Disusun Oleh :
Aries Maulana, S.Ked
J500 050 049
Laporan Kasus
PERITONITIS ET CAUSA PERFORASI GASTER
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
dr. Budi Yuwono,Sp.B
(..............................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Budi Yuwono,Sp.B
(..............................)
(..............................)
PENDAHULUAN
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan
adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian
bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen
dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada
alat pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan
seperti pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum
karena perforasi tukak lambung, perforasi dari Payer's patch, pada typhus
abdominalis atau perforasi akibat trauma.
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang
komplek dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi
dari usus ke dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara
potensial untuk terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini
dikenal dengan istilah peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu
peritonitis kimia yang disebabkan karena kebocoran asam lambung kedalam
rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna
merupakan suatu kasus kegawatan bedah.
Sejak 30 tahun yang lalu perforasi pada ulkus peptikum merupakan
penyebab yang tersering. Perforasi ulkus duodenum insidensinya 2-3 kali lebih
banyak daripada perforasi ulkus gaster. Hampir 1/3 dari perforasi lambung
disebabkan oleh keganasan pada lambung. Sekitar 10-15 % penderita dengan
divertikulitis akut dapat berkembang menjadi perforasi bebas. Pada pasien yang
lebih tua appendicitis acuta mempunyai angka kematian sebanyak 35 % dan
angka kesakitan 50 %. Faktor-faktor utama yang berperan terhadap angka
kesakitan dan kematian pada pasien-pasien tersebut adalah kondisi medis yang
berat yang menyertai appendicitis tersebut.
Untuk penegakan diagnosis diperlukan pengumpulan data dengan
mengadakan penelitian terhadap penderita melalui pemeriksaan fisik penderita
secara sistematis yang dimulai dengan anamnesis penderita ditambah dengan
pemeriksaan tambahan dan khusus. Bila penderita tidak sadar atau terlalu sakit
bisa dilakukan anamnesa keluarga (allo-anamnesa)
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Nama
2. Jenis Kelamin
3. Umur
4. Alamat
5. Agama
6. Pekerjaan
7. Masuk RS
8. Periksa
9. No. RM
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
: Ny. S
: Perempuan
: 60 th
: Brangkal 1/3 Lawu Sukoharjo
: Islam
: Swasta
: 29 April 2011 jam 13.26
: 02 Mei 2011
: 147307
Nyeri perut
tidak bisa kentut & BAB 2 hari terakhir, nafsu makan berkurang, dan
mual. selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya terasa ampeg dan
kaku karena menahan sakit, terkadang keluar keringat dingin, sesak
nafas, badan meriang dan kepala cekot-cekot. Pasien tidak pernah
mengeluhkan gangguan dalam berkemih
5. Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrovaskuler
Sistem Cardiovaskuler
Sistem Respiratorius
: Sesak nafas
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urogenital
Sistem Integumentum
Sistem muskuloskeletal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Vital sign
; Tampak Kesakitan
: Compos Mentis (E4V5M6)
:
Suhu : 37,1oC
Nadi : 84 x/mnt
Kepala
TD
: 130/80 mmHg
RR
: 30 x/mnt
Bentuk
: Mesocephal, Simetris
Rambut
Palpebra
: Tidak edema
Conjunctiva
: Tidak anemis
Sclera
: Tidak ikterik
Pupil
: Isokor / Isokor
Reflek cahaya
: +/+
Katarak
: Tidak ditemukan
