Anda di halaman 1dari 17

10 BENTUK HUKUM

1. Hukum I Newton

Ilustrasi : Mobil Berhenti karena direm


Hukum I Newton Berisi bahwa Sebuah benda diam cenderung terus diam, benda bergerak
terus bergerak lurus dengan laju tetap sampai ada gaya yang mempengaruhinya.
maksud dari hukum ini adalah bahwa benda yang diam maka akan terus diam dan tidak akan
bergerak sampai ada gaya (tarikan dan dorongan) yang membuatnya bergerak dan benda
yang bergerak akan terus bergerak dan akan diam jika ada gaya yang mempengaruhinya
untuk diam.
Contoh hukum I newton : Contohnya adalah saat mobil yang sedang berjalan kemudian
direm maka mobil itu akan berhenti. Mobil itu berhenti karena ada gaya yang
mempengaruhinya yaitu gaya gesek. Dan bola yang tadinya diam saat ditendang maka ia
akan bergerak. Bola tersebut bergerak karena adanya gaya dorong yang diakibatkan dari
tendangan tersebut maka ia akan bergerak.
Hukum I Newton ini disebut juga dengan hukum kelembaman atau inersia. Apa itu inersia
atau kelembaman? Inersia terjadi saat kita berada didalam kendaraan yang bergerak dan
kemudian dihentikan secara tiba-tiba. Maka kita akan terdorong kedepan. Hal ini terjadi
karena kita juga memiliki percepatan yang sama dengan mobil namun saat mobil berhenti
karena gaya gesek yang dihasilkan rem namun kita tidak berhenti karena tidak ada gaya yang
membuat kita berhenti. Sehingga kita terdorong kedepan. Inilah yang membuat pengendara
terluka pada saat kecelakaan. Oleh karena itu dibuatlah sabuk pengaman untuk mengurangi
inersia agar pengendara aman dari benturan akibat inersia.
2. Hukum II Newton

Mobil kiri lebih cepat lajunya, karena bermassa lebih kecil.


Hukum II Newton berbunyi Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda semakin
besar percepatannya, tetapi semakin besar massa benda semakin besar perlambatannya.
Pada mobil yang bergerak pada kecepatan 20 km/jam kemudian digas maka mobil tersebut
akan melaju dengan lebih cepat. Hal ini terjadi karena adanya gaya dorong yang lebih besar
dihasilkan oleh mesin saat digas. Ini merupakan contoh hukum newton yang kedua.
Hubungan antara gaya, massa, dan percepatan dapat dituliskan oleh rumus :
f=mxa
Dengan :
f = Gaya
m = Massa
a = Percepatan
Gaya resultan yang bekerja sesuai dengan jumlah perubahan momentum yang dihasilkan
benda. Apa itu momentum ? momentum adalah hasil kali antara massa benda dengan
keceptannya, jadi :
Gaya = perubahan momentum
Perubahan waktu
Atau
F = mv1 - mv0 = m (v1 - v0) = m.a
t
t
dengan :
v0 = Kecepatan awal
v1 = Kecepatan akhir
p = momentum
t = waktu
3. Hukum III Newton

Bola yang dilempar ketanah akan dipantulkan kembali.

Hukum III Newton berbunyi Pada saat suatu benda memberikan gaya pada benda kedua,
benda kedua juga melepaskan gaya yang sama tapi melawan arah gaya benda pertama.
Cobalah melemparkan sebuah bola ditembok, maka bola tersebut akan memantul dengan
besar gaya yang sama. Ini merupakan aplikasi Hukum newton ketiga. Hukum III Newton ini
disebut juga hukum aksi reaksi. Setiap hari kita pasti mengalami gaya aksi reaksi karena gaya
selalu berpasangan dan tidak ada gaya yang tunggal.

4.hukum pascal dan rumus hukum pascal


Bunyi hukum pascal dan rumus hukum pascal- Berjumpa lagi dalam blog
penuh ilmu ini. Setelah sebelumnya membahas tekanan yang disebabkan oleh
zat cair atau tekanan hidrostatis, kemudian prinsip Hukum Archimedes,
maka kali ini pak guru akan membahas materi masih dalam fluida statis yakni
Bunyi hukum pascal dan rumus hukum pascal. bagaimana sih konsepnya
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari? Simak uraian berikut!

