Anda di halaman 1dari 9

Studi Sifat Mekanik Campuran Debu Vulkanik Sinabung (DVS),

Polypropylene (PP), dan Polyethylene (PE) Menggunakan Mesin


Mixer Buatan Sendiri
Alfian Hamsi1, Abdul Kahar Sinaga2
1

Staf pengajar Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jln. Almamater Kampus USU Padang Bulan Medan, Indonesia
2
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jln. Almamater Kampus USU Padang Bulan Medan, Indonesia
email, alfian_hamsi@yahoo.com, email, sinaga.kahar110401022@gmail.com
Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Mesin mixer merupakan peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses percampuran dua atau lebih
material dalam suatu industri yang berbahan dasar thermoplastik dan serbuk (powder). Proses percampuran
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu campuraan yang homogen dari beberapa jenis material. Sampai saat ini
mesin mixer untuk mencampur bahan-bahan thermoplastik dan serbuk belum tersedia di laboratorium Teknik Mesin
Fakultas Teknik USU sedangkan kegunaannya mutlak diperlukan untuk penelitian-penelitian mahasiswa S1, S2 dan
S3. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, pembutan mesin mixer serta pengujian pengaruh variasi komposisi,
dan putaran terhadap kehomogenan dan sifat mekanis campuran Polypropylene (PP), Polyethylene (PE) dan Debu
Vulkanik Sinabung (DVS). Hal inilah yang mendasari sehingga penulis melakukan penelitian studi sifat mekanik
terhadap campuran PP, PE, DVS pada proses mixing. Pengujian dilakukan menggunakan mikroskop optik dan photo
makro untuk melihat kehomogenan campuran dan pengujian tarik untuk melihat kekuatan campuran. Hasil
pengujian mesin diperoleh bahwa mesin mixer buatan sendiri dapat dioperasikan dengan variasi putaran 61, 76 , 81
rpm dan temperatur 1600c, 1700c, 1800c. Hasil uji tarik variasi komposisi I : PP 38,12% ,PE 60% dan DVS 1,88%
pada putaran 81 rpm, dan temperatur 1700C diperoleh nilai tegangan tarik yang paling optimum sebesar 16,08
N/mm2. Sedangkan pada variasi komposisi II : PP 10% , PE 20% dan DVS 70% pada putaran 81 rpm, dan
temperatur 1700c diperoleh tegangan tarik yang paling optimum sebesar 15,85 N/mm2. Setelah didapatkan nilai
tegangan tarik yang paling optimum, maka dapat disimpulkan hasil pencampuran variasi komposisi PE, PP, dan
DVS mengalami peningkatan dibandingkan dengan PE murni yang mempunyai nilai tegangan tarik sebesar 13
N/mm2.
Kata kunci : Mixer, Temperatur, Putaran, Polypropylene, Polyethylene, Debu Vulkanik Sinabung.

PENDAHULUAN
Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang
digunakan pada proses percampuran dua atau lebih
material dalam suatu industri yang berbahan dasar
thermoplastik dan serbuk (powder). Bahan jenis
serbuk dapat dicampur menggunakan mixer statis
yang lebih murah dalam penggunaan serta mudah
dalam pemasangan [1,2]. Proses percampuran
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu campuran
homogeny dari beberapa material baik liquid/solid
(pasta).
atau solid/solid. Kehomogenan suatu
campuran dipengaruhi berbagai faktor, diantarnya
ukuran partikel yang lebih seragam akan
menghasilkan kehomogen
yang lebih
baik
dibandingkan ukuran yang tidak seragam [3]. Proses

