Ashofa Masruroh
Muhammad Iqbal
Ulfa Siti Mahbubatus
Peri Supriatna
ASISTEN
KELOMPOK:
Denisa Noviana, S.
Farm
penting dalam system biologi. Larutan yang berwujud cair merupakan bentuk yang
paling umum dikenal (Damin Sumardjo, 2006 : 489).
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat
warna, zat pewangi dan zat pengawet dan digunakan sebagai obat. Sebagai pelarut
utama eliksir adalah etanol yang dimaksudkan mempertinggi kelarutan obat. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Sirop gula dapat digunakan sebagai
pengganti gula. Eliksir supaya disimpan dalam wadah tertutup rapat (Moh. Anief,
2010 : 95).
Eliksir adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat dan digunakan air
dan etanol sebagai pelarut. Eliksir juga disebut juga larutan hidrolakohol. Kecuali
dinyatakan lain, maka kadar etanol yang digunakan untuk sediaan eliksir adalah 5
10%. Pada sediaan eliksir, biasanya juga ditambah bahan tambahan seperti pemanis,
pengawet, pewarna, dan pengaroma ( Moh.Anief, 2006)
Factor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah
temperature, sifat dari pelarut dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan
tersebut. Termasuk dalam kategori terakhir ini adalah ion-ion yang mungkin dan
mungkin juga tidak tergabung dalam ion-ion pada benda padat, seperti juga ion-ion
atau molekul-molekul yang membentuk molekul-molekul yang sedikit terurai atau
ion-ion kompleks dengan ion-ion dari benda padat tersebut (R.A. Day, JR. & A.L.
Underwood, 2002 : 231).
Data Preformulasi Zat Aktif dan Eksipien
1. Paracetamol
Pemerian
Kelarutan
mempunyai rasa
Kelarutan
:Titik didih
: 100oC
pH
: pada 10 ml tambahkan 2 tetes larutan merah metil P, tidak
terjadi warna merah, pada 10 ml tambahkan 5 tetes larutan
biru bromotimol tidak terjadi warna biru.
Stabilitas
:Inlompatibilitas : Kegunaan
: Pelarut
(FI III. 1979. Hal 96)
3. Etanol
Pemerian
Kelarutan
Titik didih
pH
Stabilitas
mudah terbakar
Inkompatibilitas : Kegunaan
: Pelarut
(FI III. 1979. Hal 65)
4. Methyl Paraben
Pemerian
: Serbuk hablur, warna putih, tidak berbau
Kelarutan
: Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5
bagian etanol (95%) P dalam 3 bagian aseton, mudah larut
dalam eter alkali hidroksida.
Titik lebur: 125oC
pH
: 3-6
pkA/pKb
: 8,4
Berat jenis
: 1,352 g/ml
Stabilitas
: Lebih mudah terurai dengan cahaya dari luar.
Titik lebur
hidroksida.
:-
pH
pKa/pKb
Berat Jenis
Stabilitas
Inkompatibilitas
:: 8,4
: 180 g/ml
: Mudah terurai dengan adanya udara diluar.
: Dengan adanya senyawa magnesium trisilkat, magnesium
sulfat.
Kegunaan
: Zat tambahan, pengawet.
(HOPE IV. Hal 596) dan (FI IV. 1995. Hal 79)
6. Sorbitol
Pemerian
berbau.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air sukar larut dalam etanol (95%)
berbau.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam air mendidih sukar larut
Titik lebur
dalam etanol.
: 186oC
Ph
pKa/pKb
Berat Jenis
Stabilitas
Inkompatibilitas
:: 12,62
: 1,587 g/ml
: Lebih mudah terurai dengan adanya udara.
: Tidak tercampurkan dengan dimurnikan, dapat membentuk
10mg/5ml
Dibuat 100 ml
100 ml
x 10 mg=200 mg=0,2 g
5 ml
sirupus simpleks
65 mg
x 200 ml=130 mg=1,3 g
100 ml
Air yang dibutuhkan 200 130 = 170 ml
a. sirupus simpleks 25%
25 ml
x 100 ml=25 ml
100 ml
b. sirupus simpleks 75%
75 ml
x 100 ml=75 ml
100 ml
c. sirupus simpleks 25%
25 ml
x 100 ml=25 ml
100 ml
-
Propil paraben
0,02
x 100=0,02 g
100
2. Eliksir
Sorbitol
15
x 100=15 g
100
Parasetamol
120 mg
x 100 ml=2400 mg=2,4 g
5 ml
6. Sediaan E
0,2 gram dextrometrophanditimbangdandilarutkandalam 12 ml air
lalutambahkan 25 ml sirupus simplex adukadhomogen, 1,5 gram sorbitol
dilarutkandalam air, campurandimasukkankedalambotol yang sudah di
kalibrasiaddenganaquades 100 ml
Elixir
1. Cara I
Paracetamol dilarutkan dalam etanol, diaduk sampai larut kemudian
tambahkan 10 ml aquades, ad homogeny kemudian campuran dimasukkan
kedalam botol yang sudah di kalibrasi ad dengan aquades sampai 100 ml
2.
