rata-rata ( X )

= -0,117

Simpangan Baku (S) = 0,26


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Data (Xi)
-0,73
-0,43
-0,42
-0,4
-0,36
-0,36
-0,33
-0,31
-0,25
-0,25
-0,25
-0,18
-0,18
-0,17
-0,15
-0,14
-0,1
-0,09
-0,08
-0,05
0
0
0
0,14
0,17
0,18
0,25
0,27
0,36
0,44

Zi
-2,37
-1,21
-1,17
-1,1
-0,94
-0,94
-0,83
-0,75
-0,52
-0,52
-0,52
-0,25
-0,25
-0,21
-0,13
-0,1
0,058
0,096
0,135
0,25
0,442
0,442
0,442
0,981
1,096
1,135
1,404
1,481
1,827
2,135

F(Zi)
0,0089
0,1131
0,121
0,1357
0,1736
0,1736
0,2033
0,2266
0,3015
0,3015
0,3015
0,4013
0,4013
0,4168
0,4483
0,4602
0,5239
0,5398
0,5517
0,5987
0,67
0,67
0,67
0,8365
0,8643
0,8708
0,9192
0,9306
0,9664
0,9834

S(Zi)
0,0333
0,0667
0,1
0,1333
0,2
0,2
0,2333
0,2667
0,3667
0,3667
0,3667
0,4333
0,4333
0,4667
0,5
0,5333
0,5667
0,6
0,6333
0,6667
0,7667
0,7667
0,7667
0,8
0,8333
0,8667
0,9
0,9333
0,9667
1

[F(Zi) - S(Zi)]
0,0244
0,0464
0,021
0,0024
0,0264
0,0264
0,03
0,0401
0,0652
0,0652
0,0652
0,032
0,032
0,0499
0,0517
0,0731
0,0428
0,0602
0,0816
0,068
0,0967
0,0967
0,0967
0,0365
0,031
0,0041
0,0192
0,0027
0,0003
0,0166

Harga L0 (Nilai Uji N-Gain) diambil dari nilai yang paling besar diantara hargaharga mutlak yaitu [0,0967].
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
0,05 yaitu 0,161.
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah :
Tolak H0, jika L0 > Ltabel
Terima H0, jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,0967 < 0,161. Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal.

Lampiran 17

Proses Penghitungan Uji Normalitas N-Gain pada Kelas Eksperimen

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :


a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Zi

Xi X
S

Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata

S = Simpangan Baku
2) Untuk setiap bilangan baku dengan menggunakan distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
S (Z i )

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,......, Z n yang Z i


n

4) Menghitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya


tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih.

c. Menentukan harga Ltabel


Dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05.
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan :
Nilai Rata-rata ( X )

= 0,26

Simpangan Baku (S) = 0,22


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Data (Xi)
-0,27
-0,21
-0,18
-0,1
0,08
0,1
0,18
0,18
0,2
0,2
0,21
0,25
0,27
0,27
0,27
0,27
0,27
0,33
0,33
0,36
0,36
0,38
0,42
0,45
0,46
0,5
0,5
0,5
0,54
0,55

Zi
-2,41
-2,14
-2
-1,64
-0,82
-0,73
-0,36
-0,36
-0,27
-0,27
-0,23
-0,05
0,045
0,045
0,045
0,045
0,045
0,318
0,318
0,455
0,455
0,545
0,727
0,864
0,909
1,091
1,091
1,091
1,273
1,318

F(Zi)
0,008
0,0162
0,0228
0,0505
0,2061
0,2327
0,3594
0,3594
0,3936
0,3936
0,409
0,4801
0,5199
0,5199
0,5199
0,5199
0,5199
0,6255
0,6255
0,6736
0,6736
0,7088
0,7673
0,8051
0,8186
0,8621
0,8621
0,8621
0,898
0,9066

S(Zi)
0,03
0,07
0,1
0,13
0,17
0,2
0,27
0,27
0,33
0,33
0,37
0,4
0,57
0,57
0,57
0,57
0,57
0,63
0,63
0,7
0,7
0,73
0,77
0,8
0,83
0,93
0,93
0,93
0,97
1