Bunyi Hukum Pascal


Tekanan yang bekerja pada fluida statis dalam ruang tertutup akan diteruskan ke
segala arah dengan sama rata, artinya besar tekanan yang menekan wadah
sama besar di setiap tempat, hal ini dikenal sebagai prinsip PASCAL.

Tinjau sistem kerja penekan hidrolik seperti pada di atas. Apabila dikerjakan
tekanan P1 pada penampang A1 maka tekanan yang sama besar akan diteruskan
ke penampang A2 sehingga memenuhi P1 = P2 dan diperoleh perumusan sebagai
berikut:

Karena P1=P2 maka F1/A1=F2/A2


Atau jika beban yang akan diangkat berupa gaya berat, maka:
F1/A1=W2/A2
W2= (A2/A1)F1
Dengan F1= gaya tekan (missal pada dongkrak) N
style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; msolayout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"
align="center"> A1= luas penampang kecil (m2)
W2= beban yang akan dinagkat (missal mobil) N
A2= luas penampang dua (m2)

Dari persamaan di atas terlihat, jika ingin gaya tekan kecil, maka luas
penampang kedua harus lebih besar. Adapun alat-alat teknik yang menggunakan
sistem prinsip Pascal adalah rem hidrolik dan pengangkat mobil (dongkrak)
dalam bengkel.

Contoh soal:
Seorang pekerja bengkel memberikan gaya tekan pada pompa hidrolik dengan
gaya 200 N. apabila perbandingan penampang silinder kecil dan besar 1 : 10,
berapa berat beban yang dapat diangkat oleh pekerja tersebut?
Jawab:
W2= (A2/A1)F1
W2=10/1. 200
W2=2000N
Jadi beban yang bisa diangkat adalah 2000 N
5.Hukum Archimedes

Pada saat kita berjalan atau berlari di dalam air, kita tentunya akan merasakan bahwa langkah
kita lebih berat dibandingkan jika kitamelangkah di tempat biasa. Gejala ini disebabkan

adanya tekanan dari zat cair. Pengamatan ini memunculkan sebuah hukum yang dikenal
Hukum , yaitu :
Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya
yang disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya
Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda yang diangkat
dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan diangkat di darat. Jadi, telah jelas bahwa
berat benda seakan berkurang bila benda dimasukkan ke dalam air. Hal itu karena adanya
gaya ke atas yang ditimbulkan oleh air dan diterima benda. Dengan demikian maka resultan
gaya antara gaya berat dengan gaya ke atas merupakan berat benda dalam air. Selanjutnya
berat disebut dengan berat semu yaitu berat benda tidak sebenarnya karena benda berada
dalam zat cair. Benda dalam air diberi simbol WS.
Hubungan antara berat benda di udara (W), gaya ke atas (Fa) dan berat semu (Ws) adalah :
Ws = W-Fa
dengan:
Ws
=
berat
benda
W
=
berat
Fa = gaya apung (N)

dalam
benda

zat
cair
sebenarnya

(Kgm/s2)
(Kgm/s2)

dan besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan sebagai berikut :


Fa = cair Vb g
dengan:
cair
=
massa
Vb
=
volume
g = percepatan gravitasi (m/s2)

jenis
benda

zat
yang

cair
tercelup

(kg/m3)
(m3)

Benda Dalam Hukum Archimedes

Bila benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada 3 kemungkinan yang terjadi yaitu
tenggelam, melayang, dan terapung.
1. Benda Tenggelam

Benda disebut tenggelam dalam zat cair apabila posisi benda selalu terletak pada dasar
tempat zat cair berada.

Benda Tenggelam
Pada benda tenggelam terdapat tiga gaya yaitu :
W
=
Fa
N = gaya normal bidang

gaya
=

berat

benda
archimedes

jenis

benda

gaya

Dalam keadaan seimbang maka W = N + Fa sehingga :


W > Fa
m . g > ZC . Vb . g
b . Vb . g > ZC . Vb . g
b > zc
b
=
ZC = massa jenis zat cair

massa

2. Benda Melayang

Benda melayang dalam zat cair apabila posisi benda di bawah permukaan zat cair dan di atas
dasar tempat zat cair berada.

