Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta dan Pemelihara
alam semesta ini, karena karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah Agama yang berjudul
Aqidah,Syariah, dan Muamalah. Shalawat serta salam semoga tercurahkan pada nabi kita nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang telah menuntun kita dalam zaman
jahiliyah hingga zaman terang benderang yakni iman dan islam.
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi dan diharapkan dengan disusunnya makalah
ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses pembelajaran Agama Islam secara
sederhana dan mengenai pada permasalahan yang ada di masyarakat.
Kami memohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah
ini dari penulisan sampai dengan pembahasan materi,untuk itu kami berharap akan saran dan
masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Dan tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing pada
mata kuliah pendidikan Agama Islam yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini
dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih.

Jember, September
2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar Belakang
Manusia diberi anugerah oleh Allah SWT,manusia hidup di dunia ini diberi dengan
segala kenikmatan yang tiada habisnya namun terkadang manusia lupa akan makna dari
kenikmatan tersebut. Maka dari itu manusia membutuhkan pedoman agar manusia kembali
ke jalan yang diridhoi-Nya.Kehidupan manusia dibimbing melalui pedoman akhlaq syariah
dan muamallah.
Akhlaq Islam bukanlah semata-mata anjuran menuju perbaikan nilai kehidupan
manusia didunia, tapi ia memberikan dampak bagi kehidupannya di akhirat. Seseorang yang
berakhlaq baik tentunya akan mendapat ganjaran pahala, dan sebaliknya orang yang
berakhlaq buruk pasti ia akan merasakan adzab Allah yang sangat pedih. Seseorang yang
senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik, misalnya, tentunya baik buat dirinya dan orang
lain didunia ini dan juga menadapatkan ganjaran pahala yang akan menambah berat
timbangan amal sholehnya di hari akhirat kelak. Dan seorang pengumpat, pencaci, penghasud
tentunya akan memberikan akibat buruk bagi dirinya dan orang lain didunia dan melicinkan
jalannya untuk menikmati siksa Allah di neraka kelak.
Dengan berbekal dan berpedoman kepada Al-Quran manusia menjadi terbimbing
dan terarah hidupnya. Jadi akhlaq didalam Islam bukanlah semata-mata sopansantun, etika,
atau moral.

B.Rumusan Masalah
A. Apakah yang dimaksud dengan Aqidah
B. Apakah yang dimaksud dengan Syariah
C. Apakah yang dimaksud dengan Muamalah
C.Tujuan
Agar lebih memahami dan mengetahui tentang aqidah,syariah dan muamallah. Dan
bisa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
D.Manfaat
Menambah pengetahuan tentang Aqidah,Syariah dan Muamallah.

BAB II
PEMBAHASAN

A . Aqidah
. Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi)
Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam
(pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan).
Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
"Al-Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata
tersebut diambil dari kata kerja: " Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " Aqdan" (ikatan
sumpah), dan " Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maaidah : 89).
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh
keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada
orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima
keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh,
maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas
hal tersebut.

. Upaya Memperkokoh Aqidah


Salah satu cara untuk memperkokoh aqidah adalah dengan memurnikan
keimanan kepada Allah. Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama.
Rukun ini sangat penting kedudukannya dalam Islam. Sehingga wajib bagi kita untuk
mengilmuinya dengan benar supaya membuahkan aqidah yang benar pula tentang
Allah SWT.
Fungsi dan Sumber Aqidah
Ibaratnya, Aqidah adalah dasar atau pondasi mendirikan bangunan. Semakin
tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kuat dan kokoh pondasi dibuat.
Kalau dasar/pondasi lemah, bangunan itu akan roboh dan ambruk. Tak ada bangunan
tanpa dasar/pondasi.
Dalam ajara Islam, Aqidah-Akhlaq-Syariah (Ibadah dan Muamalah), tidak
bisa dipisahkan, satu sama lain saling terkait.
Jika seseorang memiliki aqidah yang kuat pasti memiliki akhlaq yang mulia,
melaksanakan ibadah sebagaimana tuntunan dan bermuamalah sebaimana di
syariatkan Allah SWT. Juga, jika seseorang berakhlaq mulia, pasti ia kuat aqidahnya,
ibadahnya dan bermuamalahnya-pun bagus dan seterusnya.
Sumber Aqidah Islam adalah Al-Quran dan as Sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah SWT dalam Al Quran dan oleh Rasulullah SAW dalam as
Sunnahnya, wajib di imani (diyakini dan diamalkan).