[F(Zi) - S(Zi)]
0,0253
0,0505
0,0772
0,0828
0,0394
0,0327
0,0927
0,0927
0,0603
0,0603
0,0423
0,0801
0,0468
0,0468
0,0468
0,0468
0,0468
0,0078
0,0078
0,0264
0,0264
0,0245
0,0006
0,0051
0,0147
0,0712
0,0712
0,0712
0,0687
0,0934

Harga L0 (Nilai Uji Normalitas) diambil dari nilai yang paling besar diantara
harga-harga mutlak yaitu [0,0934].
Harga Ltabel ditentukan dari harga kritis untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan
0,05 yaitu 0,161.
Kriteria pengujian untuk Uji Normalitas adalah :
Tolak H0, jika L0 > Ltabel
Terima H0, jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,0934 < 0,161. Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal.

Lampiran 18

Penghitungan Homogenitas N-Gain

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Dua Varians,


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel Distribusi Varians Gabungan
Sampel
Eksperimen
Kontrol

db = (n-1)
29
29
58

S2
0,0481
0,0694

Log S2
-1,318
-1,159

1. Menghitung varians gabungan dengan rumus :


S

S2
S2
S

( n 1)1 S 12 + ( n 1)2 S 22
=
( n 1)1 + ( n 1)2

(29)0,0481 + (29)0,0694

=
(29) + (29)

1,3949 + 1862,672,0216
58
3,4075
=
= 0,05875
58

2. Log S2

= Log 0,05875
= -1,231

3. B (Nilai Bartlett) =

Log S 2 (n 1)

= -1,231 x 58
= -71,398

(db). Log S2
-38,222
-33,611
-71,833

4. Menghitung X2 Hitung
X2

X2

X2

(ln 10) {B (db ) Log S 2 }


2,3 ( 71,398 (71,833)
2,3 (0,435) = 1,0005

5. Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel, untuk = 0,05 dengan derajat


kebebasan (db) = k 1 = 2 1 = 1 , sehingga X2 tabel = 3,84
6. Kriteria pengujian :
Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung < dari X2 tabel, maka data dinyatakan homogen
7. Kesimpulan :
Jadi, karena X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,0005 < 3,84
Maka data tersebut bersifat Homogen.

Lampiran 19

Penghitungan Uji Hipotesis Normal Gain Kelas Kontrol dan


Kelas Eksperimen

Kategori peningkatan hasil belajar diperoleh dari Gain Ternormalisasi.


Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Hipotesis :
Ha

: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretestposttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

H0

: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretestposttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol.

Jika

t tabel t hitung t

tabel

= Terima Ho, Tolak Ha

t tabel < t hitung atau t tabel < t hitung = Terima Ha, Tolak Ho
2. Hipotesis Statistik :
Ha

1 2

H0

1 = 2

3. Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Kontrol


X

f . x i 3,52
=
= 0,117
f
30

4. Menentukan Nilai Rata-rata (Mean) Kelas Eksperimen


X

f . x i 7,69
=
= 0,256
f
30

5. Menghitung Nilai thitung dengan cara :

a. Menghitung Standar Deviasi Gabungan :


S

( n 1)1 S12 + ( n 1)2 S 22


=
( n 1)1 + ( n 1)2

S2

(29)0,0481 + (29 )0,0694

=
(29) + (29)

0,05875

= 0,2424

X1 X 2

=
S

1
1
+
n1 n 2

0,26 ( 0,117 )

1
1
+
30 30
0,377
=
0,2424(0,258)
0,377
=
= 6,032
0,0625
0,2424

t
t hitung

6. Menentukan Nilai ttabel dengan ketentuan :


= 0,05

= (n1 + n2) 2
= (30 + 30) 2
= 58

Maka diperoleh ttabel sebesar = 2,00


7. Membandingkan Nilai antara thitung dengan ttabel
-ttabel < thitung atau ttabel < thitung = -2,00 < 6,032 atau 2,00 < 6,032
maka terima Ha dan tolak H0.
8. Kesimpulan :
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest posttest kelas kontrol.