: Tidak membesar
Kelj. Thyroid
: Tidak membesar
JVP
: Tidak meningkat
Mata
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas kiri atas SIC II LMC sinistra
Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra
Abdomen
Inspeksi
- Perkusi
Ekstremitas
-
Akral
: Hangat
Sianosis
: Tidak ditemukan
Edema
: Tidak ditemukan
2. Status Lokalis
Nyeri tekan dititik Mc.Burney (-), Rovsing sign (-), Obturator sign (-),
Psoas sign (-)
Rectal Toucher
- M. Spincter ani mencengkram kuat
- Mucosa recti licin, tidak teraba massa
- Ampula recti tidak kolaps
- Sarung tangan : Darah (-), Feces (+)
D. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Keluhan utama nyeri perut mendadak yang dirasakan sejak 4 hari
yang lalu. Keluhan diawali dengan muntah yang kemudian
keluhan nyeri perut dirasakan terus memberat. Keluhan lain yang
menyertai adanya kembung, keringat dingin, badan meriang, nyeri
kepala cekot-cekot,
E. DIAGNOSIS BANDING
Abdominal pain e/c peritonitis
Abdominal pain e/c appendicitis perforasi
Abdominal pain e/c gastritis erosiva
Abdominal pain e/c gastroenteritis akut
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi (29-04-2011)
Hb
Eritrosit
Hematokrit
Indek eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
: 323
Leukosit
: 4,5
Gol darah
:O
: 63 %
Limfosit
: 30 %
Monosit
7%
2. Pemeriksaan Immunologi
HbsAg
: (-)
: 84,82
Creatinin
: 0,84
SGOT
: 64,30
U/l (0 - 25)
SGPT
: 44,55
U/l (0 - 29)
GDS
: 124
G. DIAGNOSIS KERJA
Abdominal pain e/c peritonitis e/c perforasi
H. PERENCANAAN
1. Rencana terapi
a) Tindakan resusitasi Airway, Breathing, Circulation
b) Restorasi cairan infuse RL : D5% ( 1 : 1 ) maintenance
c) Pencegahan infeksi Ceftriaxone 1g/12 jam
Metronidazol 500mg/12 jam
d) Terapi simptomatik Ranitidin 1A/12 jam
I.
FOLLOW UP
A
p
Nyeri perut (+), BAB (-) 2 hr, Kentut (-), Nyeri boyok (+), Nyeri kepala (+)
KU : Tampak kesakitan, Compos mentis
VS : TD : 100/70 mmHg
Kep : CA -/-, Si -/Dada : S1-2 reg, sdv +/+
Perut : Peristaltik menurun, NT (+) hampir seluruh lapang perut
Ext : Edema -/-, akral hangat
Abdominal pain curiga ileus
Terapi : Inf. asering : Nacl : D5% 20 tpm
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Alinamin F 1A/12jam
Ranitidin 1A/12jam
Pasang DC dan NGT
Pasien di puasakan
Diagnostik : Cek DL, EKG, Abd 3 posisi
Nyeri perut (+), BAB (-) 2 hr, Kentut (-), Nyeri boyok (+), Nyeri kepala (+)
,demam (+)
A
p
Nyeri perut (+), BAB (-) 2 hr, Kentut (-), Nyeri boyok (+), Nyeri kepala (+)
,Demam (+)
KU : Tampak kesakitan, Compos mentis
VS : TD : 80/50 mmHg
Suhu : 36,8
N : 104 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Kep : CA -/-, Si -/Dada : S1-2 reg, sdv +/+
Perut : Peristaltik menurun, NT (+)seluruh lapang perut
Ext : Edema -/-, akral hangat
Hasil lab : Hb 12,0
AL 4500
AT 173000
UR 84,82 OT 64,30 PT 44,55
Abdominal pain curiga ileus dd peritonitis
Terapi : Advis Sp.B
Masuk ICU
Dopamin
CR 0,84
GDS 126
Nyeri perut (+), BAB (-) 2 hr, Kentut (-), Demam (+)
KU : Tampak kesakitan, Compos mentis
VS : TD : 126/85 mmHg
Suhu : 37,0
N : 100 x/mnt
RR : 23 x/mnt
Kep : CA -/-, Si -/-
A
p
A
p
Nyeri perut (+), kembung (+), BAB (-) 2 hr, Kentut (+), Demam (+)
KU : Tampak kesakitan, Compos mentis
VS : TD : 145/85 mmHg
Kep : CA -/-, Si -/Dada : S1-2 reg, sdv +/+
Perut : Peristaltik menurun, NT (+) seluruh lapang perut, distended
Ext : Edema -/-, akral hangat
Balance cairan = 1600 (900+450)
= + 250
Abdominal pain curiga ileus obstruksi dd peritonitis
Terapi : Inf. RL : D5% 20 tpm
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Ranitidin 1A/12jam
Metronidazol 1flush/12jam
Dulcolax supp II
