METABOLISME TULANG
TJok. Raka Putra
38
prosesus sitoplasmik halus. Osteosit merupakan sel tulang dewasa, yang berasal dan osteoblas yang telah mengeluarkari bahan tulang
rnatniks, dan dikurung dalarn bahan ruangan
yang disebut lakuna. Lakuna mempunyai
kanalikuli yang umunnnya bulat atau oval dan
permukaannya menunjukkan tonjolan- tonjolan
halus yang masuk ke dalam kanalikuli tadi.
Sel-sel osteoprogenitor adalah sd yang
mempunyai potensi untuk mengubah din menjadisel-selpennbentuktulang. Selinibiasanya
terdapat di sekitar permukaan tulang, pada
bagian periosteum atau endosteum, membatasi kanal Hanvers dan pada trabekettrabekel matriks tulang rawan pada epifis tulang
yang baru tumbuh. Sel mi mempunyai potensi
untuk mengadakan spesialisasi datam struktur
dan fungsinya, seperti pada undifferentiated
mesenchyma! celL SeS ml sangat aktll dam
mempunyai peran mernperbaiki keadaan
tulang pada masa pertumbuhan dan proses
penyernbuhan tulang. Dalarn perannya, sel tensebut mengadakan perubahan bentuk menjadi
osteoblas, atau bergabung menjadi osteoklas.
Diperkirakan juga sel osteoprogenitor bisa
berubah menjadi sel lemak, fibroblas, serta selsel hematopoetik. Beberapa Sill juga rnemperkirakan osteoblas dan osteoklas dapat
berubah kembali rneniadi sd osteoprogenitor
apabila pembentukan tulang telah mulai surut.
39
a H.Tlroid
n 1,25011CC
Kalattonin
Glukokortiko~d h
a
m
g
a
OSTEOKLAS
resorpal
a
tulang
n
g Stres m.kanik
H. Paratiroki
a H. Kalaltonln
Kalalum lokal
r H. peitumbuhan
Glukokortiroid
Fosfat anorgantk
b
a
t
OSTEOBLAS
pembentukan
tulang
OSTEOSIT
Metabolisme Tulang
Tutang sebagai organ yang dinamla,
dalam fungsi metabolisme dapat menupakan
cadangan dan pengatur keseimbangan berbagel mineral dalam tubuh seperti kalsium, fos-.
for, magnesium dan lain-lain. Semuanya mi
dipengaruhi oleh berbagal hormon dan keadaan, antara lain vitamin D, hormon paratiroid,
hormon kalsitonin, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, kadar kalsiurn atau fosfor darah, den
lain-lain.
Tulang merupakan jannyan yang kaya
pembuluh darah. Diperkirakan aliran darah ke
tulang mencapal 200-400m1/menit, yang berguna dalam membantu metabolisme tulang.
Terdapat berbagai ketainan tulang yang
disebabkan karena gangguan metabolisms
tulang, akibat berbagal sebab. Osteoskierosis
merupakan kelainan tulang akibat terjadi peningkatan kalsifikasi tulang, yang dapat disebabkan karena hipoparatiroid. Osteoporosis,
terjadi penurunan penutangan akibat terjadi
peningkatan resorpsi atau penurunan pembentukan tutang, antara lain disebabkan karena
40
irnobilisasi lama atau akibat ketebihan hormon
glukokortikoid. Osteomatasia, adalah keadaan
di mana terjadi penurunan mineralisasi tutang.
1. Metabolisme Kalslum
Tubuh orang dewasa mengandung kirakira 1-2 kg katsium, yang 98% nya terdapat
pada tulang. Kadar katsium plasma pada orang
dewasa normal antara 8,8-10,4 mg/dt. Kalsium
datam tubuh terdapat datam 3 bentuk yaitu
sebagai ion bebas, kalsium yang berikatan dengan protein plasma dan datam bentuk kompIcks difusibel yang berikatan dengan asam
sitrat. Kadar protein serum merupakan suatu
faktor penting untuk rnenentukan konsentrasi
ion katsium. Sebagian besar (50%) katsium
berikatan dengan protein (atbumin).
Konsentrasi kalsium bebas rata-rata 4,8
mg/dI. Ion bebas mi dapat mernpengaruhi
iritabititas neuromuskular dan fungsi selutar
Iainnya serta memperkuat kontrol hormonal,
khususnya hormon paratiroid.
Kadar kalsium plasma ditentukan oleh
peningkatan jumlah kalsium, tergantung dan
pemasukan melalui absorpsi pada saluran
cerna, resorpsi cadangan katsium pada tulang,
dan pengeluaran kalsium melalui tinja, unin
serta sedikit melalui keringat. Ragutasi kalsium
terutama dipengaruhi oleh hormon paratiroid,
hormon kalsitonin dan vitamin 0. Di samping
hormon tersebut beberapa keadaan ikut mempengaruhi metabolisme kalsium pada tulang,
antara lain osteoblastic activating factor, estrogen, androgen, kadar kalsium, kadar fosfat,
usia, imobilisasi dan metabolisme kalsium dan
osteoporosis. Diperkirakan akibat gangguan
absorpsi kalsium dan mobitisasi mineral tulang.
Absorpsi kalsium sebagian besar terjadi
pada usus halus bagian proksimal. Absorpsi
akan meningkat pada masa pertumbuhan, ibu
hamil, dan masa menyusui. Pada usia lanjut
absorpsi kalsium pada saluran cerna akan
menurun. Absorpsi kalsium pada saluran cerna
dipengaruhi oleh adanya metabolit aktif vitamin
D dan adanya hormon paratiroid. Hormon kalsitonin tidak mempengaruhi absorpsi kalsium
usus.