Lampiran 28

Konsep Cahaya
A. Cahaya Merambat Lurus
Kita dapat melihat benda-benda yang ada di sekililing kita karena
ada cahaya yang masuk ke mata kita. Karena ada cahaya matahari, hari
menajdi siang (terang); karena ada cahaya lampu, ruangan menjadi
terang, dan sebagainya. Bagaimana cahaya-cahaya tersebut dapat
masuk ke mata kita? Tentu saja dengan cara merambat. Cahaya
merambat lurur ke segala arah. Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
menyalakan baterai. Cahaya merambat dengan lurus merupakan salah
satu sifat dari cahaya.
Untuk menunjukkan bahwa cahaya merambat lurus, mari kita
melakukan percobaan pada LKS 1.

B. Pemantulan Cahaya (Difraksi)


Kita dapat melihat suatu benda jika cahaya dari benda tersebut
yang masuk ke mata kita. Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
memantulkan cahaya yang mengenainya. Bahkan, benda-benda yang
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat. Hal ini
merupakan bukti bahwa cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan.
Untuk mengetahui hubungan antara sinar datang (cahaya datang)
dan sinar pantul, lakukanlah percobaan pada LKS 2.

Perhatikan

gambar

di

samping!

Berkas

sinar

yang

mengenai cermin disebut


sinar datang. Sedangkan
berkas

sinar

meninggalkan

yang
cermin

disebut
sinar pantul. Sebuah garis putus-putus yang digambar

tegak lurus

permukaan cermin disebut garis normal. Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang, yang dilambangkan
dengan i. Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal disebut sudut pantul, yang dilambangkan dengan r.
Hukum pemantulan menyatakan bahwa
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul.

C. Pembiasan Cahaya (Refraksi)


Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus. Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu
jenis zat ke jenis zat yang lain, seperti dari udara ke air, kecepatan
gelombang cahaya itu berubah. Bagaimana arah rambat cahaya, apabila

cahaya merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain, seperti dari
udara menuju ke air?
Jika kita perhatikan, sebatang sedotan yang dimasukkan ke dalam air
tampak bengkok. Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat
melewati zat-zat yang berbeda dan berubah kelajuannya. Kecepatan
cahaya di udara berbeda dengan kecepatan cahaya di air atau kaca.
Akibat perubahan kecepatan tersebut, berkas cahaya dari udara akan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca. Pembelokan cahaya itu
disebut pembiasan cahaya (refraksi).

Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang cahaya yang


disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang cahaya
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya.

Gambar
cahaya

menunjukkan

dibiaskan

atau

bahwa

dibelokkan

mendekati garis normal. Hal ini terjadi


karena laju cahaya di air lebih kecil
daripada laju cahaya di udara. Kelajuan
cahaya akan berkurang ketika cahaya
merambat dari medium kurang rapat
menuju medium lebih rapat. Misalnya,
dari udara menuju air.

Gambar B menunjukkan bahwa cahaya dibiaskan menjauhi garis


normal. Hal ini

terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar

daripada laju cahaya di air. Kelajuan cahaya akan bertambah jika


cahaya merambat dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat. Misalnya, dari air menuju udara.
Untuk membuktikannya, lakukanlah percobaan pada LKS 3.

Semoga berhasil !!!

Lampiran 29

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS 1)

Perambatan Cahaya
Tujuan Pembelajaran : Menunjukkan cahaya merambat dengan lurus.

Bagaimanakah cahaya itu bergerak, apakah merambat lurus atau


berkelok-kelok? Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya
yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap?

A. Alat dan Bahan


1. Lilin
2. Korek api
3. Dua karton berlubang

B. Langkah kerja
1. Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris. Amatilah apa yang terjadi?
2. Jika satu lubang digeser tidak lurus, apa yang terjadi pada api
lilin?

C. Hasil kegiatan dan pembahasan


1. Ketika lubang kedua karton segaris, bagaimana arah cahaya dari
api lilin?

2. Ketika kedua lubang karton tidak segaris, apakah yang terjadi?

3. Jadi apa yang terjadi pada cahaya api lilin?

4. Jadi kesimpulannya?

GOOD LUCK!!!!

