PTOSIS KONGENITAL
Disusun Oleh :
Clara Verlina Suhardi
406147043
Pembimbing :
dr. Djoko Heru Santoso, Sp. M
PTOSIS KONGENITAL
Jeffrey R. SooHoo, MD ,Brett W.Davies,MD , Felicia D. Allard,MD , Vikram D.
Durairaj, MD FACS
ABSTRAK
Blefaroptosis kongenital terjadi pada tahun pertama kehidupan, baik secara
murni atau sebagai bagian dari banyak kelainan sistemik ocular. Penanganan dengan
operasi merupakan suatu tantangan, dan kekambuhan yang terjadi
tidak jarang
mengharuskan operasi lebih dari satu kali. Tidak semua pasien dengan ptosis
kongenital memerlukan tindakan operatif, tetapi anak-anak dengan amblyopia karena
astigmatisme anisometropia dapat diuntungkan dengan penanganan operatif dini.
Berbagai macam prosedur operasi untuk memperbaiki ptosis kongenital telah
dijelaskan. Pemilihan prosedur tergantung dari jumlah faktor spesifik pasien, seperti
derajat ptosis, fungsi levator, juga keputusan ahli bedah dan ketersediaan sumber
daya. Kami akan menjelaskan penyebab genetic, sindrom-sindrom terkait, dan
penanganan operatif dari ptosis kongenital.
1. PENDAHULUAN
Blefaroptosis atau sering disebut ptosis, merupakan kondisi dimana
kelopak atas mata yang berada lebih rendah dari normal, yang menyempitkan
dimensi vertical dari fissura palpebral. Jika terjadi dalam tahun pertama
kehidupan, hal ini dianggap kongenital. Ptosis dapat terjadi unilateral atau
bilateral dengan atau tanpa disertai penyakit ocular atau sistemik lainnya. Pada
umumnya, ptosis kongenital tidak progresif, tapi dapat berhubungan dengan
gangguan perkembangan dan fungsi visual, termasuk amblyopia. Komplikasikomplikasi ini dapat diminimalkan atau dihindarkan dengan penanganan
operatif dini.
DSR; akan tetapi, beberapa gen kandidat telah diketahui terletak pada
kromosom 2q31 dan 8q13
3.2 Blepharophimosis ptosis epicanthus inversus syndrome
Blepharophimosis ptosis epicanthus inversus syndrome (BPES) adalah
kelainan
autosomal
dominan
yang
dikaraterisasikan
oleh
adanya
dengan
oftalmologi
pediatric
sangat
diperlukan
untuk
polyester
sedikit
lebih
efektif
daripada
dengan
polipropilen
menofilamen.
Beberapa material yang terlah digunakan untuk membuat sling antara
otot frontalis dan tarsus, termasuk fascia lata autogenous atau material
alloplastic ( chromic, collagen, polypropylene, silicone, stainless steel, silk,
nylon monofilament, polyester dan polytetrafluoroethylene ) . Beberapa
menyarankan fasia lata autogenous merupakan materi pilihan pada frontalis
sling. Tehnik Crawford, pada mulanya dijalaskan pada tahun 1956, dan masih
terkenal hingga sekarang, menggunakan fasia lata sebagai bahan sling. Sling
fasia lata autogenous memiliki insiden paling rendah terhadap infeksi dan
ekstrusi, walau kesuksesan penyerapan transplantasi mungkin jangka panjang.
Seorang anak paling tidak harus berusia 3 tahun untuk memilki panjang kaki
yang adekuat untuk memperoleh fasia lata yang sesuai. Ketika fasia lata
autogenous tidak tersedia, donor fasia lata merupakan suatu pilihan, walau
tidak begitu efektif. Batang silicon dan sling telah sering digunakan sebagai
materi suspensi karena kombinasi kekuatan keduanya (menyebabkan elevasi
kelopak mata) dan elastisitasnya ( menyebabkan penutupan kelopak mata
sempurna). Pelepasan implan mungkin dibutuhkan karena ekstrusi atau infeksi
oleh bahan sling yang digunakan.
Jahitan dengan bahan Mersilene (Ethicon, Blue Ash, Ohio) merupakan
jahitan serat polyester yang non-absorbable yang fleksible dan berpori,
orbiculalris oculi muscle flaps. Dibuat dua flap otot orbicularis okuli, satu
dibagian superior dan satu pada bagian inferior. Flap superior kemudian
dielevasi dan dijahit pada tarsal plate dan flap inferior dijahit melewati flap
superior untuk mencapai penutupan yang aman.