Cara II
Air 100 ml dan etanol dicampur, masukkan paracetamol sebanyak 2,4 gram
dengan sedikit demi sedikit kedalam pelarut campur, aduk ad homogen, lalu
masukkan kedalam botol yang sudah di kalibrasi ad dengan aquades sampai
100 ml
Parameter
- Bau
TidakBerbau
TidakBerbau
TidakBerbau
TidakBerbau
TidakBerbau
- Rasa
++
++
Bening
Bening
Bening,
Keruh
Keruh
Organoleptik
- Warna
PH Larutan
AgakKeruh
6
Kejernihan
+++
+++
++
+++
BeratJenis
1,053
1,157
1,057
1,051
1,101
Viskositas
Volume
Perpindahan
0,018
99 ml
0,031
100 ml
0,021
100 ml
0,023
100 ml
0,027
100 ml
Elixir A
Elixir B
- Bau
Tajam
Tajam
- Rasa
Pahit, SedikitManis
Pahit, SedikitManis
- Warna
Bening, AgakKeruh
Bening, AgakKeruh
PH Sediaan
Kejernihan
AgakKeruh
AgakKeruh
BeratJenis
0,04
Viskositas
0,028
0,026
Volume
98 ml
98 ml
Organoleptik
Perpindahan
Bau
Rasa
Warna
Botol A
- Tidak
-
berbau
+
Benin
Botol B
- Tidak
-
berbau
++
Bening
g
pH sediaan
Kejernihan
Berat jenis
Viskositas
V terpindahkan
7
+++
1,053
0,081
99 ml
Botol C
- Tidak
-
berbau
+
Bening
Botol D
- Tidak
-
berbau
+
Keruh
Botol E
- Tidak
-
berbau
++
Bening
agak
6
+++
1,157
0,031
100 ml
keruh
6
++
1,057
0,021
100 ml
6
+
1,051
0,023
100 ml
6
+++
1,101
0,027
100 ml
Keterangan : + = lemah
++ = sedang
+++ = kuat
Perhitungan berat jenis :
W1
Diketahui :
W2
= 19,20 gram
= 29,61 gram
rumus :
Jawab :
BJ botol A
30,1719,20
29,6119,20
Bj botol D
30,1419,20
29,6119,20
= 1,053 g/ml
BJ botol B
31,2519,20
29,6119,20
= 1,051 g/ml
BJ botol E
30,6619,20
29,6119,20
= 1,157 g/ml
BJ botol C
30,2119,20
29,6119,20
= 1,057 g/ml
= 1,101 g/ml
Viskositas :
Diketahui :
(BJ eliksir)
Ditanyakan : Viskositas
t
Rumus : K ( 1 1
t (waktu) = 3,45
Jawab :
Viskositas botol A
Viskositas botol B
Viskositas botol C
Viskositas botol D
Viskositas botol E
Botol A
+
Bening
Botol B
++
Bening
Botol C
Obat lemah
+
Bening agak
Botol D
Obat
+
Bening agak
Botol E
+
Bening
Kristal
Mikroba
keruh
-
keruh
-
keruh
-
Botol A
Botol B
Botol C
Botol D
Botol E
+
Bening
+
Agak
+
Bening
+
Bening
+
Bening
Kristal
Mikroba
keruh
-
kekuningan
-
keruh
-
keruh
-
Keruh
-
Botol A
+
Bening agak
Botol B
++_
Agak
Botol C
+
Bening
Botol D
+
Bening
Botol E
+
Bening
Kristal
Mikroba
keruh
Sedikit
kekuningan
Sedikit
-
keruh
Banyak
-
keruh
Sedikit
keruh
Sedikit
Bau
Eliksir A
-
Tajam
Eliksir B
-
Tajam
- Rasa
- Warna
pH sediaan
Kejernihan
Berat jenis
Viskositas
Volume terpindahkan
Diketahui :
Jawab : BJ
= 19,15 gram
Ditanyakan : BJ Eliksir A
W 3W
W 2W 1
W2
= 30,26 gram
W3
= 30,32 gram
rumus :
30,3219,15
30,2819,15
= 1,0035 g/ml
Eliksir B
Diketahui :
W1
= 14,48 gram
Ditanyakan : BJ Eliksir B
W 3W
W 2W 1
W2
= 26,22 gram
W3
= 26,64 gram
rumus :
Jawab : BJ
26,6414,48
26,2214,48
= 1,03 g/ml
Viskositas :
Eliksir A
Diketahui :
Ditanyakan : Viskositas
t
Rumus : K ( 1 1
t (waktu) = 3,45
Jawab : Viskositas
Eliksir B
Diketahui :
t (waktu) = 3,27
Jawab : Viskositas
Ditanyakan : Viskositas
t
Rumus : K ( 1 1
F. Pembahasan
Larutan
Dalam praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan larutan sejati
dan eliksir. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain.
Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan
bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau
pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet. (Moh. Anief, 2008)
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan dan
eliksir adalah Parasetamol dan bahan tambahan yang digunakan adalah
sirupus simpleks, Metil Paraben, propil paraben, sorbitol, aquadest serta
etanol.
Dalam pembuatan sediaan larutan dibuat terlebih dahulu sirupus simplex
(65% sukrosa). Sukrosa yang digunakan dalam pembuatan larutan ini sebanyak
130 gram kemudian dilarutkan dalam 200 ml air panas dan digunakan untuk
membuat 5 sediaan larutan dengan menggunakan botol multi dose dan zat
tambahan yang berbeda dan diamati selama 4 hari.
Dari hasil pengamatan larutan A (Sirupus Simpleks 25%) diperoleh
hasil yang menyatakan bahwa pada hari ke 1, 2 dan 3 tidak tumbuh
mikroorganisme pada larutan, namun pada hari ke 4 pengamatan, banyak
tumbuh mikroorganisme yang terlihat di dalam larutan. Hal ini dikarenakan
pada sediaan tidak ditambahkan zat pengawet. Air merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sirupus simpleks yang digunakan
pada konsentrasi 25% tidak dapat membantu mencegah pertumbuhan
mikroorganisme sehingga sirupus simpleks hanya berperan sebagai pemanis
dan mikroorganisme dapat tumbuh. Dikarenakan kadar gula yang sedikit,
maka tidak terjadi kristalisasi pada sediaan ini. Selain diamati pertumbuhan
mikroorganisme dan terbentuknya kristal gula pada leher botol, pengamatan
juga dilakukan dengan mengamati organoleptik sediaan. Pada sediaan A
warna bening karena komponen pada sediaan dapat bercampur seluruhnya,
rasa agak manis (+) karena rasa manis ini berasal dari sirupus simpleks dan
tidak berbau.
dapat
memasuki
botol
dan
mempengaruhi
potensi
pada
larutan ini terlihat keruh yang disebabkan karena metil paraben memiliki
kelarutan yang sangat rendah dalam air dan propel paraben yang sangat sukar
larut dalam air sehingga masih terlihat partikel-partikel zat yang tidak terlarut
sempurna.
Pada hasil pengamatan larutan D (Sirupus Simpleks 25% + Metil
Paraben 0,2%), terlihat bahwa pada larutan terdapat mikroorganisme yang
seharusnya setelah ditambahkan zat pengawet dapat mencegah tumbuhnya
parasetamol memiliki kelarutan yang lebih besar yaitu larut didalam 70 bagian
air
Usulan Formula
1. Formula Parasetamol (acetaminophen)
Formula standar (Anonim, 1978).
-
Komposisi :
120 mg
Glycerolum
2,5 ml
Propylenglycolum
500 l
1,25 ml
Aethanolum
500 l
secukupnya
5 ml
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Dosis :
Anak - 1 tahun,1 sendok teh; 1-5 tahun, 2 sendok teh.
Catatan : 1.Air dapat diganti dengan sirup simpleks
2.Sediaan berkekuatan lain : 150 mg
( Fornas edisi II hlm 3, tahun 1978)
Semua elixir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah
G. Kesimpulan
- Untuk sediaan larutan,
simpleks 25%, metil paraben, dan propil paraben merupakan larutan yang
paling stabil karena tidak tumbuh mikroorganisme pada larutan walaupun
-
H. Daftar Pustaka
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University
Press
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 298
Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability of
Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168.
Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta :
UI Press.