Anda di halaman 1dari 32

MATERI FOTOGRAFI

5 Mitos Fotograf
1. Kamu Harus Punya Kamera SLR Mahal Untuk Bisa Memotret
Dengan Baik
Kamera SLR yang mahal sudah pasti menawarkan lebih banyak ftur yang bisa membantumu mengkomposisi foto yang
bagus. Tapi, kenyataannya, keputusan kreatiflah yang membuat sebuah foto jadi indah, bukan ftur kameranya. Jadi,
kamu sesungguhnya bisa memotret dengan kamera jenis apapun, tentu termasuk SLR, kamera saku, bahkan kamera
ponsel. Kunci untuk foto yang bagus adalah menangkap sebuah objek secara kreatif dan imajinatif. Temukan cara
pandangmu sendiri melalui lensa, tidak perduli jenis kamera apa yang kamu punya.

2. Ada Pengaturan Exposure Yang Selalu Tepat


Sesungguhnya, tidak ada pengaturan exposure yang benar atau salah saat kamu memotret apapun. Semuanya kembali
lagi ke tujuanmu memotret objek yang bersangkutan. Misalnya, kamu bisa memotret satu objek dengan banyak cara.
Apakah kamu ingin membuat objeknya diam? Maka bukalah apertture selebar mungkin dan gunakan shutter speed
sekitar 1/500 detik. Bagaimana dengan motion blur? Gunakan shutter speed yang lebih lambat, sekitar 1/15 atau 1/30
detik. dan bukaan aperture yang lebih kecil. Gerakkan kamera bersamaan dengan objek untuk mendapatkan foto objek
yang tajam tapi dengan background yang blur sehingga memberi kesan bergerak pada foto. Tentukan apa yang ingin
kamu sampaikan dan pilihlah pengaturan kamera berdasarkan keputusan ini. Juga, kenali kamera yang kamu gunakan
dan bagaimana fturnya bisa mempengaruhi foto yang akan kamu ambil.

3. Kamera Bisa Merekam Apa Yang Kamu Lihat


Mitos ini sangat penting untuk diingat, karena tidak benar. Mata manusia adalah alat yang sangat luar biasa; banyaknya
cahaya dan warna yang bisa dilihat oleh mata tidak terbatas. Kamera, sebaliknya, punya keterbatasan. Kamera
menangkap warna cahaya, dan tidak selalu warna asli dari benda yang difoto. Misalnya, selembar kain berwarna biru
yang difoto dibawah lampu fluorescent akan jadi sedikit kehijauan. Juga, bayangan bisa muncul lebih tajam dalam foto
dan tampak seperti sebuah benda dibandingkan bila dilihat langsung oleh mata. Ini sebabnya foto hitam & putih
seringkali punya bayangan yang tajam dalam komposisinya.

4. Ada Aturan Untuk Komposisi Dan Keputusan Kreatif


Fotograf adalah seni dan suatu cara untukmu mengekspresikan diri. Karena itu, tidak ada peraturan dalam fotograf;
yang ada hanyalah panduan yang bisa kamu pilih untuk ikuti atau tidak. Orang yang belajar fotograf akan belajar teknik
dari fotografer sukses untuk tahu tentang apa yang membuat foto mereka jadi hebat. Tapi, seperti bentuk seni apapun,
inovasi dalam fotograf adalah hal yang penting. Misalnya, peraturan tentang rule-of-thirds. Menurut peraturan ini, kamu
sebaiknya tidak meletakkan objek di tengah frame, tapi lebih ke pojok kiri, kanan, atas, atau bawah. Tapi, tentunya
masih sangat mungkin untuk membuat foto yang indah dengan menempatkan objek tepat di tengah-tengah frame.
Panduan yang berbeda bisa berhasil jika diterapkan di beberapa foto tertentu, tapi tidak di foto yang lainnya, jadi
gunakanlah insting artistikmu untuk memilih mana panduan yang cocok untukmu.

5. Kamu Harus Memotret Sesuatu Yang Indah Untuk Mendapat


Foto Yang Bagus
Keindahan ada di sekeliling kita, tapi tidak selalu tampak jelas bila kamu ada di tempat barang bekas dibandingkan bila
kamu ada di taman. Kadang-kadang, pemandangan yang paling indah justru muncul di foto-foto yang membosankan.
Orang-orang melihat sesuatu yang indah, seperti pegunungan atau air terjun, dan berasumsi bahwa keindahan
pemandangan itu akan dengan mudah berpindah ke foto mereka nantinya. Mereka tidak mempertimbangkan objek atau
berpikir tentang elemen komposisi lain seperti pengaturan kamera dan pencahayaan. Fotografer yang baik bisa
mengubah sesuatu yang biasa-biasa saja jadi foto yang menarik atau seni yang emosional. Juga, gunakanlah objekobjek yang berbeda di dalam foto-fotomu untuk menciptakan harmoni. Temukan keindahan dalam apapun yang kamu
bidik, dan bagikan keindahan itu melalui foto.

http://fotonela.com/1112/5-mitos-fotografi-yang-kamu-harus-tahu/

5 Tips Fotograf Dasar Untuk Pemula


Rule of Thirds
Ini adalah teknik komposisi yang sangat mudah untuk dipelajari. Intinya, fotomu akan kelihatan lebih menarik kalau
objeknya tidak tepat di tengah. Semua kamera digital bahkan yang ada di ponselmu punya pengaturan grid, yang
terdiri dari dua garis vertikal dan dua horizontal yang melapisi fotomu sehingga akan tampak seperti terbagi menjadi 9
bagian. Jika kamu mengaktifkan pilihan ini, maka kamu akan bisa mengatur letak objek di dua pertiga bagian foto
berdasarkan garis-garis panduan ini.

Ubahlah Ketinggian Kamera Atau Sudut Pandangmu


Umumnya orang memotret dengan ketinggian kamera sejajar mata. Tapi ini adalah cara yang membosankan. Cobalah
untuk menggerakkan kamera ke atas atau ke bawah untuk mendapatkan foto yang lebih menarik. Mungkin ini akan
terasa sulit karena kamu tidak bisa melihat apa yang kamu foto melalui viewfnder. Tapi seiring waktu, kamu akan
menemukan cara memotret dengan cara-cara yang unik atau sederhananya kamu bisa menggunakan kamera yang
punya LCD fleksibel yang bisa dimiringkan ke segala arah untuk mengontrol komposisi.

Selalu Gunakan Pilihan Resolusi dan Kualitas Maksimal


Karena memory card sekarang sudah bukan barang mewah lagi, tidak ada alasan untuk menghemat kapasitasnya
dengan menggunakan pilihan ukuran foto kecil atau resolusi rendah. Selalu gunakan pilihan tertinggi yang disediakan
kameramu. Dengan begitu, kamu punya foto dengan kualitas bagus yang bisa dicetak, diedit, dan dibagikan tanpa
mengurangi keindahannya. Kalau kameramu mendukung format RAW yaitu dimana semua data yang direkam sensor
kamera tersimpan gunakanlah format itu.

Trio Penting Dalam Exposure: ISO, Aperture, dan Shutter Speed


Ini adalah bagian tersulit tentang fotograf bagi pemula. Secara singkat, penjelasannya begini:

ISO adalah seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya; ISO tinggi akan memungkinkanmu memotret
bahkan di bawah cahaya redup, tapi akan ada lebih banyak noise. ISO rendah lebih baik, tapi tidak selalu
memungkinkan untuk digunakan terutama di dalam ruangan.

Aperture menentukan focal length(angka f atau f/ ) dan menggambarkan ukuran fsik bukaan lensa. Angka
tinggi berarti ada lubang kecil yang memasukkan sedikit cahaya, yang hasilnya akan menunjukkan ketajaman pada
daerah background. Angka f kecil berarti bukaan lensanya besar, dan background akan nampak kabur atau out of
focus.

Shutter Speed adalah seberapa lama shutter tetap terbuka untuk membiarkan cahaya masuk ke sensor. Jika
terbuka untuk waktu yang cukup lama, maka foto yang dihasilkan akan menunjukkan gerakan, sementara waktu
singkat akan menangkap hanya satu gerakan diam.

Pelajari Mode Yang Ada Di Kameramu


Bahkan kamera saku pun setidaknya punya mode-mode berikut:

Manual mode yang akan membiarkanmu mengatur semua pilihan pemotretan.

Otomatis yang menyerahkan pengaturan sepenuhnya pada kamera.

