DHF Dewi Fix
DHF Dewi Fix
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviridae, mempunyai 4 jenis
serotype yaitu, DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, melalui perantara nyamuk Aedes
Aegypti atau Aedes albopictus. Keempat serotype dengue terdapat di Indonesia,
DEN-3 merupakan serotype dominan dan banyak berhubungan dengan kasus
berat, diikuti serotype DEN-2 (Pudjiadi, 2010).
Dilaporkan sebanyak 58.031 kasus DBD terjadi di Indonesia sejak 1
Januari hingga 30 April 2004 dan 658 kematian. Menurut jumlah kasus DBD di
wilayah Asia Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand
(Subawa, dkk 2007).
Masa kritis dari penyakit ini terjadi pada akhir fase demam yaitu pada
Dengue Syok Syndrome (DSS), karena pada saat itu terjadi penurunan suhu tubuh
yang tiba-tiba dan sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi
dalam berat-ringanya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan
yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat mengalami
syok. Syok pada demam berdarah (DSS) merupakan tanda kegawatan yang harus
mendapat perhatian serius. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat,
pasien dapat meninggal dalam waktu 12 24 jam atau sembuh cepat setelah
mendapat penggantian cairan yang memadai. Apabila syok tidak dapat segera
diatasi dengan baik, akan terjadi komplikasi yaitu asidosis metabolik, perdarahan
saluran cerna hebat atau perdarahan lain, hal ini pertanda prognosis yang buruk
(DepKes RI, 2005). Angka kematian kasus DBD pada penderita yang tidak
dirawat dan diobati segera mencapai 50%, tetapi angka tersebut menurun sampai
5 % dengan tindakan yang cepat dan tepat, baik dalam diagnosis maupun dalam
penatalaksanaannya (Depkes RI, 2005).
Upaya pengendalian terhadap faktor kependudukan tersebut (terutama
kontrol vektor nyamuk) harus terus diupayakan, di samping pemberian terapi
yang optimal pada penderita DBD, dengan tujuan menurunkan jumlah kasus dan
kematian akibat penyakit ini. Sampai saat ini, belum ada terapi yang spesifik
untuk DBD, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni
pemberian cairan pengganti. Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit,
gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien (Khie Chen, et al, 2009)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam dengue merupakan salah satu varian klinis infeksi virus dengue yang
ditandai oleh demam tinggi mendadak, ditambah gejala penyerta 2 atau lebih seperti nyeri
kepala, nyeri retro orbita, nyeri otot dan tulang, ruam kulit, leukopenia dan tidak
ditemukan
tanda
kebocoran
plasma
(hemokonsentrasi,
efusi
pleura,
asites,
Beberapa
penelitian lain menunjukkan kejadian DBD lebih banyak terjadi pada anak-anak
yang lebih muda dari 15 tahun. Menurut jumlah kasus DBD di wilayah Asia
Tenggara, Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah Thailand (Subawa,
dkk 2007).
ETIOLOGI
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue sampai saat ini dikenal ada 4
serotype virus yaitu : (1) Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944. (2)
Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944. (3) Dengue 3 (DEN 3) diisolasi
oleh Sather (4) Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.
Virus
tersebut
termasuk
dalam
group
Arthropod
borne
viruses
KLASIFIKASI
Klasifakasi WHO 2011 untuk dengue fever dan derajat dengue hermorragic fever
Comprehensive guidelines for prevention and control of Dengue and DHF WHO 2011
PATOFISIOLOGI
sebenarnya
tentang
patofisiologi
dan
patogenesis
demam
berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar
menganut"the secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan bahwa
DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu
tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya
renjatan berdasarkan hipotesis infeksi sekunder dilihat pada gambar berikut ini :
(Sukohar,2014)
Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons
permeabilitas
dinding
ditanggulangi
secara
adekuat
asidosis metabolik dan kematian. Sebab lain dari kematian pada DBD ialah
perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan
berlangsung
lama
dan
tidak dapat
diatasi.