percampuran merupakan bagian penting yang


dilakukan dalam suatu industry kimia [4].
Percampuran polymer dengan elemen dilakukan untuk
tujuan tertentu seperti memperbaiki sifat mekanis
campuran [5]. Sifat mekanis seperti kekuatan tarik
dan impak dipengaruhi oleh parameter percampuran
seperti temperatur dan kecepatan pengaduk [6].
Parameter temperatur percampuran dipengaruhi oleh
komposisi campuran, seperti komposisi HDPE
menyebabkan perubahan temperature dan waktu
pemrosesan [7]. Temperatur merupakan parameter
yang penting pada proses percampuran dua atau lebih
material, tingginya temperatur proses dapat
mengakibatkan proses percampuran terjadi pada
kondisi material mencair atau meleleh. Metode
percampuran
pada
kondisi
mencair
lebih

menguntungkan dibanding metode lain pada


pembuatan nano komposit polyurethane dan
montmorillonite [8]. Sifat mekanis campuran
diperoleh melalui pengujian tarik sampel campuran,
pembuatan sampel dapat dilakukan menggunakan
metode
injeksi
molding.
Parameter
yang
mempengaruhi
kualitas
sampel
diantaranya
temperatur dan tekanan, Alfian Hamsi [9] telah
meneliti mengenai pengaruh jenis binder terhadap
kualitas sampel hasil injeksi molding. Beberapa
penelitian mengenai percampuran polypropylene
dengan material lain menggunakan mixer telah
dilakukan. Alfian Hamsi [10] telah melakukan
penelitian percampuran 4%PP pada aspal dan
pengaruhnya terhadap kekuatan tekan dan rendam air.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh temperatur
percampuran terhadap kehomogenan dan sifat
mekanis campuran polypropylene, Polyethyelene dan
Debu Vulkanik Sinabung menggunakan mixer buatan
sendiri.

itu untuk formula II percampuran dilakukan dengan


komposisi PP 10% , PE 20% dan DVS 70%.
Temperatur percampuran putaran sama halnya dengan
formula I. Material yang telah dicampur selanjutnya
dilakukan
proses
injection
molding
untuk
pembentukan sampel uji tarik, standar sampel uji tarik
ini mengacu kepada standar ASTM E8 M-09 (Gambar
2). Sampel uji tarik selanjutnya diuji menggunakan
beban maksimum 20 Newton. Pengujian photo makro
dan mikro dilakukan terhadap sampel berbagai variasi
temperature untuk melihat distribusi material di dalam
campuran yang telah melalui proses percampuran
menggunakan mixer buatan sendiri.

Gambar 2 : Dimensi sampel uji tarik material PP, PE


dan DVS (ASTM E8 M-09)
METODOLOGI PENELITIAN
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini diawali dengan pembuatan mesin
mixer model gear box serta uji coba mixer setelah
selesai dipabrikasi meliputi pengukuran temperatur
dan putaran. Proses percampuran polypropylene (PP),
polyethylene (PE) dan debu vulkanik sinabung (DVS)
dilakukan dengan variasi komposisi formula I dan II,
berikut diagram alir proses percampuran yang
diperlihatkan pada gambar 1 :

Hasil uji coba peralatan mixer


Mixer yang digunakan merupakan mixer
buatan sendiri dilengkapi sistem roda gigi untuk
mendapatkan putaran yang diinginkan pada proses
percampuran, desain mesin seperti diperlihatkan pada
gambar 3 berikut:

n1,1
T1,1

n1,2
n1,3

Formula I
dan II
Mixer

n1,1
T1,2

n1,2
n1,3
n1,1

T1,3

n1,2
n1,3

Gambar 1 : Digram alir proses percampuran


komposisi formula I dan II
Pada formula I percampuran dilakukan
dengan komposisi PP 38,12% ,PE 60% dan DVS
1,88%. Temperatur percampuran 1600c, 1700c, dan
1800c serta putaran 61 rpm, 76 rpm, 81 rpm. Setelah