Programmed yang menyediakan pilihan-pilihan yang lebih spesifk untuk objek atau teknik tertentu seperti
olahraga, portrait, kembang api, dan sebagainya.

Pada kamera dSLR, kamu akan menemukan beberapa mode lainnya, dan penting juga untuk kamu ketahui.
Pengaturan-pengaturan ini akan membiarkanmu mengatur beberapa variabel dan menyerahkan sisa pengaturannya
pada kamera.

Av/A: Aperture Value. Ini adalah yang paling umum digunakan untuk pemotretan secara umum dan
memberimu keleluasaan untuk mengatur angka Aperture atau f/. Kamera akan kemudian menghitung shutter speed
dan ISO terbaik untuk bekerja sama dengan angka f yang kamu pilih.

Tv/S: Time Value/Shutter Speed. Ini akan memberimu kontrol atas shutter speed, tentunya. Lalu kamera
akan menentukan angka aperture dan ISO terbaik untuk digunakan.

Dua mode diatas adalah yang akan paling banyak kamu pelajari jika kamu benar-benar baru menggunakan dSLR.

http://fotonela.com/1198/5-tips-fotografi-dasar-untuk-pemula/

10 ATURAN DASAR KOMPOSISI FOTOGRAFI

1.

Meski memang pada dasarnya tidak ada aturan pasti dalam fotografi, namun ada hal-hal yang secara sadar atau tidak
berlaku secara universal di dunia fotografi. Pedoman-pedoman komposisi ini dapat digunakan di hampir seluruh situasi,
sehingga sang fotografer dapat membuat fotonya lebih tepat sasaran dan berdampak lebih kuat kepada yang melihat.
Penasaran apa saja mereka? Yuk intip penjelasan singkatnya di bawah ini.
Rule of Thirds
Mudahnya, rule of thirds artinya membagi gambar menjadi 9 segmen yang sama dengan menggunakan 2 garis
horizontal dan 2 garis vertikal. Dengan begini, akan lebih mudah untuk mengatur posisi objek dan kita bisa
mendapatkan hasil yang lebih seimbang dan lebih menarik dari segi visual. Beberapa kamera telah menambahkan
fungsi ini, sehingga penggunaannya dapat lebih praktis.

1.

Keseimbangan Elemen
Jika kamu meletakkan semua objek menarik dalam fotomu ditengah, atau diluar segmen tengah dari rule of thirds,
sementara pada sisi lainnya dibiarkan kosong, kamu akan membuat fotomu tidak seimbang dan terlihat tidak menarik
sama sekali. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan fotomu agar tidak berat sebelah, misalnya dengan
menempatkan objek lain di sisi yang kosong.

1.

Leading Lines
Memanfaatkan garis yang ada pada gambar dapat membantu kita mengarahkan perhatian viewers, baik untuk melihat
ke arah objek foto maupun menjelajahi setiap sudut foto. Leading line dapat berupa garis lurus, bergelombang,
diagonal, zigzag atau pun yang lainnya. Semuanya dapat digunakan untuk menambah kompisisi foto kita.

1.

Simetri dan Pola


Sesuatu yang simetris atau sesuatu yang memiliki pola secara umum memang memanjakan mata. Kita bisa memotret
sesuatu yang simetris mau pun yang berpola untuk menangkap perhatian orang yang melihat. Cara lain untuk
memanfaatkan simetri dan pola adalah dengan merusak mereka, misalnya dengan menambahkan suatu benda di
salah satu sisinya. Hal ini dapat memunculkan sesuatu yang berbeda di sana dengan membuat foto tersebut tidak lagi
simetris atau berpola monoton,.

1.

Sudut pandang
Sebelum memotret sesuatu, pikirkan baik-baik darimana kamu akan memotretnya. Sudut pandang dapat berdampak
besar komposisi foto kita, dan tentu saja berdampak pula kepada orang yang melihat nantinya. Jangan terbatas hanya
memotret dari ketinggian mata saja, cobalah memotret dari sisi yang berbeda dan tidak biasa. Bereksperimenlah agar
kamu bisa menemukan sudut pandang mana yang tepat untuk objek tersebut.

1.

Background
Background dapat menjadi dua sisi mata pisau yang berbeda. Di satu sisi ia dapat mempercantik foto kita, tapi di sisi
lain ia dapat membingungkan viewers. Background foto yang ramai dapat mengalihkan pandangan viewers dari objek
foto yang sebenarnya. Oleh karena itu, apabila fokus dari foto kita adalah suatu objek tertentu, carilah background
yang sederhana dan tidak terlalu mencolok, sehingga pandangan viewers dapat terfokus pada objek foto kita.

1.

Depth
Karena fotografi adalah media dua dimensi, kita harus sepintar mungkin mengatur komposisi agar dapat mengesankan
depth atau kedalaman yang sebenarnya dari scene yang kita potret. Bisa dengan mengatur depth of field sedemikian
rupa, atau dengan membuat objek di background , middle, dan foreground saling melapisi (overlay) sehingga viewers
tahu mana yang berada di depan, mana yang berada di belakang.

1.

Bingkai
Dunia ini penuh dengan bingkai-bingkai natural yang dapat kita gunakan untuk membingkai objek utama dari foto kita,
misalnya deretan pohon, lubang, bagian terbuka dari sesuatu, garis melengkung, dan sebagainya. Semuanya dapat
kita gunakan untuk menghasilkan foto yang lebih fokus dan dapat menarik perhatian viewers langsung ke objek utama.

1.

Cropping
Terkadang objek dari foto kita terlalu kecil dan dapat tenggelam dan hilang diantara background atau objek lain
disekitarnya. Dengan meng-crop foto kita dan menghilangkan atau mengurangi background disekitarnya, kita dapat
memastikan perhatian viewers akan terfokus pada objek foto kita yang sebenarnya.

1.

Bereksperimenlah!
Lagi dan lagi, terakhir kami pasti menyarankan kamu untuk bereksperimen. Pada era fotografi digital seperti ini,
seorang photographer tidak perlu lagi khawatir film nya akan terbuang percuma karena jepretan coba-coba yang salah.
Kita bisa memotret jutaan foto tanpa takut kehabisan film atau menghapus ribuan jepretan gagal tanpa khawatir harus
mengeluarkan dana ekstra untuk membeli film. Bereksperimen lah dengan idemu, karena kita tidak akan tahu apakah
suatu ide akan berhasil apabila kita tidak mencobanya.
Setelah kamu familiar dengan aturan-aturan tersebut, kamu akan terkejut betapa universalnya mereka. Tapi, sekali lagi
fotografi bukanlah suatu hal yang penuh aturan. Aturan-aturan diatas bisa kamu abaikan apabila kamu melihat bahwa
aturan ini tidak bisa dipakai pada saat itu. Kalau menurutmu pada saat itu hasilnya akan lebih bagus bila mengabaikan
aturan tadi, tidak apa, lanjutkan saja. Semua tergantung sense kamu sebagai fotografer, kok.

http://www.idseducation.com/2013/10/09/10-aturan-dasar-komposisi-fotografi/

Aturan Komposisi Fotografi


Komposisi Fotografi - Seorang yang baru saja terjun ke dunia fotografi tentu tidak pernah mempertimbangkan
untuk belajar tentang komposisi fotografi. Mereka kebanyakan komposisi hanya berlaku bagi seorang pelukis.
Kenapa? coba sobat bayangkan saja, tentu tidak mungkin bukan menanyakan pada seseorang yang sedang
berlari mengejar Bis kota, "Maaf bisakah Anda berposisi disini? Saya lagi mencoba mengaplikasikan Rule of
Thirds!" lalu dimana letak poin komposisi dalam fotografi? Bagi Fotografer pemula yang tidak menghiraukan
komposisi fotografi akan berakhir pada banyaknya stock foto dalam hard disk mereka dan foto-foto itu pasti
tanpa pertimbangan, tidak peduli apakah obyek foto tersebut bergerak atau diam.