LEMBAR KERJA SISWA 2


( LKS 2 )

Pemantulan Cahaya

Tujuan Pembelajaran : Menyimpulkan hukum pemantulan cahaya


Pernahkan kamu melihat indahnya Bulan purnama dan bertaburnya
Bintang pada malam hari yang cerah? Bintang bersinar karena dia
memiliki cahaya sendiri, sedangkan Bulan tampak bercahaya karena
pantulan dari cahaya Matahari. Dapatkah kamu melihat benda-benda
di sekitarmu tanpa adanya cahaya. Bagaimanakah cara cahaya
dipantulkan?

A. Alat dan Bahan


1. Busur derajat

3. Cermin datar

2. Senter / laser

4. Kertas putih

Gambar : Hukum pemantulan cahaya,


pemantulan sinar senter oleh cermin datar
B. Langkah kegiatan
1. Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2. Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat

3. Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )


dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4. Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal, dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat? Amati dan catat dalam data
5. Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O ; 50O ; 60O

C. Data Kegiatan dan Kesimpulan


No.

Sudut Datang

300

400

500

600

Sudut Pantul

1. Jelaskan cara menentukan sudut datang !


..
..
..

2. Jelaskan cara menentukan sudut pantul !


..
..
..

3. Jelaskan hubungan antara besar sudut datang dengan sudut


pantul !
..
..
..

D. Kesimpulan :
1. Besar sudut datang .
sudut pantul.
2. Sudut datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada
.

LEMBAR KERJA SISWA 3


(LKS 3)

Pembiasan Cahaya

Tujuan Pembelajaran : Menemukan hukum pembiasaan cahaya (Hukum


Snellius)

Ketika kamu memasukkan sebagian pensil ke dalam air, apa yang


terjadi? Seakan-akan pensilmu menjadi patah. Mengapa demikian?
Kamu telah mempelajari sifat-sifat cahaya pada benda yang tidak
tembus cahaya. Bagaimanakah jika cahaya tersebut mengenai benda
bening yang tembus cahaya? Pensil yang dilihat tegak di atas
permukaan air tampak membengkok pada bagian yang terbenam
dalam air. Mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi?

A. Alat dan Bahan


1. Lampu senter/laser

3. Larutan susu

2. Bejana kaca

4. Karton

B. Langkah Kerja
1. Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca.
2. Arahkan senter/laser dengan sudut datang 45o.

C. Hasil Kegiatan dan Pembahasan


1. Ketika senter/laser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air, bagaimana arah rambatannya?
..
..
..

2. Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut


datang yang diarahkan?
..
..
..

3. Peristiwa tersebut dinamakan dengan?


Jawab :
..
..
..
..

4. Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya?


..
..
..

5. Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut!


Jawab :

6. Tuliskan pernyataan hukum Snellius !


..
..
..

Lampiran 24

Perhitungan Koefisien Reliabilitas Instrumen


dengan Rumus KR-20

Diketahui :
n

= 40

pq

= 7,34

S2

= 24,01
2
n S pq
r11 =

S2
n 1

Keterangan :
r11

= Reliabilitas tes secara keseluruhan

= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

= Jumlah hasil perkalian antara p dan q

= Banyaknya item

= Standar deviasi dari tes

Dengan demikian, hasil perhitungan Reliabilitas Instrumen adalah :

r11

=
=

r11

S 2 pq

40 24 . 01 7 . 34

24 . 01

40 1
0 . 71
Re liabilitas Tinggi
n

n 1

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest.

Pertemuan Ke-2
No.
Tahap
1
Pendahuluan

Menyampaikan
tujuan
dan
mempersipkan
siswa

Waktu
3 menit

3 menit

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan menjawab panggilan
salam dan melakukan absensi siswa.
guru selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya.

Secara aktif menjawab guru seputar materi


sebelumnya.

Menyajikan peta konsep Cahaya secara


keseluruhan.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
prosedur pembelajaran berupa penilaian dan
sebagainya

Mencatat dan menyimak penjelasan guru


tentang kegiatan pembelajaran.
Menyimak dan berperan aktif dalam
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
kepada guru dan menjawab guru.