Benda Melayang
Pada benda melayang terdapat dua gaya yaitu: Fa dan W. Dalam keadaan seimbang maka :
W = Fa
b . Vb . g = ZC . Vb . g
b = zc
3. Benda Terapung

Benda terapung dalam zat cair apabila posisi benda sebagian muncul dipermukaan zat cair
dan sebagian terbenam dalam zat cair.

Benda Terapung
Pada benda terapung terdapat dua gaya yaitu :Fa dan W. Dalam keadaan seimbang maka :
W = Fa
b . Vb . g = ZC . V2 . g
b . Vb = ZC . V2
karena Vb > V2 maka : b < ZC

Penerapan Hukum Archimedes

Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan Hukum Archimedes dalam kehidupan seharihari.
Penerapan Hukum Archimedes Untuk Menentukan Massa Jenis Benda

(ingat hukum archimedes tentang, Vbenda = V air)

karena
dengan:
Vair
=
volume
m
=
massa
ms
=
massa
benda
=
air = massa jenis air

air
semu
massa

yang

dipindahkan
benda
di
udara
benda
(di
air)
jenis
benda

Penerapan Hukum Archimedes Dalam Bidang Teknik

Penerapan Hukum Archimedes dalam bidang teknik adalah sebagai berikut.


a) Kran otomatis pada penampungan air

Jika di rumah kita menggunakan mesin pompa air, maka dapat kita lihat bahwa tangki
penampungnya harus diletakkan pada ketinggian tertentu. Tujuannya adalah agar diperoleh
tekanan besar untuk mengalirkan air. Dalam tangki tersebut terdapat pelampung yang
berfungsi sebagai kran otomatis. Kran ini dibuat mengapung di air sehingga ia akan bergerak
naik seiring dengan ketinggian air. Ketika air kosong, pelampung akan membuka kran untuk
mengalirkan air. Sebaliknya, jika tangki sudah terisi penuh, pelampung akan membuat kran
tertutup sehingga secara otomatis kran tertutup.
b) Kapal selam

Pada kapal selam terdapat tangki yang jika di darat ia terisi udara sehingga ia dapat
mengapung di permukaan air. Ketika kapal dimasukkan ke dalam air, tangki ini akan terisi air
sehingga kapal dapat menyelam.
c) Hidrometer

Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair. Alat ini
berbentuk tabung yang berisi pemberat dan ruang udara sehingga akan terapung tegak dan
stabil seketika. Hidrometer bekerja sesuai dengan prinsip Hukum Archimedes.

6.Hukum Avogadro
Hukum Avogadro (Hipotes Avogadro, atau Prinsip Avogadro) adalah hukum gas yang

diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang pada 1811 mengajukan
hipotesis bahwa:
Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.

Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan
mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Aspek ini dapat
dinyatakan secara matematis,

dimana:
V adalah volum gas.
n adalah jumlah mol dalam gas tersebut.
k adalah tetapan kesebandingan.

Akibat paling penting dari hukum Avogadro adalah bahwa Konstanta gas ideal memiliki
nilai yang sama bagi semua gas. Artinya, konstanta

dimana:
p adalah tekanan gas
T adalah temperatur

memiliki nilai yang sama untuk semua gas, tidak tergantung pada ukuran atau massa molekul
gas. Hipotesis Avogadro dibuktikan melalui teori kinetika gas.
Satu mol gas ideal memiliki volum 22.4 liter pada kondisi standar (STP), dan angka ini sering
disebut volum molar gas

7.Hukum Boyle
College Loan Consolidation Friday, October 31st, 2014 - Kelas VIII

Hukum Boyle, yaitu hukum fisika yang menjelaskan bagaimana kaitan antara tekanan dan
volume suatu gas. Penemu hukum boyle adalah Robert Boyle (1627-1691), dia melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas pada suhu yang

konstan. Dari hasil penelitiannya, Robet Boyle menemukan bahwa hasil kali tekanan dan
volume gas dalam ruangan tertutup adalah tetap/konstan.
Hukum Boyle