Sobat termasuk kategori diatas dalam belajar fotografi? dan belum mempertimbangkan perihal komposisi? maka
berikut ini adalah beberapa aturan yang layak untuk dilakukan untuk memulai memasukkan komposisi dalam
setiap jepretan kalian. Aturan secara alami memang dibuat untuk dilanggar, tetapi Sobat tidak bisa melanggarnya
sebelum kalian menguasai aturan-aturan tersebut.
Rule of Thirds - Infotografi sempat mengulas dalam artikel sebelumnya, dan kami percaya aturan ini sudah
banyak diketahui oleh fotografer di dunia. Kamera DSLr bahkan kebanyakan sudah dilengkapi dengan visual grid
dalam viewfinder. Aturan ini menyatakan bahwa untuk membuat sebuah gambar yang menarik, fokuskan Focal
Point di salah satu garis atau titik di sepertiga bagian frame. Sebagai contoh tempatkan horizon sebuah foto
landscape pada sepertiga bawah dan jangan tepat di tengah-tengah frame, sebuah pohon yang ada di sebuah
tempat terbuka hendaknya tempatkan sejajar dengan salah satu dari dua garis vertikal.

Rule of Odds - atau dalam bahasa kita adalah aturan ganjil. Aturan ini menyatakan bahwa sebuah gambar akan
tampak lebih menarik secara visual ketika subyek berjumlah ganjil, sebagai contoh jika Sobat memotret di
sebuah tempat dan ada lebih dari satu orang, maka jangan memotret 2 orang, ambil foto 3, 5, atau 7 orang
dalam kelompok. Sobat mungkin akan merasa geli ketika mendengar aturan ini bukan? Tentu aturan ini kurang
berlaku ketika memotret sebuah acara pernikahan atau foto keluarga dengan jumlah genap, tetapi gunakan
aturan sebisa mungkin ketika tidak memotret 'real life' atau sebuah event (still life, kelompok orang, bunga dan
lain-lain). Penelitan menunjukkan bahwa seseorang akan lebih mudah dan nyaman ketika melihat gambar
dengan subyek yang berjumlah ganjil.

Rule of Space - Aturan ruang kosong ini erat hubungannya dengan Rule of Thirds. Rule of Space biasanya
sudah ada dalam otak kita, dan kita tidak sadar sejatinya itu adalah sebuah aturan dasar komposisi fotografi.
Aturan ini menyatakan bahwa untuk menggambarkan sebuah pergerakan, konteks serta ruang yang lebih besar
maka Sobat perlu memasukkan ruang kosong yang bebas dari 'clutter' atau pemecah perhatian. Sebagai contoh,
jika sobat memotret seorang yang sedang berlari, maka berikan ruang kosong untuk tujuan lari, jangan
memberikan ruang kosong di belakang pelari karena tidak membantu penikmat foto untuk melihat kedepan arah
pelari. Contoh lainnya adalah ketika memotret wanita yang sedang tertawa, maka berikan ruang kearah dimana
dia tertawa. Hal ini akan mengakibatkan penikmat foto kita berpikir apa yang sedang dituju oleh pelari atau apa
yang sedang ditertawakan oleh wanita tersebut. Ini adalah alasan kenapa Rule of Space erat kaitannya dengan
Rule of Thirds, ketika memberikan ruang kosong pada frame, maka akan otomatis juga akan mengaplikasikan
Rule of Thirds.

View Point - Dalam dunia fotografi aturan ini juga dikenal dengan POV atau Point of View, dan ini adalah aturan
paling dasar dari komposisi fotografi. Sangat sederhana dan mudah diaplikasikan semudah menekan tombol
shutter. Sobat adalah penikmat foto, Mata sobat adalah mata mereka, jika Sobat memotret seekor kucing pada
eye level yang sama, penikmat foto kalian juga akan melihat pada eye level yang sama dengan kucing tersebut
(memberikan kesan kesetaraan), jika Sobat memotret kucing dari bawah, maka penikmat foto akan melihat
kucing dari bawah juga (memberikan kesan dominasi) dan jika Sobat memotret kucing dari atas, maka kalian
berarti menyampaikan perasaan superioritas dari penikmat foto terhadap kucing tersebut.

5 Peraturan Komposisi Dasar


1. Kesederhanaan
Dengan berkonsentrasi pada beberapa elemen dasar saat memotret, kamu bisa menarik perhatian orang yang melihat
fotomu tepat ke titik yang kamu harapkan. Hindari latar belakang yang berantakan dengan mengganti sudut atau
perspektif dan memperpendek jarak ke objek. Tempatkan komponen utama sedikit keluar dari bagian tengah frame
untuk memberi efek visual. Tips untuk memotret foto minimalis bisa kamu baca disini.

by Morag

2. Rule of Thirds
Saat kamu sudah belajar memotret beberapa lama, kamu akan menyadari bahwa setiap foto terdiri dari tiga bagian
berbeda; foreground (bagian depan), middle-ground (tengah), dan background (latar belakang) yang seringkali muncul
dalam foto-foto landscape. Dengan memperhatikan dan menggunakan peraturan ini dalam komposisi foto, seorang
fotografer bisa menciptakan daya tarik visual dan bukan hanya sekedar foto. Bayangkan sebuah frame terbagi menjadi
sembilan bidang yang sama, maka rule of thirds menempatkan objek di dua pertiga frame, bukan di tengah.

by Raees Uzhunnan

3. Keseimbangan

Selain menyeimbangkan komponen fsik dalam sebuah foto, aspek lain yang kadang terlewatkan adalah
menyeimbangkan warna yang hadir dalam sebuah foto. Teori tentang warna adalah elemen yang penting dalam seni
fotograf. Foto-foto yang menitikberatkan warna-warna primer di dalamnya, cenderung dramatis. Beberapa warna
tertentu, seperti merah, jingga, dan kuning, biasanya harus digunakan secara seimbang dan terbatas hanya pada satu
atau dua elemen di dalam foto karena cenderung menarik perhatian. Terlalu banyak warna dengan energi tinggi,
terutama yang saling memberi kontras, bisa membuat foto tampak berlebihan dan tampak tegang; dengan
menyeimbangkan warna-warna yang kuat dengan yang lebih netral bisa menghasilkan komposisi gambar yang lebih
baik. Baca juga tips tentang padu padan warna disini.

Rainbow Lorikeets Ann Cameron

4. Framing
Komposisi foto yang baik membutuhkan framing yang sempurna. Fotograf adalah seni menggabungkan beberapa hal
sambil pada saat bersamaan menghilangkan hal lainnya; ini adalah tujuan utama framing. Dengan memilih elemenelemen yang penting, seorang fotografer berarti sudah mengedit fotonya sebelum ia memotret; dan dengan meng-crop
foto saat post-processing, framing berlanjut. Kamu tidak hanya bisa mengatur frame lewat lensa, kamu juga bisa
memanfaatkan benda-benda di alam untuk melakukannya seperti menggunakan pohon, dedaunan, bingkai jendela,
dan sebagainya.

Eirdir Lake Gne ER

5. Garis
Garis-garis alami yang hadir dalam komposisi sebuah foto, baik disengaja maupun tidak, bisa memberi kesan tentang
kedalaman dan perspektif. Dengan memperhatikan garis-garis ini dan memanfaatkannya untuk menarik perhatian ke
arah PoI, seorang fotografer bisa menciptakan penekanan dan drama dalam foto yang ia buat dan memunculkan
sebuah pernyataan visual dalam tiap komposisinya. Garis diagonal cenderung menghasilkan jalur visual menuju PoI;
sementara garis yang berulang seringkali dianggap sebagai latar belakang oleh mata dan membawa fokus ke objek di
depan garis-garis itu.

Lines Galore Erik Rautine

http://fotonela.com/236/5-peraturan-komposisi-dasar/

Dasar Pemotretan Landscape :


KOMPOSISI > Aturan 1/3
Aturan 1/3 (rule of third)
Dengan menggunakan aturan 1/3 ini kita bisa menghasilkan gambar yang lebih dinamis dimana perhatian orang yang menikmati foto kita nanti
tidak akan terpaku di satu sisi yang statis di tengah.

MENEMPATKAN OBYEK MENARIK DI GARIS HAYAL

Aturan ini membagi frame menjadi 9 bagian dengan 2 garis hayalan horisontal dan 2 garis hayalan vertikal. Kita bisa menempatkan subyek utama
gambar di salah satu pertemuan garis hayalan tersebut.
dengan meletakan subyek utama tidak di tengah gambar membuat orang yang melihat foto akan lebih berkesempatan untuk mengekspolasi
seluruh frame.

OBYEK DITENGAH CENDERUNG STATIS

Kesalahan orang yang baru mempelajari fotograf adalah menepatkan subyek di tengah, walau juga tidak salah karena memang tidak ada salah
dan benar di dalam fotograf. Tapi dengan menempatkan subyek di tengah, mata kita hanya akan terpaku di tengah frame dan tidak banyak
mengeksplorasi daerah lainnya.