Gambar 3 : Desain mesin mixer variasi putaran sistem


gear box
Gambar 3 merupakan desain mesin yang telah selesai
dibuat, mesin ini terdiri dari bagian utama diantaranya
electromotor (1), roda gigi payung (2), poros

pengaduk (3), rangka utama (4) dan wadah tempat


mengaduk (5). Pemanas yang digunakan pada mesin
ini menggunakan sistem pelat. Uji coba peralatan
dilakukan untuk melihat apakah system pemanas dan
putaran sudah bisa bekerja sesuai dengan yang
diinginkan.
Hasil
pengujian
memperlihatkan
temperatur yang dicapai pada pengujian sebesar 1800c
dengan waktu 8 menit. Temperatur sudah dianggap
cukup karena penelitian menggunakan polypropylene,
polyethylene dan Debu Vulkanik Sinabung sebagai
bahan yang akan dicampur di dalam wadah. PE
sebagai komponen utama atau pengisi pada penelitian
ini memiliki titik leleh diatas 1350c dan titik
rekristalisasi 105-1150c [11]. Efektivitas pemanasan
ini bergantung kepada jenis elemen pemanas serta
jenis isolasi yang digunakan. Putaran mesin mixer
menggunakan sistem gear box ini menghasilkan
putaran 61, 76 dan 81 rpm.

menyebabkan kekuatan tarik tidak begitu maksimum.


Sedangkan pada temperature 1800c material sebagian
besar mengalami pelelehan, hal ini tentunya akan
mempengaruhi distribusi dari tiap elemen pada
campuran, disamping juga temperature yang tinggi
akan menyebabkan sebagian elemen mulai terbakar
sehingga menurunkan kekuatan campuran. Pada
komposisi II yaitu : PP 10%, PE 20%, DVS 70%,
pengujian tarik yang dilakukan mendapatkan bentuk
grafik yang sama pada komposisi I. hasilnya akan
diperlihatkan pada gambar 5 berikut ini :

HASIL PENGUJIAN TARIK SAMPEL VARIASI


TEMPERATUR PERCAMPURAN
Pengujian tarik dilakukan untuk mendapatkan
kekuatan material yang telah mengalami proses
percampuran menggunakan mixer buatan sendiri,
hasil pengujian tarik perbandingan komposisi I dan II
akan diperlihatkan pada gambar 4 berikut ini:

Gambar 4 : Pengaruh temperatur percampuran


terhadap kekuatan tarik variasi
komposisi I: PP 38.12%, PE 60%,
DVS 1.88%.
Gambar 4 memperlihatkan rata-rata kekuatan tarik
campuran PP, PE dan DVS cenderung mengalami
peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur
percampuran. Kekuatan tarik maksimum dicapai pada
temperature 1700c sebesar 16.08 N/mm2 , temperatur
ini PE umumnya telah mengalami rekristalisasi dan
mulai mengalami pelelehan dan pada temperatur
1600c material masih menuju proses rekristalisasi,
maka hal ini berpengaruh terhadap material DVS yang
belum melekat pada material lainnya yang

Gambar 5 : Pengaruh temperatur percampuran


terhadap kekuatan tarik variasi
komposisi II: PP 10%, PE 20%, DVS
70%.
Gambar 5 memperlihatkan rata-rata kekuatan tarik
campuran PP, PE dan DVS cenderung mengalami
peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur
percampuran. Kekuatan tarik maksimum dicapai pada
temperature 1700c sebesar 15.85 N/mm2. Dilihat dari
perbandingan komposisi I dan II, perbedaan nilai
kekuatan tarik begitu signifikan, ini dikarenakan
perbedaan komposisi DVS, dimana penambahan
komposisi DVS akan membuat material menjadi getas
dan menurunkan kekuatan tarik setelah dilakukan
pengujian. Pengujian tarik perbandingan komposisi I
dan II yang telah dilakukan juga diperoleh elongation
campuran, hasilnya seperti diperlihatkan pada gambar
6 berikut ini:

Gambar 6 : Pengaruh temperatur percampuran


terhadap elongation (regangan) variasi

komposisi I: PP 38.12%, PE 60%,


DVS 1.88%.
Gambar 6 memperlihatkan kenaikan temperatur
percampuran akan menurunkan elongation campuran.
Elongation paling tinggi diperoleh pada temperature
1600c. Temperatur, keseragaman, bahan penambah
dan adanya cacat pada material merupakan beberapa
faktor yang mempengaruhi elongation. Pada
komposisi II yaitu : PP 10%, PE 20%, DVS 70%,
elongation yang diperoleh mendapatkan bentuk grafik
yang berbeda pada komposisi I. hasilnya akan
diperlihatkan pada gambar 7 berikut ini :

Gambar 7 : Pengaruh temperatur percampuran


terhadap elongation (regangan) variasi
komposisi II: PP 10%, PE 20%, DVS
70%.
Gambar 7 memperlihatkan kenaikan temperatur
campuran akan menaikkan elongation campuran.
Elongation paling tinggi diperoleh pada temperatur
1700c. Perbandingan elongation antara komposisi I
dan II tersebut sangat jelas berbeda dari bentuk grafik
yang didapatkan, ini dikarenakan penambahan
komposisi DVS 70% dari yang sebelumnya 1.88%,
dan juga dari material lainnya.

HASIL PENGUJIAN TARIK SAMPEL VARIASI


PUTARAN PERCAMPURAN
Sampel campuran PP, PE dan DVS variasi
putaran antara komposisi I dan II juga dilakukan
pengujian tarik hasilnya seperti diperlihatkan pada
gambar 8 berikut ini:

Gambar 8 : Pengaruh kecepatan putaran percampuran


terhadap kekuatan tarik variasi komposisi
I: PP 38.12%, PE 60%, DVS 1.88%.
Gambar 8 memperlihatkan rata-rata kekuatan tarik
campuran PP, PE dan DVS cenderung mengalami
peningkatan seiring dengan kenaikan kecepatan
putaran percampuran. Kekuatan tarik maksimum
dicapai pada putaran 81 rpm sebesar 16.08 N/mm2.
Pada komposisi II yaitu : PP 10%, PE 20%, DVS
70%, pengujian tarik yang dilakukan mendapatkan
bentuk grafik yang sama pada komposisi I. hasilnya
akan diperlihatkan pada gambar 9 berikut ini :

Gambar 9 : Pengaruh kecepatan putaran percampuran


terhadap kekuatan tarik variasi komposisi
II: PP 10%, PE 20%, DVS 70%.
Gambar 9 memperlihatkan rata-rata kekuatan tarik
campuran PP, PE dan DVS cenderung mengalami
peningkatan seiring dengan kenaikan kecepatan
putaran percampuran. Kekuatan tarik maksimum
dicapai pada puataran 81 rpm sebesar 15.85 N/mm2.
Dilihat dari perbandingan komposisi I dan II,
perbedaan nilai kekuatan tarik tidak begitu signifikan,
hasil dari bentuk kedua grafik tersebut sama, ini
dikarenakan seiring dengan tingginya putaran akan
membuat ketiga
material tersebut semakin
terdistribusi keseluruh bagian material atau menjadi
homogen.

HASIL PHOTO MIKRO SAMPEL


Photo mikro dilakukan menggunakan
mikroskop optik untuk melihat permukaan sampel
variasi
temperature
dan
kecepatan
putaran
percampuran pada komposisi I yang merupakan
komposisi yang memiliki nilai kekuatan tarik yang
lebih bagus dari percampuran komposisi II, hasil
pengujian seperti diperlihatkan pada gambar 10
berikut ini:

a)

b)