Resorpsi dan pembentukan tulang tenjadi
secara bersamaan. Lebih kurang 500 mg kalsium memasuki dan meninggalkan tulang
setiap han. Resorpsi kalsium tulang terutama
41
Senyawa fosfor anorganik dalam plasma
akan difiltrasi oleh glomerulus dan 85-90%
akan direabsorpsi kembali, terutama melalui
transport aktif pada tubulus renalis proksimat.
Proses aktlf mi dihambat oleh hormon paratiroid, Apabila diet fosfor menlngkat maka reabsorpsi menurun, sehingga ekskresi manlngkat.
Jadi ekskresi fosfor berbanding lurus dengan
kadar makanan.
Berbeda dengan kalsium, fosfor cukup
efisien diabsorpsi pada usus hatus dengan
transport aktf dan difusi aktif, yang berbanding
lurus dengan kadar makanan sehan-hani. Absorpsi nya meningkat akibat metabolit aktif
vitamin D (1,25 dehidroksikolekalslferol) seperti
juga pada katsium. Jarang terjadi gangguan
absorpsi fosfor melalui usus, kecuali makan
makanan bersama antasida yang mengikatfosfor datam usus sehingga tidak bisa diabsorpsi.
Hipenfosfatemia kronik. yang biasanya
teradi pada gagal gin~aIkronik tanpa pengobatan dapat menyebabkan penulangan ektopik, akibat adanya penimbunan kalsiumfosfat. Hipofosfatemia akut dapat menyebabkan anoreksia, pusing, nyeni tulang atau ketemahan otot bagi proksimat.
liver
Other
Factors
Kkin~
3. VItamin D
Vitamin D merupakan hormon, bukan
suatu vitamin, karena metabolit aktit vitamin D
(1,25 dehidroksikolekalsiferol) hanya dihasilkan oleh tubuh, ditransport melalum danah.
dan berefek jauh dan tempat pembentukannya.
Apabila kita cukup terkena pajanan sinar
matahari, kebutuhan akan vitamin D sudah
mencukupi, tanpa perlu tambahan makanan.
Vitamin D yang berasal dan kulit atau dan
makanan untuk dapat berperan dalam metabolisme, pertama kali hanus diubah dengan
serangkaian reaksi di hati dan ginjal manghasilkan 1 ,25-dehidroksikolekalsaferol, suatu
metabotit aktif yang dapat mempengaruhi metabotisme kalsium di usus dan tulang. Ion kalsium, fosfat, hormon paratiroid dan kemungkinan hormon steroid Iainnya ikut berperan
secara langsung maupun tidak langsung tarhadap rarigkatan reaksi vitamin 0 di ginjal. Metabolit aktif vitamin D mempunyai peran penting
dalam metabol,sme kalsium dan fosfor pada
saluran cerna, tulang dan gmnal.
f,25(QH),b
f.25(OH),D
Intestine
Parathyrold
Glands
42
lisme tulang, yaltu terjadi hambatan mineralisasi pada pembentukan tulang baru. Pads
anak- anak menyebabkan penyakit rickets den
pada orang dewasa menyebabkan osteomalasia.
4.
Hormon Paratirold
Hormon paratiroid atau disebut parathormon dihasitkan oleh chief cell kelenjar paratiroid di kutub postenor kelenjar tiroid. Hormon
ni dapat meningkatkan kadar kalsium dan
menurunkan kadar fosfat plasma melalui
mekanisme pada tulang, ginjal dan usus.
Keluarnya hormon mi akibat kadar kalsium
darah yang rendah.
Kerja hormon paratiroid pada tulang dan
ginjal rnenyebabkan meningkatnya aktivitas
adenil sikiase dengari akibat peningkatan pembentukan AMP siklik pada set osteoklas tulang,
menyebabkan sekresi enzim dan asam dan
osteoklas. Pada ginjal dan usus menyebabkan
pembentukan protein pengikatkalsium. Semua
proses tersebut menyebabkan hiperkalsemia.
Pada tulang, hormon paratiroid menyebabkan peningkatan resorpsi tulang oleh osteoktas metalui berbagai cara, seperti meng.
aktifkan semua osteokias yang telah terbentuk,
pembentukan osteoktas baru dan set osteoprogenitor dan menghambat perubahan osteokias menjadi osteoblas. Peningkatan resorpsi oleh osteoklas menyebabkan paningkatan mobilisasi kalsium tulang, sehingga
tenjadi hiperkalsemia.
Pada ginjal, hormon paratiroid menyebabkan peningkatan reabsorpsi kalsium dan
peningkatan pembentukan 1,25 dehidroksikolekalsiterol yang menyebabkari peningkatan absorpsi kalsium di usus, sehingga
menyebabkan hiperkatsemia. Harmon ni juga
menyebabkan penurunan kadar fostat plasma
akibat reabsorpsi fosfat di tubulus renalis
menurun.
Pada proses di usus, hormon paratiroid
juga menyebabkan hiperkalsemia dengan
Daftar Pustaka
1. Junqueria LC and Carneiro J. Bone, In: Basic
Histology, 3rd E.d, Lange Med. Pub., California,
1980, pp. 130-51.
2. Ganong WF. Hormonal control of calcium metabolism and the physiology of bone, In: Review of
Medical Physiology, 10th Ed., Lang. Med. Pub.,
Californis, 1981. pp. 308-17.
3. Guyton AG. Paratyroid hormone, calcitonin, calcium and phosphat metabolism, vitamin. D. bone
and teeth, In: Human Physiology arid Mechanism
of Disease. Third Ed., WB Saunders Comp.,
75.