- Bayu Berry A.
- Firda Ayu Amalia
- Lintang Purnamasari
- Fithriyani Rahmah
assurance yang diberikan oleh akuntan public. Adalah jenis jasa di mana KAP mengeluarkan
laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan oleh pihak lain. Penugasan atestasi
adalah
penugasan
yang
di
dalamnya
akuntan
publik
dikontrak
untuk
menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan kesimpulan mengenai keandalan asersiasersi dalam sutau organisasi atau perusahaan.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi: pemeriksaan (examination),
review, dan prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Salah satu tipe pemeriksaan
adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Standar Umum Atestasi
1.
Standar umum pertama adalah perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau
2.
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tiknis cukup dalam fungsi atestasi.
Standar umum kedua adalah perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau
3.
lebih yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang bersangkutan dengan asersi.
Standar umum ketiga berbunyi praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia
memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa dua kondisi berikut ini ada :
a. Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang telah ditetapkan oleh badan
yang diakui atau yang dinyatkan dalam penyajian asersi tersebut dengan cara cukup
jelas dan komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu memahaminya
b. Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan rasional dengan
4.
5.
2.
Standar Pelaporan
1.
Standar pelaporan pertama adalah laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan
2.
3.
4.
B.
Audit
Pendahuluan
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan
pendapat.
Standar Auditing
a.
1.
Standar umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
2.
3.
b.
1.
2.
3.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
c.
1.
Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
2.
3.
4.
2.
Persyaratan Profesional
1.
Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang
memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Mereka
tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau berkeahlian dalam profesi atau jabatan
lain.
2.
Tujuan dari penugasan kompilasi adalah menyajikan dalam bentuk informasi laporan
keuangan yang merupakan representasi manajemen, tanpa harus menyatakan suatu keyakinan
atas laporan itu.Penugasan kompilasi diarahkan guna membantu manajemen dalam penyiapan
informasi keuangan dan bukan memberikan keyakinan tentang apakah informasi itu telah
bebas dari salah saji yang material. Akibatnya, penting bagi auditor untuk mendapatkan
pemahaman dengan klien mengenai tujuan dari penugasan itu dan fakta bahwa kompilasi
tidak dapat diandalkan untuk menemukan kesalahan atau kecurangan.
Ketika melaksanakan kompilasi, AR 100.12 menyatakan bahwa akuntan tidak
diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan atau melaksanakan prosedur lain guna
memperivikasi, mendukung, atau mereview informasi yang diberikan oleh entitas itu.
D.
2.
2.
Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif telah dilakukan
3.
sesuai dengan standar AICPA dan uraian singkat tentang sifat pemeriksaan tersebut.
Pendapat akuntan bahwa laporan keuangan prospektif telah disajikan sesuai dengan
pedoman penyajian AICPA dan asumsi yang mendasarinya telah memberikan dasar yang
memadai untuk membuat prakiraan atau dasar yang layak untuk menetapkan proyeksi
4.
5.
e.
Pengendalian Mutu
Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk mematuhi standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Seksi 202 Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang
berpraktik sebagai auditor independen mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan
2.
3.
pertimbangan biaya-manfaat.
Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan
dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena
itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian
mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang
diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan
audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan.
f.
Ketentuan umum
Bidang jasa :
a. Jenis jasa
b. Pembatasan masa pemberian jasa
3. Akuntan publik :
a. Perizinan
b. Penghentian pemberian jasa akuntan publik untuk sementara waktu atas permintaan
sendiri
c. Pengaktifan izin akuntan publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin,
d. Pengunduran diri dan tidak berlakunya izin,
4. Kantor akuntan publik :
a. Bentuk badan usaha,
b. Perizinan,
c. Cabang KAP,
d. Penggunaan nama kantor,
e. Pengaktifan kembali izin KAP dan izin pembukaan cabang KAP yang dikenakan
sanksi pembekuan,
Kerjasama dengan KAPA dan OAA :
a. Kerjasama dan pencantuman nama,
b. Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA,
6. Pembinaan dan pengawasan :
5.
a. Pembinaan,
b. Pengawasan,
c. Asosiasi profesi,
7. Sanksi ;
8. Ketentuan peralihan ;
9. Ketentuan penutup.
UU Pasar Modal dan Peraturan Bapepam tentang independensi akuntan yang
memberikan jasa audit di pasar modal (Peraturan No. VIII.A.2)
1.
Definisi
a. Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada
klien
b. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien;
c. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material
dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan
pemegang saham utama klien;
d. Memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien;
e. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee kontinjen atau komisi,
atau menerima Fee kontinjen atau komisi dari klien;
4.
5.
6.
Ketentuan peralihan;
7.
Ketentuan penutup.
pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan
kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank bank yang diaudit tersebut termasuk di
antara bank bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY , S & S,
SD &R, dan RBT & R. Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.
Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk
memoles laporannnya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan.
ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak
kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan
kantor akuntan publik dengan pihak perbankan. ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan
sekedar human error atau kesalahan dalam penulisan laporan keungan yang tidak disengaja,
tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang coba ditutupi dengan
melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak
melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya,
karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena
kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. Kami mencurigai kesembilan KAP itu telah
melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat,
misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat
bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari
Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu. tegasnya.
Menurut Teten, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya
dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.
ANALISA:
Dalam kasus tersebut ditemukan KAP yang melakukan audit terhadap
sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit. KAP tersebut telah melakukan penyimpangan
terhadap tujuan profesi akuntansi, yaitu memenuhi tanggung-jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja
tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Dalam kasus diatas,
akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi akuntan.
Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi.
Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi
jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham. Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan
palsu, maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada
mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
Kode
etik
kedua
yang
dilanggar
yaitu
prinsip
kepentingan
publik.
Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas. Prinsip integritas yaitu
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi mungkin. Dalam
hal ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada
masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.
Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas. Prinsip objektifitas yaitu
setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak
objektif dalam menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu,
mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang
adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan pihak lain. Dalam hal ini,
mereka telah bertindak berat sebelah yaitu mengutamakan kepentingan klien dan mereka
tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan
kepentingan pihak lain. Seharusmya KAP tersebut harus bertanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka, selain itu KAP juga
harus
bertanggung-jawab
terhadap
kepentingan
publik.
Untuk