Memberikan apersepsi dan motivasi dengan


mengajukan pertanyaan :
Mengapa benda dapat terlihat di tempat yang
terang?

Prasyarat pegetahuan :
Syarat apa sajakah agar benda dapat dilihat
oleh mata?
3

4
5

Mendemonstras
ikan
pengetahuan
dan
keterampilan

Membimbing
pelatihan
Memeriksa
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik

15 menit Membimbing
peserta
pembentukan kelompok.
Menjelaskan
secara
perambatan cahaya.

didik

singkat

dalam Berkumpul bersama kelompoknya masingmasing.


tentang Mendiskusikan
dengan
mengenai perambatan cahaya.

Mempresentasikan langkah kerja untuk


melakukan percobaan mengamati perambatan
cahaya.
15 menit Memberikan LKS untuk menunjukkan arah
rambatan cahaya.
20 menit Memeriksa percobaan yang dilakukan siswa
apakah sudah dilakukan dengan benar atau
belum.

kelompoknya

Menyimak dengan seksama petunjuk untuk


melakukan percobaan.
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai
dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan.
Mengerjakan
soal
latihan
dan
mengumpulkannya.
Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.

Memberikan bimbingan, jika masih ada siswa


atau kelompok yang belum
dapat
melakukannya dengan benar.
Memberikan beberapa soal latihan yang harus
dikerjakan di kelas.
Membahas soal latihan dan memberikan
umpan balik kepada siswa.

Memberikan
20 menit Menanggapi hasil diskusi kelompok siswa.
kesempatan
kepada siswa
untuk pelatihan
Memberikan informasi yang sebenarnya.
lanjutkan dan
penerapan
Memberikan beberapa permasalahan dan soal
berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu
pemantulan cahaya untuk dikerjakan di rumah
(PR)
Penutup
4 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan.

Mempersentasikan hasil diskusi kelompok.


Menyimak informasi yang diberikan oleh
guru.
Mencatat dan mengerjakan latihan.

Mengajukan pertanyaan tentang materi yang


tidak dipahaminya.

Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta


kepada beberapa siswa untuk mengulanginya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
Menjawab salam.

Pertemuan Ke-3
No.
Tahap
1
Pendahuluan

Waktu
3 menit

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan menjawab panggilan
salam dan melakukan absensi siswa.
guru selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya

Menyampaikan
tujuan
dan
mempersipkan
siswa

3 menit

Secara aktif menjawab guru seputar materi


sebelumnya.

Mencatat dan menyimak penjelasan guru


tentang kegiatan pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan berperan aktif dalam
prosedur pembelajaran berupa penilaian dan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagainya.
kepada guru dan menjawab guru.
Memberikan apersepsi dan motivasi dengan
mengajukan pertanyaan :
Bagaimana cahaya dipantulkan?

Mendemonstras
ikan
pengetahuan
dan
keterampilan

Prasyarat pegetahuan :
Apakah yang dimaksud dengan pemantulan
cahaya?
15 menit Membimbing
peserta
didik
dalam Berkumpul bersama kelompoknya masingpembentukan kelompok.
masing.
Menjelaskan
secara
pemantulan cahaya.
Mempresentasikan

singkat

langkah

kerja

tentang Mendiskusikan
dengan
mengenai pemantulan cahaya.

kelompoknya

untuk Menyimak dengan seksama petunjuk untuk

4
5

melakukan percobaan mengamati perambatan


cahaya.
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum
pemantulan cahaya
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus
dikerjakan di kelas.

Membimbing
pelatihan
Memeriksa
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Memberikan
20 menit
kesempatan
kepada siswa
untuk pelatihan
lanjutkan dan
penerapan
Penutup
4 menit

Membahas soal latihan dan memberikan


umpan balik kepada siswa.
Memberikan beberapa permasalahan dan soal
berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu
cermin datar, cermin cembung dan cermin
cekung untuk dikerjakan di rumah (PR)

melakukan percobaan.
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai
dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan.
Mengerjakan
soal
latihan
dan
mengumpulkannya.
Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok.
Menyimak informasi yang diberikan oleh
guru.
Mencatat dan mengerjakan latihan.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Mengajukan pertanyaan tentang materi yang
mengajukan pertanyaan.
tidak dipahaminya.
Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta
kepada beberapa siswa untuk mengulanginya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
Menjawab salam.