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya


void pada komposit, menurut Femiana Gabsari [12]
void bisa diakibatkan oleh adanya udara yang
terperangkap pada saat proses percampuran dilakukan
juga proses percampuran menggunakan mixer yang
kurang baik akan mempengaruhi pembentukan void.
DVS yang ditambahkan sebagai penguat diperlihatkan
no.3 pada seluruh gambar tidak begitu terlihat, ini
dikarenakan PE sebagai pengisi memiliki titik leleh
yang rendah oleh sebab itu PE telah terbakar (gosong)
dan menyatu dengan DVS sebagai penguat.
Sedangkan PP sebagai matrik yang diperlihatkan no.2
pada seluruh gambar sedikit terlihat diantara PE dan
DVS. Dari hasil photo mikro tersebut terlihat bahwa
material PE dan DVS sangat mudah menyatu
(homogen). Selain itu seiring dengan naiknya
temperature akan menyebabkan hampir sebagai
material terbakar, kemudian dengan naiknya
kecepatan putaran memperlihatkan bahwa semua
material lebih homogen.

HASIL PHOTO MAKRO SAMPEL

c)

Gambar 10 : Photo mikro paduan PE, PP dan DVS


setelah percampuran pada temperature
a)1600c putaran 61 rpm, b)1700c
putaran 76 rpm, dan c)1800c putaran 81
rpm.
Gambar 10 a, b, dan c memperlihatkan permukaan
campuran dengan variasi temperatur percampuran dan
kecepatan putaran pada variasi komposisi I. Pada
semua gambar yang diterangkan pada no.1
memperlihatkan adanya kekosongan (void) diantara
DVS dan PE, keberadaan void ini tentunya akan
menyebabkan penurunan kekuatan dari campuran.

Photo makro dilakukan untuk melihat bentuk


patahan PP, PE dan DVS pada campuran setelah
mengalami proses percampuran menggunakan mixer
dengan variasi temperature dan kecepatan putaran
percampuran pada komposisi I yang merupakan
komposisi yang memiliki nilai kekuatan tarik yang
lebih bagus dari percampuran komposisi II, photo
hasil percampuran seperti diperlihatkan pada gambar
11 berikut ini:

Penambahan variasi temperature dan putaran yang


digunakan juga akan menyebabkan menurunnya
elongation campuran, hal ini dapat dilihat dari
karakteristik bentuk patahan sampel b yang
memperlihatkan
sampel
tidak
mengalami
pertambahan panjang yang signifikan sebelum
mengalami putus. Bentuk patahan sampel b terlihat
tidak begitu berserabut hal ini menandakan sampel
memiliki keuletan yang rendah. Nilai elongation yang
paling rendah diperoleh pada putaran 76 rpm (sampel
b), permukaan patahan sampel ini memperlihatkan
banyaknya
butiran
DVS
yang
berkumpul
dipermukaan tidak menyatu dengan PE. Kemudian
untuk sampel c memperlihatkan bentuk patahan yang
melengkung yang sedikit ulet dari pada sampel b, ini
disebabkan karena distribusi PE lebih merata
keseluruh bagian material dan juga pengaruh
temperatur yang membuat material PE meleleh.

HASIL PERBANDINGAN NILAI PENGUJIAN


TARIK SAMPEL VARIASI KOMPOSISI
PERCAMPURAN DENGAN POLYETHYLENE
MURNI.
Sampel campuran PE, PP dan DVS variasi
komposisi I dan II dengan polyethylene murni sebagai
perbandingannya maka dilakukan pengujian tarik,
hasilnya seperti diperlihatkan pada gambar 12 berikut
ini:

Ket : 1) PE (Polyethylene)
2) PP (Polypropylene)
3) DVS (Debu Vulkanik Sinabung)
Gambar 11 : Photo makro paduan PE, PP dan DVS
setelah percampuran pada temperature
a)1600c putaran 61 rpm, b)1700c
putaran 76 rpm dan c)1800c putaran 81
rpm.
Bentuk patahan sampel uji tarik variasi temperature
dan putaran (gambar 11) pada variasi komposisi I
memperlihatkan bentuk patahan yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Pada (gambar 11a)
memperlihatkan luas penampang yang sangat
berserabut dari pada penampang lainnya ini
dikarenakan PE yang menumpuk pada satu titik dan
juga memperlihatkan bahwa material PE belum
terdistribusi merata ke seluruh bagian material seiring
rendahnya putaran dan temperatur yang digunakan
sebelum sampel mengalami putus seluruhnya, hal ini
sejalan dengan elongation bahan yang tinggi.