Trombositopenia
merupakan
(Sukohar,2014)
Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial
dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan
pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki
renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital
dan berakhir dengan kematian (Sukohar, 2014).
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan
menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar
antibodi
antara
infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar
demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat
pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima,
diagnosis infeksi
sekunder
dapat
ditegakkan
lebih dini
dengan
adanya
(Candra,2010)
GEJALA KLINIS
Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa
berhasil dengan pengobatan antipiretik. Demam biasanya menurun pada hari ke-3 dan ke7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut (38-40 C) dengan gejala yang
tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung,
nyeri tulang sendi dan kepala.
meingkat Kondisi seperti ini juga dapat dijumpai pada campak, demam chikungunya,
tifoid, dll. Perdarahan tanda lainnya ptekie, purpura, ekomosis, epitaksis dan perdarahan
gusi, hematemesisi melena. Uji tourniquet positif jika terdapat lebih dari 20 ptekie dalam
diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus. Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah
namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan.
Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan ke-7
sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya mempunyai prognosa
buruk
Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat dan lemah
disertai penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan tekanan
darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan pasien terlihat gelisah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000) dan
hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting.
Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan
biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya
memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X.
Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia (Sylvana, 2005).
Diagnosis etiologis
Bisa dilakukan dengan cara : a. Serologi eliza, memeriksa IgM dan IgG dengue,
dilakukan pada hari sakit 5, untuk lebih memperoleh hasil positif. b. Serologis
hemaglutinasi inhibisi, dengan mengambil serum sepasang, serum pertama saat masuk
rumah sakit dan serum kedua dilakukan 7 hari kemudian. c.Virologi, isolasi virus dari
specimen darah, usahakan pengambilan serum saat periode febris, kemudian dengan dry
ice dikirim ke pusat pemeriksaan virologi (Darmowandowo, 2008).
Pola gejala klinis dan perubahan hasil laboratorium pada demam berdarah bisa
dilihat pada gambar berikut ini :
Yip WCL. Dengue haemorrhagic fever: current approaches to management. Medical Progress, October 1980
Pemeriksaan pencitraan
Kelainan yang dapat terlihat pada infeksi dengue adalah sebagai berikut:
Foto toraks : Dilatasi pembuluh darah paru (Gambar 1 dan 2), Efusi pleura
(Gambar 1 dan 2) Kardiomegali (Gambar 2 b) Terkadang adanya efusi pleura
terlihat sebagai diafragma yang terletak lebih tinggi atau bentuk lengkung
diafragma yang asimetris; keadaan ini disebabkan adanya cairan subpulmonik
atau subfrenikus
USG toraks dan abdomen: Efusi pleura (gambar 3), Efusi perkardium
(Pudjiadi,2009)
DIAGNOSIS
Berdasarkan pedoman WHO tahun 1997, demam dengue ditegakkan
berdasarkan kriteria :
1. Probable (mungkin ) jika ditemukan demam akut 2 hari dengan
manifestasi nyeri kepala, nyeri retroorbital, myalgia, arthralgia, ruam,
manifestasi perdarahan, dan leukopenia. Pada hasil laboratorium
ditemukan serologis yang mendukung (titer antibodi hemaglutinasi
inhibisi 1280, IgE ELISA atau IgM yang positif pada keadaan akut fase
akhir / konvalesen) atau penderita berada pada lokasi dan waktu yang
sama dengan kasus demam dengue lain yang telah terbukti.
2. Confirmed (terbukti) jika didapatkan bukti-bukti laboratorium berupa
isolasi virus dengue dari serum atau jaringan otopsi atau peningkatan 4
kali titer IgM atau IgG terhadap 1 atau lebih antigen virus dengue pada
serum, adanya antigen virus dengue pada jaringan otopsi , serum, cairan
serebrospinal dengan imunohistokimia , imunofluoresensi, atau ELISA,
adanya sekuens genomik virus dengue pada serum jaringan otopsi atau
cairan serebrospinal dengan polymerase chain reaction (PCR).
3. Reportable (dilaporkan) yaitu seluruh kasus probable atau confirmed harus
dilaporkan.
Penegakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) :
1. Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari , biasanya bifasik
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut : uji tornikuet positif,
ptekie, ekimosis, atau purpura, perdarahan mukosa, perdarahan saluran
cerna, tempat suntikan, atau lokasi lain, hematemesis melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ml)
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma :
a. Peningkatan hematokrit 20 % dibandingkan standar sesuai umur,
jenis kelamin, dan populasi.
b. Penurunan hematokrit 20% setelah mendapatkan terapi cairan
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
c. Tanda kebocoran plasma : Efusi pleura, ascites, hipoproteinemia.
Penegakan kasus Dengue Shock Syndrome (DSS )
1.
2.
3.
4.
berikut ini :
Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control - WHO 2009
PENATALAKSANAAN
Periode febris
Apabila penderita infeksi virus dengue datang pada periode febris, saat
atau ketika belum atau tidak dapat dibedakan Demam Dengue atau Demam
Berdarah Dengue , maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
antipiretik, antibiotik
makannya
Apabila penderita ditetapkan rawat jalan, maka kalau dalam perjalanan
didapatkan tanda klinis seperti dibawah ini dianjurkan untuk segera datang ke RS
untuk pengobatan selanjutnya. Gejala dan tanda yang dimaksud adalah: Nyeri
abdomen, tanda perdarahan di kulit, petekie, dan ekimosis, perdarahan lain seperti
epistaksis dan perdarahan gusi, penderita tampak loyo dan perabaan terasa dingin,
kebutuhan cairan harus dipenuhi. Pemberian cairan dapat diberikan per oral, akan
tetapi apabila penderita tidak mau minum, muntah terus, atau panas yang terlalu
tinggi maka pemberian cairan intravena menjadi pilihan. Berikut adalah formula
cairan untuk memenuhi cairan rumatan yaitu formula Halliday Segar dengan
rincian sebagai berikut:
Berar Badan (Kg)
10
10-20
>20
(Darmowandowo,2008)
Lakukan observasi setiap 6 jam atas tanda vitalnya, dengan tujuan untuk
mendeteksi tanda-tanda kebocoran plasma, yang mengarah ke demam berdarah
dengue.
Periode afebris
Pada saat temperatur turun, pada penderita DBD terjadi 2 fenomena yang
dapat membawa penderita pada keadaan kritis bahkan dapat berakhir dengan
kematian apabila tidak tertangani secara benar, yaitu adanya gangguan hemostatik
berupa penurunan jumlah dan kualitas trombosit, gangguan faktor beku darah, dan
adanya kebocoran plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas pembuluh
darah. Proses kebocoran plasma dari pembuluh darah ini akan menimbulkan
deficit di dalam pembuluh darah. Apabila diurut tahapan klinis deficit plasma
dalam pembuluh darah akan didapat urutan sebagai berikut:
1. Peningkatan hematokrit 20%, tanpa disertai gejala gangguan sirkulasi
2. Peningkatan hematokrit 20%, disertai munculnya gejala penyempitan
tekanan nadi
3. Peningkatan hematokrit 20%, disertai dengan timbulnya gejala shock,
yang ditandai dengan TD sistol dan diastole menurun, nadi kecil dan cepat
serta perabaan akral dingin
4. Peningkatan hematokrit 20%, disertai gejala nadi tak teraba dan tekanan
darah tak terukur
Setelah diagnosis DBD sudah ditentukan, maka tetapkan terlebih dahulu
derajatnya. Perlu ditegaskan bahwa untuk penatalaksanaan DBD yang terpenting adalah
pemberian cairan intravena sebatas cukup mempertahankan sirkulasi yang efektif selama
periode plasma leakage disertai pengamatan yang teliti dan cermat secara periodik.