HORIZON DI 1/3 BAWAH

kita juga bisa mengatur bagian utama dari foto pemandangan kita diantara garis hayalan tadi. Seperti contoh kita bisa meletakan horizon langit di
antara garis hayalan di 1/3 bagian bawah apabila di kita melihat bagian atas mempunyai obyek yang lebih menarik.

HORIZON DI 1/3 ATAS

atau meletakan horizon di 1/3 bagian atas bila dibagian bawah mempunyai obyek yang lebih menarik, seperti batuan pada tepi danau di bawah
Untuk mempermudah penempatan komposisi menggunakan aturan 1/3 ini di beberapa kamera keluaran terbaru sudah dilengkapi fasilitas garis
pembagi di Live view nya. Sehingga kita bisa lebih mudah meletakan subyek utama melalui garis panduan tadi.

http://www.landscapeindonesia.com/tips/photography/257-dasar-pemotretanlandscape-komposisi-g-aturan-13

10 Aturan komposisi fotografi dari para professional


Published June 7, 2014
Dalam dunia fotografi bukan hanya subjek saja yang kita pentingkan, namun bagaimana cara kita
memotret juga sangat krusial. Foto yang memiliki komposisi buruk dapat membuat subjek yang luar
biasa terlihat biasa-biasa saja, atau mungkin sebaliknya subjek yang biasa-biasa akan nampak
istimewa dengan komposisi yang baik dan seimbang. Kita akan membahas 10 aturan komposisi
fotografi dari para professional yang perlu dikuasai, namun tentunya aturan tersebut butuh latihan dan
pembiasaan sehingga menyatu dengan diri kita. Tentu Tidak semuanya bisa diaplikasikan dalam setiap
kondisi, dan biasanya hanya satu atau beberapa yang cocok. Disinilah perlunya fleksibilitas, misalnya
untuk menerapkan rule of third kita tidak perlu terlalu kaku/menerapkan suatu keharusan karena
kembali lagi bahwa fotografi adalah seni, dengan karya yang bebas kita bisa menghasilkan sesuatu
yang spontan dan berkarakter. Berikut adalah penjelasannya:

1. Sederhanakan perspektif

Ketika kita melihat suatu pemandangan dengan


mata telanjang, otak kita pasti akan otomatis mencari, dimanakah
titik yang paling menarik. Namun kamera tidak mampu melakukan hal
tersebut, dan mengabadikan apapun yang ada dihadapannya. Untuk
menyederhanakan perspektif kita dapat mengubah focal range, atau
mengubah sudut pandang yang berbeda sehingga mampu
menonjolkan titik fokus dalam gambar. Kita bisa memburamkan
daerah lain, namun juga bisa menajamkannya, tergantung apakah
mau menjadikannya sebagai bagian dari atau hanya sebagai pelegkap
subjek. Siluet, pola dan tekstur sangat berpengaruh untuk
menghasilkan komposisi yang sederhana.

2. Isi Frame

Ketika kita melihat subjek apapun, mungkin kita


akan bingung sebesar apa kita perlu merekamnya dalam frame dan
zoom in seperti apa yang pas. Faktanya, meninggalkan terlalu banyak
ruang kosong adalah kesalahan komposisi yang sangat lazim
dilakukan. Hal ini bisa membuat subjek terlihat lebih kecil dari
sebenarnya dan dapat membingungkan pandangan karena fokus yang
kurang sesuai. Untuk menghindari masalah tersebut kita bisa
melakukan zoom in atau mendekati subjek dan mengisi penuh frame.
Catatan: dalam teknik fotografi juga dikenal istilah negative space
yakni ruang kosong yang lebih luas yang sengaja ditinggalkan dan
hanya megabadikan subjek dalam area kecil untuk menambah kesan
luas/tenang dalam gambar. Namun inipin memerlukan beberapa
pengetahuan khusus yang bisa anda basa disini.

3. Rasio perbesaran

Umumnya kita memotret dengan memegang kamera


secara horizontal, namun kadang juga verikal. Melakukan zoom
in/mendekati subjek dan sedikit eksperimen hingga mendapatkan
gambar yang diinginkan. Setelah itu, proses editing adalah hal yang
dibutuhkan. Anda dapat melakukan cropping untuk melakukan
komposisi ulang. Software yang umum digunakan adalah adobe
photoshop dengan fitur cropnya. Kita dapat menggunakan rasio (misal
169) untuk efek widescreen, atau banyak sekali pilihan misal
43,57,8,511 dll yang bisa kita coba satu persatu untuk
mendapatkan komposisi yang baik sesuai keinginan kita.

4. Cegah daerah tengah

Ketika seseorang belajar memotret biasanya hanya


menempatkan fokus pada bagian tengah frame. Hal ini akan
menghasilkan gambar yang statis dan membosankan. Untuk
mengatasi hal tersebut kita bisa menggunakanrule of third , yakni
membagi gambar menjadi 9 bagian sama besar menggunakan 2 garis
vertikal dan 2 garis horizontal untuk kemudian mempertemukan 4
titik. Nah, kita dapat menempatkan fokus utama pada salah satu titik
tersebut. Tidak cukup sampai disitu, ketika kita menempatkan fokus
misal disebelah kiri maka kadang didaerah kanan ada sesuatu yang
kurang.
Kita
dapat
menggunakan
benda/cahaya/warna
yang
mencolok/
apapun
disebelah
kanan
untuk
menyeimbangkan
komposisi.

5. Gunakan leading lines

Foto
dengan
komposisi
yang
buruk
akan
membingungkan mata karena tidak menemukan tujuan kemana harus
melihat/fokus mana yang ditonjolkan. Disinilah manfaat garis, kita
bisa menggunakannya untuk mengarahkan pandangan mata menuju
subjek utama. Garis sangat bermanfaat untuk membangun perspektif,
menegaskan kesan 3 dimensi serta memandu mata untuk
menonjolkan
fokus
utama.
Kita
bisa
menggunakan
garis
lurus/melengkung berupa dinding, jalan, pagar, aliran air atau apapun
yang menurut kita sesuai. Kemudian memadukannya dengan rule of
third yakni menaruh subjek pada bagian off-center.

6. Gunakan garis diagonal

Ini adalah aturan komposisi fotografi yang mungkin


jarang diketahui oleh pemula. Garis horizontal menimbulkan kesan
tenang sedangkan garis vertikal menimbulkan kesan permanen dan
penyetabil. Untuk menambah variasi dan kesan dramatis kita dapat
menggunakan garis diagonal. Garis itu bisa berupa benda apapun
yang berbentuk diagonal. Kita dapat menggunakan teknik Dutch Tilt
yakni dengan cara memiringkan kamera pada satu sisi sehingga
subjek yang tadinya vertikal/horizontal terlihat diagonal. Cara
teresebut juga bisa dipadukan dengan low angle shot untuk
mendramatisir gambar.

7. Sisakan Ruang untuk bergerak

Ketika kita melihat dari samping sepeda motor/mobil


yang sedang dikendarai, kita bisa menyisakan sedikit ruang kosong
didepannya. Hal ini sangat berguna karena pada kenyataanya motor
itu sedang melaju dan dia butuh ruang untuk maju bukannya loncat
keluar frame. Begitu pula foto portrait, saat subjek melihat ke
samping sisakanlah ruang kosong didepan mata subjek, hal ini akan
menambah kesan natural dan komposisi yang seimbang. Cara ini juga
bisa dibarengi dengan merekam pergerakan / dengan Shutter speed
lambat seperti contoh gambar disamping.

8. Perhatikan / atur Background

Background bisa saja menjadi bagian cerita yang tak


terpisahkan dari sebuah subjek, jadi jangan hanya berkonsentrasi

pada subjek. Kadang background dengan bokeh yang baik memang


indah, namun itu juga tergantung pilihan seorang fotografer, apakah
mau memburamkan atau memperjelas background. Saat menemukan
background yang kurang pas, kita bisa saja menata background untuk
mendapatkan gambar yang dramatis. Misal anak kita sedang bermain
di ruang tamu, kita bisa atur pencahayaan dan menaruh kain warnawarni sebagai background. Atau saat kita melihat subjek dengan
background yang biasa kita bisa berpindah atau bertukar posisi untuk
mendapatkan background yang baik.