Balans cairan, Puasakan
Nyeri perut kanan bawah (+), nyeri kepala (+), BAB (-), Kentut (+), Demam
(+)
KU : lemah, Compos mentis
VS : TD : 130/70 mmHg
Nadi 80x/mnt
Suhu 36,2
RR 20 x/mnt
Kep : CA -/-, Si -/Dada : S1-2 reg, sdv +/+
Perut : distended, Hipertympani (+), Peristaltik menurun, NT (+) Mc Burney,
Obturator sign (+), Rovsing sign (+)
Ext : Edema -/-, akral hangat
A
p
A
p
Nyeri perut kanan bawah (+), nyeri kepala (+), BAB (-), Kentut (+), Demam
(+)
KU : lemah, Compos mentis
VS : TD : 130/70 mmHg
Nadi 80x/mnt
Suhu 36,2
RR 20 x/mnt
Kep : CA -/-, Si -/Dada : S1-2 reg, sdv +/+
Perut : distended, Hipertympani (+), Peristaltik menurun, NT (+) Mc Burney,
Obturator sign (+), Rovsing sign (+)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Hasil Lab : Hb 12,5 Ht 35
AL 8800 At 165000
Ur 3,52 Cr 0,56 GDS 66,59 K 2,4 Na 137 Cl 100
Protein total 5,80 Alb 3,60
glb 2,20
Abdominal pain curiga App perforasi dd peritonitis
Terapi : Inf. RL : D5% 20 tpm
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Ranitidin 1A/12jam
Metronidazol 1flush/12jam
Dulcolax supp II
Balans cairan , rencana operasi hari ini
S
O
A
p
A
p
Nyeri didaerah luka operasi (+), nyeri kepala (+), flatus (+), sesak (+), puasa
(+)
KU : lemah, Compos mentis
VS : TD : 150/90 mmHg
Nadi 94 x/mnt
RR 24x/mnt
Kep : CA -/Dada : S1-2 reg, sdv +/+
Perut : Hipertympani (+), Peristaltik (-)
Ext : Edema -/-, akral hangat
Lab ulang : Hb 14,0 AL 11700 AT 167000
Balance = + 595 cc
Post laparotomi Exsplorasi H(1) a/i Peritonitis general e/c perforasi gaster
(curvatura minor)
Terapi : O2 2-3 lt/mnt
Inf. RL : D5% 20 tpm
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Ranitidin 1A/12jam
Metronidazol 1flush/12jam
Lasix extra 1 amp
Puasa (+), nyeri kepala (+), BAB (+), sesak (+), batuk (+)
A
p
TINJAUAN PUSTAKA
akibat
penyebaran
infeksi dari
ANATOMI
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu
coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding
enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Sedangkan kedua rongga
mesoderm, bagian dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga
mesoderm tersebut kemudian akan menjadi peritoneum.
(retroperitoneum).
ETIOLOGI
Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis
infektif (umum) dan abses abdomen (lokal). Bila ditinjau dari penyebabnya,
infeksi peritonitis terbagi atas:
2. Peritonitis bakterial:
a) Peritonitis bakterial spontan, 90% disebabkan monomikroba,
tersering adalah bakteri gram negatif, yakni 40% Eschericia coli,
7% Klebsiella-pneumoniae, spesies Pseudomonas, Proteus dan
lain-lain. Sementara bakteri gram positif, yakni Streptococcus
pneumoniae 15%, Streptococcus yang lain 15%, golongan
Staphylococcus 3%, dan kurang dari 5% kasus mengandung
bakteri anaerob.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. bila
melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi
lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi
lambung karena kerja saraf sehingga menimbulkan rangsangan
kimiawi yang nienyebabkan dinding lambung melepaskan hormon
yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung dihalangi
oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu
gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
fisiologis,
gaster
relatif
bebas
dari
bakteri
dan
Gastritis
Cholecystitis, colik bilier
Torsi ovarium
Salpingitis acuta
Demam typoid
Crohns disease
Colitis
7. Penatalaksanaan
Penatalaksaan tergantung penyakit yang mendasarinya. Intervensi
bedah hampir selalu dibutuhkan dalam bentuk laparotomi explorasi dan
8. Prognosis
Prognosis untuk peritonitis