Cairan yang dipakai berupa kristaloid seperti D5 Normal salin, Ringer laktat, D5 Ringer
laktat, D5 Ringer asetat dan koloid yang mempunyai berat molekul yang tinggi seperti
plasma, plasma pengganti (Dexran, Haess dll). Berikut ini adalah algoritma pemberian
cairan pada penderita DBD (Darmowandowo,2008)
(Darmowandowo,2006)
(Darmowandowo,2006)
(Darmowandowo,2006)
(Darmowandowo,2006)
KOMPLIKASI
Infeksi primer demam dengue biasanya self limiting disease. Kehilangan
cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah komplikasi yang
paling sering pada bayi dan anak kecil. Epistaksis, petechiae, dan lesi purpura
jarang terjadi namun dapat terjadi pada setiap tahap. Tertelan darah dari epistaksis,
muntah atau dikeluarkan oleh rektum, mungkin keliru ditafsirkan sebagai
perdarahan gastrointestinal. Pada orang dewasa dan mungkin pada anak-anak,
kondisi yang mendasari dapat menyebabkan perdarahan yang signifikan secara
klinis. Di daerah endemik, demam berdarah dengue harus dicurigai pada anakanak dengan penyakit demam sugestif demam berdarah yang mengalami
hemokonsentrasi dan trombositopenia (Behrman, 2003)
PROGNOSIS
Prognosis demam berdarah dapat terpengaruh oleh antibodi pasif atau
oleh
infeksi
sebelumnya
dengan
virus
yang
merupakan
predisposisi
(temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga,
kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada
waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan
dengan kondisi setempat (Sukohar, 2014).
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku
Alamat
Tgl MRS
Tgl Pemeriksaan
: An. H
: 6 tahun
: Perempuan
: Islam
: Jawa
: Jln. Sumber Boto Mojoduwur, Mojowarno
: 8 oktober 2014 Jam 21.30
: 8 oktober 2014
Keluhan Utama
Demam mendadak tinggi sejak 3 hari yang lalu disertai bintik perdarahan
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Px kiriman IGD datang dengan keluhan utama panas mendadak tinggi
sejak minggu malam (5-10-2014) atau 3 hari sebelum masuk rumah sakit. panas
tidak turun ketika diberi obat penurun panas parasetamol yang diminumnya 3x
sehari tablet. pasien juga mengeluh sakit kepala cekot-cekot, mual, muntah
setiap makan dan minum yaitu muntah air dan makanan diserta nafsu makan
menurun. Buang air besar (-) sejak tanggal 5-10-2014, Buang air kecil terakhir
jam 19.00 2 jam sebelum masuk rumah sakit, BAK merah (-), diare (-), mimisan
(-), gusi berdarah (-), bintik perdarahan di kaki dan tangan.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
- Riwayat bepergian ke luar kota atau ke daerah endemis malaria disangkal.
C. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
- Riwayat adanya keluarga, tetangga sekitar rumah yang menderita DBD (-),
teman sekolah (-)
D. Riwayat Sosial Ekonomi
- Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara dengan orangtua yang
bernama Tn.S yang bekerja sebagai guru dan Ny.D sebagai ibu rumah tangga.
Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong mampu.
- Pasien tinggal di rumah seluas 80 m terdiri dari 4 ruangan dibatasi sekat
tembok. Pencahayaan dalam rumah cukup. Terdapat sebuah kamar mandi
yang jarang dikuras dan tidak menggunakan abate. Air berasal dari sumur
pompa, jarak sumber air dan septi tanc 6 m.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum
: tampak sakit
Kesadaran
: Composmetis
Berat badan
: 17,5 kg
Tinggi badan
: 105 cm
BMI
: 17.3 = cukup
Status Gizi
: baik
Tanda Vital
B. Status Generalis
KEPALA LEHER
Bentuk dan ukuran
: normocephali
Mata :
Anemis (-)
Ikterus (-)
Hidung
THORAX
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi :
batas atas
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
: flat, soefl
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
EKSTREMITAS
akral hangat (+) sianosis (-), edema (-), muncul bintik bintik perdarahan di
tangan dan kaki
: 14.5 g/dl
Eritrosit
: 5.060.000
Leukosit
: 4.710/ul
HCT
: 43.9 %
Trombosit
: 133.000/ul
Resume :
An. H 6 tahun datang dengan keluhan utama panas mendadak tinggi sejak
3 hari. panas tidak turun ketika diberi obat penurun panas, sakit kepala cekotcekot, mual, muntah setiap makan dan minum yaitu muntah air dan makanan
diserta nafsu makan menurun. Buang air besar (-) Buang air kecil terakhir jam
19.00 2 jam sebelum masuk rumah sakit, BAK merah (-), diare (-), mimisan (-),
gusi berdarah (-). Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit dengan Nadi 110
kuat, frekuensi nafas 24x/menit, Tekanan Darah 110/70 mmHg, Suhu : 36,5 C,
Tonsil T3/T3 hiperemi (+), didapatkan hepatomegali. Dari hasil laboratorium
darah lengkap leukopenia, trombositopenia dan hematocrit meningkat.