9. Kreatifitas Warna

Warna memegang peranan penting dalam seni visual


apapun, termasuk seni mengabadikan gambar/fotografi. Warna-warna
primer yang tajam sanggup menarik perhatian mata terlebih bila
dipadukan dengan warna complement(pelengkap) dan mampu
menjadi titik fokus yang menarik. Bila kita tidak menemukan warnawarna yang tajam, kita bisa menyiasatinya dengan menyertakan
background yang berwarna monochrome. Dengan background
monochrome yang senada warna subjek yang sangat sederhanapun
akan terlihat mencolok dan menarik. Untuk menambah kontras, kita
bisa menggunakan filter CPL/polarized yang biasanya juga digunakan
untuk membirukan warna langit.

10. Breaking the rule

Komposisi fotografi adalah bahasa visual yang dapat


kita gunakan untuk menyampaikan suatu pesan khusus. Beberapa
aturan diatas bukanlah suatu keharusan, karena setiap orang memiliki
ide/karakteristik masing-masing. Aturan komposisi fotografi terakhir
adalah mematahkan aturan itu sendiri. Foto baik yang dihasilkan
secara tidak sengaja tidak dihitung, hanya foto yang disengaja misal
mematahkan aturan rule of third yang menempatkan fokus tepat di

tengah dengan tujuan tertentu. Banyak sekali foto bagus yang


dihasilkan(di internet) yang tidak menggunakan 9 aturan diatas.

http://askthephotographer.com/2014/06/07/10-aturan-komposisi-fotografi-daripara-professional/

Aplikasi Warna Pada Fotograf


Ada beberapa jenis warna yang biasanya muncul dalam fotograf:
1. Warna Dominan
Memenuhi satu frame foto dengan banyak warna-warna mencolok tidak selalu menghasilkan gambar yang dramatis.
Warna yang saling bertabrakan akan menyebabkan kebingungan saat mata melihatnya dan akibatnya foto jadi terlihat
tidak indah. Terlalu banyak warna yang bertabrakan sama dengan melipatgandakan titik fokus yang merangsang mata
untuk melihat kemana-mana tanpa merasa pasti mana yang sebenarnya menjadi Point Of Interest. Lebih baik pilihlah
satu warna dominan yang akan menjadi pusat dari foto dan segera menarik perhatian orang yang melihatnya.
Semakintinggi intensitas warnanya, maka ia akan semakin mendominasi. Jadi pastikan objek utama foto menggunakan
warna ini.

begitu banyak warna tapi tanpa titik fokus

2. Warna Yang Menonjol


Warna pada sisi hangat spektrum warna adalah warna-warna yang muncul dan meminta perhatian lebih. Misalnya
merah, ia kuat dan mencolok dan jika ada pada sebuah gambar akan mendominasi. Ia sangat menonjol hingga sedikit
warna merah saja pada foto, seperti bunga mawar di latar belakang, tetap membuat mata tertuju padanya. Kuning dan
jingga juga punya efek yang sama meskipun tidak sekuat merah. Jadi berhati-hatilah dengan warna-warna ini jika
mereka tidak digunakan pada objek.

bercak-bercak merah yang mencuri perhatian

3. Warna Yang Berdiri Di Belakang


Ini adalah konsep yang berkebalikan dengan nomer dua. Warna-warna yang termasuk pada bagian ini biasa menjadi
latar belakang dan lebih seperti peran pembantu pada flm. Ia menambahkan elemen pada foto sehingga
keseluruhannya terlihat indah. Inilah mengapa warna biru dan hijau, yang ada pada sisi dingin spektrum warna, sangat
baik bila digunakan sebagai background. Mereka mundur ke belakang dan membantu warna-warna lain untuk muncul.
Langit biru yang luas adalah pasangan yang pas untuk bukit-bukit hijau. Gunakan warna-warna semacam ini dengan
efektif, dan kamu akan mendapatkan foto-foto yang indah.
Beberapa fotografer suka menggunakan konsep hitam&putih pada foto-foto mereka tapi tetap bisa menampilkan
warna, karakter, cerita.

http://fotonela.com/183/aplikasi-warna-pada-fotografi/

7 Tips Untuk Foto Yang Lebih Tajam

1. Awali Dengan Sebuah Tripod


Setiap fotografer profesional maupun amatir akan mengatakan bahwa sebuah tripod adalah bagian penting dari
peralatan fotograf kalau kamu mau foto yang tajam. Tentunya tidak selalu memungkinkan untuk menggunakan tripod,
tapi kapanpun bisa, gunakanlah. Tripod bisa membuat kamera stabil dan mencegah terjadinya goyangan dari tangan.
Tripod yang kokoh tentu tidak murah, tapi ini adalah bagian dasar dari perlengkapanmu dan fondasi dari foto yang
tajam. Banyak fotografer juga menggunakan tripod kecil yang lebih fleksibel dan bisa dililitkan ke beberapa benda untuk
digunakan dalam keadaan apapun. Tripod semacam ini dikenal dengan sebutan gorillapod.

2. Cable Release
Jangan tekan tombol shutternya; gunakan cable release. Ini adalah sebuah kabel yang terhubung dengan kameraamu.
Dengan menekan tombol pada release ini, kamu tidak akan memindahkan gerakan apapun dari tangan ke kamera.
Sayangnya, tidak banyak kamera saku entry level yang menyediakan ftur ini, tapi jangan kuatir, masih ada point ketiga.

3. Self-timer
Kalau kamu lupa membawa cable release atau kameramu tidak punya ftur yang mendukung, gunakanlah self-timer
Semua kamera termasuk kamera saku punya ftur ini. Meskipun kamu masih harus menekan tombol shutter, tapi ada
jeda waktu dari 2 hingga 10 detik yang memungkinkan berkurangnya goyangan kamera sebelum shutter bekerja. Tetap
saja, kamu perlu menekan tombol shutter dengan perlahan untuk mencegah ada goyangan yang tersisa.

4. Mirror Lock-up
Fitur ini hanya berlaku untuk kamera dSLR. Ketika shutter ditekan, sebuah cermin yang terletak antara sensor dengan
viewfnder, akan naik untuk membiarkan cahaya lewat dan masuk ke sensor. Gerakan kecil ini bisa mempengaruhi hasil
akhir fotomu, jadi produsen kamera telah menambahkan ftur mirror lock-up. Gunanya untuk mengunci cermin pada
posisinya setelah kamu selesai mengatur komposisi. Meskipun setelah cermin dikunci kamu tidak akan bisa melihat
apapun melalui viewfnder, tapi gerakan naik tadi akan terhindarkan. Hanya gunakan cara ini jika kamu benar-benar
fanatik soal ketajaman foto.

5. Gunakan Aperture Paling Tajam Pada Lensa


Semua lensa punya sweet spot yang menghasilkan foto tertajam pada aperture tertentu. Biasanya dua stop dibawah
bukaan terbesar. Sayangnya, ini sekali lagi hanya berlaku untuk dSLR. Kamu bisa mengenali sweet spot ini dengan
membandingkan hasil foto dari beberapa bukaan aperture yang berbeda. Periksa data EXIF untuk melihat pengaturan
di baliknya, lalu gunakan setting ini kapanpun kamu bisa.

6. ISO
Hindari menaikkan ISO karena ini bisa mengurangi ketajaman foto. Lebih baik gunakan tripod jika harus memotret
dengan cahaya redup. Memotret dengan ISO tinggi bisa menambah noise ke dalam foto yang mengakibatkan turunnya
ketajaman.

7. Matikan Image Stabilization


Jika kamu punya lensa atau kamera yang dilengkapi image stabilization atau VR (vibration reduction), matikan saja.
Ada motor kecil di bagian dalam lensa yang fungsinya menstabilkan foto tapi juga memberikan kontribusi pada kurang
tajamnya sebuah foto melalui getaran. Fitur ini bagus untuk cahaya redup atau situasi dimana tripod tidak
memungkinkan seperti dokumentasi pernikahan, tapi kalau kamu menggunakan tripod maka ftur ini sebaiknya
dimatikan.
Kalau memungkinkan, gabungkan semua trik diatas dan kamu akan melihat perubahan pada ketajaman yang
dihasilkan oleh kamera yang kamu gunakan.

http://fotonela.com/1219/7-tips-untuk-foto-yang-lebih-tajam/

Fotograf Dalam Ruangan & Cara Menguasai Cahaya Rendah


Satu hal yang mungkin paling penting untuk dipelajari tentang fotograf adalah bagaimana menguasai situasi ketika
cahaya yang tersedia sangat terbatas. Semua orang bisa membuat foto yang bagus dengan cahaya terang, kamera dan
lensa yang tidak terlalu mahal, juga keahlian mengedit foto. Tapi, tahu dengan pasti bagaimana memotret dalam situasi
rendah cahaya adalah yang membedakan foto pemula dari yang berpengalaman.
Apa yang dibutuhkan dari pengaturan kamera untuk memotret di dalam ruangan dengan cahaya redup tentu tergantung
dari objek yang akan difoto. Apakah ada gerakan? Apakah objeknya diam? Berikut beberapa tips untuk dua jenis
fotograf dalam ruangan yang paling umum sekaligus butuh trick untuk dikerjakan.