Pertemuan Ke-4
No.
Tahap
1
Pendahuluan

Waktu
3 menit

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan menjawab panggilan
salam dan melakukan absensi siswa.
guru selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya.

Menyampaikan 3 menit
tujuan
dan
mempersipkan
siswa

Secara aktif menjawab guru seputar materi


sebelumnya.

Mencatat dan menyimak penjelasan guru


tentang kegiatan pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan berperan aktif dalam
prosedur pembelajaran berupa penilaian dan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagainya.
kepada guru dan menjawab guru.
Memberikan apersepsi dan motivasi dengan
mengajukan pertanyaan :
Mengapa pada spion mobil, objek lebih
dekat daripada bayangan yang terlihat?

Prasyarat pegetahuan :
Guru bertanya :
Sebutkan manfaat dari cermin dalam
kehidupan sehari-hari?
Mendemonstras 15 menit Guru membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masingikan
pembentukan kelompok.
masing.
pengetahuan
dan
Menjelaskan secara singkat tentang cermin, Mendiskusikan
dengan
kelompoknya
keterampilan
hubungan jarak fokus, jarak benda dan jarak mengenai cermin, hubungan jarak fokus, jarak

bayangan, serta perbesaran bayangan.

Menggambarkan proses pembentukan dan


sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan
cembung.
15 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait
dengan hubungan antara jarak benda, jarak
bayangan dan jarak fokus, serta perbesaran
bayangan.
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus
dikerjakan di kelas.

Membimbing
pelatihan

Memeriksa
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Memberikan
20 menit
kesempatan
kepada siswa
untuk pelatihan
lanjutkan dan
penerapan
Penutup
4 menit

Membahas soal latihan dan memberikan


umpan balik kepada siswa.
Memberikan beberapa permasalahan dan soal
berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu
pembiasan cahaya untuk dikerejakan di rumah
(PR).

benda, jarak
bayangan.

bayangan,

dan

perbesaran

Memperhatikan dengan seksama.

Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan

Mengerjakan
soal
mengumpulkannya.

latihan

dan

Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.


Mempersentasikan hasil diskusi kelompok.
Menyimak informasi yang diberikan oleh
guru.

Mencatat dan mengerjakan latihan.


Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Mengajukan pertanyaan tentang materi yang
mengajukan pertanyaan.
tidak dipahaminya.
Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta
kepada beberapa siswa untuk mengulanginya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
Menjawab salam.

Pertemuan Ke-5
No.
Tahap
1
Pendahuluan

Waktu
3 menit

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan menjawab panggilan
salam dan melakukan absensi siswa.
guru selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya.

Menyampaikan 3 menit
tujuan
dan
mempersipkan
siswa

Secara aktif menjawab guru seputar materi


sebelumnya.

Mencatat dan menyimak penjelasan guru


tentang kegiatan pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan berperan aktif dalam
prosedur pembelajaran berupa penilaian dan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagainya.
kepada guru dan menjawab guru.
Memberikan apersepsi dan motivasi dengan
mengajukan pertanyaan :
Mengapa jika sebatang pensil dimasukkan ke
dalam gelas berisi air, pensil akan terlihat
bengkok?

Prasyarat pegetahuan :
Guru bertanya :
Apakah yang dimaksud dengan pembiasan
?
Mendemonstras 15 menit Membimbing
peserta
didik
dalam Berkumpul bersama kelompoknya masingikan
pembentukan kelompok.
masing.
pengetahuan
dan
Menjelaskan
secara
singkat
tentang Mendiskusikan
dengan
kelompoknya

keterampilan

4
5

pembiasan cahaya.
Mempresentasikan langkah kerja untuk
melakukan percobaan mengamati pembiasan
cahaya.
15 menit Memberikan LKS untuk menemukan hukum
pembiasan cahaya (Hukum Snellius).
20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus
dikerjakan di kelas.