Hukum boyle ditemukan oleh Robert Boyle yang menyelidiki pengaruh tekanan terhadap
volume gas pada suhu tetap. Pernyataan Robert Boyle dikenal dengan Hukum Boyle, yang
berbunyi :
Pada suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang tertutup berbanding terbalik dengan
volumenya
Dari hukum Boyle tersebut berarti hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup
adalah konstan (tetap) asalkan suhu gas tetap.
Pernyataan tersebut bila ditulis dalam bentuk rumus :
P.V=C
Dimana c = bilangan tetap (konstanta)
Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai
berikut.
P 1 . V1 = P 2 . V2
Keterangan:
P1
=
tekanan
gas
P2
=
tekanan
gas
V1
=
volum
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)

mula-mula
akhir
gas

(atm,
cm
(atm,
cm
mula-mula

Hg,
Hg,

N/m 2,
N/m2,
(m3,

Pa)
Pa)
cm3)

Penerapan Hukum Boyle

Penerapan Hukum Boyle terdapat pada prinsip kerja pompa. Pompa adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan gas atau zat cair. Berdasarkan prinsip kerja ini, pompa
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pompa hisap dan pompa tekan.

Perlatan Dengan Prinsip Hukum Boyle


Saat penghisap ditarik, maka volume udara dalam pompa membesar dan udara tidak dapat
masuk ke ban sebab harus masuk melalui katup (ventil) dari karet. Jika pengisap ditekan
maka volume udara dalam pompa mengecil dan udara dapat masuk ke ban melalui ventil
karena tekanannya membesar.
Contoh Soal Terkait Hukum Boyle

Suatu ruangan tertutup mengandung gas dengan volume 200 ml. Jika tekanan ruangan
tersebut adalah 60 cmHg, hitunglah tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml?
Diketahui: V1 = 200 mL ; P1 = 60 cmHg ; V2 = 150 ml
Ditanya : P2 ?
Jawab :

Jadi, tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml berdasarkan hukum boyle adalah 80
cmHg.

8.Hukum Snellius

Pembiasan cahaya pada antarmuka antara dua medium dengan indeks bias
berbeda, dengan n2 > n1. Karena kecepatan cahaya lebih rendah di medium
kedua (v2 < v1), sudut bias 2 lebih kecil dari sudut datang 1; dengan kata lain,
berkas di medium berindeks lebih tinggi lebih dekat ke garis normal.

Hukum Snellius adalah rumus matematika yang meberikan hubungan antara sudut datang
dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium
isotropik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan
Belanda Willebrord Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal
sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan.
Hukum ini menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan,
yang tergantung pada medium. Perumusan lain yang ekivalen adalah nisbah sudut datang dan
sudut bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan
kebalikan nisbah indeks bias.
Perumusan matematis hukum Snellius adalah

atau

atau

Lambang
merujuk pada sudut datang dan sudut bias, dan pada kecepatan cahaya
sinar datang dan sinar bias. Lambang merujuk pada indeks bias medium yang dilalui sinar
datang, sedangkan adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias.
Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut datang atau sudut bias, dan dalam
eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.
Pada tahun 1637, Ren Descartes secara terpisah menggunakan argumen heuristik kekekalan
momentum dalam bentuk sinus dalam tulisannya Discourse on Method untuk menjelaskan
hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang
lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat terusiknya plenum, substansi
kontinu yang membentuk alam semesta. Dalam bahasa Perancis, hukum Snellius disebut la
loi de Descartes atau loi de Snell-Descartes.
Sebelumnya, antara tahun 100 hingga 170 Ptolemeus dari Thebaid menemukan hubungan
empiris sudut bias yang hanya akurat pada sudut kecil.[1] Konsep hukum Snellius pertama
kali dijelaskan secara matematis dengan akurat pada tahun 984 oleh Ibn Sahl dari Baghdad
dalam manuskripnya On Burning Mirrors and Lenses[2][3]. Dengan konsep tersebut Ibn Sahl
mampu membuat lensa yang dapat memfokuskan cahaya tanpa aberasi geometri yang dikenal
sebagai kanta asperik. Manuskrip Ibn Sahl ditemukan oleh Thomas Harriot pada tahun 1602,
[4]
tetapi tidak dipublikasikan walaupun ia bekerja dengan Johannes Keppler pada bidang ini.
Pada tahun 1678, dalam Trait de la Lumiere, Christiaan Huygens menjelaskan hukum
Snellius dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum
Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada kondisi cahaya
monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal, sehingga bersifat reversibel.[5]
Hukum Snellius dijabarkan kembali dalam rasio sebagai berikut:

9.Hukum Kirchhoff 1

Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum Kirchhoff yang berkaitan dengan dengan arah arus
dalam menghadapi titik percabangan. Hukum Kirchhoff 1 ini sering disebut juga dengan
Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoffs Current Law (KCL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah sebagai berikut :
Arus Total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut.