Portrait

Bahman Farzad

1. Stabilkan kamera
Karena salah satu pertimbangan paling penting tentang fotograf dengan cahaya rendah adalah shutter speed, maka
penting untuk membuat kamera sestabil mungkin untuk menghindari goyangan. Peraturan umumnya adalah, untuk
mendapatkan foto yang tajam kamu harus menggunakan tripod jika shutter speednya lebih tinggi dari focal length pada
lensa (misalnya, kalau kamu menggunakan lensa 50mm dan shutter speednya lebih lambat dari 1/50 detik). Tripod jua
penting saat kamu memotret beberapa foto dari frame yang sama dengan exposure yang berbeda.
2. Manfaatkan cahaya yang ada
Kalau kamu menggunakan hanya cahaya yang tersedia, bereksplorasi lah dan masukkan sumber cahaya ke dalam foto.
Misalnya lilin, lampu, obor, dan sebagainya.
3. Gunakan pakaian yang terang
Kalau kamu memotret dengan cahaya redup, lebih baik kenakan pakaian terang seperti putih atau warna-warna pucat
pada objek sehingga cahaya di sekelilingnya bisa terpantul dengan baik.

4. Gunakan reflektor
Sumber cahaya yang redup misalnya lampu sudut atau cahaya matahari terbenam bisa dimanfaatkan secara strategis
dengan menggunakan reflektor. Alat ini bisa mengambil cahaya yang sedikit tadi lalu memantulkannya ke arah objek
secara merata, sehingga membuat objek lebih menonjol dibandingkan latar belakang yang gelap.
5. Buat foto HDR
Kalau kamu ingin portrait statis tapi tidak dengan latar belakang yang gelap, buatlah foto HDR. Potretlah beberapa
frame dengan exposure yang berbeda untuk disatukan menjadi sebuah portrait HDR yang akan membuat shadow dan
highlight tersebar dengan baik dan merata di seluruh bagian frame. Teknik ini khususnya bagus jika digunakan dalam
situasi dengan kontras tinggi dengan banyak area gelap dalam foto.

Olahraga
1. Pastikan kamu memahami peraturan dan konsep dasar dari olahraga yang akan kamu abadikan. Pelajari beberapa
foto dari jenis olahraga yang akan kamu liput, bisa dari internet atau media cetak dan lihat teknik apa yang harus kamu
terapkan.
2. Gunakan lensa cepat. Kalau kamu memang berniat memotret kegiatan olahraga indoor, carilah lensa dengan f-stop
serendah mungkin untuk memungkinkan masuknya banyak cahaya ke sensor yang akan bekerja sama dengan shutter
speed untuk menghentikan gerakan atlet tanpa harus menggunakan flash. Lensa yang terjangkau untuk ini adalah
lensa fxed, semacam Canon 50mm f1.4, atau kalau memungkinkan kamu bisa coba lensa tele semacam Canon 70200mm f2.8.
3. Kembali pada pentingnya poin 2: jangan gunakan flash! Biasanya ada larangan menggunakan blitz untuk kegiatan
olahraga indoor karena bisa mengganggu konsentrasi atlet.
4. Gunakan shutter speed cepat misalnya 1/500 detik. Karena cahaya dalam ruangan cenderung redup, dibutuhkan
pengaturan kamera yang tepat. Gunakan mode Manual, kunci shutter speed (1/500 atau lebih cepat), atur bukaan
aperture selebar mungkin (angka f-stop terkecil). Lalu pilihan terakhir adalah menaikkan ISO. Ini mungkin akan
memunculkan noise dalam foto, tapi lebih baik daripada mendapatkan foto dengan gerakan yang blur. Lagipula kamu
bisa memperbaiki ini di post-processing.
5. Gunakan burst mode. Olahraga adalah kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan cepat yang mungkin bisa
terlewatkan oleh kamera. Untuk menghindari ini, manfaatkan burst mode yang tersedia di kamera untuk memungkinkan
terekamnya setiap rangkaian gerakan yang dibutuhkan.

http://fotonela.com/1034/fotografi-dalam-ruangan-cara-menguasai-cahayarendah/

8 Tips Fotograf Kreatif


1. Melanggar Peraturan
Beberapa foto-foto yang paling kreatif muncul saat kamu mengabaikan peraturan tentang komposisi. Tentu saja, kamu
tetap harus memahami dasar dari bagaimana membuat foto, tapi cobalah untuk tidak mengikuti beberapa peraturan jika
kamu ingin mendorong kreativitasmu lebih jauh. Misalnya menempatkan cakrawala tepat di tengah-tengah foto
landscape. Cobalah untuk tidak menggunakan tripod saat shutter speed ada pada angka satu detik. Hasilnya mungkin
tidak tajam, tapi akan ada sense of motion di dalamnya atau bahkan blur yang artistik.

2. Warna
Warna memberikan kesempatan luas untuk menciptakan foto yang kreatif. Carilah kombinasi foto yang bisa bekerja
sama. Apakah itu mencampurkan warna yang saling menguatkan untuk menghasilkan pemandangan yang harmonis
atau menggabungkan warna yang saling bertabrakan untuk membuat foto yang saling tarik-menarik. Juga, lakukanlah
eksperimen dengan white balance. Warna tidak harus selalu tepat dalam dunia kreativitas. Saya sendiri hampir selalu
menggunakan pengaturan Cloudy pada WB karena bisa menambahkan nuansa hangat pada foto. Cobalah
Fluorescent di siang hari, atau Daylight di dalam ruangan dengan penerangan tungsten.

3. Nikmati Blur
Gunakan blur sebagai alat kreativitas dan kamu akan mendapatkan hasil impresionis atau semi-abstrak yang fantastik.
Tapi, ada seni untuk melakukan teknik ini dengan benar, bukan sekedar memutar ring fokus dan membuat semuanya
jadi out-of-focus. Pilihan lensa dan aperture akan mempengaruhi karakter blur yang didapat. Bokeh disukai semua
orang, tapi bagaimana melakukan sesuatu yang beda dengannya? Kamu bisa coba membuat flter lensa untuk
mendapatkan bentuk-bentuk yang berbeda dari bokeh.

Untitled Marianne Ellis


menggoyangkan kamera saat shutter menutup bisa menghasilkan efek yang bagus, bahkan untuk portrait seperti ini.

4. Shutter Speed
Kamu tentu ingin foto yang tajam dan tidak menampakkan motion blur atau pergerakan kamera, dan menggunakan
tripod atau pengaturan shutter speed yang cepat bisa mengatasi ini.Tapi, menambahkan pergerakan pada foto bisa
menambah dimensi (seperti yang disarankan pada poin 1 diatas). Jadi cobalah gunakan tangan untuk memegang
kamera saat long exposure.

5. Bereksperimen Dengan Lensa


Coba campur-adukkan kegunaan lensa khusus untuk memberikan sentuhan berbeda pada foto-fotomu.
Bereksperimenlah dengan lensa tilt-shift, yang umumnya digunakan untuk memperbaiki sudut yang melengkung pada
foto-foto arsitektur. Pada situasi yang salah, lensa ini bisa menghasilkan persepsi kedalaman, jarak, dan skala.
Alternatif yang lebih ekonomisnya adalah menggunakan Lensbaby.

6. Post-Processing
Gunakanlah kekuatan fotograf digital dan software image editing seperti Photoshop atauPixlr, yang kita bicarakan di
artikel yang lalu, dan kamu bisa menciptakan apa saja yang kamu inginkan dengan foto.Cobalah mengambil foto langit
lalu pindahkan ke foto lain dengan teknik copy+paste lewat image editor untuk menghasilkan multiple exposure.
Gunakan flter dan plug-in untuk efek yang keren.