B. Syariah

Pengertian Syariah

Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah


perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan
seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syara al-syaiu yang berarti
menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syirah dan
syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air
secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan
alat lain. Syariat dalam istilah syari hukum-hukum Allah yang disyariatkan
kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Quran dan sunnah nabi
Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan
Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil AlQuran dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma
dan qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah
kepada hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah,
sistem kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih
keselamatan di dunia dan akhirat.

Syari'ah Dalam Arti Luas


Dalam arti luas al-syariah berarti seluruh ajaran Islam yang
berupa norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin
(sistem kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legalformal) yang individual dan kolektif.
Syari'ah Dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit al-syariah berarti norma-norma yang
mengatur sistem tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif.
Berdasarkan pengertian ini, al-syariah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih
dan usul fikih.
Ada dua pendekatan dalam mendefinisikan Syariah, yaitu antara lain:
Dari segi tujuan, Syariah memiliki pengertian ajaran yang menjaga kehormatan manusia
sebagai makhluk termulia dengan memelihara atau menjamin lima hal penting, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)

Menjamin kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha Esa)


Menjamin kehiupan yang layak (memelihara jiwa)
Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga keturunan)
Menjamin kebebasan berpikir (memelihara akal)
Menjamin kehidupan dengan tersedianya lapangan kerja yang pantas (memelihara harta)

Ruang Lingkup Syariah

Ruang lingkup syariah yang sesungguhnya yaitu mencakup keseluruhan ajaran Islam,
baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlaq dan termasuk diantaranya adalah
muamalah yang mengatur tentang peraturan atau system kehidupan manusia yakni:
1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah
SWT (ritual), yang terdiri dari :
a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rumun Islam.
2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya
dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang,
pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan,
pengupahan, rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah,
titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
3. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya :
perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan
suami istri, mas kawin, berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu, liam
dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-lain.
4. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat,
kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan,
kesaksian dan lain-lain.
5. Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik),
diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), adalah (keadilan),
taawun (tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab
sosial), ziamah (kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar,
tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syajaah (berani),
birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,
pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, dawah, perang, dan
lain-lain.

Sumber-Sumber Syariah
1. Al-Quran, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan
merupakan Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.
2. Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan
rincian terhadap hukum-hukum Al-Quran yang bersifat umum.
3. Rayu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Quran dan As-Sunnah untuk
menetapkan hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Quran dan AsSunnah.

C. Muamalah
Pengertian Muamalah

Muamalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dan orang lain. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah, seperti jual

beli, sewa menyewa, serta usaha perbankan dan asuransi yang islami.
Dari pengertian muamalah tersebut ada yang berpendapat bahwa muamalah hanya
menyangkut permasalahan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang
dengan orang lain atau antara seseorang dan badan hukum atau antara badan hukum
yang satu dan badan hukum yang lain.
Secara Etiomologi Muamalah berasal dari kata ( )yang merupakan istilah yang
digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf.
muamalah mengikuti pola ( )(yang bermakna bergaul ().
Secara Terminologi Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan
selain ibadah.
Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual
beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam,
berserikat dan lain-lain.

Muamalah (hubungan kita dengan sesame manusia dan lingkungan), masalahmasalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berlandaskan pada prinsip boleh (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari
Allah dan Rasul-Nya. Berkaitan dengan hal di atas (muamalah), Nabi Muhammad SAW
mengatakan:
Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan
dunia Anda, (teknis muamalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.

Ruang lingkup Muamalah


Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti
social, ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih sering
disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu cara bagaimana
manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai
pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1. Aqad mudharaba ( Kerjasama Bagi Hasil )
a.Pengertian
Salah satu bentuk kerjasama anatara pemilik modal dengan seseorang, yang pakar dalam
berdagang, di dalam fiqh islam disebut dengan mudharobah, yang oleh ulama fiqh Hijaz
menyebutnya dengan qiradh.
Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan itu, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh
pemilik modal. Definisinya ini menunjukan bahwa yang diserahkan kepada pekerja (pakar
dagang) itu adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti penyewaan rumah.
b.Hukum Mudharobah dan dasar hukumnya
Akad mudharobah dibolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang. Banyak di antara pemilik
modal yang tidak pakar dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak

pula para pakar di bidang perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Atas
dasar saling menolong dalam pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan untuk
saling bekerja sama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam mengelola
dan memproduktifkan modal itu.
c. Rukun dan Syarat mudharabah
Terdapat perbedaan pandangan ulama Hanafiyah jumhur ulama dalam menetapkan rukun
akad mudharabah. Ulama Hanafiyah, menyatakan bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan
qobul. Sedangkan menurut jumhur ulama ada tiga, yaitu :
1.