Membimbing
pelatihan
Memeriksa
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Memberikan
20 menit
kesempatan
kepada siswa
untuk pelatihan
lanjutkan dan
penerapan
Penutup
4 menit

Membahas soal latihan dan memberikan


umpan balik kepada siswa.
Memberikan beberapa permasalahan dan soal
berkaitan dengan materi selanjutnya yaitu
Lensa cekung dan lensa cembung untuk
dikerjakan di rumah (PR).

mengenai pembiasan cahaya.


Menyimak dengan seksama petunjuk untuk
melakukan percobaan.
Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai
dengan langkah kerja yang sudah dijelaskan.
Mengerjakan
soal
latihan
dan
mengumpulkannya.
Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok.
Menyimak informasi yang diberikan oleh
guru.

Mencatat dan mengerjakan latihan.


Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Mengajukan pertanyaan tentang materi yang
mengajukan pertanyaan.
tidak dipahaminya.
Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta
kepada beberapa siswa untuk mengulanginya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
Menjawab salam.

Pertemuan Ke-6
No. Tahap
1
Pendahuluan

Waktu
3 menit

Menyampaikan 3 menit
tujuan
dan
mempersipkan
siswa

Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Memulai
pembelajaran
dengan Menjawab salam dan menjawab panggilan
mengucapkan salam dan melakukan absensi guru selama absensi.
siswa.
Secara aktif menjawab guru seputar materi
Mengulas secara singkat materi sebelumnya sebelumnya.
Mencatat dan menyimak penjelasan guru
tentang kegiatan pembelajaran
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan berperan aktif dalam
prosedur pembelajaran berupa penilaian dan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
sebagainya.
kepada guru dan menjawab guru.
Memberikan apersepsi dan motivasi dengan
mengajukan pertanyaan :
Mengapa bintang di langit jika dengan
menggunakan teropong akan terlihat dekat
sekali?

Mendemonstras 15 menit
ikan
pengetahuan
dan

Prasyarat pegetahuan :
Guru bertanya :
Apakah manfaat lensa dalam kehidupan
sehari-hari?
Guru membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masingpembentukan kelompok.
masing.
Menjelaskan dengan jelas tentang lensa Mendiskusikan

dengan

kelompoknya

keterampilan

cembung, lensa cekung, dan hubungan mengenai lensa cembung, lensa cekung, dan
antara jarak fokus, jarak benda dan jarak hubungan antara jarak fokus, jarak benda,
bayangan, serta perbesaran bayangan.
jarak bayangan dan perbesaran bayangan.
Memperhatikan dengan seksama.

Membimbing
pelatihan

Memeriksa
20 menit
pemahaman
dan
memberikan
umpan balik
Memberikan
20 menit
kesempatan
kepada siswa
untuk pelatihan
lanjutkan dan
penerapan
Penutup
4 menit

15 menit

Menggambarkan proses pembentukan dan


sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan
lensa cekung.
Memberikan beberapa contoh soal terkait Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan
dengan hubungan antara jarak benda, jarak
bayangan dan jarak fokus, serta perbesaran
bayangan.
Memberikan beberapa soal latihan yang Mengerjakan
soal
latihan
dan
harus dikerjakan di kelas.
mengumpulkannya.
Membahas soal latihan dan memberikan
umpan balik kepada siswa.
Memberikan beberapa permasalahan dan
soal berkaitan dengan materi selanjutnya
yaitu pemantulan cahaya untuk dikerjakan di
rumah (PR)

Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.


Mempersentasikan hasil diskusi kelompok.
Menyimak informasi yang diberikan oleh
guru.

Mencatat dan mengerjakan latihan.


Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Mengajukan pertanyaan tentang materi yang
mengajukan pertanyaan.
tidak dipahaminya.
Menyimpulkan materi pelajaran dan
meminta kepada beberapa siswa untuk

mengulanginya.
Menutup
pembelajaran
mengucapkan salam.
Pertemuan Ke-7
Posttest.

dengan Menjawab salam.

Anda mungkin juga menyukai