7. Still Life
Membuat sendiri panggung still life adalah cara yang bagus untuk mengeluarkan kreativitas, karena kamu akan punya
lebih banyak kontrol atas pencahayaan dan tiap elemen dalam komposisi. Apakah itu menggunakan lampu studio atau
lampu meja, kamu bisa memberikan sudut pandang baru untuk bahkan benda-benda yang sangat biasa.

8. Asap & Air

Smoke Jeff Martin

Pola alami yang diciptakan oleh asap dan air bisa menghasilkan bentuk-bentuk yang indah dan menarik. Bakarlah
incense stick dan gunakan extension flash untuk menangkap lekuk-lekuk asapnya, lalu gunakan Photoshop untuk
menaikkan warna, kontras, atau membalik warna untuk menciptakan latar belakang yang putih. Cobalah membekukan
tetesan air dengan shutter speed cepat. Semuanya bisa dilakukan di rumah.
Saat kamu sedang benar-benar sedang kehabisan ide, cobalah untuk berhenti sejenak. Dengarkan musik, baca buku,
berjalan-jalan, dan melihat-lihat hasil karya orang lain bisa membantu untuk membangkitkan inspirasi.

http://fotonela.com/487/8-tips-fotografi-kreatif/

A
Aperture : Bukaan lensa yang ukurannya dikontrol oleh diafragma. Istilah ini juga biasanya disebut f/stops, misalnya f/4,
f/5.6 dan seterusnya yang diukur dengan membagi focal length lensa dengan diameter aperture. Jadi, f/11 pada lensa
dengan focal length 110mm berarti bukaan lensanya 10mm. Semakin besar bukaannya, semakin rendah angka f-nya,
dan semakin banyak cahaya yang masuk melalui lensa. Setiap langkah dalam aperture berarti membagi dua jumlah
cahaya. Jadi, f/8 akan memasukkan cahaya setengah dari f/5.6 dan dua kali lebih banyak daripada f/11.
Aperture Priority: Ini adalah mode pada kamera dSLR dimana fotografer bisa memilih angka aperture dan kamera
menentukan pengaturan lainnya yang sesuai. Pada kamera Nikon dilambangkan dengan huruf A dan pada Canon
dengan AV.
Autofokus: Cara menemukan titik fokus secara otomatis. Ditentukan oleh lensa kamera yang akan mendeteksi letak
objek yang akan dibidik. Pada kamera dSLR dilambangkan dengan AF.
Auto mode : Dilambangkan dengan warna hijau pada kamera. Mode pemotretan dimana kamera yang menentukan
semua pengaturan. Fotografer tinggal membidik dan menekan tombol shutter. Mode ini biasanya digunakan pada
kamera digital saku.

B
Bulb : Pengaturan shutter yang berarti shutter akan terus terbuka selama tombol shutter belum ditekan. Biasanya
digunakan untuk foto malam hari dengan cahaya rendah.
Background: Bagian pada sebuah foto yang terletak di bagian belakang objek utama. Background bisa dibuat tajam
atau tidak melalui teknik pemilihan fokus dan manipulasi depth of feld.
Backlight: Pencahayaan yang datang dari bagian belakang objek berdasarkan posisi kamera. Biasanya objek yang
diberi cahaya backlight akan tampak gelap kecuali sebagian dari objek diberi cahaya lewat lampu atau fll-flash.
Backlight yang sempurna akan menghasilkan siluet.
Blur : Bagian yang tidak tajam pada sebuah foto akibat gerakan kamera atau objek saat exposure. Blur bisa
dimanfaatkan untuk banyak efek kreatif. Pada olah digital, penggunaan efek Blur dipilih untuk melembutkan beberapa
bagian pada foto.
Brightness : Terang atau gelapnya objek. Jumlah brightness pada objek tergantung pada seberapa banyak cahaya
meneranginya dan diukur dengan istilah EV pada kamera, yaitu kombinasi dari aperture dan shutter speed.

Bokeh : Teknik mengaburkan bagian background pada foto secara artistik, biasanya pada titik-titik cahaya yang akan
membentuk lingkaran-lingkaran lembut.

C
Cable release : Sebuah kabel yang tersambung ke tombol shutter pada kamera yang ujung lainnya adalah tombol
pengganti. Digunakan untuk mencegah terjadinya goyangan pada kamera saat tombol shutter ditekan. Cocok
digunakan untuk long exposure.
Close-up : Foto yang dibuat dengan jarak lebih dekat dari pandangan normal. Foto close-up biasanya akan
menampilkan detil dari objek-objek yang kecil.
Crop : Pemilihan sebagian dari sebuah foto penuh melalui program editor foto pada komputer. Ini akan memotong foto
aslinya ke bagian yang dipilih oleh fotografer.

D
Depth of field : Disingkat DOF. Yaitu bagian dalam sebuah foto yang terfokus dan tertangkap tajam. DOF dipengaruhi
oleh ukuran lensa yang digunakan, angka aperture, dan jarak dari kamera ke objek. Bisa dangkal atau dalam dan
sepenuhnya diatur oleh fotografer. DOF yang dangkal berarti area fokusnya sempit, sementara DOF dalam area
fokusnya luas.
Digital SLR : Kamera digital yang lensanya bisa diganti-ganti dan menyediakan pengaturan manual untuk kebebasan
fotografer menentukan hasil akhir foto yang diambilnya.

E
Exposure : Jumlah cahaya yang masuk melalui lensa dan sampai ke sensor. Exposure ditentukan oleh aperture, yaitu
diameter bukaan lensa, shutter speed yang adalah lamanya cahaya terekam oleh sensor, dan ISO kepekaan sensor
atau flm terhadap cahaya. Jadi, exposure adalah kombinasi dari jumlah dan lamanya cahaya yang sampai ke sensor.

F
F-Number : Atau angka f. Serangkaian angka yang menggambarkan besar-kecilnya bukaan diafragma atau aperture.
Semakin besar angkanya, semakin kecil aperturenya. Sebaliknya, bila angkanya besar maka bukaan aperturenya
semakin kecil.
Filter : Akesori kamera yang dipasang pada lensa. Bentuknya bisa linngkaran atau persegi. Dilengkapi kaca khusus
yang bisa menghasilkan efek saat memotret. Filter juga bisa berarti efek yang dihasilkan pada saat olah digital melalui
serangkaian pengaturan.
Flare : Cahaya yang tertangkap oleh lensa yang bisa menghasilkan bagian terang silau atau bocoran cahaya berwarna
pada foto. Biasanya dihindari oleh fotografer tapi sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk foto yang lebih kreatif.
Flash : Lampu yang digunakan untuk memotret. Biasanya muncul dari kamera (built-in flash) atau ada juga yang
terpisah (extended flash) yang bisa dipasang pada bagian hot shoe pada kamera.
Focal length : Jarak dari lensa ke sensor atau flm yang mengarahkan cahaya. Ukuran panjang (length) ini
digambarkan dalam milimeter (mm). Lensa yang focal length-nya pendek, seperti 28mm, memberikan pandangan yang
cenderung lebih lebar biasanya digunakan pada foto landscape. Sementara yang focal length-nya panjang, misalnya

200mm, digunakan pada foto-foto macro atau close-up untuk mempersempit pandangan dan mendekatkan objek ke
lensa.
Fokus : Membuat cahaya membentuk titik atau bagian tajam pada foto melalui sensor atau flm pada kamera.
Focus Lock : Atau FL, tersedia pada kamera dengan sistem autofokus. Gunanya mengunci jarak fokus yang sudah
didapat agar tidak berubah meskipun kamera bergoyang.
Frame : Bagian luar pada sebuah foto atau ukuran lebar dan tingginya foto. Bisa juga berarti area dimana benda-benda
akan masuk dalam foto dan bisa dikomposisi.

G
Grain : Penampakan titik-titik halus pada foto, biasanya akibat pemotretan menggunakan ISO yang terlalu tinggi pada
saat cahaya redup.

H
Highlight : Bagian paling terang pada sebuah foto yang jika muncul terlalu banyak akan mengakibatkan foto yang
overexposed. Jika dilihat akan tampak banyak bagian terang dan putih.
High key : Teknik pencampuran kontras pada foto dimana bagian highlight lebih banyak daripada bagian gelap tapi
tidak overexposed.
Hot shoe : Bagian pada kamera tempat dipasangnya extended flash. Ada di bagian atas kamera dan punya titik-titik
kontak elektronik yang akan memberi sinyal pada flash untuk menembak saat tombol shutter ditekan.