Karena suspensi frontalis sering dicapai dengan bahan aloplastik,
operasi ini memiliki beberapa komplikasi unik. Implantasi bahan asing dapat
menyebabkan inflamasi, infeksi, dan ekstrusi. Pada ulasan dari 110 kelopak
mata yang melewati prosedur frontalis sling dengan silicone, Morris et al
melaporkan terjadi komplikasi pada 11 kelopak mata (9%). Termasuk dalam
daftar ini adalah dua kasus abses silicon (1,8%). Infeksi telah dilaporkan
karena flora normal kulit, mycobacteri atipikal, dan Candida sp. Pengobatan
biasanya meliputi antibiotic, dan kadang pelepasan sling.
lama
E. Mullersmuscleconjunctivalresection
Otot-otot Muller merupakan otot-otot polos yang involuter, dan
dipersarafi oleh saraf simpatis, dan berasal dari bawah aponeurosis levator
disebelah distal ligament Whitnall. Otot Muller melekat pada batas superior
tarsal dan berfungsi untuk elevasi 2-3 mm kelopak mata. Reseksi konjungtival
fungsi levator yang baik dan pasien yang menunjukkan respon terhadap
phenylephrine topical pada evaluasi pre-op.
F. PERTIMBANGANKHUSUS
Perbaikan secara operatif dari blefarofimosis biasanya membutuhkan
beberapa prosedur operasi,termasuk perbaikan ptosis dan epikantoplasti. Tipe
perbaikan ptosis bergantung pada keparahan ptosis dan fungsi levator, dan
pilihan untuk epikantoplasti termasuk Y V flaps, tehnik Mustarde, dan tehnik
5-flap. Perbaikan dari kelopak mata ini kompleks, dan waktu operasi masih
diperdebatkan. Prosedur-prosedur ini dapat dilakukan atau digabungkan dalam
satu operasi. Keputusan ini berdasarkan angka faktor spesifik pasien dan harus
ditangani secara individual.
Sebuah kontroversi diajukan oleh Beard pada tahun 1965 untuk
penanganan ptosis berat unilateral meliputi tindakan ablasi levator pada
kelopak mata normal, sehingga menyebabkan ptosis berat bilateral. Kedua sisi
kemudian diperbaiki dengan suspense frontalis. Tujuannya adalah agar kedua
kelopak mata simetris. Pendekatan yang sama juga dilakukan untuk koreksi
ptosis pada pasien dengan Marcus Gunn jaw wink. Beberapa pengarang
merekomendasikan reseksi levator pada kasus winking dan ptosis ringan,
tetapi pada kondisi yang lebih berat, mereka berdebat tentang disinsersi
levator bilateral diikuti dengan suspense frontalis.
Setelah perbaikan dari ptosis unilateral, kelopak mata kontralateral
kadang akan menjadi ptosis berdasarkan hukum Hering. Hukum Hering
inervasi yang sebanding mempostulasikan bahwa otot-otot okular menerima
persarafan yang seimbang. Secaraspesifik,ketikasatukelopakmatamengalami
ptosis, otak meningkatkan persarafan pada kedua otot LPS dalam usaha untuk
memperjelas axis visual. Peningkatan persarafan pada kelopak mata kontralateral
dapatmenyebabkanpseudoretraksi.Setelahperbaikanptosisunilateral,persarafanke
otot LPS berkurang dan penurunan kelopak mata kontralateral dapat diobservasi
setelahoperasi.
5. KOMPLIKASI
Sebagai tambahan komplikasi spesifik yang telah diutarakan sebelumnya
untuk setiap prosedur, terdapat beberapa komplikasi umum pada penanganan
operasi ptosis. Pasien dan keluarga pasien harus diberithaukan terjadinya
memiliki
pilihan
yang
lebih
banyak.
Ahli
bedah
dapat
7. KESIMPULAN
Ptosis kongenital murni atau berkaitan dengan kelainan mata dan
kelainan sistemik, dapat menyebabkan gangguan fungsional dan social jika
tidak ditangani. Perbaikan secara bedah diindikasikan ketika kelopak mata atas
mengganggu aksis visual dan menimbulkan astigmatisme, yang dapat
menyebabkan amblyopia. Berbagai tehnik dan material dapat digunakan untuk
mencapai elevasi kelopak mata dan perbaikan aksis visual. Pemilihan
penanganan bergantung pada derajat ptosis, derajat fungsi levator, dan
pengalaman dan keputusan ahli bedah. Prosedur yang paling sering, frontalis
sling, dapat dilakukan dengan berbagai macam material. Operasi lebih dari
satu kali seringkali dibutuhkan untuk memperbaiki ptosis kongenital.
Baru lahir
6 minggu
3 bulan
4-6 bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
3 tahun
5 tahun