Untuk lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kicrhhoff 1, silakan lihat rumus dan rangkaian

sederhana dibawah ini :


Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :
I1 + I 2 + I 3 = I 4 + I 5 + I 6

Contoh Soal Hukum Kirchhoff 1

Dari rangkaian diatas, diketahui bahwa


I1 = 5A
I2 = 1A
I3 = 2A
Berapakah I4 (arus yang mengalir pada AB) ?
Penyelesaian :
Dari gambar rangkaian yang diberikan diatas, belum diketahui apakah arus I4 adalah arus
masuk atau keluar. Oleh karena itu, kita perlu membuat asumsi awal, misalnya kita
mengasumsikan arus pada I4 adalah arus keluar.
Jadi arus yang masuk adalah :
I2 + I3 = 1 + 2 = 3A
Arus yang keluar adalah :
I1 + I4 = 5 + I4
3 = 5 + I4

I4 = 3 5
I4 = -2
Karena nilai yang didapatkan adalah nilai negatif, ini berbeda dengan asumsi kita
sebelumnya, berarti arus I4 yang sebenarnya adalah arus masuk.
10. Hukum Kirchhoff 2

Hukum Kirchhoff 2 merupakan Hukum Kirchhoff yang digunakan untuk menganalisis


tegangan (beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu rangkaian tertutup.
Hukum Kirchhoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum Tegangan Kirchhoff atau
Kirchhoffs Voltage Law (KVL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut :
Total Tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol

Untuk lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kirchhoff 2


silakan lihat rumus dan rangkaian sederhana dibawah ini :
Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0

Contoh Soal Hukum Kirchhoff

Perhatikan rangkaian diatas, nilai-nilai Resistor yang terdapat di rangkaian adalah sebagai
berikut :
R1 = 10
R2 = 20
R3 = 40
V1 = 10V
V2 = 20V
Berakah arus yang melewati resistor R3 ?
Penyelesaian :
Di dalam rangkaian tersebut, terdapat 3 percabangan, 2 titik, dan 2 loop bebas (independent).
Gunakan Hukum Kirchhoff I (Hukum Arus Kirchhoff) untuk persamaan pada titik A dan titik
B
Titik A : I1 + I2 = I3
Titik B : I3 = I1 + I2
Gunakan Hukum Kirchhoff II (Hukum Tegangan Kirchhoff) untuk Loop 1, Loop 2 dan Loop
3.

Loop 1 : 10 = R1 x I1 + R3 x I3 = 10I1 + 40I3


Loop 2 : 20 = R2 x I2 + R3 x I3 = 20I2 + 40I3
Loop 3 : 10 20 = 10I1 20I2
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa I3 adalah hasil dari penjumlahan I1 dan I2, maka
persamaannya dapat kita buat seperti dibawah ini :
Persamaan 1 :
Persamaan 2 :

10 = 10I1 + 40(I1 + I2) = 50I1 + 40I2


20 = 20I2 + 40(I1 + I2) = 40I1 + 60I2

Jadi saat ini kita memiliki 2 persamaan, dari persamaan tersebut kita mendapatkan nilai I1 dan
I2 sebagai berikut :
I1 = -0.143 Ampere
I2 = +0.429 Ampere
Seperti yang diketahui bahwa I3 = I1 + I2
Maka arus listrik yang mengalir pada R3 adalah -0.143 + 0.429 = 0.286 Ampere
Sedangkan Tegangan yang melewati R3 adalah 0.286 x 40 = 11.44 Volt
Tanda Negatif (-) pada arus I1 menandakan arah alir arus listrik yang diasumsikan dalam
rangkaian diatas adalah salah. Jadi arah alir arus listrik seharusnya menuju ke V1, sehingga
V2 (20V) melakukan pengisian arus (charging) terhadap V1.

Anda mungkin juga menyukai