Diagnosis :
DHF grade II dan Tonsilitis akut
Planning Diagnosis
- Pemx serologi IgG, IgM
Penatalaksanaan :
Infus RLD5 500cc /3jam 2000cc/24 jam
Tamoliv 5x20 cc
Planning Monitoring :
- Monitoring TTV dan klinis tiap 1 jam
- Monitoring DL (trombosit, hematokrit,leukosit)
- Monitoring pemeriksaan fisik
- Monitoring makan dan minum
- Monitoring BAB dan BAK pasien
Edukasi :
Menginformasikan kepada pasien mengenai:
- Penyakit pasien (Demam berdarah dengue)
- Tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan
- Prognosis dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi
- Hindari jajan-jajanan yang biasa dikonsumsi disekolah atau makanan yang dibeli dari
luar
- Memberitahukan kepada keluarga pasien agar pasien cukup beristirahat, dan
meningkatkan asupan makanan dan minum
- Memberitahukan kepada pasien dan keluarga pasien untuk memperbaiki hygine dan
kebersihan (kebersihan diri, kebiasaan cuci tangan, makanan, lingkungan serta
pencegahan 3M plus)
Prognosis
Prognosis pada pasien ini umumnya baik bila penanganan cepat, tepat, adekuat dan
dipicu dari kemauan pasien untuk sembuh. Hal yang paling penting adalah memenuhi
kebutuhan cairan, oleh karena itu pasien harus minum dan makan yang banyak.
SOAP HARIAN
Tgl
S
8-10-2014
9-10-14
10-10-14
BB : 17,5 Kg
Panas (-), mual(+), pegal- Demam(-), badan lemah (+),
Panas (+), mual(+), badan pegal(+), kehausan(+), nyeri mual (+), muntah (+), nyeri
pegal-pegal(+), nyeri perutperut (+), mual (+), muntah perut (+)
(+), minum sedikit
(+), mimisan (-), gusi
berdarah (-)
DHF gr II
DHF gr II
O2 masker 6 lpm
HES 350 cc jam
HES 200cc/2jam pindah
ICU central
Bila bleeding FFp 40 unit
Tgl
S
11-10-2014
12-10-14
13-10-14
BB : 17,5 Kg
Panas (-), mual(+) , nyeri Demam(-), badan lemah (+),
Panas (+), mual(+), badan perut (+), mual (+), muntah mual (-), muntah (-), nyeri
perut (-),
pegal-pegal(+), nyeri perut(+),
(+), mimisan (+), gusi
berdarah (-) melena (+)
Infus HES 500cc/12 jam Infus HES 500 cc/12 jam O2 masker
500 cc/24 jam
RLD5 1000 cc/12 jam
RLD5 1500cc/24jam
Tamoliv 20 cc kp
Tamoliv 20 cc kp
Tamoliv 20 cc kp
Ranitidin 2x1 amp
Lasix 2x1 ampul
Lasix 2x1 amp
Lasix 1 amp dalam 20
puasa
Cek DL (Hb, Trombosit,
menit
Hct, Limfosit)
Cek DL (Hb, Trombosit,
Puasa
Hct, Limfosit)
Cek DL (Hb, Trombosit,
Hct, Limfosit)
Tgl
S
14-10-2014
15-10-14
16-10-14
Demam(-), badan lemah (+),
mual (-), muntah (-), nyeri
perut (-),
Minum (+) nafsu makan (+)
KU : cukup lemah
KU : lemah
KU : cukup
N: 110x/mnt t: 36,5c, N: 112x/mnt t: 37,2 RR : N: 120x/mnt t: 36,9
RR : 24x/mnt, T: 110/70 26x/mnt T: 100/60
RR : 20x/mnt T : 100/ 60
lemah
Kpl: a- ict- cyan- disp Kpl: a- ict- cyan- disp
Th : simteri, suara napas/n Kpl: a- ict- cyan- disp
Th : simetris, suara
Rh-/- Wh-/napas/n, Rh-/- Wh-/Th : simteri, BJ(),Rh-/Ab:
distended,
Hepar
4cm
x
Wh-/- stem fremitus
Ab: distended, Hepar 4cm
5
cm
x
5
cm
BU
(+)
N,
menurun
x 5 cm x 5cm BU (+) N,