I
Infinity : Pada pengukuran lensa kamera, infnity adalah jarak maksimal yang jauh lebih besar daripada angka yang
tertulis pada selongsong kamera. Dilambangkan dengan angka 8 horizontal dan biasanya digunakan untuk
mendapatkan DOF yang sangat dalam atau memotret sesuatu yang sangat jauh seperti bulan.
Infrared : Jenis cahaya yang tidak tertangkap oleh mata tapi bisa di-lihat oleh kamera. Bila dimanfaatkan melalui flter
lensa infrared atau kamera khusus infrared, bisa menghasilkan foto yang sangat indah.
ISO : Tingkat kepekaan flm atau sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi angka ISO-nya, semakin terang foto yang
dihasilkan. Bila ISO tinggi digunakan di cahaya redup biasanya bisa menimbulkan grain/noise pada foto.

L
Landscape : Ukuran foto dimana bentuknya cenderung horizontal; lebih lebar daripada tinggi. Bisa juga berarti genre
fotograf yang menangkap pemandangan alam sebagai objek.
Lensa : Kombinasi kaca dan ruang udara yang diatur di dalam sebuah selongsong. Di dalamnya terdapat diafragma
yang bisa membuka dan menutup untuk memungkinkan sejumlah cahaya masuk. Ini dikontrol secara manual oleh
sebuah ring di baguan luar selongsong lensa, atau secara elektronis melalui pin di bagian sambungan lensa dengan
kamera. Lensa punya dua fungsi utama: satu memusatkan cahaya ke flm atau sensor, kedua mengontrol jumlah
cahaya yang sampai ke sensor dengan penggunaan aperture. Lensa autofokus bisa dilengkapi motor untuk
memungkinkannya bergerak maju-mundur untuk mengubah fokus.

M
Makro : Istilah lain dari fotograf close-up, tapi lebih spesifk lagi berarti memotret sebuah objek sampai ke ukuran
aslinya atau lebih besar lagi. Bisa digambarkan sebagai sebuah rasio; misalnya rasio 1:2 berarti objek dalam foto
setengah dari ukuran aslinya.
Manual : Sebuah mode exposure dimana pengaturan exposure-nya dibuat oleh fotografer dengan memilih angka
aperture dan shutter speed secara manual. Bisa juga berarti buku panduan yang datang beserta paket kamera kamu.
Maximum aperture : Bukaan atau f-stop terbesar yang bisa dibuat oleh sebuah lensa. Sebuah lensa f/1.4 adalah lensa
cepat karena memiliki maximum aperture yang cenderung lebar; sementara lensa f/4.5 adalah lensa lambat karena
memiliki maximum aperture yang lebih sempit. Lensa cepat sangat membantu bila digunakan memotret dalam cahaya
redup.
Minimum aperture : Bukaan atau f-stop terkecil yang bisa dibuat oleh sebuah lensa. Biasanya, lensa wide angle punya
minimum aperture f/22; lensa normal f/16; dan lensa telephoto f/32.
Mode : Cara melakukan beberapa pemotretan. Beberapa mode pada kamera sudah diprogram lebih dulu dan bisa
dipilih sesuai dengan kondisi pemotretan atau objek. Ini termasuk mode aperture priority (A atau AV), shutter priority (S
atau TV), dan seterusnya.

O
Overexposure : Saat melakukan exposure, jika ada terlalu banyak cahaya masuk mengenai sensor, maka
overexposure terjadi. Overexposure kecil bisa mengakibatkan hilangnya detil dan texture dalam highlight sebuah foto;
sementara overexposure yang parah bisa mengakibatkan kerusakan serius pada kualitas foto dan hilangnya informasi
foto.

P
Panning : Sebuah teknik pemotretan dimana kamera mengikuti gerakan objek saat exposure berlangsung, biasanya
dilakukan dengan shutter speed pelan.
Polarizing filter : Sebuah flter yang meneruskan gelombang cahaya ke satu arah, digunakan untuk memperdalam
warna biru pada langit, mengurangi kontras pada tempat yang sangat terang, dan untuk menembus permukaan yang
memantulkan cahaya seperti air atau kaca.
Portrait : Ukuran foto dimana ukurannya cenderung vertikal; lebih tinggi daripada lebar. Bisa juga berarti genre fotograf
yang berfokus pada manusia sebagai objek.
Post-processing : Proses yang dilakukan setelah foto diambil. Biasanya menggunakan program editor foto pada
komputer. Biasa juga disebut editing.

S
Saturasi : Berhubungan dengan warna pada sebuah foto, yaitu cerah atau tidaknya warna-warna tersebut. Saturasi
bisa dimanipulasi melalui post-processing.
Shadow : Bagian tergelap pada sebuah foto. Kebalikan dari highlight. Biasanya menampilkan detil dan tekstur.

Sharpness : Bagian dari foto yang terfokus atau tajam.


Shutter : Serangkaian tirai di dalam lensa yang bisa membiarkan cahaya masuk untuk sampai ke sensor dalam
rentang waktu tertentu.
Shutter release : Tombol yang digunakan untuk menentukan saat menutupnya shutter. Banyak tombol ini yang bekerja
dala dua langkah; jika ditekan setengah jalan akan mencari fokus pada mode autofokus, dan jika ditekan sepenuhnya
akan menutup tirai shutter.
Single-Lens-Reflex : disingkat SLR. Jenis kamera yang memiliki cermin yang bisa digerakkan dibelakang lensa dan
kaca untuk melihat objek. Sensor terletak di belakang susunan cermin ini yang akan bergerak jika exposure terjadi. SLR
dan DSLR adalah dua sistem yang berbeda, dimana DSLR adalah digital, sementara SLR adalah analog.
Slow : Istilah yang digunakan untuk jangka waktu exposure yang lama. Biasanya bila menggunakan aperture dengan
bukaan kecil atau bila shutter speed lebih lambat dari 1/30 detik.
Stop : Pengukuran cahaya yang digunakan untuk menggambarkan aperture atau shutter speed, meskipun lebih umum
digunakan bersama aperture. Perbedaan satu stop menandakan setengah atau dua kali lipat jumlah cahaya. Stop down
berartu mempersempit aperture; stop up berarti melebarkan.
T
Telephoto : Nama yang digunakan untuk lensa yang focal length-nya lebih panjang dari 50mm dan sudut pandanganya
kurang dari 45 derajat. Telephoto biasa panjangnya sekitar 80mm, medium sekitar 135mm, dan telephoto ekstrem bisa
sampai 300mm atau lebih (dikenal juga dengan istilah termos putih). Biasanya untuk memotret benda-benda jauh agar
tampak dekat, seperti cara kerja teropong.
Tripod : Sebuah alat berkaki tiga dengan landasan tempat memasang kamera, digunakan untuk menstabilkan kamera
selama exposure terjadi. Sangat berguna untuk exposure yang lebih lama dari 1/30 detik, atau jika beberapa foto harus
diambil dengan keseragaman yang tinggi.
Tone : Istilah lain untuk warna, tapi bisa juga berarti mood yang dihasilkan oleh kombinasi warna pada sebuah foto.

U
Underexposed : Kegagalan mengekspos sensor dengan benar karena tidak ada cukup cahaya yang sampai ke sensor
untuk memunculkan warna dan brightness. Foto yang underexposed akan tampak gelap dan kekurangan warna.
UV Filter : Sebuah flter lensa yang bening tanpa warna yang mencegah sinar ultraviolet terekam oleh flm atau sensor.
Baik untuk memotret landscape jarak jauh atau melindungi lensa.

V
Viewfinder : Kotak tempat melihat objek saat dibidik. Disebut juga jendela bidik. Biasanya di layarnya tertera panduan
exposure, fokus, dan kesiapan flash. Ini adalah ruang kontrol tempat menentukan berhasil atau tidaknya gambar
diambil.
W
Warm tone : Penampilan atau mood warna sebuah foto yang cenderung kuning atau jingga. Pada foto hitam putih akan
menjadi sepia atau kecoklatan.

Wide angle : Jenis lensa yang memberikan pandangan luas, biasanya pada rentang focal length 35 sampai 24mm.
Ultra wide angle panjangnya 20 8mm. Lensa wide angle memungkinkan fokus yang merata pada seluruh bagian foto.
Biasanya digunakan untuk memotret landscape.

Z
Zoom : Kemampuan lensa untuk merubah focal length, kebalikan dari lensa dengan length yang tetap (fxed). Lensa
zoom tersedia dalam beberapa rentang yang berbeda, seperti 35 sampai 105mm.

Anda mungkin juga menyukai