Orang yang berakad ( shahibul maal dan pengelola )

2.

Modal, pekerjaan, dan keuntungan

3.

Shigat ( ijab qabul)

Adapun syarat syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan jumhur ulama
di atas adalah:
a.
Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, harus orang yang mengerti hukum
dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang akan mengelola
modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat syarat seorang wakil juga
berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah.
b. Yang terkait dengan modal, disyaratkan:
(1)berbentuk uang,
(2)jelas jumlahnya,
(3)tunai,
(4)diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal. Oleh sebab itu, jika modal itu
berbentuk barang, menurut ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan
keuntungannya. Demikian halnya juga dengan utang, tidak boleh dijadikan modal
mudharabah. Akan tetapi, jika modal itu berupa wadiah (titipan) pemilik modal pada
pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah. Apabila modal itu tetap dipegang sebagiannya
oleh pemilik modal, dalam artian tidak diserahkan seluruhnya, menurut ulama Hanafiyah,
Malikiyah, dan Syafiiyah, akad mudharabah tidak sah
c.
Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas
dan bagian masing masing diambilkan dari keuntungan dagang itu, seperti setengah,
sepertiga, atau seperempat. Aqpabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut ulama
Hanafiyah, akad itu fasid (rusak). Demikian juga halnya apabila pemilik modal mensyaratkan
bahwa kerugian ditanggung bersama, menurut ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan
kerugiaan tetap ditanggung sendiri oleh pemilik modal.
Atas dasar syarat syarat di atas, ulama Hanafiyah membagi bentukbakad mudharabah
kepada dua bentuk, yaitu mudharabah shahihah ( mudharabah yang sah ) dan mudharabah
fasidah ( mudharabah yang rusak ). Jika mudharabah yang dilakukan itu jatuh kepada fasid,
menurut ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah, pekerja hanya berhak menerima upah
kerja sesuai dengan upah yang berlaku dikalangan pedagang di daerah itu, sedangkan seluruh
keuntungan menjadi milik pemilik modal. Ulama Malikiyah menyatakan bahwa dalam

mudharabah fasidah, status pekerja tetap seperti dalam mudharabah shahihah, dalam artian
bahwa ia tetap mendapatkan bagian keuntungan
d.Macam-macam Mudharabah
Dilihat dari segi transaksi yang dilakukan pemilik modal dengan pekerja, para ulama fikih
membagi akad mudharabah kepada dua bentuk, yaitu mudharabah muthlaqah (penyerahan
modal secara mutlak, tanpa syarat dan batasan) dan mudharabah muqqayadah (penyerahan
modal dengan syarat dan batasan tertentu). Dalam mudharabah muthlaqah, pekerja diberi
kebebasan untuk mengelola modal itu selama profitable. Sedangkan, dalam mudharabah
muqayyadah, pekerja mengikuti ketentuan-ketentuan yang diajukan oleh pemilik modal.
Misalnya, pemberi modal menentukan barang dagangan, lokasi bisnis dan suppliernya.
Jika suatu akad mudharabah telah memenuhi rukun dan syaratnya, maka mempunyai akibat
sebagai berikut :
1. Modal ditangan pekerja berstatus amanah, dan posisinya sama dengan posisi seorang
wakil dalam jual beli. Pekerja berhak atas bagian keuntungan yang dihasilkan.
2. Apabila akad ini berbentuk mudharabah muthlaqah, pekerja bebas mengelola modal
selama profitable.
3. Jika kerja sama itu menghasilkan keuntungan, maka pemilik modal mendapatkan
keuntungan an modalnya, tetapi jika tidak menghasilkan keuntungan, pemilik modal
tidak mendapatkan apa-apa.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :

DAFTAR PUSTAKA

http://almalanji.wordpress.com/2007/03/20/makna-dan-peran-aqidahdalam-islam/

http://pengertiandarisyariah.blogspot.com/
http://www.slideshare.net/AdePratama5/pengertian-syariah-dan-ruang-lingkupsyariah

Anda mungkin juga menyukai