ascites
(-)
ascites (+)
Ab: distended, Hepar 4cm x
Ext:
akral
hangat,
5 cm x 5 cm BU (+) N,
Ext: akral hangat, petechie
HB
:
12,7
g/dl
ascites (+) minimal
Lab
Leukosit:
2.300/ul
HB
: 12,5 g/dl
Ext: akral hangat,
HCT : 42 %
Leukosit: 11000/ul
HB
: 16.3 g/dl
Trombosit:
38.000/ul
HCT : 35.6 %
Leukosit: 9.300/ul
Trombosit: 20.000/ul
\HCT : 48,1%
Limfosit : 52
Trombosit: 38.000/ul
BAB IV
KESIMPULAN
Demam berdarah dengue merupakan salah satu varian klinis infeksi virus dengue,
yang ditandai oleh panas 2-7 hari dan pada saat panas turun disertai dengan gangguan
hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leakage). Demam berdarah dengue merupakan
(DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis
dan
merupakan
salah
satu penyakit
menular
yang
Demam
berbahaya dapat
menimbulkan
ditambah
trombosipenia
dan
DAFTAR PUSTAKA
Behrman RE et all. 2003. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. Nelson
Textbook of Pediatrics 17th edition (May 2003).
Chandra A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor
Risiko Penularan. Staf Pengajar FK-UNDIP Semarang. Vol 2. Pp 110-119
<http://www.share-pdf.com >
Chen K, et al. 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan Pada Demam Berdarah Dengue.
Medicinus Scientific Journal of Pharmaceutical and Medical Application. Vol
22
<http://www.dexa-medica.com/sites/default/files/
publication_uploadmedicinus_maret-mei_2009.pdf>
Darmowandowo W. 2006. Infeksi Virus Dengue. Divisi Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dr.
Soetomo
Darrmowandowo W, Basuki PS, Soegijanto S. 2008. Infeksi Virus Dengue In: Pedoman
Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III. Surabaya :
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pp 102-117
Hartoyo E. 2008. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan
Anak
Mangkurat/RSUD.
Fakultas
Banjarmasin:
Kedokteran
Universitas
Sari
<http://saripediatri.idai.
pediatri
Lambung
or.id/pdfile/10-3-1.pdf>
Lestari K. 2007. Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Fakultas
Farmasi
Universitas
Padjadajaran
Jatinangor
Vol
5.
<http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka-files/v5n3/keri.pdf>
Pudjiadi et al. 2009. Infeksi Virus Dengue In: Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Pudjiadi et al. 2011. Pencitraan pada Infeksi Virus Dengue In: Pedoman Pelayanan
Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Sukohar. 2014. Demam Berdarah Dengue. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran
Universitas
lampung.
Medula
Unila.
Vol
<http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/311>
Wijaya
Kusuma
<http://last3arthtree.files.
wordpress.com/2005/02/dbd1.pdf>
WHO. 2008, Demam Berdarah Dengue In: Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit Rujukan Tingkat pertama di Kabupaten. Jakarta : World health
Organization, Country Office for Indonesia.