Gambar 12 : Grafik pengaruh variasi temperature dan


putaran pada variasi komposisi I,II, dan
PE murni terhadap kekuatan tarik.
Gambar 12 memperlihatkan hasil pengujian tarik tiga
jenis material polyethylene murni, komposisi I (PE
60%, PP38.12%, DVS1.88%) dan komposisi II
(PE20%, PP10%, DVS70%). Bahan PE murni
memperlihatkan kekuatan yang lebih rendah sebesar
13,00 N.m-2 bila dibandingkan dengan material DVS
1.88% yang telah ditambahkan pada komposisi I yang
memiliki nilai tegangan optimum sebesar 16.08 N.m-

2 pada putaran 81 rpm, dan temperature 1700c, dan


juga pada komposisi II yang telah ditambahkan
material DVSnya 70% yang memiliki nilai tegangan
optimum sebesar 15.85 N/mm2. Hasil pengujian tarik
dengan variasi komposisi I dan II dengan
polyethylene murni juga menghasilkan nilai
elongation untuk tiga jenis material, seperti
diperlihatkan pada gambar 13 berikut ini:

Gambar 13 : Grafik pengaruh variasi temperature dan


putaran pada variasi komposisi I,II, dan
PE
murni
terhadap
regangan
(elongation).

komposisi. Penurunan seiring dengan kenaikan


temperature percampuran terjadi pada komposisi
I (PE60%, PP38.12% dan DVS1.88%), nilai yang
paling optimum diambil pada range T:1600c,
n:61 rpm sebesar 8.24 N/mm2. Sedangkan pada
campuran komposisi II (PE20%, PP10%,
DVS70%) mengalami peningkatan, nilai yang
paling optimum diambil pada range T:1700c,
n:81 rpm sebesar 6.08 N/mm2.
4. Kecepatan putaran pengaduk juga mempengaruhi
kekuatan campuran, kekuatan tarik rata-rata
paling optimum diperoleh pada campuran
komposisi I (PE60%, PP38.12% dan DVS1.88%)
pada putaran 81 rpm, dan temperature 1700c
sebesar 16.08 N/mm2.
5. Dari sifat mekanis yang telah dilakukan variasi
komposisi I (PE60%, PP38.12%, DVS1.88%)
mengalami peningkatan dibandingkan dengan
variasi komposisi II (PE20%, PP10%, DVS70%)
yaitu 15.85 N/mm2 dan PE murni yang memiliki
nilai 13.00 N/mm2. Hal ini juga disebabkan
semakin tinggi penambahan kadar Debu Vulkanik
Sinabung maka akan menyebabkan material
menjadi getas dan menurunkan kekuatan material
tersebut.

SARAN
Polypropylene murni tanpa ditambahkan bahan lain
memiliki elongation yang paling baik, terlihat pada
tampilan grafik diatas (gambar 13) nilai regangan
begitu sangat signifikan dibandingkan dengan variasi
komposisi I, dan II. Namun kekuatan lebih rendah bila
dibandingkan bahan campuran PE, PP dan DVS.

KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pengaruh variasi campuran terhadap sifat mekanik
paduan PE, PP dan DVS dapat dibuatkan kesimpulan:
1. Mesin mixer buatan sendiri telah berhasil
dipabrikasi dengan variasi putaran (n) dan
temperature (T).
2. Kenaikan temperatur campuran akan menaikkan
kekuatan tarik campuran PE, PP dan DVS. Pada
variasi campuran komposisi I dan II hasil
menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik tertinggi
terjadi dengan variasi campuran komposisi I
(PE60%, PP38.12% dan DVS1.88%) pada range
temperatur yang diambil diperoleh pada 1700c
dan putaran 81 rpm sebesar 16.08 N.m-2.
3. Regangan (elongation) mengalami hasil yang
berbeda
pada
masing-masing
campuran

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam hal


kontrol parameter proses pada saat pencetakan
spesimen uji tarik yang menggunakan sistem injeksi
molding, oleh karena itu disarankan pada penelitian
selanjutnya untuk melihat pengaruh parameter injeksi
molding terhadap kualitas campuran PP, PE dan DVS.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih disampaikan kepada Bapak Ir.Alfian
Hamsi, M.Sc selaku dosen pembimbing dalam
penelitian ini. Terima kasih juga kepada Bapak
Suprianto, ST.MT sebagai pembimbing dilapangan
saya. Dan tidak lupa ucapan terima kasih kepada
Syugito dan Indra Hermawan yang telah banyak
membantu penelitian ini.

REFERENSI
[1] I.Bauman, D. Curic dan M. Boban, Mixing of
solid in different mixing devices, Sadhana
Vol. 33, Part 6 (2008) 721731.
[2] I.Bauman, Solid-solid mixing with static mixer,
Chem. Biochem. Eng. Q.15 (4) (2001) 159165
[3] O. Djuragic, J. Levic, S. Sredanovic dan L.
Levic, Evaluation of homogeneity in feed by

method of microtracers, Archiva Zoolechnica,


12:4 (2009) 85-91.
[4] H. Kravarikova, Numerical simulation of mixing
process, International Journal of Education and
Research, Vol. 1 No. 10, (2013) 1-10.
[5] I. Manas-Zloczower, Analysis of mixing in
polymer processing equipment, Department of
Macromoleculer Science, Case Western Reserve
University, Cleveland, OH 44106. Information
on www.rheology.org. online tanggal 7
september 2015.
[6] P. Abdoltajedini, A. Arefazar and G.R.
Bakhshandeh, The Effect of Processing
Conditions on Phase Morphology and
Mechanical Properties of PA6/PC/NBR Ternary
Polymer blends: Optimization Using Taguchi
Experimental Analysis, Word of Sciences
Journal, Vol.1 issue 7, pp.180-194. Information
on http://engineerspress.com online tanggal 7
september 2015.
[7] E.S. Barboza Neto, L.A.F. Coelho, M.M.C.
Forte, S.C. Forte, S.C. Amino dan C.A. Ferreira,
Processing of a LLDPE/HDPE Pressure Vessel
Liner by Rotomolding, Materials Research,
17(2014) 236 241.
[8] B.C. Chun, T.K. Cho, M.H. Chong, Y.C. Chung,
J. Chen, D. Martin dan R.C. Cieslinski,
Mechanical
Properties
of
Polyurethane/Montmorillonite Nanocomposite
Prepared by Melt Mixing, Journal of Applied
Polymer Science, Vol. 106 (2007) 712721.
[9] A. Hamsi, The application of palm oil as a
binder for injection molding process,
Proceeding, Malaysian Engineer (2005) pp.8083.
[10] A. Hamsi, Pengaruh campuran 3% dan 4%PP
pada aspal penetrasi 60/70 terhadap kekuatan
tekan dan rendam air, Departemen Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, USU (2014).
[11] Wikipedia, Sifat dan karakteristik material
plastik
polyethylene.
Information
on
www.wikipedia.com online tanggal 17 Oktober
2015.
[12] F. Gapsari dan P.H. Setyarini, Pengaruh fraksi
volume terhadap kekuatan tarik dan lentur
komposit resin berpenguat serbuk resin, Jurnal
rekayasa mesin, Vol.1, No.2 (2010) pp 59-64.

Anda mungkin juga menyukai